Proses Pembuatan Kerajinan Batik Tulis “Puri”

C. Proses Pembuatan Kerajinan Batik Tulis “Puri”

di Desa Cokrokembang, Kecamatan Ngadirojo, Kabupaten Pacitan

Perusahaan batik tulis Puri merupakan kerajinan batik tulis yang dikerjakan secara manual, sehingga di dalam proses pembuatan batik semuanya melibatkan tenaga manusia tanpa menggunakan mesin dari tahap awal sampai akhir. Penggunaan bahan dan alat secara maksimal dengan mengandalkan keahlian khusus, mempengaruhi kualitas karya batik yang dihasilkan. Kerajinan ibu Puri juga mengalami perkembangan yang sangat pesat jika dilihat dari segi bahan dan alat, beberapa perkembangan bahan dan alat tersebut antara lain: dari Perusahaan batik tulis Puri merupakan kerajinan batik tulis yang dikerjakan secara manual, sehingga di dalam proses pembuatan batik semuanya melibatkan tenaga manusia tanpa menggunakan mesin dari tahap awal sampai akhir. Penggunaan bahan dan alat secara maksimal dengan mengandalkan keahlian khusus, mempengaruhi kualitas karya batik yang dihasilkan. Kerajinan ibu Puri juga mengalami perkembangan yang sangat pesat jika dilihat dari segi bahan dan alat, beberapa perkembangan bahan dan alat tersebut antara lain: dari

1. Bahan yang Digunakan Batik Tulis Puri

Pada dasarnya setiap kegiatan seni, pengrajin tidak terlepas dari adanya pemilihan bahan dan penggunaan peralatan. Demikian juga, dalam pembuatan batik selain menguasai peralatan dan bahan dibutuhkan keahlian dalam memlih bahan dan keterampilan menggunakan canting dalam menghasilkan karya batik. Berikut ini dijelaskan perkembangan bahan yang digunakan dalam pembuatan batik.

1) Mori (Kain)

Kain adalah salah satu bahan baku dari batik yang dipola kemudian dicanting (diberi malam cair menggunakan canting). Kain untuk membatik harus menggunakan kain yang tidak terbuat dari bahan sintetis (serat benang tiruan), karena kalau menggunakan kain yang terbuat dari bahan sintetis hasilnya kurang bagus.

Kain yang digunakan dalam proses pembatikan di kerajinan batik Puri adalah kain prima ini mempunyai ukuran 105 cm x 225 cm. Penggunaan kain prima dihentikan karena setelah kain diwarnai hasilnya kurang cerah sehingga mempengaruhi minat konsumen.

Kemudian untuk memenuhi kebutuhan pasar kain yang digunakan dalam proses pembatikan di kerajinan batik Puri adalah:

1) Kain Primis

Kain primis terdiri dari beberapa jenis merk yaitu kreto, bendera 3, dan kupu. Ukuran kain primis 105 cm x 225 cm.

2) Kain Sutra

Kain sutra terdiri dari beberapa jenis merk yaitu ATBM, sutra biasa, dan krep. Ukuran kain 115 cm x 250 cm.

3) Mesres

Mesres mempunyai ukuran 115 cm x 250 cm.

4) Berkulin

Berkulin mempunyai ukuran110 cm x 225cm.

Gambar 21. Mori (Kain) (Dokumentasi oleh Kristiyanto, Januari 2006)

a. Malam. Malam adalah bahan yang berfungsi untuk menghalangi warna yang tidak diinginkan pada kain. Malam yang digunakan di kerajinan batik tulis Puri tidak ada perkembangan, masih sama dengan periode yang sebelumnya. Malam yang digunakan di kerajinan batik Puri adalah:

1) Malam cepu berfungsi untuk sawutan.

2) Malam klowong berfungsi untuk memola.

3) Malam tembokan berfungsi untuk cecek dan ngeblok.

4) Malam tawon dicampurkan dengan malam tembokan yaitu berguna untuk

cecek dan ngeblok supaya tidak mudah pecah.

Gambar 22. Malam (Dokumentasi oleh Kristiyanto, Januari 2006)

b. Bahan Pewarna Bahan pewarna dalam pembuatan batik terdiri dari 2 bahan pewarna yaitu pewarnaan dengan Indigo dan pewarnaan dengan naphtol. Batik tulis yang dibuat oleh Ibu Puri menggunakan pewarnaan dengan Napthol dikarenakan prosesnya lebih cepat dan mudah dibandingkan dengan cara yang menggunakan indigo.

Bahan pewarna yang digunakan ibu Puri tidak mengalami perkembangan masih tetap menggunakan napthol yaitu:

1) Campuran As–BO dengan garam biru BB untuk menghasilkan warna biru.

2) Campuran As–LB, 91 dengan garam merah B untuk menghasilkan warna

coklat.

3) Campuran As–G dengan garam merah B untuk menghasilkan warna orange.

4) Campuran As–G dengan garam kuning 96 untuk menghasilkan warna kuning.

5) Campuran As–BO dengan garam hitam B untuk menghasilkan warna hitam.

6) Campuran As–BO dengan garam merah B untuk menghasilkan warna merah

hati.

