HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Identitas Responden dan Kondisi/ Karakteristik Usaha

1. Identitas Responden Identitas responden merupakan keadaan yang menggambarkan kondisi umum dari responden pada sentra industri kecil kerupuk rambak berkualitas sayur dari kulit kerbau di Kabupaten Boyolali yang masih aktif berproduksi pada saat dilakukannya penelitian. Identitas responden dalam penelitian ini meliputi: umur, tingkat pendidikan, jumlah anggota keluarga, jumlah anggota yang aktif dalam usaha, jumlah tenaga kerja luar dan lama mengusahakan. Identitas responden pada sentra industri kecil 1. Identitas Responden Identitas responden merupakan keadaan yang menggambarkan kondisi umum dari responden pada sentra industri kecil kerupuk rambak berkualitas sayur dari kulit kerbau di Kabupaten Boyolali yang masih aktif berproduksi pada saat dilakukannya penelitian. Identitas responden dalam penelitian ini meliputi: umur, tingkat pendidikan, jumlah anggota keluarga, jumlah anggota yang aktif dalam usaha, jumlah tenaga kerja luar dan lama mengusahakan. Identitas responden pada sentra industri kecil

Rambak Berkualitas Sayur dari Kulit Kerbau di Kabupaten Boyolali.

No

Uraian

Rata–rata

1. Umur responden (tahun) 48,83 2. Tingkat pendidikan (tahun)

9,67 3. Jumlah anggota keluarga (orang)

5 4. Jumlah anggota keluarga yang aktif dalam usaha (orang)

2 5. Jumlah tenaga kerja luar (orang)

8 6. Lama mengusahakan (tahun)

5,3 Sumber : Diadopsi dan diolah dari lampiran 1

Berdasarkan Tabel 14. dapat diketahui bahwa umur rata–rata pengusaha adalah 48,83 tahun yang masih termasuk dalam umur produktif sehingga produktivitas kerja pengusaha kerupuk rambak berkualitas sayur dari kulit kerbau masih cukup tinggi. Umur pengusaha pada usaha ini tidak terlalu berpengaruh, sebab biasanya pengusaha hanya bertindak sebagai pengawas saja atau melakukan pekerjaan menjual produk ke pasar, sedangkan yang menjalankan pekerjaan berat adalah tenaga kerjanya. Dengan kondisi umur tersebut diharapkan usaha industri kerupuk rambak kulit kerbau berkualitas sayur masih dapat terus dikembangkan karena para pengusaha masih memiliki produktivitas dan kemampuan bekerja yang tinggi.

Sebagian besar pengusaha kerupuk rambak berkualitas sayur dari

kulit kerbau pernah mengenyam pendidikan secara formal, walaupun pada tingkatan yang berbeda–beda. Rata-rata pendidikan formal yang ditempuh oleh responden adalah 9,67 tahun. Hal itu menunjukkan bahwa hampir sebagian besar responden sudah mengenyam pendidikan sampai pada tingkat SLTP/SMP. Dengan demikian wawasan ataupun pengetahuan yang dimiliki oleh pengusaha kerupuk rambak berkualitas sayur dari kulit kerbau sudah cukup memadai dan paling tidak akan mempengaruhi pola pikir dan cara kerja mereka dalam mengelola usaha. Semakin tinggi pendidikan para pengusaha maka mereka lebih bisa berpikir secara kulit kerbau pernah mengenyam pendidikan secara formal, walaupun pada tingkatan yang berbeda–beda. Rata-rata pendidikan formal yang ditempuh oleh responden adalah 9,67 tahun. Hal itu menunjukkan bahwa hampir sebagian besar responden sudah mengenyam pendidikan sampai pada tingkat SLTP/SMP. Dengan demikian wawasan ataupun pengetahuan yang dimiliki oleh pengusaha kerupuk rambak berkualitas sayur dari kulit kerbau sudah cukup memadai dan paling tidak akan mempengaruhi pola pikir dan cara kerja mereka dalam mengelola usaha. Semakin tinggi pendidikan para pengusaha maka mereka lebih bisa berpikir secara

Jumlah rata–rata anggota keluarga yang dimiliki oleh pengusaha adalah sebanyak 5 orang. Hal ini akan berpengaruh pada ketersediaan tenaga kerja, terutama tenaga kerja yang berasal dari keluarga yang ikut dalam proses produksi. Jumlah rata–rata anggota keluarga yang aktif dalam usaha ini adalah 2 orang. Rata–rata jumlah tenaga kerja luar yang dipekerjakan oleh masing-masing pengusaha adalah 8 orang. Biasanya anggota keluarga yang aktif adalah suami dan istri. Anggota keluarga yang lain bekerja pada sektor lain, masih menempuh pendidikan, atau termasuk usia non produktif (anak-anak).

