Saham Perusahaan Sektor Consumer Goods di LQ 45

Saham Perusahaan Sektor Consumer Goods di LQ 45

Analisis Korelasi Antar Variabel

Analisis korelasi perlu dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antar variabel independen dengan variabel independen, serta hubungan Analisis korelasi perlu dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antar variabel independen dengan variabel independen, serta hubungan

Tabel 4 Hasil Analisis Korelasi Pearson Antar Variabel

PDB Harga Variabel (X1)

Inflasi

BI Rate

JUB

Kurs Beli

(X5) Saham (Y) Inflasi (X1)

BI Rate (X2)

0,850 ** 1 -0,633 ** 0,413 *

-0,701 ** -0,648

JUB (X3) -0,266

Kurs Beli (X4)

1 0,008 -0,203

PDB (X5) -0,338

Harga Saham

0,688 ** 1 (Y)

-0,410 * -0,648 ** 0,682 ** -0,203

**Korelasi signifikan pada tingkat α = 0,01 *Korelasi signifikan pada tingkat α = 0,05

Sumber: Data diolah (2015)

Pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi yaitu jika korelasi bernilai lebih dari 0,5 maka hubungan antar variabel dinyatakan kuat, sedangkan apabila nilai koefisien korelasinya bernilai kurang dari 0,5, maka hubungan dinyatakan lemah (Prayitno 2011). Hasil analisis korelasi Pearson pada Tabel 4 menunjukkan bahwa:

1. Variabel dependen harga saham (Y) memiliki nilai korelasi yang menunjukkan adanya hubungan positif kuat dan signifikan terhadap variabel jumlah uang beredar (X3) dan produk domestik bruto (X5), sedangkan dengan variabel inflasi (X1), BI Rate (X2), dan kurs beli (X4) nilai korelasinya menunjukkan hubungan negatif namun tidak signifikan.

2. Variabel inflasi memiliki korelasi positif yang kuat dan signifikan dengan variabel BI Rate (X2) dengan nilai korelasi sebesar 0,850 serta korelasi positif yang lemah dan signifikan terhadap variabel kurs beli (X4) dengan nilai korelasi sebesar 0,416. Variabel inflasi memiliki hubungan negatif namun tidak signifikan terhadap variabel jumlah uang beredar (X3), produk domestik bruto (X5), dan harga saham (Y).

3. Variabel BI Rate memiliki nilai korelasi negatif kuat dan signifikan dengan variabel jumlah uang beredar (X3) dan produk domestik bruto (X5). Variabel BI Rate memiliki korelasi positif lemah dan signifikan dengan variabel kurs beli rupiah terhadap US dollar (X4), sedangkan dengan variabel harga saham, BI Rate memiliki hubungan positif yang tidak signifikan.

4. Variabel jumlah uang beredar (X3) memiliki nilai korelasi yang menggambarkan hubungan positif kuat dan signifikan dengan variabel produk domestik bruto (X5) dan harga saham (Y), sedangkan dengan variabel kurs beli (X4) hubungannya positif namun tidak signifikan.

5. Variabel kurs beli rupiah terhadap US dollar (X4) memiliki nilai korelasi yang menunjukkan hubungan positif namun tidak signifikan dengan variabel produk domestik bruto (X5), dan dengan harga saham (Y) nilai korelasinya menunjukkan nilai negatif dan tidak signifikan.

6. Variabel produk domestik bruto memiliki nilai korelasi yang menunjukkan adanya hubungan positif kuat dan signifikan terhadap variabel harga saham (Y).

Hasil analisis pada Tabel 4 menunjukkan adanya hubungan kuat dan signifikan antara variabel BI Rate (X2) dan variabel jumlah uang beredar (X3) dengan variabel independennya. Hal ini mengakibatkan adanya multikolinieritas dalam model regresi, sehingga kedua variabel tersebut harus dihilangkan dari model regresi berganda.

Analisis Regresi Linier Sederhana

Analisis regresi linier sederhana digunakan untuk mengetahui pengaruh satu variabel dependen terhadap satu variabel independen. Adapun penjelasan mengenai pengaruh secara parsial setiap variabel dari makroekonomi terhadap harga saham perusahaan sektor consumer goods yang terdaftar di indeks LQ 45 adalah sebagai berikut.

