Kode Etik Penulisan dan Publikasi Ilmiah.

7. Kode Etik Penulisan dan Publikasi Ilmiah.

a. Kriteria “APIK”

Sebuah Karya Tulis Ilmiah (KTI) memenuhi syarat sebagai hasil pengembangan profesi jika memenuhi kriteria APIK, yaitu Asli, Perlu, Ilmiah, dan Konsisten. (Suharjono: 2006).

1) Asli

Karya tulis ilmiah itu haruslah merupakan karya diri si penulis, bukan karya orang lain, bukan pula dibuatkan oleh orang lain, atau menggunakan karya orang lain. KTI yang tidak asli dapat terindentifikasi antara lain melalui adanya indikasi bahwa tulisan itu skripsi, penelitian atau karya orang lain, adanya lokasi dan subjek yang tidak konsisten, waktu pelaksanaan yang tidak sesuai, data yangtidak konsisten, tanggal yang tidak konsisten, dan lain-lain.

2) Perlu

KTI seharusnya merupakan hasil sebuah usaha pemecahan masalah yang diperlukan oleh penulis dalam pengembangan profesi. Oleh karena itu, haruslah jelas manfaatnya bagi guru, siswa atau sekolah. KTI yang tidak perlu dapat terlihat dari masalah yang dikaji terlalu luas, tidak langsung berhubungan

Kegiatan Pembelajaran 3

dengan usaha pengembangan profesi, tidak jelas manfaatnya, sudah jelas pemecahannya, dan tidak termasuk macam KTI yang dipersyaratkan untuk pengembangan profesi.

3) Ilmiah

Sebagai KTI haruslah mengkaji permasalahan di khasanah keilmuan, menggunakan kriteria kebenaran ilmiah, menggunakan metodologi ilmiah, dan memakai tatacara penulisan ilmiah. Selain itu, suatu KTI yang tidak ilmiah juga terindikasi oleh tidak jelasnya rumusan masalah, landasan teori yang tidak sesuai, data yang tidak relevan dan tidak valid, analisis yang tidak sesuai, serta kesimpulan yang tidak sesuai atau tidak menjawab rumusan masalah.

4) Konsisten

Permasalahan yang diangkat dalam KTI haruslah sesuai dengan kompetensi si penulis sebagai seorang guru, dan sesuai pula dengan tujuan penulis untuk pengembangan profesinya sebagai guru dan terkait dengan dunia pendidikan.

Menurut Wardani,dkk (2007) terdapat empat hal tabu bagi seorang penulis ilmiah yaitu mengakui tulisan orang lain, menukangi, menutupi kebenaran dengan sengaja, dan menyulitkan pembaca. Sementara faktor yang mempengaruhi kualitas tulisan ilmiah dilihat dari penggunaan bahasa adalah pemilihan kata yang tepat, pendefinisian yang tepat, dan penulisan yang singkat. Selain itu, tulisan ilmiah yang komunikatif dapat dihasilkan dengan memperhatikan gaya menulis, penyampaian ide, dan ekspresi.

b. Jenis Pelanggaran Kode Etik Penulisan dan Publikasi Ilmiah

Beberapa tindakan yang dikategorikan pelanggaran etika karya (tulis) ilmiah, yaitu:

1) Plagiarism (plagiarisme) Secara sederhana, plagiasi adalah tindakan mengakui (sengaja atau tidak

sengaja) suatu hasil karya, padahal bukan karya sendiri atau merupakan karya orang lain. Pelaku plagiat dinamakan plagiator.

Matematika SMP KK J

Dalam Permendiknas no. 17 tahun 2010, disebutkan bahwa: “Plagiat adalah perbuatan secara sengaja atau tidak sengaja dalam memperoleh atau mencoba memperoleh kredit atau nilai untuk suatu karya ilmiah, dengan mengutip sebagian atau seluruh karya dan/atau karya ilmiah pihak lain yang diakui sebagai karya ilmiahnya, tanpa menyatakan sumber secara tepat dan memadai”.

Berdasarkan Permendiknas no.17 tahun 2010, beberapa kegiatan yang termasuk plagiasi antara lain:

a) mengacu dan/atau mengutip istilah, kata-kata dan/atau kalimat, data dan/atau informasi dari suatu sumber tanpa menyebutkan sumber dalam catatan kutipan dan/atau tanpa menyatakan sumber secara memadai;

b) mengacu dan/atau mengutip secara acak istilah, kata-kata dan/atau kalimat, data dan/atau informasi dari suatu sumber tanpa menyebutkan sumber dalam catatan kutipan dan/atau tanpa menyatakan sumber secara memadai;

c) menggunakan sumber gagasan, pendapat, pandangan, atau teori tanpa menyatakan sumber secara memadai;

d) merumuskan dengan kata-kata dan/atau kalimat sendiri dari sumber kata- kata dan/atau kalimat, gagasan, pendapat, pandangan, atau teori tanpa menyatakan sumber secara memadai;

e) menyerahkan suatu karya ilmiah yang dihasilkan dan/atau telah dipublikasikan oleh pihak lain sebagai karya ilmiahnya tanpa menyatakan sumber secara memadai.

