Hakikat Puisi

B. Hakikat Puisi

1. Pengertian Puisi

Secara etimologi, istilah puisi berasal dari bahasa Yunani poeima ‘membuat’ atau poeisis ‘pembuatan’, dan dalam bahasa Inggris disebut poem serta poetry. Puisi diartikan ‘membuat’ dan ‘pembuatan’ karena melalui puisi pada dasarnya seseorang telah menciptakan suatu dunia tersendiri, yang mungkin berisi pesan atau gambaran suasana-suasana tertentu, baik fisik

maupun batiniah. Mengutip pendapat Mc. Caulay, Hudson (dalam Hartoko, 1989: 134) puisi adalah salah satu cabang sastra yang menggunakan kata-kata sebagai media penyampaian untuk membuahkan ilusi dan imajinasi, seperti halnya lukisan yang menggunakan garis dan warna dalam menggambarkan gagasan pelukisnya.

Sementara itu menurut Waluyo (2008: 28) puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif serta disusun dengan mengonsentrasikan semua kekuatan bahasa dengan pengkonsentrasian struktur fisik dan struktur batinnya. Sementara menurut Suroso (2009: 2-3) secara sederhana puisi dapat

Musyawarah & Seminar Nasional III AJPBSI Musyawarah & Seminar Nasional III AJPBSI

Berdasarkan uraian tentang beberapa pengertian di atas, puisi dapat didefinisikan salah satu bentuk kesusastraan yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif serta disusun dengan mengonsentrasikan semua kekuatan bahasa, yakni dengan mengonsentrasikan struktur fisik dan struktur batinnya.

2. Macam-Macam Puisi

Ditinjau dari bentuk maupun isinya, puisi terdiri dari beragam genre. Ragam puisi itu dibedakan dalam beberapa kelompok, yaitu

a. Puisi naratif, yakni puisi yang di dalamnya mengandung suatu cerita dengan pelaku, perwatakan, setting, maupun rangkaian peristiwa tertentu yang menjalin suatu cerita.

b. Puisi lirik, yakni puisi yang berisi luapan batin individual penyairnya dengan segala macam endapan pengalaman, sikap, maupun suasana batin yang melingkupinya.

c. Puisi fisikal, bersifat realitis artinya menggambarkan kenyataan apa adanya. Hal-hal yang dilihat, didengar, atau dirasakan merupakan objek ciptaannya.

d. Puisi platonik, adalah puisi yang sepenuhnya berisi hal-hal yang bersifat spiritual atau kejiwaan.

e. Puisi subjektif, disebut puisi personal, yakni puisi yang mengungkapkan gagasan, pikiran, perasaan, dan suasana dalam diri penyair.

3. Tema Puisi

Tema merupakan salah satu bagian dari puisi. Pengertian tema dalam karya sastra menurut Stanton (1988: 66) adalah makna yang dikandung oleh sebuah karya. Tema merupakan ide yang mendasari suatu cerita sehingga mampu memaparkan suatu karya fiksi yang diciptakannya. Pendapat senada disampaikan Suroto (1989: 134), yang menyatakan tema adalah pokok persoalan yang menjadi bahan pemikiran pengarang yang kemudian hendak disampaikan kepada penikmat atau pembaca. “Theme is the meaning the story releases; it may be the meaning the story discovers”(Kenney, 1966: 91).

Tarigan (1984: 125) menyatakan tema merupakan hal yang penting dalam sebuah cerita. Suatu cerita yang tidak mempunyai tema dikatakan tidak ada gunanya. Meskipun pengarang tidak menjelaskan apa tema ceritanya secara eksplisit, hal itu dapat disimpulkan dan dirasakan oleh pembaca pada saat selesai membaca cerita. Demikian juga Fananie (2000: 84) berpendapat tema adalah ide, gagasan, atau pandangan hidup pengarang yang melatarbelakangi ciptaan karya sastra. Tema dapat berupa persoalan moral, etika, agama, sosial budaya, tehnologi, dan tradisi yang terkait erat dengan masalah kehidupan. Namun, tema bisa berupa pandangan pengarang, ide, atau keinginan pangarang dalam menyiasati persoalan yang muncul.

Tema menurut Waluyo (2008: 124) merupakan gagasan pokok atau subject-master yang dikemukakan oleh penyair. Pokok pikiran atau pokok persoalan itu begitu kuat mendesak dalam jiwa penyair, sehingga menjadi landasan utama pengucapannya. Jika desakan yang kuat itu berupa hubungan antara penyair dengan Tuhan, maka puisinya bertema ketuhanan, jika desakan yang kuat berupa rasa belas kasih atau kemanusiaan, maka puisi bertema kemanusiaan.

Dengan latar belakang pengetahuan yang sama, penafsir-penafsir puisi akan memberikan tafsiran tema yang sama bagi sebuah puisi karena tema puisi bersifat lugas, objektif, dan khusus. Tema puisi harus dihubungkan dengan penyairnya, dengan konsep- konsepnya yang terimajinasikan. Oleh sebab itu, tema bersifat khusus (penyair), tetapi objektif (bagi semua penafsir), dan lugas (tidak dibuat-buat). Menurut Nurgiyantoro (2009: 70) tema dapat dipandang sebagai gagasan dasar umum sebuah karya sastra. Gagasan dasar umum

Musyawarah & Seminar Nasional III AJPBSI