Proses Pembuatan Batik Tulis Puri di Desa Cokrokembang

2. Proses Pembuatan Batik Tulis Puri di Desa Cokrokembang

Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan

Dalam setiap proses pembuatan batik selalu berhubungan dengan adanya bahan dan alat. Untuk proses pembuatan batik tulis Puri tidak mengalami perubahan yaitu Menyiapkan bahan, alat, pemotongan kain mori, mendesain atau membuat pola, mencanting atau pemberian malam, proses pewarnaan, pelorodan (finishing).

c. Menyiapkan bahan, berupa: kain mori (primis, sutra, prima, mesres, berkulin), Malam (cepu, klowong, tembokan, dan tawon), bahan pewarna napthol (Campuran As–BO dengan garam biru BB untuk menghasilkan warna biru, Campuran As–LB,91 dengan garam merah B untuk menghasilkan warna coklat, Campuran As–G dengan garam merah B untuk menghasilkan warna orange, Campuran As–G dengan garam kuning 96 untuk menghasilkan warna kuning, Campuran As–BO dengan garam hitam B untuk menghasilkan warna hitam, dan Campuran As–BO dengan garam merah B untuk menghasilkan warna merah hati)

d. Menyiapkan alat, berupa: canting (klowong, canting ceret dua, canting Cecek, canting tembokan), tempat pewarnaan dan pelorodan, kompor kecil yang jumlah sumbunya kurang lebih 4 atau 6, Wajan kecil tebuat dari almunium, gunting, meja pola terbuat dari kayu, gawangan terbuat dari bambu, sarung tangan terbuat dari karet sintetis, dingklik, ijuk terbuat dari bahan serat-serat pohon aren.

e. Tahap Pemotongan Kain Mori Sebelum menjadi kain batik yang siap dipakai, mori harus melalui beberapa tahap pembuatan. Tahap pembuatannya terdiri dari beberapa macam yaitu: merendam, menganji, dan pengemplongan.

1) Merendam kain mori dalam air mendidih selama 2 menit dengan menggunakan TRO (Turkiesh Red Oil).

2) Menganji kain mori agar kain menjadi kaku. Kanji terlalu pekat, akan

mempersulit dalam penggunaan malam batik karena sukar menempel sehingga mutu gambar menurun. Kanji yang terlalu encer akan menyebabkan gambar mudah membelobor.

3) Pengemplongan dilakukan agar kain tidak terlalu kaku, lemas, dan mudah

dibatik.

f. Membuat Pola Kain yang sudah melalui proses pengkanjian kemudian dibuat pola atau gambar sesuai dengan pesanan (gambar pola telah disiapkan oleh pemilik jadi konsumen tinggal memilih sesuai selera) dengan menggunakan pensil 6B agar warna yang dihasilkan jelas dan mudah dihilangkan.

g. Mencanting atau Pemberian Malam Kain yang sudah diberi pola kemudian dicanting (pemberian malam pada kain) dengan menggunakan canting klowong. Malam yang digunakan adalah malam klowong. Pekerjaan mencanting dilakukan bolak-balik pada sisi kain pekerjaan ini disebut nerusi, gunanya adalah agar kain yang sudah dicanting tadi tidak mudah kemasukan warna pada waktu proses pewarnaan. Setelah proses nglowong tadi selesai kemudian diteruskan dengan ngeblok atau nembok, yaitu menutup bagian kain yang tidak diinginkan kena warna.

h. Proses Pewarnaan Proses pewarnaan merupakan salah satu penentu dari keberhasilan pembuatan batik. Disebut penentu karena apabila dari proses pewarnaan mengalami kerusakaan maka akan rusak pula hasil dari pembatikan tersebut, atau dapat dikatakan proses pembatikan gagal. Jadi pada proses pewarnaan ini harus lebih hati-hati.

Proses pewarnaan melalui beberapa tahap yaitu sebelum kain dimasukan pada bahan pewarna, kain terlebih dahulu dibasahi dengan air bersih dengan tujuan agar warna dapat menyerap dengan cepat. Kemudian kain yang telah dibasahi dengan air bersih tadi ditiriskan. Setelah kain ditiriskan kain tadi dimasukkan ke dalam larutan pewarna, kemudian setelah kain dicelupkan pada larutan pewarna secara merata lalu kain tersebut dicelupkan pada garam hingga merata. Tujuan dari pemberian garam ini adalah untuk mengikat warna agar tidak Proses pewarnaan melalui beberapa tahap yaitu sebelum kain dimasukan pada bahan pewarna, kain terlebih dahulu dibasahi dengan air bersih dengan tujuan agar warna dapat menyerap dengan cepat. Kemudian kain yang telah dibasahi dengan air bersih tadi ditiriskan. Setelah kain ditiriskan kain tadi dimasukkan ke dalam larutan pewarna, kemudian setelah kain dicelupkan pada larutan pewarna secara merata lalu kain tersebut dicelupkan pada garam hingga merata. Tujuan dari pemberian garam ini adalah untuk mengikat warna agar tidak

i. Pelorodan Pelorodan dilakukan setelah proses pewarnaan selesai yaitu dengan cara kain batik dimasukan ke dalam air mendidih yang dicampuri obat berupa abu soda, kemudian diaduk sampai malam yang melekat pada kain hilang. Setelah itu kain dicuci hingga bersih sampai tidak ada sisa malam yang menempel di kain dan dijemur hingga kering cara ini dinamakan ngesut. Setelah kering kain batik disetrika lalu dikemas dan siap dipasarkan.

j. Perkembangan bahan dan alat. Perkembangan bahan yang terjadi di kerajinan batik Puri adalah pada kain mori. Kain yang dulu digunakan adalah kain prima ukuran 105 cm x 225 cm, kain yang sekarang digunakan terdiri dari:

5) Kain Primis

Kain primis terdiri dari beberapa jenis merk yaitu kreto, bendera 3, dan kupu. Ukuran kain primis 105 cm x 225 cm.

6) Kain Sutra

Kain sutra terdiri dari beberapa jenis merk yaitu ATBM, sutra biasa, dan krep. Ukuran kain 115 cm x 250 cm.

7) Mesres

Mesres mempunyai ukuran 115 cm x 250 cm.

8) Berkulin

Berkulin mempunyai ukuran110 cm x 225cm. Perkembangan alat yang terjadi di kerajinan batik Puri adalah meliputi

beberapa hal yaitu

1) Bengkel

Garasi adalah sebuah ruangan tempat penjemuran/pengeringan kain batik yang telah melalui proses pembuatan ketika cuaca tidak mendukung (hujan/mendung).

2) Tempat Pewarnaan dan Pelorodan

Perkembangan tempat pewarnaan dapat dilihat dari adanya pembuatan bangunan yang lebih permanen yaitu berupa bak-bak air, kalau dulu hanya menggunakan ember plastik.