Parameter biofisik kawasan konservasi laut

4.2. Parameter biofisik kawasan konservasi laut

4.2.1. Keterlindungan wilayah

Keterlindungan merupakan parameter yang turut berpengaruh dalam pembangunan sebuah Marine Protected Area. Agar kondisi ekologi wilayah ini terlindung dari ancaman faktor oseanografi yang ekstrim seperti arus dan gelombang, maka lokasi kawasan konservasi laut sebaiknya berada di lokasi terlindung. Penentuan keterlindungan wilayah dilakukan melalui interpretasi secara visual dari citra komposit, kemudian lakukan training area berdasarkan komposit citra. Kelas baru didapat dari klasifikasi supervised area.

Daerah terlindung terdapat pada gosong dan goba. Perairan Kepulauan Seribu memiliki banyak pulau – pulau kecil dan gosong-gosong karang. Dari peta keterlindungan lokasi (Gambar 17) dapat dilihat bahwa perairan Karang Lebar dan Karang Congkak merupakan wilayah yang potensial untuk dijadikan kawasan lindung. Perairan dalam gosong dan goba secara alamiah akan melindungi lokasi konservasi dari hempasan gelombang dan arus yang kuat, sehingga keseimbangan ekosistem tetap terjaga. Perairan lepas pantai sangat tidak sesuai dalam pembuatan kawasan konservasi laut.

ta ar ak

ib er

S . ep

ak k

C an

d ar

eb L

gn

ra n Ka

ra ai er

ah y

la wi

an

gn u d

n li

er et

a et

1 ar

b am

4.2.2. Suhu

Suhu merupakan salah satu parameter biofisik yang menentukan keberadaan ikan. Ikan karang mempunyai karakter yang menyukai suhu perairan tertentu. Suhu juga merupakan salah satu factor pembatas bagi keberadaan ekosistem terumbu karang. Karang akan tumbuh secara optimal pada kisaran suhu rata-rata tahunan 23-25 °C. Toleransi suhu sampai dengan 36-40 °C . Sebaran suhu perairan Karang Lebar dan Karang Congkak dapat dilihat pada Gambar 18. Nilai

sebaran suhu permukaan laut berkisar antara 28,6 – 32,49 0 C. Kondisi ini ideal bagi pertumbuhan terumbu karang. Semakin ke laut lepas suhu semakin berkurang, hal ini disebabkan pengaruh panas dari daratan dimana pada siang hari darat lebih cepat menerima panas dibandingkan dengan lautan.

4.2.3. Salinitas

Salinitas adalah kadar gram garam yang terkandung dalam 1 kilogram air laut. Salinitas merupakan salah satu faktor biofisik perairan yang berpengaruh dalam penentuan zona perlindungan laut, dimana salinitas juga merupakan salah satu faktor pembatas bagi petumbuhan terumbu karang. Terumbu karang hanya dapat hidup di perairan laut dengan salinitas normal 32-35 ‰.

Sebaran nilai salinitas dapat dilihat pada Gambar 19. Dari gambar tersebut terlihat bahwa sebaran salinitas di perairan Karang Lebar dan Karang Congkak secara horizontal cocok untuk pertumbuhan terumbu karang yaitu 32-35‰. Semakin ke arah laut lepas salinitas meninkat, hal ini disebabkan tidak adanya masukan air tawar (run off ) dari daratan.

ta ar ak

u ib er

Ke ,

ak k

C an

d ar

eb L

g an

ar n K

ra ai er

pu

h u s an

ar

b se

a et . P

1 ar

bm

Ga Ga

ak J -

u ib er

ep K

, ak

C an

d ar

eb L

gn

ra Ka

n ra ai er

p as

it in al

s an ar

b se

a et

1 ar

bm

Ga

4.2.3. pH

Potential of Hydrogen (pH) adalah konsentrasi ion hidrogen di dalam air. Secara umum, tingkat kemasaman atau kebasaan (pH) perairan Karang Lebar dan Karang Congkak adalah normal, dengan nilai berkisar 8,3 – 8,6. Sebaran spasial pH hasil pengukuran dapat dilihat pada Gambar 20. Dari sebaran spasial ini terlihat bahwa pada daerah tempat terjadinya percampuran antara air laut dan air tawar pH relative lebih rendah yaitu daerah dekat darat