2) Redundant publications, multiple publication, duplicate multiple publication, or overlapping multiple publication (Publikasi ganda)

Merupakan sebuah pelanggaran etika karya ilmiah, jika sebuah karya diterbitkan atau dipublikasikan di dua berkala yang berbeda atau di satu berkala ilmiah dengan dua waktu yang berbeda. Tetap merupakan pelanggaran, walaupun redaksinya berbeda namun substansinya tetap sama. Prinsipnya tidak boleh ada dua karya yang identik pada dua terbitan yang berbeda (baik tempat maupun waktunya). Bagaimana bila ada edisi revisi? Untuk kasus buku dimungkinkan bila ada edisi revisi, namun edisi revisi ini tidak meninggalkan tema dan hasil sentral dari edisi sebelumnya.

Kegiatan Pembelajaran 3

3) Data fabrication (Pemalsuan data) Pemalsuan atau pengurangan atau penambahan data yang tidak dapat

dipertanggungjawabkan merupakan pelanggaran etika karya ilmiah. Walaupun secara teknis, penulis dapat saja meminta bantuan teknisi atau statistikawan, namun penulis tetap bertanggungjawab atas keaslian data yang disajikan, termasuk hasil pengolahannya.

4) Multiple Submission (Pengajuan ganda) Adalah merupakan tindakan pelanggaran kode etik KTI bila seseorang menulis

dan menyampaikan tulisan yang sama pada beberapa terbitan yang berbeda, bahkan termasuk dalam beberapa kali presentasi yang berbeda forumnya. Ada kalanya karena alasan masih tidak pastinya diterima atau ditolak pada suatu berkala ilmiah, seorang penulis menggunakan strategi mengirim naskah yang sama pada beberapa berkala ilmiah. Tindakan ini tidaklah dibenarkan. Selain itu, jika ternyata terbit di dua berkala yang berbeda, maka sangat jelas telah melakukan plagiarisme satu naskah terhadap naskah yang lain.

5) Claiming untrue, distorted or non-existent results (Klaim yang tidak sesuai fakta)

Termasuk pula pada pelanggaran etika KTI, bila seorang penulis mengklaim suatu hasil namun tidak sepenuhnya benar berdasarkan fakta atau bukti yang diperoleh. Kadang-kadang hal ini mungkin saja terjadi karena kesalahan dalam analisis dan peyimpulannya.

6) Improper author contribution (kontribusi penulis yang tidak signifikan) Merupakan pelanggaran etika KTI bila seorang penulis sebenarnya tidak

memiliki kontribusi yang ilmiah terhadap karya ilmiah tersebut. Tidak boleh karena hanya memiliki peran sebagai reviewer, seseorang dapat dipasang sebagai penulis dalam suatu karya tulis ilmiah.

Matematika SMP KK J

7) Improper use of human subjects & animals in research (penggunaan manusia dan hewan yang tidak beretika)

Manusia dan hewan memiliki etika dalam penanganannya walaupun dalam lingkup penelitian sekalipun. Jika dalam melakukan penelitian, kita “menyiksa” hewan apalagi manusia, maka hal ini sudah merupakan pelanggaran etika karya ilmiah.

c. Sangsi dan Pencegahan Pelanggaran Kode Etik Karya Tulis

Seseorang dapat dicabut gelar akademiknya jika ternyata terbukti melanggar etika dalam penulisan karya tulis ilmiah. Bahkan kasus pengunduran dan permintaan diberhentikan dari jabatan yang walaupun tidak ada kaitannya dengan jabatan tsb, tetap dapat terjadi. Pada UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 25 ayat 2 dinyatakan bahwa: “Lulusan perguruan tinggi yang karya ilmiahnya digunakan untuk memperoleh gelar akademik, profesi, atau vokasi terbukti merupakan jiplakan dicabut gelarnya.”

Lebih jauh, pada pasal 70 dinyatakan: “Lulusan yang karya ilmiah yang digunakannya untuk mendapatkan gelar akademik, profesi, atau vokasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (2) terbukti merupakan jiplakan dipidana dengan pidana penjara paling lama dua tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp.200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).” Sangsi bagi plagiator juga dapat berasal dari perundang-undangan KUHP dan Undang-undang tentang hak cipta atau HAKI (Hak Atas Kekayaan Intelektual) misalnya UU no.19 tahun 2002 dan UU no.20 tahun 2003, serta Permendiknas no.17, tahun 2010.

Ada beberapa hal yang mungkin menjadi penyebab terjadinya pelanggaran etika karya ilmiah, antara lain:

1) Ketidaktahuan atas etika penulisan dan publikasi karya ilmiah

2) Kurang berhati-hati dalam penulisan karya ilmiah.

3) Kurangnya kesabaran dalam penulisan, sehingga melakukan copy-paste.

4) Kurangnya minat baca dan analisis sumber-sumber referensi.

5) Kecurangan yang disengaja dalam penulisan dan penerbitan karya ilmiah

6) Keengganan melakukan pengutipan sumber pustaka sesuai kaidahnya.

Kegiatan Pembelajaran 3

Selain kesadaran akan hal-hal di atas, penulis juga semestinya memahami bagaimana melakukan pengutipan langsung maupun tak langsung dan melakukan sitasi (perujukan dalam naskah) serta penulisan sumber pustaka. Kaidah pengutipan memiliki gaya yang beraneka ragam, umumnya yang banyak diacu dalam pendidikan adalah gaya APA (American Psychological Association). Walaupun demikian ketika mengakses suatu sumber pustaka, maka seluruh informasi atau keterangan sebaiknya dicatat. Jika pada akhirnya menggunakan suatu gaya pengutipan, maka informasi yang lengkap cukup untuk mengikuti cara pengutipan yang hendak dipakai.