METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN

A. Tipe Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang berbentuk studi analisis deskriptif mengenai hasil analisis pertumbuhan (laju pertumbuhan) serta analisis kuantitatif untuk mengetahui struktur ekonomi dan sektor potensial dalam perekonomian daerah. Sedangkan lokasi yang diambil untuk penelitian ini adalah Kabupaten Sukoharjo.

B. Jenis Dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang merupakan data runtut waktu (time series) dari PDRB Kabupaten Sukoharjo dan Propinsi Jawa Tengah selama priode waktu 2006-2010. Data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti secara tidak langsung tetapi melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data diperoleh dari sumber, seperti Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Sukoharjo dan Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Tengah serta studi pustaka yang relefan dengan penelitian ini, dengan mengambil data-data statistik serta data-data lain yang terkait dan yang diperlukan dalam penelitian ini.

1. PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) PDRB merupakan jumlah nilai tambah (value added) yang timbul dari semua unit produksi di dalam suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu dan dinyatakan absolut dalam rupiah per tahun (BPS Provinsi Jawa Tengah). Untuk menghindari adanya fluktuasi kenaikan harga/inflasi, PDRB yang dipakai adalah PDRB atas dasar harga konstan tahun 2000, sehingga perkembangan agregat terjadi dari tahun ke tahun merupakan perkembangan produksi riil.

2. Laju pertumbuhan sektor Laju kenaikan sumbangan sektor ekonomi terhadap PDRB yang diukur dalam satuan persen.

3. Sektor basis Sektor basis merupakan sektor ekonomi yang memiliki spesialisasi atau lebih dominan di wilayah studi dibandingkan dengan wilayah referensi.

4. Sektor potensial Sektor potensial merupakan sektor ekonomi yang tingkat pertumbuhannya dominan tetapi dari sisi kontribusi terhadap PDRB relatif kecil.

A. Teknik Analisis Struktur Ekonomi menggunakan :

1. Analisis Shift Share

Adalah salah satu teknik kuantitatif yang biasa digunakan untuk menganalisis Struktur ekonomi daerah relatif terhadap struktur ekonomi wilayah adminitratif yang lebih tinggi sebagai pembanding atau referensi. Analisis ini menggunakan 3 informasi dasar yang berhubungan satu sama lain yaitu ( Tri, 2006:112)

a. Pertumbuhan ekonomi referensi propinsi atau nasional yang menunjukan bagaimana pengaruh pertumbuhan ekonomi nasional terhadap perekonomian daerah.

b. Pergeseran proposional menunjukan perubahan relative kinerja suatu sector di daerah tertentu terhadap sector yang sama di referensi propinsi atau nasional. Pergeseran proposional ini disebut juga pengaruh bauran industri. Pengukuran ini memungkinkan kita untuk dapat mengetahui apakah perekonomian yang terkonsentrasi pada industri tumbuh lebih cepat ketimbang perekonomian yang di jadikan referensi.

c. Pergeseran diferensial, yang menunjukan tingkat kekompetitifan suatu sector tertentu di suatu daerah dibanding tingkat propinsi. Pergeseran diferensial ini disebut juga pengaruh keunggulan kompetitif.

share ini adalah sebagai berikut : · Dampak riil pertumbuhan ekonomi daerah atau hasil penjumlahan

dari pengaruh pertumbuhan propinsi :

D ij =N ij +M ij +C ij………….

· Pengaruh pertumbuhan ekonomi referensi propinsi atau nasional

(national growth effect)

N ij =E ij xr n…………….

· Pergeseran proposional atau pengaruh bauran industry (industry

mix) : M ij =E ij (r in –r n )...............

Bila Mij mempunyai tanda (+) berarti bahwa variable yang dianalisis mempunyai tingkat pertumbuhan lebih cepat dari tingkat pertumbuhan keseluruhan, begitu juga sebaliknya apabila mempunyai tanda (-) maupun nol.

· Pergereran diferensial atau pengaruh keunggulan kompetitif :

C ij =E ij (r ij –r in ) ……………..