4.2.4. Oksigen Terlarut

Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen-DO) adalah jumlah oksigen yang terlarut dalam air, yang diukur dalam unit satuan miligram per liter (mg/l). Komponen oksigen ini di dalam air sangat kritis untuk kelangsungan hidup ikan dan organisme laut lainnya, tetapi bila kadarnya berlebihan juga dapat menyebabkan kematian. Oksigen terlarut menggambarkan besarnya tingkat produktivitas primer perairan. Semakin tinggi kandungan oksigen yang terlarut di perairan dapat mengindikasikan tingginya tingkat produktivitas primer. Produktivitas primer merupakan hasil dari proses fotosintesis.

Sebaran oksigen terlarut diperoleh dari hasil interpolasi dari titik pengambilan sampel di lapangan sebanyak 25 titik yang menyebar diperairan Karang Lebar dan Karang Congkak. Berdasarkan Gambar 21 terlihat bahwa sebaran oksigen terlarut diperairan Karang Lebar dan Karang Congkak berkisar antara 5,01 – 8,6 mg/l. Kadar oksigen cenderung meningkat kearah laut lepas.

ta ar

ak J -

u ib er

Ke ,

ak k

C an

d ar

eb L

g n ra

Ka n

ra ai

er p

an

b ar se

a et

2 ar

bm

Ga Ga

u ib er

Ke ,

ak k

C an

d ar

eb

ra Ka

n ra ai er

pt

ru la er

t en

g si k

o an

ar

b se

a et

2 ar

b am

4.2.5. Kecerahan Intensitas cahaya matahari yang menembus ke dalam suatu perairan

mempengaruhi kehidupan sebagian besar organisme perairan. Selain penting, sinar matahari juga membatasi kehidupan organisme tersebut. Intensitas sinar (masukan energi) yang mengenai lapisan autotrofik mengendalikan seluruh ekosistem melalui pengaruhnya pada produksi primer (Odum, 1971). Oleh karena itu, tingkat kecerahan perairan perlu diketahui untuk mengetahui produktivitas primer yang dapat terjadi di perairan tersebut. Kecerahan juga salah satu faktor pembatas bagi pertumbuhan terumbu karang.

Penentuan sebaran kecerahan perairan diperoleh dari hasil interpolasi titik – titik pengambilan sampel yang menyebar diseluruh perairan. Metode interpolasi yang digunakan adalah Inverse Distance Weighted (IDW). Nilai kecerahan perairan Karang Lebar dan Karang Congkak berkisar antara 1,20 – 9 m ( lihat Gambar 22). Diwilayah gosong Karang Lebar dan Karang Congkak kecerahan perairan cukup bagus bagi pertumbuhan terumbu karang yaitu antara 4 – 7 m. Dititik – titik tertentu kecerahan perairan sangat bagus yaitu diwilayah dekat pulau layar, sebab pengambilan data pada titik itu cuaca sangat mendukung. Nilai kecerahan sangat dipengaruhi oleh keadaan cuaca, waktu pengukuran, kekeruhan dan padatan tersusupensi serta ketelitian orang yang melakukan pengukuran.

ta ar

ak J -

u ib er

Ke ,

ak k g

no

C an

d ar

eb L

gn

ra Ka

n ra ai er

p an

ah er

ec k

an ar

b se

a et . P

2 ar

bm

Ga

4.2.6. Arus dan pasang surut

Kecepatan dan arah arus dari suatu badan air sangat berpengaruh terhadap kemampuan badan air untuk mengeliminasi dan mengangkut bahan pencemar serta perkiraan pergerakan bahan pencemar mencapai lokasi tertentu, sehingga kecepatan arus juga mempengaruhi nilai padatan tersuspensi suatu perairan. Arus juga berperan dalam peyebaran larva ikan karang.

Arus yang terjadi diperairan Karang Lebar dan Karang Congkak dipengaruhi oleh dua faktor yaitu pasang surut dan angin. Dalam penelitian kali ini data arus diperoleh dari pengolahan data pasang surut dengan kedalaman perairan sehingga didapatkan pola arus permukaan perairan tersebut. Tabel pasang surut lokasi penelitian dapat dilihat pada Table 8.

