HASIL DAN PEMBAHASAN

1. SD

Tabel 7. Ketercapaian Persentase per Komponen Jenjang SD

KOMPONEN

CAPAIAN

Manajemen Kurikulum

Supervisi Akademik

Pengelolaan Ekosistem Sekolah

Grafik 5. Ketercapaian Persentase per Komponen Jenjang SD

Pelaksanaan RTL pada program kemitraan kepala sekolah tahun 2017 pada jenjang Sekolah Dasar (SD) terfokus pada pencapian komponen Supervisi Akademik. Hal ini berdasarkan pada hasil pencapaian pelaksanaan RTL pada komponen Supervisi Akademik pada pelaksanaan program Kemitraan Kepala Sekolah tahun 2017 sebesar 72%. Data ketercapaian ini didukung oleh data laporan bulanan ketercapaian RTL komponen Supervisi Akademik yang rata-rata mencapai 14,82% atau rata-rata 4 –5 indikator dari 32 butir indikator. Sedangkan ketercapaian komponen Pengelolaan Ekosistem Sekolah pada jenjang Sekolah Dasar (SD) sebesar 56%.

Tabel 8. Ketercapaian Indikator berdasarkan laporan pendampingan bulanan

NO JENJANG Jumlah

Sumber: Data rekap laporan pendampingan bulanan dalam jaringan (daring)

2. SMP

Tabel 9. Ketercapaian Persentase per Komponen Jenjang SMP

KOMPONEN

CAPAIAN

Manajemen Kurikulum

Supervisi Akademik

Pengelolaan Ekosistem Sekolah

Grafik 6. Ketercapaian Persentase per Komponen Jenjang SMP

Pelaksanaan RTL pada program kemitraan kepala sekolah tahun 2017 pada jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) terfokus pada upaya untuk mencapai komponen Supervisi Akademik. Hal ini berdasarkan pada hasil pencapaian pelaksanaan RTL pada komponen Supervisi Akademik pada pelaksanaan program Kemitraan Kepala Sekolah Pelaksanaan RTL pada program kemitraan kepala sekolah tahun 2017 pada jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) terfokus pada upaya untuk mencapai komponen Supervisi Akademik. Hal ini berdasarkan pada hasil pencapaian pelaksanaan RTL pada komponen Supervisi Akademik pada pelaksanaan program Kemitraan Kepala Sekolah

Tabel 10. Ketercapaian Indikator berdasarkan laporan pendampingan bulanan

NO JENJANG Jumlah

Sumber: Data rekap laporan pendampingan bulanan dalam jaringan (daring)

3. SMA

Tabel 11. Ketercapaian Persentase per Komponen Jenjang SMA

KOMPONEN

CAPAIAN

Manajemen Kurikulum

Supervisi Akademik

Pengelolaan Ekosistem Sekolah

Grafik 7. Ketercapaian Persentase per Komponen Jenjang SMA

Pelaksanaan RTL pada program kemitraan kepala sekolah tahun 2017 pada jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) terfokus pada komponen Manajemen Kurikulum dan Supervisi Akademik. Hal ini berdasarkan pada hasil pencapaian pelaksanaan RTL pada komponen Manajemen Kurikulum dan Supervisi Akademik pada pelaksanaan program Kemitraan Kepala Sekolah tahun 2017 berturut-turut sebesar 73% dan 72%. Data ketercapaian ini didukung oleh data laporan bulanan ketercapaian RTL komponen Manajemen Kurikulum yang rata-rata mencapai 12,15% (sekitar 4 –5 indikator) dari 68 butir indikator. Sementara data ketercapaian yang didukung oleh data laporan bulanan ketercapaian RTL komponen Supervisi Akademik yang rata-rata mencapai 12.00% (sekitar 4-5 indikator) dari 32 butir indikator. Sedangkan ketercapaian komponen Pengelolaan Ekosistem Sekolah pada jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) sebesar 56,25%.

Tabel 12. Ketercapaian Indikator berdasarkan laporan pendampingan bulanan

NO JENJANG Jumlah

Sumber : Data rekap laporan pendampingan bulanan dalam jaringan (daring)

4. SMK

Tabel 13. Ketercapaian Persentase per Komponen Jenjang SMK

KOMPONEN

CAPAIAN

Manajemen Kurikulum

Supervisi Akademik

Pengelolaan Ekosistem Sekolah

Rerata

Grafik 8. Ketercapaian Persentase per Komponen Jenjang SMK

Pelaksanaan RTL pada program kemitraan kepala sekolah tahun 2017 pada jenjang Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) terfokus pada komponen Manajemen Kurikulum dan komponen Supervisi Akademik. Hal ini berdasarkan pada hasil pencapaian pelaksanaan RTL pada komponen Manajemen Kurikulum pada pelaksanaan program Kemitraan Kepala Sekolah tahun 2017 sebesar 73% dan komponen Supervisi Akademik sebesar 72%. Data ketercapaian ini didukung oleh data laporan bulanan ketercapaian RTL komponen Manajemen Kurikulum yang rata-rata mencapai 8,03% (sekitar 5 –6 indikator) dari 68 butir indikator. Sedangkan data ketercapaian yang didukung oleh data laporan bulanan ketercapaian RTL pada komponen Supervisi Akademik yang rata-rata mencapai 8% (sekitar 4 indikator) dari 31 butir indikator. Sementara ketercapaian komponen Pengelolaan Ekosistem Sekolah pada jenjang Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebesar 56%. Rendahnya pengelolaan ekosistem pada SMK, disebabkan oleh sulitnya menjalin kerjasama dengan dudi, PT, dll., di daerah khusus. Kerjasama SMK untuk praktek kerja industri (prakerin), terutama dibidang agribisnis, tata busana, perikanan dan kelautan, umumnya menjalin kerjasama dengan sektor informal atau UMKM.

Tabel 14. Ketercapaian Indikator berdasarkan laporan pendampingan bulanan

NO JENJANG

(ada 68 butir)

Sumber : Data rekap laporan pendampingan bulanan dalam jaringan (daring)

5. PENINGKATAN CAPAIAN TAHUN 2016 DAN 2017 PERKOMPONEN DAN JENJANG Pada sub bab ini akan ditampilkan data dalam bentuk tabel dan grafik perkomponen dan per jenjang pendidikan, kemudian analisis terhadapnya.

1. Keseluruhan Tabel 15. Ketercapaian Persentase per Komponen seluruhnya

Manajemen Kurikulum

Supervisi Akademik

Pengelolaan Ekosistem Sekolah

Grafik 9. Ketercapaian Persentase per Komponen seluruhnya

Ketercapaian komponen pada program kemitraan kepala sekolah yang dilaksanakan tahun 2016 hingga 2017 mengalami peningkatan yang besar pada semua komponen yaitu Manajemen Kurikulum, Supervisi Akademik, dan Pengelolaan Ekosistem Sekolah.

Komponen Manajemen Kurikulum pada 2017 mengalami peningkatan sebesar 7% menjadi 68%, dimana pada tahun 2016 pencapaiannya 61%. Komponen Supervisi Akademik pada 2017 mengalami peningkatan sebesar 7% menjadi 70% dimana pada tahun 2016 pencapiaannya 63%. Sedangkan untuk komponen Pengelolaan Ekosistem Sekolah pada 2017 mengalami peningkatan 7% menjadi 56% dimana pada tahun 2016 pencapaiannya 49%.

2. Berdasarkan Jenjang

a. SD

Tabel 16. Ketercapaian Persentase per Komponen Jenjang SD

Manajemen Kurikulum

Supervisi akademik

Pengelolaan Ekosistem Sekolah

Grafik 10. Ketercapaian Persentase per Komponen Jenjang SD

Ketercapaian komponen pada program kemitraan kepala sekolah pada jenjang Sekolah Dasar (SD) yang dilaksanakan tahun 2016 hingga 2017 mengalami peningkatan besar pada semua komponen yaitu Manajemen Kurikulum, Supervisi Akademik, dan Pengelolaan Ekosistem Sekolah.