Bila Cij bertanda positf (+) berarti bahwa sector i mempunyai kecepatan untuk tumbuh dibandingkan dengan sector yang sama di tingkat nasional. Sebaliknya, bila tertanda negatif (-) berarti sector i Bila Cij bertanda positf (+) berarti bahwa sector i mempunyai kecepatan untuk tumbuh dibandingkan dengan sector yang sama di tingkat nasional. Sebaliknya, bila tertanda negatif (-) berarti sector i

Keterangan :

D ij = dampak riil pertumbuhan ekonomi daerah N ij = pengaruh pertumbuhan ekonomi provinsi M ij = pengaruh bauran industri

C ij = keunggulan kompetitif

E ij = PDRB dari sektor i diwilayah studi j r ij = laju pertumbuhan sektor i di daerah j r in = laju pertumbuhan sektor I propinsi r n = laju pertumbuhan ekonomi (PDRB) propinsi

2. Analisis LQ ( location Quotient )

Dengan teknik kuantitatif ini, dapat menentukan kapasitas ekspor perekonomian daerah dan derajat kemandirian suatu sektor. Dalam analisis LQ, kegiatan ekonomi suatu daerah dibagi menjadi 2 golongan, yaitu (Tri, 2006;116) :

a. Kegiatan industri yang melayani pasar didaerah itu sendiri maupun diluar daerah yang bersangkutan. Industri ini dinamakan industri basic.

b. Kegiatan ekonomi atau industri yang melayani pasar di daerah tersebut. Jenis ini dinamakan industri local.

adalah sebagai berikut (Lincolin,1999:142) :

Keterangan : vi = pendapatan dari sektor i di tingkat kota/kabupaten vt = pendapatan total Kabupaten Vi = pendapatan dari sektor i ditingkat Propinsi Vt = pendapatan total ditingkat Propinsi

Kriteria pengukuran LQ adalah sebagai berikut :

1) Jika LQ > 1, maka sektor yang bersangkutan di tingkat kota/kabupaten lebih berspesialisasi atau lebih dominan dibandingkan di tingkat propinsi. Sektor ini dalam perekonomian daerah di kota/kabupaten memiliki keunggulan komparatif dan dikategorikan sebagai sektor basis.

2) Jika LQ = 1, maka bisa dikatakan bahwa sektor yang bersangkutan baik di tingkat kota/kabupaten maupun di tingkat propinsi memiliki tingkat spesialisasi atau dominasi yang sama.

3) Jika LQ < 1, maka dikatakan bahwa sektor yang bersangkutan di tingkat kota /kabupaten kurang berspesialisasi atau kurang dominan

daerah di kota/kabupaten dikategorikan sebagai sektor non basis. Digunakan analisis LQ karena analisis ini memiliki kelebihan. Kelebihan analisis LQ antara lain merupakan alat analisis sederhana yang dapat menunjukkan struktur perekonomian suatu daerah dan industry substitusi impor potensial atau produk-produk yang bisa dikembangkan untuk ekspor dan menunjukkan industri-industri potensial (sektoral) untuk dianalisis lebih lanjut. Kelemahannya antara lain merupakan indikator kasar yang deskriptif, merupakan kesimpulan sementara dan tidak memperhatikan struktur ekonomi setiap daerah. Ini mengingat bahwa hasil produksi dan produktivitas tenaga kerja di setiap daerah adalah berbeda, juga adanya perbedaan sumber daya yang bisa dikembangkan di setiap daerah.