Gambar 23. Bahan Pewarna (Dokumentasi oleh Kristiyanto, Januari 2006)

1. Alat yang Digunakan

Peralatan yang digunakan dalam proses pembuatan batik dikerjakan secara manual yaitu dengan mengandalkan tenaga manusia. Peralatan yang digunakan dalam proses pembuatan batik di perusahaan batik Puri antara lain:

a. Canting Canting merupakan alat utama dalam pembuatan batik. Canting mempunyai fungsi untuk melukiskan malam yang telah dimasak hingga cair pada kain yang telah dipola terlebih dahulu. Hasil dari batik juga ditentukan dari baik buruknya canting. Canting yang digunakan dalam pembatikan yang digunakan di kerajinan batik puri tidak mengalami perkembangan, hanya saja adanya pergantian canting dari yang telah rusak dengan yang baru.

Canting yang digunakan di perusahaan batik Puri antara lain:

1) Canting Klowong

Canting klowong digunakan untuk membuat bagian-bagian pola pada kain yang telah digambari terlebih dahulu. Besar lubang canting klowong lebih besar dari canting cecek.

Gambar 24. Canting Klowong (Dokumentasi oleh Kristiyanto, 2007)

2) Canting Ceret 2 (Dua)

Canting ceret dua digunakan untuk membuat dua garis sekalian dalam waktu bersamaan sehingga garis tersebut sejajar dan sama.

Gambar 25. Canting Ceret Dua (Dokumentasi oleh Kristiyanto, 2007)

3) Canting Cecek

Canting Cecek mempunyai fungsi untuk membuat cecek (titik-titik) dalam isen-isen.

Gambar 26. Canting Cecek (Dokumentasi oleh Kristiyanto, 2007)

4) Canting Tembokan

Canting Tembokan digunakan untuk menembok/mengeblok, yaitu untuk menutup bidang-bidang kain yang luas.

Gambar 27. Canting Tembokan (Dokumentasi oleh Kristiyanto, Januari 2007)

b. Tempat Pewarnaan dan Pelorodan Tempat pewarnaan dan pelorodan di tempat Ibu Puri mengalami perkembangan yang pesat. Tempat yang digunakan untuk pewarnaan hanya menggunakan ember plastik karena tidak mengandung logam yang dapat mempengaruhi kualitas batik.

Gambar 28. Ember Plastik

(Dokumentasi oleh Kristiyanto, Desember 2008)

Perkembangan selanjutnya adalah telah dibuatkan bak-bak pewarnaan yang permanen yang berbentuk kolam-kolam berukuran kecil yang masing masing kolam memiliki fungsi untuk mewarnai.

Sedangkan, tempat yang digunakan untuk pelorodan batik juga terjadi penambahan tempat yang dulunya hanya 2 buah sekarang telah menjadi 4 buah.

Gambar 29. Tempat Pewarnaan dan Pelorodan (Dokumentasi oleh Kristiyanto, Januari 2006)

c. Kompor Kompor berfungsi untuk melelehkan malam agar mencair. Kompor yang digunakan di perusahaan Puri tidak mengalami perkembangan masih tetap menggunakan kompor kecil yang jumlah sumbunya kurang lebih 4 atau 6. Tujuan menggunakan kompor kecil adalah untuk menghasilkan api kecil dan memudahkan pengaturan suhunya, sehingga akan menghasilkan malam yang tidak terlalu cair dan kental yang sangat sesuai untuk proses pembatikan.

Gambar 30. Kompor (Dokumentasi oleh Kristiyanto, 2006)

d. Wajan Wajan mempunyai fungsi sebagai tempat atau wadah untuk melelehkan malam batik. Wajan yang digunakan di perusahaan Puri tidak mengalami perkembangan masih tetap menggunakan wajan berukuran kecil yang terbuat dari almunium.

Gambar 31. Wajan (Dokumentasi oleh Kristiyanto, 2006)

e. Gunting Gunting berfungsi untuk memotong kain mori sesuai ukuran yang diinginkan. Perusahaan Puri gunting yang digunakan tidak mengalami perkembangan.

f. Meja Pola Meja pola digunakan pada saat membuat pola pada kain, terbuat dari kayu. Perusahaan Puri, meja pola yang digunakan tidak mengalami perkembangan.

g. Gawangan Gawangan berfungsi untuk membentangkan kain pada saat waktu dicanting. Perusahaan Puri, gawangan yang digunakan tidak mengalami perkembangan masih tetap menggunakan gawangan yang terbuat dari bambu.

Gambar 32. Gawangan (Dokumentasi oleh Kristiyanto, 2006) Gambar 32. Gawangan (Dokumentasi oleh Kristiyanto, 2006)

Gambar 33. Sarung Tangan (Dokumentasi oleh Kristiyanto, 2006)

i. Tempat Duduk atau Dingklik. Dingklik berfungsi untuk duduk pada waktu pencantingan. Perusahaan Puri, tempat duduk yang digunakan tidak mengalami perkembangan masih tetap menggunakan dingklik yang terbuat dari kayu dan plastik.

j. Ijuk Ijuk terbuat dari bahan serat-serat pohon aren. Ijuk digunakan untuk menghilangkan malam yang tersumbat dicucuk canting pada waktu pembatikan. Perusahaan Puri, ijuk yang digunakan tidak mengalami perkembangan masih tetap.

k. Bengkel. Bengkel di tempat kerajinan batik Puri adalah sebuah ruangan tempat penjemuran/pengeringan kain batik yang telah melalui proses pembuatan ketika cuaca tidak mendukung (hujan/mendung), selain berfungsi sebagai tempat pengeringan/penjemuran juga digunakan sebagai tempat untuk mencanting.