Komponen Manajemen Kurikulum mengalami peningkatan sebesar 11% menjadi 69% dimana pada tahun 2016 pencapaiannya 58%. Komponen Supervisi Akademik mengalami peningkatan sebesar 8% menjadi 72% dimana pada tahun 2016 pencapiaannya 64%. Sedangkan komponen Pengelolaan Ekosistem Sekolah mengalami peningkatan 8% menjadi 56% dimana pada tahun 2016 pencapaiannya 48%.

b. SMP

Tabel 17. Ketercapaian Persentase per Komponen Jenjang SMP

Manajemen Kurikulum

Supervisi akademik

Pengelolaan Ekosistem Sekolah

Grafik 11. Ketercapaian Persentase per Komponen Jenjang SMP

Ketercapaian komponen pada program kemitraan kepala sekolah pada jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang dilaksanakan tahun 2016 hingga 2017 mengalami peningkatan walaupun tidak besar pada semua komponen yaitu Manajemen Kurikulum, Supervisi Akademik, dan Pengelolaan Ekosistem Sekolah.

Komponen Manajemen Kurikulum mengalami peningkatan sebesar 8% menjadi 66% dimana pada tahun 2016 pencapaiannya 62%. Komponen Supervisi Akademik mengalami peningkatan sebesar 7% menjadi 75% dimana pada tahun 2016 pencapiaannya 68%. Sedangkan komponen Pengelolaan Ekosistem Sekolah mengalami peningkatan 7% menjadi 56% dimana pada tahun 2016 pencapaiannya 49%.

c. SMA

Tabel 18. Ketercapaian Persentase per Komponen Jenjang SMA

JENJANG SMA

Manajemen Kurikulum

Supervisi Akademik

Pengelolaan Ekosistem Sekolah

Grafik 12. Ketercapaian Persentase per Komponen Jenjang SMA

Ketercapaian komponen pada program kemitraan kepala sekolah pada jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) yang dilaksanakan tahun 2016 hingga 2017 mengalami peningkatan besar pada semua komponen yaitu Manajemen Kurikulum, Supervisi Akademik, dan Pengelolaan Ekosistem Sekolah. Komponen Manajemen Kurikulum mengalami peningkatan sebesar 11% menjadi 73% dimana tahun 2016 pencapaiannya 62%. Komponen Supervisi Akademik mengalami peningkatan sebesar 11% menjadi 72% dimana tahun 2016 pencapiaannya 61%. Sedangkan komponen Pengelolaan Ekosistem Sekolah mengalami peningkatan 7% menjadi 56% dimana tahun 2016 pencapaiannya 49%.

d. SMK Tabel 19. Ketercapaian Persentase per Komponen Jenjang SMK

JENJANG SMK

Manajemen Kurikulum

Supervisi Akademik

Pengelolaan Ekosistem

Grafik 13. Ketercapaian Persentase per Komponen Jenjang SMK

Ketercapaian komponen pada program kemitraan kepala sekolah pada jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) yang dilaksanakan tahun 2016 hingga 2017 mengalami peningkatan pada semua komponen yaitu Manajemen Kurikulum, Supervisi Akademik, dan Pengelolaan Ekosistem Sekolah.

Komponen Manajemen Kurikulum mengalami peningkatan sebesar 2% menjadi 65% dimana pada tahun 2016 pencapaiannya 63%. Komponen Supervisi Akademik mengalami peningkatan sebesar 1% menjadi 61% dimana pada tahun 2016 pencapiaannya 61%. Sedangkan komponen Pengelolaan Ekosistem Sekolah mengalami peningkatan 6% menjadi 56% dimana pada tahun 2016 pencapaiannya 50%.

3. Berdasarkan Indikator pada Komponen Pada sub bab ini akan disampaikan ketercapaian berdasarkan indikator pada masing-

masing komponen.

a. Manajemen Kurikulum

Tabel 20. Ketercapaian Persentase per indikator pada Komponen Manajemen Kurikulum

1 KTSP dikembangkan sesuai dengan karakteristik satuan pendidikan dan

karakteristik lingkungan sekolah (Sesuai dengan visi, misi, dan tujuan pendidikan, dan ciri khas lingkungan sekitar sekolah) 2 SKL berlandaskan permendikbud nomor 20 tahun 2016 tentang standar

61% 69% kompetensi lulusan pendidikan dasar dan menengah 3 Perencanaan pembelajaran memenuhi ketentuan sesuai dengan standar

46% 54% proses

4 Pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan 52% 58% saintifik, inkuiri, pemecahan masalah dan discoveri 5 Penilaian hasil belajar mengukur kompetensi sesuai dengan rencana

46% 56% pembelajaran sebagai dasar penentuan ketuntasan tiap KD 6 Menumbuhkan karakter yang terintegrasi pada perencanaan, pelaksanaan,

67% 78% dan penilaian pembelajaran 7 Menumbuhkembangkan kebiasaan baik di sekolah

91% 89% 8 Mengembangkan kemampuan literasi peserta didik

58% 66% RATA-RATA

Grafik 14. Ketercapaian Persentase per indikator pada Komponen Manajemen Kurikulum

Hasil capaian pelaksanaan program kemitraan Kepala Sekolah tahun 2017 pada komponen Manajemen Kurikulum menunjukkan tingkat ketercapaian tertinggi pada indikator Menumbuhkan karakter yang terintegrasi pada perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran dengan persentase kenaikan sebesar 11% menjadi 91%. Hal ini ditunjukkan dari grafik di atas bahwa indikator Menumbuhkan karakter yang terintegrasi pada perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran memiliki persentase 67% pada tahun 2016 dan menjadi 78% pada tahun 2017. Dijelaskan mengapa pada indikator nomor 7, yakni, Menumbuhkembangkan kebiasaan baik di sekolah pada 2017 menurun dibandingkan dengan indikator yang sama pada tahun 2016.

b. Supervisi Akademik Tabel 21. Ketercapaian Persentase per indikator pada Komponen Supervisi Akademik

Merencanakan kegiatan supervisi akademik dalam peningkatan 1 profesionalisme guru

72% 78% 2 Melaksanakan kegiatan supervisi akademik

69% 78% 3 Mengevaluasi hasil kegiatan supervisi akademik

52% 65% 4 Melaksanakan kegiatan tindak lanjut

58% 59% RATA-RATA

Grafik 15. Ketercapaian Persentase per indikator pada Komponen Supervisi Akademik

Hasil capaian pelaksanaan program kemitraan Kepala Sekolah tahun 2017 pada komponen Supervisi Akademik menunjukkan tingkat ketercapaian tertinggi pada indikator Mengevaluasi hasil kegiatan supervisi akademik dengan persentase kenaikan sebesar 13% menjadi 65%. Grafik di atas menunjukan bahwa indikator Mengevaluasi hasil kegiatan supervisi akademik memiliki persentase 52% pada tahun 2016 dan menjadi 65% pada tahun 2017.

c. Pengelolaan Ekosistem Sekolah

Tabel 22. Ketercapaian Persentase per indikator pada Komponen Pengelolaan Ekosistem Sekolah

1 Hubungan sekolah dengan satuan pendidikan di sekitarnya 59% 63% 2 Hubungan sekolah dengan Lembaga Pemerintah/DUDI

37% 46% 3 Hubungan sekolah dengan komite sekolah

51% 59% RATA-RATA

Grafik 16. Ketercapaian Persentase per indikator pada Komponen Pengelolaan Ekosistem Sekolah

Hasil capaian pelaksanaan program kemitraan Kepala Sekolah tahun 2017 pada komponen Pengelolaan Ekosistem Sekolah menunjukkan tingkat ketercapaian tertinggi pada Indikator Hubungan sekolah dengan Lembaga Pemerintah/DUDI dengan persentase kenaikan sebesar 13% menjadi 46%. Grafik di atas menunjukkan bahwa indikator Hubungan sekolah dengan Lembaga Pemerintah/DUDI memiliki persentase 37% pada tahun 2016 dan menjadi 46% pada tahun 2017.