B. Teknik analisis Identifikasi Sektor Unggulan menggunakan :

1. Model Rasio Pertumbuhan (MRP)

MRP digunakan untuk melihat deskripsi kegiatan ekonomi yang potensial terutama struktur ekonomi diwilayah studi (kota/kabupaten) dalam perbandingan dengan daerah referensi. Dengan mengkombinasikan keduanya maka dapat diperoleh deskripsi kegiatan ekonomi yang potensial baik di wilayah studi maupun wilayah referensi. Pada perhitungan Model Rasio Pertumbuhan akan diperoleh nilai riil yang selanjutnya perlu dikonvensi dengan nilai MRP digunakan untuk melihat deskripsi kegiatan ekonomi yang potensial terutama struktur ekonomi diwilayah studi (kota/kabupaten) dalam perbandingan dengan daerah referensi. Dengan mengkombinasikan keduanya maka dapat diperoleh deskripsi kegiatan ekonomi yang potensial baik di wilayah studi maupun wilayah referensi. Pada perhitungan Model Rasio Pertumbuhan akan diperoleh nilai riil yang selanjutnya perlu dikonvensi dengan nilai

a. Rasio Pertumbuhan Wilayah Referensi (RPr)

Perbandingan antara laju pertumbuhan sektor i pada wilayah referensi dengan laju pertumbuhan total kegiatan (PDRB) wilayah referensi

Keterangan : ΔE r = perubahan pendapatan wilayah referensi pada awal dan akhir

tahun penelitian.

ΔE ir =

perubahan pendapatan sektor i di wilayah referensi pada awal dan akhir tahun penelitian

E r = pendapatan wilayah referensi pada awal tahun penelitian. Eir = pendapatan sektor i wilayah referensi pada awal tahun

penelitian.

Perbandingan antara laju pertumbuhan sektor i wilayah studi dengan laju pertumbuhan sektor sejenis di wilayah referensi.

Keterangan : ΔE ij = perubahan pendapatan sektor i di wilayah studi pada awal

dan akhir penelitian

E ij = pendapatan sektor i di wilayah studi pada awal tahun

penelitian. ΔE ir = pendapatan sektor i wilayah referensi pada awal dan akhir

tahun penelitian.

E ir = pendapatan sektor i wilayah referensi pada awal tahun

penelitian.

Hasil perhitungan MRP secara umum terdapat 4 kategori, yaitu :

1) Jika nilai (+) dan (+) berate kegiatan sektor tersebut pada tingkat referensi dan tingkat studi memiliki pertumbuhan yang menonjol, kegiatan ini disebut dominan pertumbuhan.

2) Jika nilai (+) dan (-) berarti kegiatan sektor tersebut pada tingkat referensi memiliki pertumbuhan yang menonjol, tetapi di tingkat studi kurang menonjol.

referensi kurang menonjol, tetapi ditingkat studi mempunyai pertumbuhan menonjol.

4) Jika nilai (-) dan (+) berarti kegiatan sektor tersebut baik ditingkat referensi maupun studi pertumbuhan kurang menonjol.

2. Model matrik potensi

Model matrik petensi daerah pada dasarnya diturunkan dari rumus pertumbuhan dan rumus kontribusi. Rumus ini digunakan untuk mengetahui posisi perekonomian di masing – masing kecamatan/ Kabupaten (Wihana Kirana, 1998 : 29 dalam mulyanto, 2006)

Tabel 3.1

Model Matriks Potensial

Sumber : Wihana Kirana 1998:29 dalam Mulyanto, 2006

Proporsi

Pertumbuhan ( ∆)

Xi -------------------- ≤1

Rata – rata X

Xi -------------------- >1 Rata – rata X

∆ Xi ---------- > 1 ∆Xtotal

3) Berkembang

1) Prima

∆ Xi --------- ≤1 ∆Xtotal

4) Terbelakang

2) Potensial

X i : PRDB sektor di Kabupaten

X : Total PRDB di Kabupaten ∆ : Tingkat pertumbuhan ( ∆X i = [( X it –X it – 1) / X it – 1] x 100%)

Adapun rumus untuk menghitung sumbangan/kontribusi dan pertumbuhan adalah sebagai berikut :

a. Rumus untuk menghitung sumbangan/kontribusi PRDB masing- masing Kecamatan terhadap PRDB Kabupaten Sukoharjo (Lincolin, 1999 : 236 dalam Mulyanto, 2006)

