Karekteristik Responden Pasar Singosaren Solo
B. Karekteristik Responden Pasar Singosaren Solo
Pada penelitian ini akan dianalisa data primer yang berasal dari hasil penyebaran kuesioner kepada responden. Responden dikatakan layak untuk dianalisa adalah responden yang pada saat kuesioner dibagikan seorang responden sedang dalam kegiatan transaksi jual beli pada Gerai Handphone di pasar Singosaren tersebut. Karakteristik responden yang menjadi sampel ditentukan berdasarkan :
1. Jenis Kelamin
Responden dalam penelitian ini adalah konsumen pada Gerai Handphone di Pasar Singosaren yang dikelompokkan berdasarkan jenis kelaminnya, yaitu laki-laki dan perempuan. Dari perbedaan jenis kelamin dapat mengidentifikasikan selera yang berbeda-beda dalam pemembelian handphone khususnya smartphone. Sebagai contoh, laki-laki lebih cenderung untuk mengutamakan fungsi dari suatu handphone dibandingkan faktor warna. Sedangkan perempuan lebih cenderung untuk memilih desain dan warna yang sesuai dengan karakteristik masing-masing.
Dalam penelitian ini hasil distribusi frekuensi jenis kelamin adalah sebagai berikut :
Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin
Jenis Kelamin
Frekuensi
Persentase
Laki-laki Perempuan
Tabel 4.6 menunjukkan responden yang berjenis laki-laki sebanyak 50% dan perempuan sebanyak 50%.
2. Usia
Pengalaman hidup seseorang akan membentuk tahap daur hidup yang sesuai dengan kedewasaannya. Semakin matang usia seseorang mereka akan melakukan banyak pertimbangan. Semakin matang usia seseorang biasanya akan lebih cenderung mempertimbangkan manfaat dari suatu barang dibandingkan faktor lain. Sedangkan usia yang masih dalam tahap perkembangan akan banyak mengutamakan emosional untuk menentukan barang yang akan di beli. Seperti halnya konsumen smartphone , berbagai perilaku akan ditunjukkan sesuai dengan tahap kedewasaan. Semakin dewasa pemikiran seseorang akan lebih mempertimbangkan manfaat dan fungsi handphone atau smartphone itu sendiri, serta disesuaikan dengan kebutuhan.
Tabel 4.7 berikut ini adalah hasil distribusi frekuensi usia responden:
Distribusi Frekuensi Usia Responden
Umur Responden
Frekuensi
Persentase
< 25 tahun 25-30 tahun 31-40 tahun > 40 tahun
Pada tabel 4.7 menunjukkan bahwa responden yang berusia < 25 tahun sebanyak 38 (38%) orang, responden yang berusia 25-30 tahun sebanyak 37 orang (37%), responden yang berusia 31-40 tahun sebanyak 17 orang (17%), dan responden usia > 40 tahun sebanyak 8 orang (8%).
3. Pendapatan
Keadaan ekonomi sangat mempengaruhi dalam memilih dan menentukan produk. Keadaan ekonomi seseorang terdiri dari pendapatan yang dibelanjakan, tabungan dan harta. Pola konsumsi setiap tingkat pendapatan berbeda, pendapatan seseorang juga mempengaruhi perilaku dan gaya hidup yang digunakan untuk menyampaikan kesan prestis, kehormatan, dan respek.
Klasifikasi pendapatan responden pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
Tabel 4.8
Distribusi Frekuensi Pendapatan Responden
Umur Responden
Frekuensi
Persentase
< Rp 500.000,- 500.000,- – 800.000,- 800.000,- – 1.000.000,-
Dari tabel 4.8 diketahui bahwa responden yang berpendapatan < Rp 500.000,- adalah sebanyak 15 (15%) orang, pendapatan Rp 500.000,- s/d Rp 800.000,- sebanyak 24 (24%) orang, pendapatan Rp 800.000,- s/d Rp 1.000.000,- sebanyak 16 (16%) orang. Dan responden dengan pendapatan > Rp 1.000.000,- sebanyak 45 (45%) orang.
4. Tingkat Pendidikan
Selain tingkat pendapatan, tingkat pendidikan seringkali digunakan untuk membedakan kelas sosial seseorang, akan tetapi belum tentu tingkat pendidikan yang tinggi akan menjamin seseorang berada pada kedudukan yang tinggi. Tingkat pendidikan pada umumnya mencerminkan perspektif pengalaman. Artinya dalam melakukan pembelian akan sesuai dengan proses pengambilan keputusan yang rasional. Dengan tingkat pendidikan yang rendah juga berpengaruh pada tingkat pendapatan dan pola konsumsi, selain itu minimnya informasi yang dimiliki membuat seseorang tidak mempunyai pengetahuan cukup pada perkembangan teknologi. Misalnya, mereka yang berpendidikan rendah tidak akan membeli handphone dengan beragam kemampuan Selain tingkat pendapatan, tingkat pendidikan seringkali digunakan untuk membedakan kelas sosial seseorang, akan tetapi belum tentu tingkat pendidikan yang tinggi akan menjamin seseorang berada pada kedudukan yang tinggi. Tingkat pendidikan pada umumnya mencerminkan perspektif pengalaman. Artinya dalam melakukan pembelian akan sesuai dengan proses pengambilan keputusan yang rasional. Dengan tingkat pendidikan yang rendah juga berpengaruh pada tingkat pendapatan dan pola konsumsi, selain itu minimnya informasi yang dimiliki membuat seseorang tidak mempunyai pengetahuan cukup pada perkembangan teknologi. Misalnya, mereka yang berpendidikan rendah tidak akan membeli handphone dengan beragam kemampuan
Tabel 4.9
Distribusi Frekuensi Pendidikan Responden
Pendidikan Responden
Frekuensi
Persentase
SLTP SLTA
Pada tabel 4.9 menunjukkan bahwa responden yang berpendidikan SLTP sebanyak 10 orang (10%), responden yang berpendidikan SLTA sebanyak 39 orang (39%), dan responden yang berpendidikan PT sebanyak 51 orang (51%).