6. KETERCAPAIAN PERSENTASE PER KABUPATEN DAN PERPROPINSI Pada sub bab ini disampaikan ketercapaian persentase per kabupaten/kota; capaian persentase per propinsi dan capaian per indikator pada propinsi dan kabupaten/kota.

a. Ketercapaian Per Propinsi

Jenjang SD

Tabel 23. Ketercapaian Perpropinsi pada jenjang SD

PES RERATA

56% 69% 4 JAWA TIMUR

74% 80% 5 SULAWESI TENGAH

17% 11% 7 MALUKU UTARA

55% 67% 8 KEP. RIAU

77% 79% 10 SULAWESI UTARA

36% 51% 11 SULAWESI BARAT

81% 87% 12 KALIMANTAN BARAT

41% 59% 13 SUMATERA UTARA

53% 59% 14 SUMATERA BARAT

Pada jenjang Sekolah Dasar (SD), rata-rata pencapaian komponen Manajemen Kurikulum (MK), Supervisi Akademik (SA) dan Pengelolaan Ekosistem Sekolah (PES) yang tertinggi pada provinsi Sulawesi Barat dengan capaian 87%, sedangkan capaian terendah pada Provinsi Maluku dengan capaian 11%.

Jenjang SMP

Tabel 24. Ketercapaian Perpropinsi pada jenjang SMP

74% 70% 2 SULAWESI TENGAH

34% 63% 3 KEP. RIAU

47% 62% 5 SULAWESI UTARA

83% 89% 7 JAWA TIMUR

24% 51% 9 SUMATERA BARAT

46% 56% 10 PAPUA BARAT

Pada jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP), rata-rata pencapaian komponen Manajemen Kurikulum (MK), Supervisi Akademik (SA) dan Pengelolaan Ekosistem Sekolah (PES) yang tertinggi pada provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) dengan capaian 89%, sedangkan capaian terendah pada provinsi Maluku dengan capaian 51%.

Jenjang SMA

Tabel 25. Ketercapaian Perpropinsi pada jenjang SMA

1 SULAWESI TENGAH

63% 70% 2 MALUKU UTARA

42% 62% 3 KEP. RIAU

41% 43% 5 SULAWESI UTARA

64% 69% 6 KALIMANTAN BARAT

51% 72% 9 JAWA TIMUR

58% 84% 10 SUMATERA BARAT

77% 81% 11 PAPUA BARAT

Pada jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA), rata-rata pencapaian komponen Manajemen Kurikulum (MK), Supervisi Akademik (SA) dan Pengelolaan Ekosistem Sekolah (PES) yang tertinggi pada provinsi Banten dengan capaian 93%, sedangkan capaian terendah pada provinsi Kepulauan Riau dengan capaian 20%.

Jenjang SMK

Tabel 26. Ketercapaian Perpropinsi pada jenjang SMK

100% 67% 4 MALUKU UTARA

11% 36% 5 KEP. RIAU

92% 97% 8 SULAWESI BARAT

28% 40% 10 PAPUA BARAT

Pada jenjang Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), rata-rata pencapaian komponen Manajemen Kurikulum (MK), Supervisi Akademik (SA) dan Pengelolaan Ekosistem Sekolah (PES) yang tertinggi pada Provinsi Banten dengan capaian 97%, sedangkan capaian terendah pada Provinsi Sulawesi Barat dengan capaian 23%.

b. Ketercapaian Per Kabupaten

Jenjang SD

Tabel 27. Ketercapaian Perpropinsi pada jenjang SD

KOMPONEN

NO PROVINSI

KABUPATEN

RERATA

MK

SA

PES

57% 74% 1 NTT

ALOR

BELU

MANGGARAI

TIMUR

4 JAWA TIMUR

UTARA SERAM

8 KEP. RIAU

13 NIAS UTARA

SELATAN RERATA

Pada jenjang Sekolah Dasar (SD), rata-rata pencapaian komponen Manajemen Kurikulum (MK), Supervisi Akademik (SA) dan Pengelolaan Ekosistem Sekolah (PES) yang tertinggi pada kabupaten Situbondo provinsi Jawa Timur dengan capaian 97%, sedangkan capaian terendah pada provinsi Maluku kabupaten Seram Bagian Barat dengan capaian 11%.

Jenjang SMP

Tabel 28. Ketercapaian Perpropinsi pada jenjang SMP

KOMPONEN

NO PROVINSI

3 KEP. RIAU

SANGIHE MANGGARAI

7 JAWA TIMUR

10 PAPUA BARAT

Pada jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP), rata-rata pencapaian komponen Manajemen Kurikulum (MK), Supervisi Akademik (SA) dan Pengelolaan Ekosistem Sekolah (PES) yang tertinggi pada Kabupaten Manggarai Timur Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) dengan capaian 86%, sedangkan capaian terendah pada Kabupaten Seram Bagian Barat Provinsi Maluku dengan capaian 51%.

Jenjang SMA

Tabel 29. Ketercapaian Perpropinsi pada jenjang SMA

KOMPONEN

NO PROVINSI

3 KEP. RIAU

18% 20% 4 PAPUA

KARIMUN

41% 43% SULAWESI

KEEROM

KEPULAUAN

64% 69% UTARA

SANGIHE

KALIMANTAN

KAYONG

33% 49% BARAT

UTARA

KOMPONEN

NO PROVINSI

9 JAWA TIMUR

SELATAN TELUK

11 PAPUA BARAT

Pada jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA), rata-rata pencapaian komponen Manajemen Kurikulum (MK), Supervisi Akademik (SA) dan Pengelolaan Ekosistem Sekolah (PES) yang tertinggi pada kabupaten Lebak provinsi Banten dengan capaian 93%, sedangkan capaian terendah pada Kabupaten Karimun Provinsi Kepulauan Riau dengan capaian 20%.

Jenjang SMK

Tabel 30. Ketercapaian Perpropinsi pada jenjang SMK

KOMPONEN

NO PROVINSI

5 KEP. RIAU

TENGAH SERAM

10 PAPUA BARAT

Pada jenjang Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), rata-rata pencapaian komponen Manajemen Kurikulum (MK), Supervisi Akademik (SA) dan Pengelolaan Ekosistem Sekolah (PES) yang tertinggi pada Kabpuaten Lebak Provinsi Banten dengan Pada jenjang Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), rata-rata pencapaian komponen Manajemen Kurikulum (MK), Supervisi Akademik (SA) dan Pengelolaan Ekosistem Sekolah (PES) yang tertinggi pada Kabpuaten Lebak Provinsi Banten dengan

7. DAFTAR PERINGKAT SEKOLAH BERDASARKAN CAPAIAN RTL Berdasarkan analisis data kuantitatif mengenai capaian target dan sasaran persentase dan keterlaksanaan RTL sekolah-sekolah imbas pada Program Kemitraan Kepala Sekolah tahun 2017 diperoleh data bahwa terdapat 64 sekolah imbas yang masuk kategori 60%. Sekolah yang masuk kategori 60% ini bisa menjadi pengimbas pada tahun 2018. Jika dihitung dari jumlah 106 sekolah jumlah 42 Sekolah Imbas, maka 64 sekolah imbas yang siap menjadi pengimbas mencapai target persentase 60% dari jumlah yang ditargetkan pada program kemitraan kepala sekalah tahun 2017 ini . (Lampiran 8)