A. Pengaruh Inflasi terhadap Harga Saham Perusahaan Consumer Goods di Indeks LQ 45

Hipotesis yang digunakan adalah tolak H 0 atau terima H 1 jika t hitung > t tabel atau – t hitung < - t tabel dan terima H 0 atau tolak H 1 jika t hitung < t tabel atau – t hitung > - t tabel, dimana t tabel pada penelitian ini adalah 2,080. Hipotesis untuk variabel inflasi (X1) adalah:

H 01 = Inflasi tidak berpengaruh terhadap harga saham.

H 11 = Inflasi berpengaruh terhadap harga saham.

Analisis regresi sederhana digunakan untuk mengetahui pengaruh inflasi terhadap harga saham perusahaan sektor consumer goods yang terdaftar di indeks LQ 45. Hasil analisis regresi untuk variabel inflasi (X1) terhadap harga saham ditunjukkan oleh Tabel 5.

Tabel 5 Hasil Analisis Regresi Sederhana Variabel X1

T hitung Konstanta * 0,072 0,015 4,668

Koefisien

Standard Error

Inflasi (X1)

*Signifikan pada tingkat α = 0,05 Sumber: Data diolah (2015)

Hasil analisis regresi sederhana pada Tabel 5 menunjukkan persamaan regresi linier sederhana:

Y = 0,072 – 0,716X1 Interpretasi dari konstanta sebesar 0,072 adalah jika variabel inflasi bernilai

0, maka harga saham perusahaan sektor consumer goods nilainya positif sebesar

0,072. Koefisien regresi variabel inflasi sebesar -0,716, yang menunjukkan apabila variabel inflasi (X1) mengalami kenaikan satu satuan, maka variabel harga saham akan mengalami penurunan sebesar 0,716 satuan. Variabel inflasi (X1) mendapatkan nilai t hitung sebesar -2,106 < - 2,080, sehingga dapat disimpulkan

bahwa H 11 diterima dan hasil pengolahan data pada penelitian ini memperlihatkan bahwa inflasi secara parsial berpengaruh terhadap pergerakan harga saham perusahaan consumer goods di indeks saham LQ 45. Hal ini disebabkan karena inflasi yang merupakan proses terjadinya kenaikan harga barang-barang secara terus menerus pada periode tertentu akan memicu semakin tingginya biaya hidup masyarakat, sehingga masyarakat akan terpaksa memilih untuk mengalokasi dana untuk memenuhi kecukupan konsumsi daripada investasi, sehingga apabila saat inflasi naik atensi masyarakat untuk berinvestasi turun, harga saham perusahaan yang cenderung elastis pun akan ikut turun, termasuk harga saham perusahaan sektor consumer goods yang terdaftar pada indeks LQ 45.

B. Pengaruh BI Rate terhadap Harga Saham Perusahaan Consumer Goods di Indeks LQ 45

Hipotesis yang digunakan adalah tolak H 0 atau terima H 1 jika t hitung > t tabel atau – t hitung < - t tabel dan terima H 0 atau tolak H 1 jika t hitung < t tabel atau – t hitung > - t tabel, dimana t tabel pada penelitian ini adalah 2,080. Hipotesis untuk variabel BI Rate (X2) adalah:

H 02 = BI Rate tidak berpengaruh terhadap harga saham.

H 12 = BI Rate berpengaruh terhadap harga saham.

Analisis regresi sederhana digunakan untuk mengetahui pengaruh BI Rate terhadap harga saham perusahaan sektor consumer goods yang terdaftar di indeks LQ 45. Tabel 6 menunjukkan hasil analisis regresi untuk variabel BI Rate (X2) terhadap harga saham (Y).

Tabel 6 Hasil Analisis Regresi Sederhana Variabel X2

T hitung Konstanta

Koefisien

Standard Error

5.212 BI Rate (X2)

*Signifikan pada tingkat α = 0,05 Sumber: Data diolah (2015)

Hasil analisis regresi sederhana pada Tabel 6 menunjukkan persamaan regresi linier sederhana:

Y = 0,172 – 3,121X2 Interpretasi dari konstanta sebesar 0,172 adalah jika variabel BI Rate bernilai 0,

maka harga saham perusahaan sektor consumer goods nilainya positif sebesar 0,172. Koefisien regresi variabel BI Rate sebesar -3,121, yang menunjukkan apabila variabel BI Rate (X2) mengalami kenaikan satu satuan, maka variabel harga saham akan mengalami penurunan sebesar 3,121 satuan. Variabel BI Rate mendapatkan nilai t hitung sebesar -3,991 < - 2,080, sehingga dapat disimpulkan

bahwa H 12 diterima dan hasil pengolahan data pada penelitian ini memperlihatkan bahwa H 12 diterima dan hasil pengolahan data pada penelitian ini memperlihatkan

