Pengukuran faktor biofisik lapangan

3.6. Pengukuran faktor biofisik lapangan

Pengukuran parameter biofisik perairan di lapangan mutlak dilakukan untuk mengumpulkan data-data yang dapat diturunkan dari citra satelit. Pengukuran parameter kualitas perairan dilakukan dengan pengukuran secara insitu dengan terlebih dahulu menentukan stasiun. Data-data pengukuran lapangan meliputi: suhu permukaan laut, salinitas, pH , oksigen terlarut (DO), kecerahan, dan kecepatan arus permukaan.

Seluruh parameter yang diukur disimpan sebagai data atribut masing- masing stasiun yang direpresentasikan sebagai point. Untuk dapat melihat sebaran nilai parameter perairan secara spasial dilakukan interpolasi masing- masing parameter. Metode interpolasi yang digunakan adalah spline. Spline mengestimasi nilai sel berdasarkan nilai rata-rata pada hampiran antara point data masing-masing contoh. Metode ini memiliki asumsi bahwa variable yang dipetakan akan berkurang pengaruhnya ketika menjaui pont sentral. Kelebihan metode ini yaitu dapat memetakan dengan baik interpolasi beberapa point yang menyebar serta penggambaran spasial yang lebih halus. (ESRI,2002).

Dalam pemetaan spasial bathimetri, digunakan metode interpolasi natural neighbors. Metode ini merupakan metode interpolasi yang paling efektif jika sel input cukup banyak, sehingga akan dihasilkan peta tematik bethimetri yang mirip dengan keadaan aslinya (natural).

Pada saat melakukan interpolasi luasan masing-masing piksel harus ditentukan, pada kasus ini luasan piksel sebagai output adalah 8 x 8 m. Pemilihan Pada saat melakukan interpolasi luasan masing-masing piksel harus ditentukan, pada kasus ini luasan piksel sebagai output adalah 8 x 8 m. Pemilihan

3.5.1. Survei kondisi terumbu karang dan kepadatan ikan karang

Terumbu karang merupakan ekosistem yang khas terdapat di daerah tropis. Meskipun terumbu karang ditemukan di seluruh perairan dunia, tetapi hanya di daerah tropis terumbu karang dapat tumbuh dengan baik.

Pegamatan habitat dasar ekosistem terumbu karang yang terdiri atas karang keras, karang lunak dan berbagai organisme lainnya, menggunakan metode transek garis menyinggung LIT (Line Intercept Transect) dan RRA (Rapid Reef Assessment ). Untuk metode LIT, transek garis dibentangkan sejajar garis pantai sepanjang 10 meter menggunakan rol meter. Setiap lokasi pengamatan dilakukan pengulangan sebanyak tiga kali ulangan dengan interval 10 meter di antara setiap ulangan, sehingga total transek pengamatan adalah 50 meter. Pengamatan biota pengisi habitat dasar didasarkan pada bentuk pertumbuhan (lifeform), dengan keterangan genera (English et al., 1994), biota dan komponen abiotik lain yang ditemukan sepanjang transek garis (Gambar 8) .

Gambar 8. Metode pengambilan data LIT

Pengamatan data ikan karang mencakup visual sensus ikan karang dan estimasi biomassa ikan target (Gambar 9). Pengambilan data ikan karang menggunakan transek yang sama dengan transek untuk pengambilan data karang. Pengamat bergerak sepanjang transek garis dengan kecepatan konstan dan mencatat spesies ikan sejauh 2.5 meter ke kanan dan 2.5 meter ke kiri. Data yang diambil untuk data visual sensus meliputi spesies dan jumlah ikan yang teramati.

Gambar 9. Metode Visual Sensus

Untuk metode RRA, transek yang digunakan adalah transek maya dengan ukuran 10 x 10 m. Penentuan sampel secara random, pengamat mencatat data karang dan ikan selama kurang lebih 5 - 10 menit. Data karang yang dicatat merupakan estimasi dari persen cover tutupan karang berdasarkan lifeform, sedangkan data ikan berupa jumlah dan spesies yang teramati selama 10 menit.

Analisis data habitat terumbu karang dan ikan karang

Informasi yang dihasilkan adalah kondisi terkini dari kondisi ekositem terumbu karang yang diamati dan koloni karang yang mendominasi di perairan ini, data habitat dasar dan ikan karang yang telah dianalisis lebih lanjut. Parameter habitat dasar yang dihitung hanya persen penutupan. Sedangkan untuk ikan karang meliputi jumlah spesies yang ditemukan dan kelimpahan ikan karang.

Persen penutupan habitat dasar

Biota habitat dasar serta panjang transisi penutupan yang ditemukan sepanjang transek garis, dikelompokkan menurut bentuk pertumbuhannya (lifeform). Kemudian bentuk pertumbuhan tersebut dihitung nilai penutupannya berdasarkan rumus berikut (Gomez and Yap, 1988):

Keterangan : L i = Persentase penutupan biota karang ke-i

ni = Panjang total kelompok biota karang ke-i L = Panjang total transek garis

Kriteria persentase penutupan karang hidup berdasarkan Gomez and Yap (1988) dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Kriteria persentase penutupan karang

Persentase Penutupan (%) Kategori/ Kriteria

Sangat Baik

Kelimpahan ikan karang

Informasi yang dihasilkan dari data sensus visual adalah komposisi dan kelimpahan

ikan karang (ind.(100m) -1 ) kemudian dikonversi menjadi Ind.ha . Kelimpahan (Ind.ha -1 ) = (Jumlah Individu/Luasan Transek)

3.5.2. Survei kondisi sosial, ekonomi dan budaya

Kondisi sosial, ekonomi dan budaya diperlukan untuk mendapatkan data yang mendukung kelayakan pembentukan KKL di suatu lokasi. Beberapa data yang diperlukan adalah data demogarfi, kearifan tradisional, aspek hukum dan kelembagaan, persepsi stakeholder tentang KKL, dan beberapa informasi penting lainnya.

Kegiatan survey sosial, budaya dan ekonomi dilakukan dengan metode kuantitatif dan kualitatif. Metode kuantitatif dilakukan dengan menggunakan kuisioner yang telah disusun secara sistematis dalam rangka mendapatkan parameter-parameter atau kriteria-kriteria sosial, budaya dan ekonomi sebagai pertimbangan yang mendukung pembentukan dan penetapan KKL baru. Sedangkan kualitatif menggunakan tehnik-tehnik yang memungkinkan lahirnya partisipasi masyarakat lokal dan stakeholder lainnya.