Tabel 31. Rekap Sekolah Pengimbas Kemitraan Kepala Sekolah

Tabel 32. Sekolah Mitra yang siap Menjadi Pengimbas pada tingkat lokal pada 2018

NO JENJANG

NAMA SEKOLAH

KABUPATEN

PROVINSI

CAPAIAN KATEGORI

60% SD

1. SD INPRES

WEKATIMUN 2. SMKN 1

WARUNGGUNUNG 3. SDN 01 PAKAN

SMPN 3 SITUBONDO

SITUBONDO

JAWA TIMUR

5. SMMK STANISLAUS

SDN 6 TAMBAK UKIR

SITUBONDO

JAWA TIMUR

WARUNGGUNUNG 8. SMAN 3 SOLOK

9. SD INPRES KOTA

10. SMPN 2 PRAYA

BARAT DAYA

TENGAH

11. SD NEGERI II

SDK SALUBIA

MAMUJU

SULAWESI

NO JENJANG

NAMA SEKOLAH

KABUPATEN

PROVINSI

CAPAIAN KATEGORI

SDN INPRES LAJU

14. SD NEGERI

SMKN KOKAR

16. SDN 01 PAGUYAMAN

SMAN 1 BINTUNI

PAPUA BARAT

SMAN 3 BANGKALAN

BANGKALAN

JAWA TIMUR

19. SDN INP KOYA BARAT KOTA

II JAYAPURA

20. SDN KLEKEAN 2

SD

BONDOWOSO

JAWA TIMUR

SDN 018 MORO

KARIMUN

KEP. RIAU

SMPN 3 SAMPANG

SAMPANG

JAWA TIMUR

23. SDN 05 PAGUYAMAN

SDN KALIGEDANG

BONDOWOSO

JAWA TIMUR

SDN SUKOREJO 05

BONDOWOSO

JAWA TIMUR

SMPN 2 BINTUNI

PAPUA BARAT

SDN 2 RUPE

28. SDN 02 PAGUYAMAN

SMKN 1 KEEROM

30. SMAN 2 SOLOK

SDN 29 WONOSARI

SDN 14 WONOSARI

SMPN 5 BORONG

34. SMK NEGERI

SDN 074050 SAWO

NIAS UTARA

36. SDN 04 PANDAN

37. SDN 4 BANAWA

38. SDN 12 BATANG

SD INPRES MATAP

40. SDN 06 PAGUYAMAN

SDN LENDANG ARA

SDN DALPENANG 1

SAMPANG

JAWA TIMUR

SDN BIRA

SMAN 1 RIO PAKAVA

SDN INP KOYA

KOTA

PAPUA

NO JENJANG

NAMA SEKOLAH

KABUPATEN

PROVINSI

CAPAIAN KATEGORI

TIMUR I

JAYAPURA

46. SD GMIT

SMPN 1 TAHUNA

SMKN 1 WONOSARI

SMKN 05 BIMA

50. SD NEGERI 8

SELATAN 51. SMAN 1 PRAYA

BARAT DAYA

TENGAH

52. SD

SD INPRES ARSO VIII

SDN 1 SEPAUK

SDN 24 LUNDANG

PAPUA BARAT

SMPN 01 WAWO

SMKN 2 KEEROM

SDN 15 WONOSARI

SMAN 1 TAHUNA

60. SDN 01 DELTA

SDK HALILULIK

62. SMP NEGERI 2

SMP

SORONG

PAPUA BARAT

KABUPATEN SORONG

63. SD

SDN 012 MORO

KARIMUN

KEP. RIAU

64. SDN 071026 LASARA

SUMATERA

SD

NIAS UTARA

JAWA TIMUR

SDN 21 WONOSARI

67. SMA NEGERI 6

SDN 09 SINTANG

69. SMPN 1 SOLOK

SDN 19 WONOSARI

SDN 27 PAGUYAMAN

72. SMPN 2 BANAWA

SMPN 1 ARSO

SDN 20 WONOSARI

SDN 019 MORO

KARIMUN

KEP. RIAU

SMPN 5 ARSO

77. SDN 3 SEMBALUN

SD GMIST BETANI

KEPULAUAN

SULAWESI

NO JENJANG

NAMA SEKOLAH

KABUPATEN

PROVINSI

CAPAIAN KATEGORI

SMKN I ATAMBUA

SDN 04 SAMBELIA

81. SMAN 3 SIMPANG

82. SD NEGERI 02

BATANG LIMPAUNG

SMPN 1 BURU

KARIMUN

KEP. RIAU

SDN 1 SAJANG

85. SMP NEGERI 10

SMP

SORONG

PAPUA BARAT

KABUPATEN SORONG 86. SERAM

SMP NEGERI 5

KAIRATU BARAT

87. SD

SDN INPRES NARU 1

SDN 09 SUKARAJA

90. SMPN 2 BUNGKU

91. SDN 3 BUNGKU

NIAS UTARA

DAHANA ESIWA

UTARA

93. SMA

SMAN 2 SKANTO

JAWA TIMUR

TAMBELANGAN 95. SERAM

SMK NEGERI 2

SERAM BARAT BARAT

SDN 02 DOMPU

98. SMK NEGERI 1

SDN 6 NANGA PINOH

SDN 16 WOJA

SDN 22 DOMPU

SMK NEGERI 1 MORO KARIMUN

KEP. RIAU

SDN 21 MALUIH

SMAN 2 MORO

KARIMUN

KEP. RIAU

SMKN KAROSSA

SD INPRES KOTANIA

SERAM

106. SD

SERAM BAGIAN

BAGIAN

MALUKU

BARAT

BARAT

2) Analisis Data Kualitatif

a. Pelaksanaan RTL tiga komponen Berikut ini ditampilkan data kualitatif terhadap proses keterlaksanaan RTL pada tiga komponen: Manajemen Kurikulum, Supervisi akademik, dan Pengelolaan Ekosistem Sekolah. Data kuantitatif berbentuk tabel dan grafik pada sub bab di atas dan analisis yang meliputi capaian total, perjenjang, per komponen dan per indikator di atas, kemudian diperkaya dengan data kualitatif yang diambil dari proses keterlaksanaan RTL yang direkam pada instrument F3, instumen studi dokumen, wawancara, observasi dan FGD, maka terlihat apa saja keberhasilan dan masalah yang menghambat bagi keterlaksanaan RTL. Dari analisis terhadap data kuantitatif yang diperkuat dengan analisis tematis dan kategoris dari data kualitatif akan dirumukan apa masalah yang dihadapi dalam keterlaksanaan RTL, bagaimana potret keterlaksanaan RTL dan apa saja rekomendasi agar hambatan yang muncul dapat dicarikan solusinya. Pada tabel di bawah ini akan ditampilkan analisis yang dititikberatkan pada tiga komponen:

a. Komponen Manajemen Kurikulum.

b. Komponen Supervisi Akademik.

c. Komponen Pengelolaan Ekosistem Sekolah.

Tabel 33. Peta Analisis Keterlaksanaan RTL per komponen

No Komponen

Indikator

Masalah

Keterlaksanaan RTL

Rekomendasi

1. DOKUMEN KURIKULUM KTSP dikembangkan sesuai dengan karakteristik satuan pendidikan dan karakteristik lingkungan sekolah (Sesuai dengan visi, misi, dan tujuan pendidikan, dan ciri khas lingkungan sekitar sekolah)

1. Mengembangkan KTSP berdasarkan hasil analisis konteks.

7. Mengembangka

n dokumen KTSP sekurang- kurangnya memuat visi- misi, tujuan sekolah, muatan kurikulum nasional dan muatan lokal.