C. Pengaruh Jumlah Uang Beredar terhadap Harga Saham Perusahaan Consumer Goods di Indeks LQ 45

Hipotesis yang digunakan adalah tolak H 0 atau terima H 1 jika t hitung > t tabel atau – t hitung < - t tabel dan terima H 0 atau tolak H 1 jika t hitung < t tabel atau – t hitung > - t tabel, dimana t tabel pada penelitian ini adalah 2,080. Hipotesis untuk variabel jumlah uang beredar (X3) adalah:

H 03 = Jumlah uang beredar tidak berpengaruh terhadap harga saham.

H 13 = Jumlah uang beredar berpengaruh terhadap harga saham. Analisis regresi sederhana digunakan untuk mengetahui pengaruh jumlah uang beredar terhadap harga saham perusahaan sektor consumer goods yang terdaftar di indeks LQ 45. Hasil analisis regresi sederhana untuk variabel jumlah uang beredar (X3) terhadap harga saham ditunjukkan oleh Tabel 7.

Tabel 7 Hasil Analisis Regresi Sederhana Variabel X3

T hitung Konstanta

Koefisien

Standard Error

-2,089 JUB (X3)

*Signifikan pada ti ngkat α = 0,05 Sumber: Data diolah (2015)

Hasil analisis regresi sederhana pada Tabel 7 menunjukkan persamaan regresi linier sederhana:

Y = -0,040 + 1,967X3

Interpretasi dari konstanta sebesar -0,040 adalah jika variabel jumlah uang beredar (X3) bernilai 0, maka harga saham perusahaan sektor consumer goods nilainya negatif sebesar 0,040. Koefisien regresi variabel jumlah uang beredar sebesar 1,967, yang menunjukkan apabila variabel jumlah uang beredar (X3) mengalami kenaikan satu satuan, maka variabel harga saham akan mengalami kenaikan sebesar 1,967 satuan. Variabel jumlah uang beredar mendapatkan nilai t hitung sebesar

4,379 > 2,080, sehingga dapat disimpulkan bahwa H 13 diterima dan hasil pengolahan data pada penelitian ini memperlihatkan bahwa jumlah uang beredar/M2 (X3) secara parsial berpengaruh positif terhadap pergerakan harga saham perusahaan consumer goods di indeks saham LQ 45. Adanya korelasi negatif kuat dan signifikan antara jumlah uang beredar dan BI Rate, menunjukkan bahwa banyaknya uang beredar di masyarakat maka akan menyebabkan suku bunga turun. Turunnya suku bunga akan membuat masyarakat lebih memilih untuk berinvestasi di pasar modal daripada berinvestasi dalam bentuk tabungan atau deposito.

Peningkatan permintaan akan saham saat jumlah uang yang beredar tinggi berdampak pada meningkatnya harga saham emiten di Bursa Efek Indonesia, termasuk perusahaan pada sektor consumer goods yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

D. Pengaruh Kurs Beli Rupiah pada USD terhadap Harga Saham Perusahaan Consumer Goods di Indeks LQ 45

Hipotesis yang digunakan adalah tolak H 0 atau terima H 1 jika t hitung > t tabel atau – t hitung < - t tabel dan terima H 0 atau tolak H 1 jika t hitung < t tabel atau – t hitung > - t tabel, dimana t tabel pada penelitian ini adalah 2,080. Hipotesis untuk variabel kurs beli rupiah terhadap USD (X4) adalah:

H 04 = Kurs beli rupiah terhadap US Dollar tidak berpengaruh terhadap harga saham.

H 14 = Kurs beli rupiah terhadap US Dollar berpengaruh terhadap harga saham. Analisis regresi sederhana digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel kurs

beli (X4) secara parsial terhadap harga saham perusahaan sektor consumer goods yang terdaftar di indeks LQ 45. Hasil analisis regresi sederhana untuk variabel kurs beli (X4) terhadap harga saham ditunjukkan oleh Tabel 8.

