Parameter penimbang kawasan konservasi laut
4.3. Parameter penimbang kawasan konservasi laut
4.3.1. Jarak pantauan dari pemukiman penduduk pulau kecil
Kegiatan konservasi laut sangat rentan terhadap aktivitas penangkapan ikan yang merusak (destrutive fishing) seperti pengeboman, penggunaan jaring pukat, penggunaan sianida dan sebagainya. Oleh sebab itu pengawasan terhadap kawasan konservasi laut sangat penting untuk pengoptimal fungsi dari kawasan konservasi laut. Pelaku pengawasan baik penduduk lokal maupun dari pihak pemerintah dapat segera menindak jika ada para nelayan yang melakukan penangkapan secara destructive fishing di area konservasi laut.
Informasi spasial kawasan pemukiman diperoleh dari data Peta Rupa Bumi Indonesia dan data lapangan. Jarak dari kawasan pemukiman dapat dipetakan dengan mengasumsikan parameter di atas sebagai poligon. Penentuan jarak pantauan zona konservasi laut terhadap kawasan pemukiman pesisir dilakukan pada raster data.
Pembuatan jarak/buffer dari kawasan pemukiman dibagi atas 3 kelas, yaitu
0 – 500 m, 500 – 1500 m, dan lebih dari 1500 m. Untuk Zona konservasi laut pemantauan idealnya dilakukan pada jarak kurang dari 500 m. Zona sesuai digolongkan pada kelas lebih besar dari 500 m dan kurang dari 1500 m, sedangkan zona tidak sesuai digolongkan pada kelas lebih dari 1500m. Peta buffer dari kawasan pemukiman pesisir dapat dilihat pada Gambar 31.
4.3.2. Jarak dari jalur pelayaran
Transportasi laut merupakan jenis transportasi yang sering digunakan oleh penduduk Kepulauan Seribu untuk melakukan aktivitas kesehariannya.
ib er S .
p Ke
, ak
C an
d ar
eb L
gn
ra Ka
n ra ai er
p il
ec k
u la u
p an
im ku
em n p sa
awa k er
ff u
a et . P
3 ar
bm
Ga
Alat transportasi laut yang digunakan antara lain perahu motor, baik perahu motor tempel maupun permanen. Alat transportasi ini sering menghasilkan sisa pembakaran berupa minyak yang dapat mencemari perairan. Sisa minyak ini yang perlu kita perhitungkan dalam penentuan zona konservasi laut.
Jarak dari jalur pelayaran komersial dan domestik dapat dispasialkan dengan mengasumsikan parameter di atas sebagai line/garis. Jalur pelayaran komersial diperoleh melalui track GPS kapal Ojek dari Muara Angke hingga Pulau Pramuka, sedangkan jalur pelayaran domestik (nelayan ) diperoleh dari route pelayaran kapal penelitian yang digunakan untuk mengambil titik sampel. Penentuan jarak zona konservasi laut terhadap jalur pelayaran komersial maupun domestik dilakukan pada raster data.
Pembuatan jarak/buffer dari jalur pelayaran dibagi atas 3 kelas, yaitu 0 – 1000 m, 1000 – 2000 m, 2000 – 3000 m, dan lebih dari 3000 m. Zona Konservasi laut ideal dilakukan pada jarak lebih dari 2000 m. Zona sesuai digolongkan pada kelas lebih besar dari 1000 m dan kurang dari 2000 m, sedangkan zona tidak sesuai digolongkan pada kelas kurang dari 1000 m. Peta buffer dari jalur pelayaran komersial dan domestik dapat dilihat pada Gambar 31.