1. Sekolah telah menyusun dokumen 1, 2 dan 3 tetapi masih banyak sekolah yang menyiaMKan kebutuhan dokumen kurikulum hanya sebatas kebutuhan administrasi. Selain itu, masih banyak sekolah yang meng-copi paste dokumen

Sekolah umumnya sudah menyusun dan mengembangka n dokumen kurikulum berdasar pada kebutuhan sekolah dengan proses penyusunan bersama sama dengan tim pengembang kurikulum melalui rapat dan diskusi

1. Dinas Pendidikan dan pengawas Pembina memberikan bimbingan kepada sekolah untuk menyusun program kegiatan pengembang an kurikulum dengan memasukan kegiatan

Keterlaksanaan No

kurikulum tahun

bersama . Akan melalui RKS,

sumber daya

sebelumnya .

tetapi banyak RKT, dan

pendukung

Tim Pengembang sekolah belum RKJM,

implemetasi KTSP

Kurikulum di

melaksanakan sehingga

meliputi

sekolah belum

analisis dan

proses

kompetensi

berfungsi secara

evaluasi

penyusunan

sumber daya

maksimal.

kurikulum secara dokumen

pendidik, sarana

berkala.

kurikulum

dan prasarana,

2. Dinas pedidikan

menjadi

sumber belajar,

didaerah

proses rutin

dan

/pengawas

setiap tahun

kewirausahaan

sekolah jarang

yang harus

oleh sekolah.

4. Melakukan

kepada kepala

evaluasi

sekolah yang

2. Dinas

kurikulum secara

berkaitan

pendidikan

berkala dengan

dengan dokumen

setempat

cara menghimpun

an peran

kurikulum,

pengawas

mengolah data

Pembina

hasil pemantauan,

sebagai

merumuskan cara

pengendali

pemecahan

mutu pada

masalah, dan

kegiatan tindak lanjut

5. KTSP memuat pengaturan penilaian

6. Mengembangkan KTSP yang memuat kalender satuan pendidikan berisi aktifitas satu tahun pembelajaran, minggu efektif, waktu efektif belajar, libur sekolah/nasional, dan kegiatan sekolah.

Baru sebagian 1. Dinas Permendikbud

2 SKL berlandaskan

1. Memenuhi SKL

1. Masih banyak

Pendidikan Nomor 20 tahun

yang

sekolah yang

guru sudah

perlu 2016 tentang

mengembangkan

belum pernah

mampu

menganalisis SKL memberday standar kompetensi

keterampilan

membedah

akan lulusan pendidikan

berpikir level

standar

dengan

menyesuaikan pengawas dasar dan

tinggi HOTS

kompetensi

dengan kondisi pembina menengah

2. Menumbuhkan

lulusan (SKL)

sikap spiritual

dan belum

dan kebutuhan atau

Keterlaksanaan No

peserta didik

menganalisis

peserta didik instruktur

dasar (KD),

1. Rencana

KKG/MGMP/

kompetensi sikap

tujuan

pelaksanaan MKKS untuk

sosial peserta

pembelajaran

pembelajara melatih para

didik yang jujur,

dan indikator

guru untuk

ujuan dan perangkat

kolaboratif, dan

2. Masih banyak

indikator pembelajara

pembelajar.

guru masih

pencapain n dan alat

4. Mewujudkan

menggunakan

kompetensi evaluasi

keunggulan

RPP dari

MGMP/KKG

level C1, C2, dengan

pengetahuan

bukan buatan

C3, C4, C5, Permendikb

peserta didik

sendiri, yang

dibuat oleh

lat evaluasi 23.

untuk

guru yang

yang sesuai 2. Perlu

indikator gan program

berpikir kritis yang

pencapaian KKG/MGMP/

meliputi seperti

yang

MKKS dan

berpikir 1. kreatif,

level C1, C2, pembina

kritis, 4. mandiri,

C3, C4, C5, baik di

5. kolaboratif, dan

4. kabupaten/k

uku nilai

ota maupun hasil evaluasi

tingkat sekolah, dengan tujuan guru mampu menganalisis standar kompetensi lulusan sesuai tuntutan kurikulum.

3 Perencanaan

Masih perlu pembelajaran

1. Memiliki

1. Sebagian besar

1. Baru

bimbingan memenuhi

dokumen

guru sudah

sebagian

mulai pengembangan ketentuan sesuai

kompetensi guru dengan standar

mengenal berkelanjutan proses

yang meliputi

melalui program

seluruh ranah

akan tetapi

penyusunan KKG/MGMP/MK

kompetensi.

masih banyak

perangkat KS dan

dari mereka

pembelajara pengawas

masih memakai

dan Pembina untuk

RPP hasil

berusaha meningkatkan

MGMP/KKG.

mereview kompetensi guru

Guru belum

RPP mereka. dalam

mereview atau

2. Guru sudah menyusun

Keterlaksanaan No

merevisi RPP

mulai

perangkat

dengan kata lain

meneraMKa pembelajaran

guru mengajar

n hasil-hasil sesuai tuntutan

menggunakan

kegiatan kurikulum.

RPP copi paste.

MKB

2. Guru masih

KKG/MGMP

belum

3. Guru sudah

mengetahui cara

mulai

menilai sikap dan

memahami

keterampilan

cara menyusun penilaian sikap spiritual berupa penilaian diri,dokume n observasi, penilain antar teman.

4 Pelaksanaan

Dinas pembelajaran

1. Menghimpun data Guru umumnya

Guru sudah

pendidikan, dilaksanakan

hasil pemantauan

sudah mempunyai

mulai

memahami dan pengawas, guru dengan

pembelajaran,

RPP, tapi banyak

melaksanakan inti /intruktur menggunakan

jurnal

yang belum

pembelajaran melaksanakan pendekatan

pembelajaran

mencantumkan

saintifik dengan kegiatan work saintifik, inkuiri,

tentang

pembelajaran

kelengkapan shop, diklat, pemecahan

penerapan

saintifik

admisistrasi, IHT, tentang masalah dan

pendekatan

pembelajaran discoveri

saintifik

sbb.

1. Laporan yang efektif

hasil

melalui pemantauan

penerapan , supervisi

pendekatan dan evaluasi

saintifik bagi

proses

guru. pembelajara n yang dilakukan kepala sekolah.

2. Dokumen program tindak lanjut hasil pengawasan.

3. Bukti guru melaksanaka n MKB

4. Dokumen foto, video, dll.

Keterlaksanaan No

5 Penilaian hasil

Sebagian Guru Dinas,pengawas belajar mengukur

1. Mengembangkan Guru umumnya

dan guru kompetensi sesuai

penilaian

masih menfokuskan

sudah mulai

memahami dan inti/instruktur dengan rencana

autentik berbasis penilaian pada

melaksanakan melaksanakan pembelajaran

kelas

ranah kognitif,

penilaian dengan kegiatan work sebagai dasar

walaupun sudah

menggunakann shop, diklat, penentuan

ada yang

beberapa teknik IHT, yang ketuntasan tiap KD

melaksanakan

penilaian sikap dan

dan instrumen berkelanjutan

keterampilan, akan

penilian otentik untuk

tetapi banyak yang

yang tersusun menyusun alat

belum

dalam buku nilai evaluasi

yang efektif, terukur dan autentik.

Sebagian sekolah Sekolah karakter yang

6 Menumbuhkan

1. Mengelola

Sebagian besar

mulai menyusun terintegrasi pada

pendidikan

sekolah sudah

sudah

program perencanaan,

karakter yang

melaksanakan

menyusun

dan penguatan pelaksanaan, dan

sesuai dengan

pendidikan yang

program

mendokumentas karakter melalui penilaian

kebutuhan

berbasis karakter

kegiatan- kegiatan intra pembelajaran

peserta didik

melalui pembiasaan

ikan

tingkat satuan

tetapi tidak

kegiatan

kulikuler, ekstra

pendidikan

diprogramkan dan

penguatan

kulikuler dan

dievaluasi secara

karakter melalui melalui

Model pendidikan

1. Program

penguatan

karakter disetiap

ekstra

dalam kegiatan:

sekolah berbeda-

kurikuler dan • Religius

beda.

pembiasaan • Nasionalis 2. Perencanaan

• Mandiri pembelajara

• Integritas

memuat • Gotong Pendidikan

• Tanggungja Penilaian

wab pendidikan

• Kreatif karakter.