Tabel 8 Hasil Analisis Regresi Sederhana Variabel X4

T hitung Konstanta

Koefisien

Standard Error

1,588 Kurs Beli (X4)

*Signifikan pada tingkat α = 0,05 Sumber: Data diolah (2015)

Hasil analisis regresi sederhana pada Tabel 8 menunjukkan persamaan regresi linier sederhana:

Y = 0,107 – 1,569X4 Interpretasi dari konstanta sebesar 0,107 adalah jika variabel kurs beli rupiah

terhadap US Dollar bernilai 0, maka harga saham perusahaan sektor consumer goods nilainya positif sebesar 0,107. Koefisien regresi variabel kurs beli -1,569 menunjukkan apabila variabel kurs beli (X4) mengalami kenaikan satu satuan, maka variabel harga saham akan mengalami penurunan sebesar 1,569 satuan.

Variabel X4 mendapatkan nilai t hitung sebesar -0,974 > -2,080 sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis H 04 diterima dan menyatakan bahwa kurs beli rupiah terhadap USD tidak berpengaruh terhadap harga saham perusahaan consumer goods dalam daftar Indeks LQ 45. Umumnya, apabila nilai kurs beli rupiah melonjak, maka akan berpengaruh kepada harga barang impor yang murah. Namun meski murahnya barang impor dapat berpotensi menggerus eksistensi produk dalam negeri, produk perusahaan consumer goods yang terdaftar di Indeks LQ 45 merupakan perusahaan besar dimana produk-produknya sudah terdistribusi hampir ke seluruh pelosok Indonesia, dan lebih dapat ditemukan daripada produk-produk impor yang distribusinya masih terbatas di wilayah Indonesia.

E. Pengaruh Produk Domestik Bruto terhadap Harga Saham Perusahaan Consumer Goods di Indeks LQ 45

Hipotesis yang digunakan adalah tolak H 0 atau terima H 1 jika t hitung > t tabel atau – t hitung < - t tabel dan terima H 0 atau tolak H 1 jika t hitung < t tabel atau –t hitung > - t tabel, dimana t tabel pada penelitian ini adalah 2,080. Hipotesis untuk variabel produk domestik bruto (X5) adalah:

H 05 = Produk domestik bruto tidak berpengaruh terhadap harga saham.

H 15 = Produk domestik bruto berpengaruh terhadap harga saham.

Analisis regresi sederhana digunakan untuk mengetahui pengaruh parsial variabel produk domestik bruto secara parsial terhadap harga saham perusahaan sektor consumer goods yang terdaftar di indeks LQ 45. Hasil analisis regresi sederhana untuk variabel produk domestik bruto (X5) terhadap harga saham ditunjukkan oleh Tabel 9.

Tabel 9 Hasil Analisis Regresi Sederhana Variabel X5

T hitung Konstanta

Koefisien

Standard Error

-2,545 PDB (X5)

*Signifikan pada tingkat α = 0,05 Sumber: Data diolah (2015)

Interpretasi dari konstanta sebesar -0,059 adalah jika produk domestik bruto (X5) bernilai 0, maka harga saham perusahaan sektor consumer goods nilainya negatif sebesar 0,059. Koefisien regresi variabel produk domestik bruto sebesar 2,405 menunjukkan apabila variabel produk domestik bruto (X5) mengalami kenaikan satu satuan, maka variabel harga saham akan mengalami kenaikan sebesar 2,405 satuan.

Variabel X5 mendapatkan nilai t hitung sebesar 4,447 > 2,080, sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis H 15 diterima dan menyatakan bahwa produk domestik bruto (PDB) berpengaruh terhadap harga saham. Hasil yang menunjukkan bahwa produk domestik bruto berpengaruh positif dan signifikan terhadap pergerakan harga saham perusahaan consumer goods yang berada dalam indeks LQ

45 ini didukung oleh teori persamaan PDB yang terdiri dari gabungan komponen konsumsi, belanja pemerintah, investasi, dan ekspor neto (Y= C + G + I + NX). PDB sebagai indikator pertumbuhan perekonomian suatu negara berbanding lurus dengan pertumbuhan investasi di negara terkait, termasuk investasi dalam pasar modal, karena pertumbuhan ekonomi yang bagus pada suatu negara terlihat sebagai naiknya daya beli masyarakat terhadap produk-produk perusahaan, dalam hal ini termasuk produk perusahaan-perusahaan consumer goods, dan menjadi prospek investasi yang bagus bagi investor, sehingga berdampak pada naiknya harga saham emiten di negara terkait.