Usaha pada sentra industri kecil kerupuk rambak berkualitas sayur dari kulit kerbau di Kabupaten Boyolali ini belum berlangsung lama, karena pengalaman usaha yang dimiliki oleh para pengusaha yaitu rata- rata berkisar 5,3 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa responden belum cukup lama dalam menjalankan usahanya. Ada sebagian besar responden yang sebelum menggeluti usaha ini sudah membantu orang tua atau saudaranya yang juga mengusahakan industri ini, maka setelah mempunyai pengalaman tersebut mereka masing-masing mendirikan usaha ini sendiri. Sebenarnya mereka belum lama mendirikan usaha ini tetapi sudah mempunyai pengalaman yang cukup mengenai segala sesuatu tentang usaha ini, sehingga mereka sudah bisa mengatasi berbagai kendala usaha yang mereka hadapi.

Usaha pembuatan kerupuk rambak berkualitas sayur dari kulit kerbau ini ada yang termasuk pekerjaan pokok dan ada juga yang merupakan pekerjaan sampingan pengusaha. Status usaha pada sentra industri kecil kerupuk rambak berkualitas sayur dari kulit kerbau di Kabupaten Boyolali ini dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 15. Status Usaha Pada Sentra Industri Kecil Kerupuk Rambak

Berkualitas Sayur dari Kulit Kerbau di Kabupaten Boyolali

No Status Usaha

Jumlah (orang)

Prosentase(%)

1. Pekerjaan Pokok

2. Pekerjaan Sampingan

Sumber: Diadopsi dan diolah dari lampiran 1 Berdasarkan Tabel 15. dapat diketahui bahwa mayoritas status usaha industri kecil kerupuk rambak berkualitas sayur dari kulit kerbau dijadikan sebagai pekerjaan pokok yaitu sebanyak 4 orang atau 66,67%, sedangkan yang dijadikan sebagai pekerjaan sampingan sebanyak 2 orang atau 33,33%. Responden yang menjadikan usaha ini menjadi pekerjaan sampingan karena sudah memiliki pekerjaan pokok sebagai pedagang dan petani. Mereka mengusahakan kerupuk rambak berkualitas sayur dari kulit kerbau sebagai penambah penghasilan dari pekerjaan utama yang telah dimilikinya.

Ada berbagai macam alasan yang mendasari pengusaha industri kecil kerupuk rambak berkualitas sayur dari kulit kerbau dalam menjalankan usahanya, diantaranya yaitu pengalaman sebelumnya dari ikut usaha orang tua dan saudara, faktor lingkungan (ikut-ikutan), dan untuk menambah penghasilan. Alasan responden dalam menjalankan usahanya sebagai pengusaha kerupuk rambak berkualitas sayur dari kulit kerbau dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 16. Alasan Mengusahakan Industri Kecil Kerupuk Rambak

Berkualitas Sayur dari Kulit Kerbau di Kabupaten Boyolali

No. Alasan Usaha Jumlah Prosentase (orang)

1. Pengalaman sebelumnya dari

2 33,33 ikut usaha orang tua

2 Pengalaman sebelumnya dari

1 16,67 ikut usaha saudara

3 Faktor lingkungan

4 Menambah penghasilan

Sumber: Diadopsi dan diolah dari lampiran 1 Tabel 16. dapat diketahui bahwa alasan responden mengusahakan industri kerupuk rambak berkualitas sayur dari kulit kerbau karena telah mempunyai pengalaman dari ikut usaha orang tua yaitu sebanyak 2 Sumber: Diadopsi dan diolah dari lampiran 1 Tabel 16. dapat diketahui bahwa alasan responden mengusahakan industri kerupuk rambak berkualitas sayur dari kulit kerbau karena telah mempunyai pengalaman dari ikut usaha orang tua yaitu sebanyak 2