• Peduli lingkungan

7 Menumbuhkemban Menumbuh

ada Sekolah perlu gkan kebiasaan baik kembangkan

Sekolah sudah

Sekolah

menyusun di sekolah

melaksanakan

beberapa

kebiasaan baik di

program

sekolah

yang program

sekolah seperti

menumbuh

sudah

mulai pembiasaan

yang baik bagi

peserta didik datang

kebiasaan baik

kegiatan

siswa dan bagi

tepat waktu, sapa,

melalui pembiasaan

penumbuhkemb warga sekolah

salam, bertindak

pembiasaan. Tetapi

angan kebiasaan secara tertulis

secara dan sekolah

menumbuhkan

pembiasaan yang

terprogram

melaksanakan

kebiasaan baik

dilaksanakan

melalui

sosialisasi dan

melalui keteladanan:

banyak yang tidak

program sekolah kerja sama

1. Kepala sekolah

tertulis/terprogram.

berkaitan

dengan warga

Keterlaksanaan No

sekolah dan

3. Warga sekolah

penguatan

orang tua siswa

4. Yang berlaku di

karakter (PMK) membangun dan

gerakan kesinambungan

literasi

(GLS) keterlaksaan

sekolah

program sekolah

menumbuh kurikuler dan kembangkan pembiasaan

sikap baik 2. Perencanaan pembelajara n

memuat Pendidikan karakter

3. Aturan sekolah 4. Data

Penilaian pendidikan karakter

sebagian 1. Sekolah kemampuan literasi

8 Mengembangkan

1. Mengembangkan

Sekolah sudah

Baru

sudah wajib peserta didik

kemampuan

melaksanakan GLS

sekolah

literasi dasar,

tetapi tidak

membuat program

kegiatan

GLS program GLS

literasi teknologi

terprogram

pembiasaan:

dan informasi,

melalui

• Literasi

serta literasi

kegiatan sekolah n yang berkaitan

• Literasi

dengan GLS.

imformasi • Litersi visual

• Literasi sains • Dengan

memulai membangun

2. Menumbuhk embangkan budi pekerti

• Membangun ekosistem literasi sekolah

• Menjadikan sekolah sebagai organisasi pembelajar (learning organization ) (Senge,

Keterlaksanaan No

1990). • Mempraktik kan kegiatan pengelolaan pengetahua n (knowledge managemen t)

• Menjaga keberlanjuta n

budaya literasi

2 SUPERVISI AKADEMIK Merencanakan

Baru sebagian Dinas dan kegiatan supervisi

1. Melakukan

1. Sekolah

pengawas akademik dalam

menyusun peningkatan

kebutuhan guru

supervisi

menyusun

program profesionalisme

untuk supervisi

akademik tetapi

program

kegiatan guru

akademik

tidak membuat

berdasar pada peningkatan

teknik supervisi

2. supervise teratur, 1. Kebutuhan kompetensi guru

akademik

sifatnya

guru melalui dan kepala

3. MenyiaMKan

insidentil

meningkatka sekolah melalui

dokumen

nkompetensi pembinaan

perencanaan

supervisi pengawas secara

supervisi

akademik berkala kepada

akademik

2. Jadwal dan sekolah instrumen

binaannya supervisi

masing masing. akademik

minimal 3. Informasi/so

supak supervisi

2. Sosialisasi terpampang

kegiatan menyatu

4. SK pelajaran

pendelegasi

4. SK

an. pendelegasia n tugas sebagai supervisor.

Sebagian besar Pengawas, kegiatan supervisi

2 Melaksanakan

Melaksanakan

Sekolah hanya

sekolah sudah kepala sekolah akademik

supervisi akademik

melaksanakan

dengan

supervise dan hasil

mulai menyusun dan guru

menggunakan

supervise tidak

program

bersama-sama

pendekatan dan

pernah ditindak

supervise yang menyusun

teknik yang sesuai

dengan kebutuhan

1. Data Hasil peningkatan

No Komponen

supervisi tahun sebelumny a

2. Data hasil supervisi dari pengawas sekolah.

3. Rencana

Tindak Lanjut hasil supervisi akademik.

kompetensi akademik melalui pelaksanaan Supervise akademik dan penilaian kinerja guru /kepala sekolah, hasil penilian jadikan peta mutu dan menjadi bahan pengembangan keprofesian berkelanjutan (MKB)

4 Mengevaluasi hasil kegiatan supervisi akademik

1. Menyusun laporan hasil supervisi akademik

Sekolah belum melaksanakan laporan hasil supervise

Sebagian besar sekolah sudah mulai menyusun laporan berdasar pada hasil supervise sebelumnya, melalui analisis

1. Dokumen hasil dan rencana tindak lanjut.

2. Menyususn Program Dokumen pelaksanaa n KKG/MGM P/IHT Pelatihan guru.

3. Program pelaksanaa nWorkshop dengan narasumbe r yang kompeten.

Pengawas dan kepala sekolah menganalisis hasil pelaksanaan supervisi akademik, hasil analisis dijadikan rekomendasi bagi sekolah untuk melaksanakan tindak lanjut melaui kegiatan kegitan yang berkaitan peningkatan kompetensi guru dan kepala sekolah.

5 Melaksanakan kegiatan tindak lanjut

1. Menindaklanjuti

hasil supervisi akademik dalam bentuk Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan

Sekolah baru melaksanakan tindak lanjut hsil supervise dengan melaksanakan MKB melalui KKG/MGMP/IHT,

Sebagian besar sekolah sudah melaksanakan dan menindak lanjuti hasil supervise melalui

Pengawas dan kepala sekolah menganalisis hasil pelaksanaan supervise akademik, hasil

No Komponen

(MKB) dan Supervisi akademik

2. Memfasilitasi

kegiatan kolektif guru (KKG/MGMP) di sekolah atau diluar sekolah.

3. Memfasilitasi

berbagai jenis kegiatan MKB guru

guru belum mencoba menulis penelitian bardasar pada kasusu pembelajaran.

1. Pelaksanaa

n KKG/MGMP /IHT Pelatihan guru.

2. Pelaksanaa nWorkshop dengan narasumber yang kompeten.

analisis dijadikan rekomendasi bagi sekolah untuk melaksanakan tindak lanjut melaui kegiatan kegitan yang berkaitan peningkatan kompetensi guru dan kepala sekolah bagi guru melaksanakan kegiatan KKG/MGMP/MK KS dan IHT, pelatihan /workshop dll.

EKOSISTEM SEKOLAH Hubungan sekolah dengan satuan pendidikan di sekitarnya

1. Partisipasi kepala

sekolah imbas dalam kegiatan MKKS/KKKS

2. Belajar dari

keunggulan dan pengalaman terbaik di sekolah lain di sekitar

3. Melakukan kegiatan persahabatan dalam bidang akademik, seni, olahraga, atau lainnya

4. Kerjasama dengan perguruan tinggi atau lembaga pendidikan lain yang terdekat dalam peningkatan mutu pendidikan

Sebagian besar sekolah melaksanakan kegiatan kerja sama dengan sekolah lain tapi tidak terprogram sifatnya insidental

Sebagian besar sekolah sudah memprogramka n kegiatan kerja sama dengan sekolah lain

Dinas pendidikan dan pengawas menyusun program kerja sama dengan kordinasi melalui dewan pendidikan, instansi terkait dengan sekolah untruk membangun sinegritas antar lembaga masyarakat maupun pemerintah.

Hubungan sekolah dengan Lembaga Pemerintah dan DUDI

1. Merencanakan

kerjasama dengan lembaga pemerintahan/D UDI dengan

1. Sekolah belum

melaksanakan kerjasama dengan DUDI, karena didaerah

Hanya beberapa sekolah yang sudah melaksanakan kerja sama

Dinas pendidikan dan pengawas menyusun program kerja sama dengan

Keterlaksanaan No

target yang

lingkungan

dengan DUDI kordinasi melalui

terukur

sekolah secara

terutama jenjang dewan

2. Melaksanakan

umum karena

SMK sedangkan pendidikan,

kegiatan sesuai

potensi dunia

jenjang SMP dan instansi terkait

rencana yang

usaha sangat

SD hampir tidak dengan sekolah

telah ditetaMKan

minim.

ada yang

untuk

3. Melaksanakan

2. ada dokumen

melaksanakan membangun

perbaikan

MoU tapi belum kerja sama

sinergitas antar

kegiatan kerja

melaksnakan

dengan DUDI lembaga

dunia usaha

hasil evaluasi

sekolah yang maupun

terdahulu.

bekerjasama pemerintah dengan alumni.