Tabel 8. Tabel pasang surut perairan Kepulauan Seribu (Stasiun Tanjung Priok) pada saat survey lapang tanggal 13-17 Mei 2008

Tipe pasut di perairan Kepulauan Seribu adalah harian tunggal (diurnal) dimana dalam sehari terjadi satu kali pasang dan satu kali surut. Grafik pasang surut dapat dilihat pada Gambar 23. Tinggi pasut bisa berkisar antara 40 – 80 cm.

Fluktuasi pasut tertinggi terjadi pada tanggal 17 Mei 2008 dan terendah terjadi pada tanggal 14 Mei 2008.

Gambar 23 Grafik Pasang Surut Tunggal Perairan Kepulauan Seribu

Arus diperairan Karang Lebar dan Congkak berkisar antara 10.5 cm/s - > 50 cm/s (Gambar 24). Pola arus di perairan Karang Lebar dan Congkak sangat dipengaruhi oleh kecepatan angin dan pasang surut. Kecepatan arus dominan tinggi pada bagian timur perairan dimana pada bagian ini perairan langsung berhubungan dengan laut lepas yaitu laut jawa. Kecepatan arus mulai mengecil pada wilayah dekat gosong Karang Lebar dan Congkak.

ta ar ak

u ib er S .

p Ke

, ak

C an

d ar

eb L

g an

ar K

n ra ai er

aa ku

m er

ps

ru

a la

op

a et . P

2 ar

b am

4.2.7. Batimetri

Data batimetri diperoleh dari sounding batimetri dengan echosounder pada tanggal 14 -17 Mei 2008. Kemudian dari data tersebut digabunng dengan data batimetri dari Disidros TNI AL sehingga titik yang digunakan untuk interpolasi semakin banyak. Tehnik interpolasi yang digunakan adalah natural neighbors . Fungsi natural neighbor merupakan toolbar dari ekstensi 3D analyst pada perangkat lunak ArcGIS versi 9.2. Keunggulan metode natural neighbor adalah dapat menginterpolasi titik-titik yang relatif banyak dan hasil output yang diperoleh akan lebih mendekati dengan keadaan sesuangguhnya di alam (nature). Output piksel hasil interpolasi yaitu 8 x 8 m.

Peta batimetri perairan Karang Lebar dan Karang Congkak (Gambar 25) menunjukkan bahwa daerah gosong memiliki kedalaman yang relative dangkal yaitu antara 1- 20 m. Didaerah ini banyak ditemukakan terumbu karang. Semakin menjauhi gosong kedalaman terus bertambah hingga mencapai 100 m. Dari profil 3D (Gambar 26 dan 27) terlihat bahwa didalam Karang Lebar maupun Karang Congkak terdapat goba yang kedalamannya bisa mencapai 10 m.

Kedalaman merupakan merupakan faktor yang turut serta berperan dalam penentuan kawasan konservasi laut karena adanya stratifikasi kedalaman berpengaruh dengan jumlah ikan karang. Karakteristik perairan daerah Kepulauan Seribu juga turut serta dalam pembentukkan jenis geomorfologi dari terumbu karang itu sendiri yaitu fringing reef, barier reef, dan pacth reef.

ta ar

ak J -

u ib er

Ke ,

ak k

C an

d ar

eb L

g an

ar K

n ra ai er

an am

al

ed k

an ar

b se

a et

2 ar

bm

Ga

Gambar 26. Profil 3D Karang Lebar, Kepulauan Seribu – Jakarta

Gambar 27. Profil 3D Karang Congkak, Kepulauan Seribu – Jakarta

Dalam penentuan zona perlindungan laut, nilai- nilai kedalaman kemudian dikelaskan kembali. Kedalaman 10-25 m tergolong kelas sangat sesuai, kedalaman 3-<10 tergolong kelas sesuai, dan kedalaman <3 m dan >25 tergolong tidak sesuai. Peta hasil klasifikasi kedalaman dapat dilihat pada lampiran 3.