4.3.3. Analisis zona konservasi laut (kawasan konservasi laut ) dengan Cell Based Modelling
Kawasan konservasi laut (KKL) memiliki dua fungsi utama, yaitu : (1) Melindungi seluruh ekosistem dengan cara mengkonservasi berbagai spesies dan habitat-habitat utama (critical habitat) seperti daerah pemijahan (spawning grounds ) dan daerah asuhan/pembesaran (nursery grounds), dan (2) Stok ikan Kawasan konservasi laut (KKL) memiliki dua fungsi utama, yaitu : (1) Melindungi seluruh ekosistem dengan cara mengkonservasi berbagai spesies dan habitat-habitat utama (critical habitat) seperti daerah pemijahan (spawning grounds ) dan daerah asuhan/pembesaran (nursery grounds), dan (2) Stok ikan
ak J u -
ib er
Ke ,
k ak
C an
d ar
eb L
g an ar
ra ai er
p an ar ay
el p r
u al
j er u ff
a et
3 ar b
am
(biota laut lainnya) dalam KKL dapat berfungsi seperti “tabungan“ (bank account) atau jaminan yang dapat menyangga fluktuasi dan penurunan populasi yang terjadi di luar KKL akibat kesalahan manajemen maupun fluktuasi alamiah. Analisis zona potensial dilakukan dengan melihat berbagai faktor yang terkait dengan pengembangan dan kelangsungan kegiatan konservasi laut. Analisis kawasan konservasi laut mempertimbangkan faktor biofisik perairan, keanekaragaman hayati laut, faktor konservasi, dan faktor aktivitas manusia. Faktor biofisik terdiri dari substrat dasar, kedalaman. Keanekaragaman hayati laut meliputi jumlah jenis ikan karang, dan kelimpahan ikan karang. Faktor aktivitas manusia meliputi jarak pantauan dari pemukiman penduduk, dan jarak dari jalur pelayaran.
Analisis spasial pada data raster merupakan dasar dari Cell Based Modelling karena setiap sel memiliki nilai tertentu sehingga akan memudahkan dalam analisis spasial. Penentuan zona kawasan konservasi laut memerlukan suatu model yang dapat mengintegrasikan seluruh parameter yang mempengaruhi kriteria konservasi laut. Pemodelan zona kawasan konservasi laut dilakukan dengan menspasialkan setiap parameter.
Setiap parameter (raster) yang telah diturunkan, baik melalui transformasi citra maupun dengan interpolasi point-point atau line kemudian dikelasifikasi ulang menjadi kelas-kelas kesesuaian. Pengelompokkan masing-masing parameter merupakan salah satu bentuk operasi sel dari zonal function. zonal function merupakan salah satu bentuk operasi sel pada Cell Based Modelling, karena akan mengelompokkan sel ke dalam kategori tertentu berdasarkan kesamaan nilai yang dimiliki oleh sel tersebut. Begitu tiap sel dikelompokkan, Setiap parameter (raster) yang telah diturunkan, baik melalui transformasi citra maupun dengan interpolasi point-point atau line kemudian dikelasifikasi ulang menjadi kelas-kelas kesesuaian. Pengelompokkan masing-masing parameter merupakan salah satu bentuk operasi sel dari zonal function. zonal function merupakan salah satu bentuk operasi sel pada Cell Based Modelling, karena akan mengelompokkan sel ke dalam kategori tertentu berdasarkan kesamaan nilai yang dimiliki oleh sel tersebut. Begitu tiap sel dikelompokkan,
Skor 1 untuk kriteria sangat sesuai, skor 2 untuk kriteria sesuai dan skor 3 untuk kriteria tidak sesuai. Jumlah sel untuk masing-masing kode dalam setiap parameter merupakan hasil pengkelasan parameter dapat dilihat dalam Tabel 8.
Proses reclassify menggunakan operator ”Add” atau penambahan sehingga jumlah setiap sel yang memiliki kode yang sama setelah diberi skor akan dijumlahkan dan akan membentuk suatu zona dengan kriteria tertentu. Proses overlay setiap layer dengan menggunakan menu “raster calculator”secara matematis dapat dilihat dibawah ini. [[Substrat Dasar Perairan] * 0.3 + [Kedalaman] *0.1 + [ ∑Jenis ikan karang]*0.2+[ ∑ ikan karang]*0.2 + [Jarak dari Jalur Pelayaran] * 0.1 + [Jarak dari Kawasan Pemukiman] * 0.1]
Tabel 9. Jumlah sel hasil klasifikasi parameter dengan Cell Based Modelling
Parameter
Jumlah Sel
Sangat sesuai (S1)
Sesuai (S2)
Tidak sesuai (S3)
Substrat dasar
Kedalaman (m)
Jenis Ikan Karang (sp)
Jumlah Ikan Karang (ind)
Jarak dari jalur pelayaran
(m) Jarak dari pemukiman
Jumlah sel hasil weighted overlay dikelompokkan ke dalam tiga kelas/zona yaitu kelas S1 (sangat sesuai) = 2,3335 – 3,0000, kelas S2 (sesuai) = 1,6668 – 2,3334 dan kelas S3 (tidak sesuai) = 1,0000 – 1,6667 beserta luasan terangkum dalam Tabel 10.