3 Hubungan sekolah

Dinas pendidikan dengan komite

1. Mensosialisasik

1. Sekolah sudah

1. Sebagian

besar sekolah dan pengawas sekolah

an program

melaksanakan

sekolah kepada

hubungan kerja

sama dengan

menyusun program kerja

2. Mengembangka

komite tapi

program

berdasar pada

n kerjasama

hanya bersifat

sekolah belum

komite

dengan kordinasi

sumber daya

maksimal

sekolah.

melalui dewan

perbaikan mutu

kerja sama

besar

instansi terkait

sekolah secara

secara

sekolah,

dengan sekolah

2. terbatas pada

sudah terlibat sinegritas antar

sekolah dengan

komite sekolah

pelaksanaan masyarakat

pada akhir

kegiatan,

maupun

tahun pelajaran.

akan tetapi pemerintah belum belum pada tataran evaluasi kegiatan sekolah dan komite.

b. Pelaksanaan Program dan Kebijakan Prioritas Pemerintah

Selain mengumpulkan data dan menganalisis data kuantitatif keterlaksanaan RTL atas tiga komponen di atas, program kemitraan juga melihat pelakasanaan program dan kebijakan prioritas pemerintah pada 2017 di sekolah imbas. Antara lain, PPK, GLS, LHS, PKB, program keahlian ganda, dan lain-lain yang terjadi di sekolah-sekolah imbas. Di bawah ini dijelaskan aspek-aspek tersebut secara kategoris dan tematis.

1) Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) Mengenai pelaksanaan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK), sebagian besar sekolah imbas telah melaksanakan PPK. Akan tetapi bentuk PPK di setiap sekolah imbas berbeda- beda pelaksaaannya. Di bawah beberapa contoh PPK yang sempat dirangkum dalam berbagai kategori sebagai berikut:

• Bentuk PPK yang telah umum berlangsung di sekolah imbas adalah dimaksudkan untuk Penumbuhan Nilai Karakter. Seperti: nasionalisme (menyanyikan lagu-lagu nasional – tiap hari Senin); integritas (membuka koperasi jujur – tiap hari Selasa); mandiri (menyusun majalah dinding – tiap hari Rabu); gotong royong (diskusi kerjasama memecahkan masalah temannya – tiap hari Kamis); dan religious (sholat Jum’at di Mesjid).

• Tipologi PPK, menurut luasnya basis pelaksanaannya: • Berbasis Kelas: – berbentuk kegiatan, antara lain, guru memberi kesempatan

siswa membaca buku cerita daerah/kepahlawanan, epos/poster, lihat gambar, lihat video, film; mengawali- mengakhiri pembelajaran dengan berdo’a; memberi salam; belajar kolaboratif; melatih integritas dengan menciptakan kompetisi; membangun tanggung jawab dan disiplin, semangat belajar; dan mengerjakan tugas secara mandiri.

• Berbasis Budaya Sekolah – berbentuk antara lain, tradisi 15 menit membaca; mengembangkan

Qur’an; sholat dhuha/luhur/Jum’at berjama’ah; Peringatan Hari-hari Besar Islam; saat naik

5S;

tadarus/khataman/tahfidz

sepeda, kembali turun atau berhenti untuk menyapa dan bersalaman dengan guru; mengangguk, senyum dan mengucapkan salam pada guru; membudayakan tepuk, salam, nyanyi lagu mars PPK; menggalakkan salam literasi; menyiram tanaman di lingkungan sekolah bagi siswi yang sedang datang bulan; menyanyikan lagu indonesia raya apel tiap upacara senin; hendak pulang menyanyikan lagu-lagu daerah; guru telah menunggu di luar kelas dengan maksud menyongsong siswa saat pergantian jam; dan pojok literasi di setiap kelas.

• Berbasis Masyarakat: membangun inisiatif perpustakaan keliling, kerjasama mesjid jami’ di halaman atau didekat sekolah untuk memakmurkannya dengan • Berbasis Masyarakat: membangun inisiatif perpustakaan keliling, kerjasama mesjid jami’ di halaman atau didekat sekolah untuk memakmurkannya dengan

• Prinsip PPK: pada sekolah imbas rata-rata seperti penguatan nilai-nilai universal; holistik; terintegrasi; partisipatif; kearifan lokal; kecakapan abad XXI; adil dan inklusif; selaras dengan perkembangan anak didik; dan terukur telah dilaksanakan secara terbatas, belum komprehensif. Pedoman PPK dalam bentuk e-ducument dan bahan tayang oleh Kementerian membantu para Kepala Sekolah dan para guru untuk memahami dan melaksanakan PPK.

• Pelaksana PPK: telah dilaksanakan piloting pelaksanaan PMK di beberapa sekolah imbas, dengan variasi dan improvisasi masing-masing kepala sekolah dan para guru; namun belum sampai dilaksanakan diagnosis terhadap karakter dan bakat minat siswa dengan mengundang psikolog dari PT atau dari lembaga profesi psikolog, untuk mengidentifikasi lebih akurat perilaku abnormal dan berkebutuhan khusus siswa. Dengan demikian, setiap sekolah, termasuk sekolah imbas, membutuhkan psikolog, bukan hanya konselor.

2) Gerakan Literasi Sekolah (GLS) Dari data yang terkumpul terlihat bahwa sudah banyak sekolah imbas yang memprogramkan GLS dalam berbagai bentuk, antara lain, dalam bentuk:

• Pembiasaan: umumnya berupa pelaksanaan “15 menit membaca buku sebelum pelajaran dimulai ”.

• Pengembangan: setelah aktivitas membaca selesai membuat resume yang dituangkan dalam presentasi, poster, mading, bercerita, pengembangan penulis cilik di media cetak lokal.

• Pembelajaran: memperkaya kegiatan inti pembelajaran dengan melakukan eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi dengan memanfaatkan sudut baca di kelas atau di luar kelas.

Beberapa sekolah imbas jenjang SMP, SMA dan SMK, telah menyelenggarakan kegiatan yang disebut “Gelar Baca” dengan membentuk kader GLS oleh kelompok

studi oleh siswa yang berminat melakukan kajian ilmu tertentu. Misalnya, kelompok KIR Biologi, KIR Fisika, KIR Matematika, dll., pada SMA; Kelompok program vokasi di MSK, dll.

Kendala yang ditemukan di lapangan adalah, belum semua guru memahami bentuk- bentuk dan variasi GLS. Persepsi mereka tentang GLS hanya “membaca” dan “menulis” saja. Selain itu membaca 15 menit sebelum pembelajaran dimulai sulit dilaksanakan karena kurangnya referensi atau koleksi buku-buku perpustakaan. Ada juga sekolah telah memprogramkan GLS tetapi masih dalam tataran konsep, pelaksanaan belum konsisten. Yang muncul di sekolah imbas adalah bentuk-bentuk terbatas dari literasi dasar (basic literacy), yang bertujuan mengoptimalkan kemampuan mendengarkan, berbicara, membaca, menulis, dan menghitung. Dalam literasi dasar, kemampuan untuk mendengarkan, berbicara, dan membaca, dan menulis. Belum muncul secara maksimal jenis literasi informasi, statistik, teknologi, visual, kritikal, digital, finansial dan literasi kesehatan, meskipun di beberapa sekolah imbas telah memiliki sarana untuk itu. Laboratorium komputer dan antenna parabola bantuan PT Telkom telah dipasang di SMPN 1 Tahuna dan SMAN 1 Tahuna di Kepulauan Sangihe.