4.2.8. Jumlah jenis ikan karang

Ikan karang merupakan sumber daya hayati yang berada didaerah sekitar terumbu karang. Banyaknya jenis ikan karang atau keanekaragaman hayati laut merupakan parameter yang menentukan bagus atau tidaknya kondisi ekosistem terumbu karang yang berda didaerah tersebut. Artinya bila disuatu lokasi ditemukakan keanekaragaman hayati tinggi, maka dapat dikatakan bahwa banyak spesies yang mampu beradaptasi dengan kondisi lingkungan tersebut.

Hasil peta sebaran jumlah jenis ikan karang (Gambar 28) berasal dari hasil interpolasi dari titik – titik pengamatan. Metode interpo27lasi yang digunakan adalah inverse distance weighted (IDW). Dari hasil pengamatan lapangan ditemukan paling sedikit 13 spesies paling tinggi sebanyak 27 spesies. Dari Gambar 30 terlihat bahwa rata – rata perairan Karang Lebar dan Karang Congkak memiliki 21 -23 spesies ikan karang yang tersebar di seluruh wilayah. Jumlah kisaran spesies ikan karang paling sedikit ditemukan di daerah dekat pulau Pramuka, hal ini disebabkan adanya faktor antropogenik serta aktifitas manusia di sekitar Pulau Pramuka.

Dalam penentuan kawasan konservasi laut dilakukan pengkelasan raster (zonal fuction) dari sebaran jumlah jenis ikan karang. Kelas baru yang dibentuk yaitu kelas > 20 spesies untuk kelas sangat sesuai, 15 – 20 spesies untuk kelas sesuai dan kelas < 15 spesies untuk kelas tidak sesuai. Peta hasil klasifikasi ulang sebaran jumlah jenis ikan karang dapat dilihat pada Lampiran 4.

ta ar ak

ib er

ep K

, ak

C an

d ar

eb L

g n ra

n Ka ra ai er

g an

ar k

an k i

is en

h la m

u j an

ar

b se

a et

2 ar

bm

Ga

4.2.9. Kelimpahan ikan karang

Gambar 29 menunjukkan kelimpahan ikan karang disetiap stasiun pengamantan. Terlihat pada gambar tersebut bahwa stasiun 17 merupakan stasiun yang memiliki kelimpahan ikan karang tertinggi, sedangkan stasiun 9 dan

10 memiliki kelimpahan ikan karang terendah. Ada beberapa hal yang membuat kelimpahan kakatua (Scaridae) dan ikan baronang (Siganidae), serta tingginya kelimpahan ikan tinggi di stasiun 17 , yaitu tingginya kelimpahan ikan target, terutama ikan ikan betok laut (Pomacentridae) seperti Pomacentrus, Neopomacentrus dan Crysiptera. Dikaitkan dengan kondisi karang, kelimpahan ikan pomacentrid yang tinggi dimungkinkan dengan tingginya penutupan karang batu terutama yang bentuk pertumbuhannya bercabang dan tabular, yang menyediakan relung dan habitat bagi ikan-ikan tersebut.

Gambar 29. Histogram Kelimpahan Ikan Karang

Sebaran Jumlah Ikan karang diperoleh dari interpolasi tiap – tiap stasiun pengamatan. Metode interpolasi yang digunakan adalah inverse distance weighted (IDW). Dari gambar 30 terlihat bahwa perairan karang Lebar dan Congkak memiliki kelimpahan ikan karang yang cukup bervariatif, berkisar antara

42 - > 400 ekor. Kelimpahan terbesar berada di selatan Karang Congkak (stasiun

17) dengan nilai kisaran 256 – 456 ekor.

Hasil sebaran jumlah ikan karang kemudian dikelaskan kembali untuk penentuan kawasan konservasi laut. Kelimpahan ikan karang > 300 ekor di kategorikan kelas sangat sesuai, kelimpahan 100 – 300 ekor dikategorikan kelas sesuai, dan kelimpahan < 100 ekor dikategorikan kelas tidak sesuai. Peta hasil klasifikasi jumlah ikan karang dapat dilihat pada Lampiran 4.

ta ar

ak J -

u ib er

Ke ,