Tabel 10. Jumlah sel hasil weighted overlay
Luas (Ha) Sangat sesuai (S1)
Keterangan
Jumlah Sel
Sesuai (S2)
Tidak Sesuai (S3)
Peta kawasan konservasi laut di perairan Karang Lebar dan Karang Congkak, Kepulauan Seribu – Jakarta dapat dilihat pada Gambar 33. Pada gambar terlihat dengan metode berbasis sel dapat dibentuk spot-spot zona potensial yang direpresentasikan dengan warna hijau. Masing-masing spot KKL berukuran 8 x8 m.
ta ar ak
ib er
Ke ,
ak k
gno
C an
d ar
eb L
g n ra
Ka n
ra ai er
la i
as rv se
no
kn
sa awa
k an
ai eu es
a et
3 ar
bm
Ga
Zona sangat sesuai banyak terdapat di daerah goba, baik di Karang Lebar maupun Karang Congkak. Wilayah perairan ini sangat sesuai untuk dijadikan kawasan konservasi laut, dimana faktor- faktor yang dijadikan paramerter kesesuian sangat mendukung. Zona sangat sesuai ini mempunyai luas sebesar
118,2976 Ha . Zona sesuai terlihat dominan pada wilayah gosong Karang Lebar dan Karang Congkak.direpresentasikan dengan warna kuning. Zona ini mempunyai luasan sebesar 789,0176 Ha. Wilayah ini merupakan zona yang cukup potensial untuk dijadikan kawasan konservasi laut sebab parameter – parameter kawasan konservasi laut yang digunakan sebagai faktor pembatas cukup mendukung
Zona tidak sesuai direpresentasikan dengan warna merah, dimana kawasan ini tidak cocok untuk dijadikan kawasan konservasi laut. Wilayah perairan ini mempunyai parameter- parameter faktor pembatas yang tidak mendukung. Kegiatan konservasi tidak dapat berlangsung meskipun diberikan berbagai perlakuan tambahan seperti pembuatan fish shelter sebab faktor oseanografi dan biologi tidak mendukung. Zona ini mempunyai luas sebesar 462,9760 Ha.
Visualisasi kelas kesesuaian hasil overlay dengan metode Cell Based Modelling berupa grid yang setiap grid-nya mempresentasikan spot-spot potensial kawasan konservasi laut. Resolusi spasial digunakan sebagai alat ukur akurasi SIG berbasis raster, semakin kecil nilai piksel maka semakin tinggi akurasi data tersebut begitu pula sebaliknya. Dalam penentuan kawasan konservasi laut kali ini, spot – spot zona potensial yang digunakan mempunyai resolusi yang tinggi yaitu 8 x 8 m, sehingga akan tampak jelas.
Dari hasil ground check lapangan daerah yang sangat sesuai pada Karang Congkak antara lain terdapat pada bagian selatan (ST17L) dan utara (ST27L) . Pada stasiun ST17L kondisi lingkungannya mendukung baik itu dari segi
oseanografi (suhu 29 0 C; salinitas 33 ‰; pH 8,9; dan DO 5,9 mg/l) maupun biologi (persen cover karang hidup di 3 m: 71,77%; 10 m: 50,93%; dan jumlah individu ikan karang 3m : 509 ind; 10 m:403 ind), dan pada stasiun ST27L kondisi biologi (persen penutupan karang hidup 3m : 56,73%; 10m : 48,17 %; dan jumlah individu ikan karang 3m : 164 ind; 10m : 179 ind) juga sangat mendukung. Untuk daerah Karang Lebar daerah yang sangat sesuai ada pada bagian utara (ST29L) sebab dilihat kondisi ekosistem terumbu karang juga mendukung yaitu persen penutupan karang keras di 3m : 80,23% dan 10 m: 50,83% ; jumlah individu ikan karang di 3m : 205 ind dan 10m : 269 ind .