Gambar 34. Ruang Bengkel (Dokumentasi oleh Kristiyanto, Desember 2008)

2. Proses Pembuatan Batik Tulis di Kerajinan Batik Tulis Puri

Proses pembuatan batik di kerajinan batik tulis Puri tidak mengalami perubahan yang mendasar, masih mengacu pada cara-cara lama. Proses pembuatan batik tulis di kerajinan batik Puri melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:

a. Tahap Pemotongan Kain Mori Sebelum menjadi kain batik yang siap dipakai, mori harus melalui beberapa tahap pembuatan. Tahap pembuatannya terdiri dari beberapa macam yaitu: merendam, menganji, dan pengemplongan.

1) Merendam

Kain mori direndam dalam air mendidih selama 2 menit dengan menggunakan TRO (Turkiesh Red Oil) dengan tujuan agar kain nanti mudah untuk menyerap warna.

2) Menganji

Setelah selesai merendam, kain mori dikeringkan kemudian diberi kanji agar kain menjadi kaku. Kanji terlalu pekat, akan mempersulit dalam penggunaan malam batik karena sukar menempel sehingga mutu gambar menurun. Kanji yang terlalu encer akan menyebabkan gambar mudah membelobor.

3) Pengemplongan

Tahap selanjutnya pengemplongan dilakukan dengan maksud agar kain tidak terlalu kaku, lemas, dan mudah dibatik. Kain yang akan dikemplong digulung, dilipat ditaruh di atas kayu, kemudian dipukuli dengan balok kayu secara perlahan.

Setelah kain melalui tahapan-tahapan tersebut maka kain mori siap dikerjakan untuk proses selanjutnya.

b. Membuat Pola Kain yang sudah melalui tahapan-tahapan tersebut di atas kemudian dibuat pola atau gambar sesuai dengan pesanan (gambar pola telah disiapkan oleh pemilik jadi konsumen tinggal memilih sesuai selera) dengan menggunakan pensil 6B agar warna yang dihasilkan jelas dan mudah dihilangkan.

c. Mencanting atau Pemberian Malam Kain yang sudah diberi pola kemudian dicanting (pemberian malam pada kain) dengan menggunakan canting klowong. Malam yang digunakan adalah malam klowong. Pekerjaan mencanting dilakukan bolak-balik pada sisi kain pekerjaan ini disebut nerusi, gunanya adalah agar kain yang sudah dicanting tadi tidak mudah kemasukan warna pada waktu proses pewarnaan. Setelah proses nglowong tadi selesai kemudian diteruskan dengan ngeblok atau nembok, yaitu menutup bagian kain yang tidak diinginkan kena warna.

Gambar 35. Mencanting atau Pemberian Malam (Dokumentasi oleh Kristiyanto, 2006) Gambar 35. Mencanting atau Pemberian Malam (Dokumentasi oleh Kristiyanto, 2006)

Warna-warna yang digunakan di perusahaan Batik Puri antara lain

1) Warna biru yang dihasilkan oleh campuran ASBO + garam biru BB.

2) Warna coklat yang dihasilkan oleh campuran ASLB, 91 + garam merah B.

3) Warna orange yang dihasilkan oleh campuran ASG + garam merah B.

4) Warna kuning dihasilkan oleh campuran ASG + garam kuning 96.

5) Warna hitam dihasilkan oleh campuran ASBO + garam hitam B.

6) Warna merah hati dihasilkan oleh campuran ASBO + garam merah B.

Proses pewarnaan melalui beberapa tahap yaitu sebelum kain dimasukan pada bahan pewarna, kain terlebih dahulu dibasahi dengan air bersih dengan tujuan agar warna dapat menyerap dengan cepat. Kemudian kain yang telah dibasahi dengan air bersih tadi ditiriskan. Setelah kain ditiriskan kain tadi dimasukkan ke dalam larutan pewarna, kemudian setelah kain dicelupkan pada larutan pewarna secara merata lalu kain tersebut dicelupkan pada garam hingga merata. Tujuan dari pemberian garam ini adalah untuk mengikat warna agar tidak pudar. Hal ini dilakukan 6-7 kali. Untuk setiap pewarnaan di kerajinan batik Puri ini menghabiskan kurang lebih 5 kg bahan pewarna.

Gambar 36. Proses Pewarnaan (Dokumentasi oleh Kristiyanto, 2006) Gambar 36. Proses Pewarnaan (Dokumentasi oleh Kristiyanto, 2006)

Gambar 37. Proses Pelorodan (Dokumentasi oleh Kristiyanto, 2006)