3) Lima Hari Sekolah (LHS) Mengenai pelaksanaan LHS, pada umumnya sekolah imbas belum melaksanakan secara konsisten. Para Kepala Sekolah, guru, komite sekolah, dan pengawas di Papua Barat, misalnya, menyebut ada beberapa faktor yang mempengaruhi hal tersebut, seperti:

• Kesiapan prasarana sekolah (seperti: ruang belajar, tempat ibadah, dll); • Sarana pendukung sekolah, seperti tempat istirahat dan dukungan fasilitas

umum, seperti transportasi dari dan ke sekolah yang jauh. • Anak harus bekerja pada sore hari setelah sekolah; • Sumber dana makan siang siswa belum tersedia; • Dukungan Pemda terbatas, terutama ada edaran dari dinas pendidikan setempat

yang cenderung menunda pelaksanaannya. • Penolakan organisasi sosial keagamaan masyarakat tertentu. Akan tetapi, ada juga ditemukan sekolah yang sudah melaksanakan, seperti SMAN 6

Halmahera Selatan, LHS diintegrasi kegiatan intrakurikuler, kokurikuler, Halmahera Selatan, LHS diintegrasi kegiatan intrakurikuler, kokurikuler,

4) Sekolah sebagai sumber belajar Terdapat bentuk praktek yang ditemukan di sekolah imbas yang mencerminkan sekoah sebagai sumber belajar, antara lain:

• Aktivitas siswa: melalui kegiatan study club, Kelompok Ilmiah Remaja (KIR), organisasi pembinaan bakat dan minat, dan berbagai kegiatan ekstra kurikuler,

praktek kerja industri, magang, dll. • Aktivitas Guru: melalui Kelompok Kerja Guru – yang khusus mewadai guru-guru SD, untuk saling belajar tentang kurikulum, peningkatan pemahaman mata

pelajaran, peningkatan profesionalisme dan kompetensi guru, dan berbagai program kebijakan kementerian seperti PPK, GLS, dll.

• Aktivitas Guru dalam MGMP: melalui Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) pada SMP, SMA, dan SMK dapat berkumpul untuk saling belajar tentang

kurikulum, peningkatan pemahaman mata pelajaran, peningkatan profesionalisme dan kompetensi guru, dan berbagai program kebijakan kementerian seperti PPK, GLS, PKB, Program Keahlian Ganda (PKG), dll.

• Aktivitas Kepala SD: melalui Kelompok Kerja Kepala Sekolah (KKKS) para Kepala SD dapat berkumpul untuk mengelola dan memimpin satuan pendidikan agar

seluruh SDM di sekolah itu dapat saling belajar tentang kurikulum, peningkatan seluruh SDM di sekolah itu dapat saling belajar tentang kurikulum, peningkatan

• Aktivitas Kepala SMP, SMA dan SMK: melalui Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS), para kepala SMP, SMA, SMK dapat berkumpul untuk mengelola dan memimpin satuan pendidikan agar seluruh SDM di sekolah itu dapat saling belajar tentang kurikulum, peningkatan pemahaman mata pelajaran, peningkatan profesionalisme dan kompetensi guru, dan berbagai program kebijakan kementerian seperti PPK, GLS, PKG, praktek kerja industri, dll.

• Aktivitas berbasis sekolah: beberapa sekolah imbas terutama pada kategori 60% di samping menjadi sekolah imbas dalam program kemitraan kepala sekolah juga menjadi sekolah model penerapan Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI), sekolah rujukan pengelolaan akademik dan non akademik, sekolah rujukan penerapan Standar Nasional Pendidikan (SNP), sekolah contoh pengelolaan ekstra kurikuler, lingkungan sekolah hijau, dll.

5). Pelaksaaan Madrasah Diniyah Madrasah Diniyah tidak selalu berada di bawah Kementerian Agama Republik Indonesia. Pada 2015, Gubernur Maluku, Abdul Ghani Kasuba, memprogramkan seluruh kabupaten/kota di Propinsi Maluku untuk membuka madrasah diniyah di sekolah. Kepala Dinas Pendidikan atas nama Pemerintah Daerah meneruskan instruksi itu dengan membuka madrasah diniyah di sekolah-sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah pertama (SMP). Program tersebut sempat terhenti pada 2016 karena berbagai hal, termasuk regulasi dan pendanaan. Namun pada 2017 program itu berjalan kembali. Bupati Halmahera Selatan, Propinsi Maluku, seluruh sekolah dasar di Halmahera Selatan membuka Madrasah Diniyah. Terutama seluruh murid kelas VI SD rata-rata berjumlah 60 siswa per sekolah mengikuti pendalaman agama di Madrasah Diniyah yang juga di sekolah itu.

Gambar 2. Madrasah Diniyah Labuha, Halmahera Selatan, Maluku

Madrasah Diniyah di Sekolah Dasar Labuha, Kabupaten Halmahera Selatan, Propinsi Maluku merupakan tipe Semi Madrasah Diniyah. Para Kepala pada Madrasah Diniyah ini menghadirkan mahasiswa kyai kampung terdekat, Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI), guru tamu, orang tua, dll., menjadi ustadz-ustadzah. Waktu belajar mulai pukul

14.00 wib sampai 15.30 wib, dan diakhiri setelah sholat asar berjama’ah. Materi yang diajarkan adalah Baca Tulis Q ur’an (BTQ), qira’ah, tartil, kaligrafi, khitabah atau retorika (Pildacil), kajian fiqih perempuan, dan hadrah. Metode BTQ menggunakan thariqoti usman i; metode ummi, dan metode iqra’ yang menekankan pada segi tajwid dan tartil makhrajnya. Fenomena Madrasah Diniyah ini juga muncul di Kabupaten Sampang,

Madura, Jawa Timur. Program pendidikan keagamaan serupa juga dilaksanakan di

Sampang Madura. Sekolah formal pada umumnya selesai pukul 12.00 wib, setelah itu siswa-siswa mengikuti pendidikan agama atau mengaji yang dibina oleh para kiai di sekitar sekolah.

Meskipun tidak berupa madrasah diniyah seperti di Halmahera Selatan, dibeberapa sekolah imbas lain menggelar apa yang disebut dengan kegiatan fresh moslem. Yakni, penyegaran agama, dari, untuk dan ke siswa. Pada acara ini seluruh petugas acara adalah siswa secara bergantian, menjadi MC (master of ceremony), baca ayat suci al- Qur’an, pengisi acara, narahubung, narasumber, dll. Di lingkungan sekolah ditradisikan sholat dhuha, dhuhur dan asar berjama’ah, atau berdoa di setiap kegiatan sekolah yang dipimpin oleh siswa. Sekolah imbas sudah menerapkan kegiatan ko-kurikuler, intra- Meskipun tidak berupa madrasah diniyah seperti di Halmahera Selatan, dibeberapa sekolah imbas lain menggelar apa yang disebut dengan kegiatan fresh moslem. Yakni, penyegaran agama, dari, untuk dan ke siswa. Pada acara ini seluruh petugas acara adalah siswa secara bergantian, menjadi MC (master of ceremony), baca ayat suci al- Qur’an, pengisi acara, narahubung, narasumber, dll. Di lingkungan sekolah ditradisikan sholat dhuha, dhuhur dan asar berjama’ah, atau berdoa di setiap kegiatan sekolah yang dipimpin oleh siswa. Sekolah imbas sudah menerapkan kegiatan ko-kurikuler, intra-

VI dilakukan penguatan IPA, Matematika, Bahasa Indonesia atau mata pelajaran lain yang diujikan pada Ujian Nasional (UN). Sumber pendanaan idealnya berasal dari dana BOS, hanya saja mata anggaran di sektor religious pada BOS belum tercantum. Akhirnya, sekolah menarik iuran per orang dalam bentuk sumbangan pendidikan, minimal Rp. 25 ribu, yang dikoordinasi oleh Komite Sekolah.