KE dari X it =

Dimana : KE : Kontribusi Ekonomi

X it

: PRDB Kecamatan i pada tahun t

b. Rumus untuk menghitung pertumbuhan PRDB masing-masing Kecamatan di Kabupaten Sukoharjo (Lincolin, 1999 : 246 dalam Mulyanto, 2006) :

PE dari X it =

Dimana : PE : Pertumbuhan Ekonomi

X it : PRDB kecamatan i pada tahun t

X it – 1 : PRDB Kecamatan i pada tahun t – 1 X it – 1 : PRDB Kecamatan i pada tahun t – 1

1) Prima, bila rasio pertumbuhan lebih besar dari 1 dan rasio kontribusi juga lebih dari 1.

2) Potensial, bila rasio kontribusi lebih besar dari 1, sementara rasio pertumbuhan bernilai kurang dari atau sama dengan 1.

3) Berkembang, bila rasio pertumbuhan lebih besar dari 1, sementara rasio kontribusi bernilai kurang dari atau sama dengan 1.

4) Terbelakang, bila rasio pertumbuhan kurang dari atau sama dengan 1 dan rasio kontribusi bernilai kurang dari atau sama dengan 1.

3. Model Tipologi Klassen

Rumus ini digunakan untuk mengetahui status perekonomian di masing-masing sektor di Kabupaten Sukoharjo (Sjafrizal, 1997:30 dalam Mulyanto, 2006 )

Tabel 3.2

Model Tipologi Klassen PDRB per sektor

3) Berkembang Cepat

4) Maju dan Cepat Tumbuh

∆X i < ∆X

1 ) Relatif Tertinggal

2 ) Maju tapi Tertekan

Sumber : Sjafrizal (1997) dalam Mulyanto, 2006

Catatan Xi : PDRB Per Kapita di salah satu Daerah.

X : PDRB Per Kapita di daerah yang lebih tinggi. Δ : Tingkat Pertumbuhan (DXi = [(Xit-Xit-1)/Xit-1] x 100%). ΔXi : Pertumbuhan PDRB di salah satu Daerah. ΔX : Pertumbuhan PDRB di Daerah yang lebih tinggi.

Rumus Pada Tabel 3.2. akan digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pergeseran status perekonomian dari masing-masing sektor di Kabupaten Sukoharjo. Rumus ini mempunyai makna:

1) Suatu sektor di Kabupaten Sukoharjo yang mempunyai tingkat pertumbuhan PDRB lebih kecil dari tigkat pertumbuhan PDRB lebih kecil dari tingkat pertumbuhan PDRB di Kabupaten Sukoharjo dan mempunyai PDRB Perkapita yang juga lebih kecil dari PDRB Perkapita Kabupaten Sukoharjo, maka perekonomian

Tertinggal.

2) Suatu sektor di Kabupaten Sukoharjo yang mempunyai tingkat pertumbuhan PDRB lebih kecil dari tingkat pertumbuhan PDRB Kabupaten Sukoharjo, namun mempunyai PDRB Perkapita yang lebih besar dari PDRB Perkapita Kabupaten Sukoharjo, maka perekonomian di sektor yang bersangkutan dikategorikan sebagai Daerah Maju tapi Tertekan

3) Suatu sektor di Kabupaten Sukoharjo yang mempunyai tingkat pertumbuhan PDRB lebih besar dari tingkat pertumbuhan PDRB Kabupaten Sukoharjo, namun mempunyai PDRB Perkapita yang lebih kecil dari PDRB Perkapita Kabupaten Sukoharjo, maka perekonomian di sektor yang bersangkutan dikategorikan sebagai Daerah Berkembang Cepat.

4) Suatu sektor di Kabupaten Sukoharjo yang mempunyai tingkat pertumbuhan PDRB lebih besar dari tingkat pertumbuhan PDRB Kabupaten Sukoharjo, dan mempunyai PDRB Perkapita yang lebih besar dari PDRB Perkapita Kabupaten Sukoharjo, maka perekonomian di sektor yang bersangkutan dikategorikan sebagai Daerah Maju dan Cepat Tumbuh.