2. Modal Industri kerupuk Rambak Berkualitas Sayur dari Kulit Kerbau Para pengusaha kerupuk rambak berkualitas sayur dari kulit kerbau dalam menjalankan usahanya pasti membutuhkan modal, baik untuk membeli peralatan maupun bahan-bahan yang dibutuhkan. Modal yang digunakan dapat berupa modal sendiri maupun modal pinjaman yang berasal dari luar. Hal ini dapat dilihat dari tabel berikut. Tabel 17. Sumber Modal Usaha Pada Sentra Industri Kecil Kerupuk

Rambak Berkualitas Sayur dari Kulit Kerbau di Kabupaten Boyolali

No Sumber Modal

1. Modal sendiri

2. Modal pinjaman

Total

Sumber: Diadopsi dan diolah dari lampiran 1 Berdasarkan Tabel 17. diketahui bahwa semua pengusaha industri kecil kerupuk rambak berkualitas sayur dari kulit kerbau dalam menjalankan usahanya menggunakan modal sendiri yang berasal dari modal pribadi. Hal ini dikarenakan belum banyak lembaga yang mau memberikan pinjaman dengan bunga pinjaman yang cukup ringan. Pada awalnya pengusaha hanya memiliki sedikit modal, mereka lebih memilih Sumber: Diadopsi dan diolah dari lampiran 1 Berdasarkan Tabel 17. diketahui bahwa semua pengusaha industri kecil kerupuk rambak berkualitas sayur dari kulit kerbau dalam menjalankan usahanya menggunakan modal sendiri yang berasal dari modal pribadi. Hal ini dikarenakan belum banyak lembaga yang mau memberikan pinjaman dengan bunga pinjaman yang cukup ringan. Pada awalnya pengusaha hanya memiliki sedikit modal, mereka lebih memilih

3. Pengadaan Bahan Baku Bahan baku utama yang digunakan dalam industri kecil kerupuk rambak berkualitas sayur dari kulit kerbau adalah kulit kerbau kering yang diperoleh dari luar jawa, yaitu dari Toraja Sulawesi. Di daerah Sulawesi khususnya Toraja banyak menghasilkan kulit kerbau karena disana terdapat upacara adat untuk menghormati dan mengantarkan arwah orang yang meninggal dunia menuju alam roh (Upacara Adat Rambu Solo) dengan penyembelihan kerbau dalam jumlah yang banyak, sehingga kulit kerbau yang dihasilkan juga banyak. Cara untuk mendapatkan bahan baku ini para pengusaha kerupuk rambak berkualitas sayur dari kulit kerbau di Kabupaten Boyolali harus memesan terlebih dahulu kepada pengepul kulit kerbau di Toraja melalui via telepon. Biasanya mereka sudah mempunyai langganan pengepul sendiri-sendiri. Cara penyaluran bahan baku oleh pengusaha yaitu diambil pelabuhan Tanjung Perak Surabaya yang dikirimkan lewat ekspedisi kargo (2 orang pengusaha). Ada yang diantar langsung sampai rumah (3 orang pengusaha), selain itu ada juga seorang pengusaha yang membeli kulit kerbau dari seorang pengepul di Solo Baru.

Keuntungan jika pengusaha mengambil sendiri ke Pelabuhan maka bisa memilih kulit kerbau yang bagus dengan ciri-ciri kulitnya bersih, bulunya masih utuh (tidak brodol), tidak ada flek/luka pada kulit dan baunya masih segar (bau khas kerbau), namun harus mengeluarkan biaya tambahan untuk ongkos transportasi sekitar Rp 225.000,00–Rp 400.000,00. Harga kulit kerbau tersebut Rp 40.000,00/kg. Bahan baku yang diantar sampai rumah biasanya kulit kerbau yang diterima ada bagian yang cacat sehingga harus dibuang karena rasanya pahit. Ada juga pengusaha yang membeli kulit kerbau dari pengepul di Solo Baru, tetapi tidak semua kulit kerbau yang diterima dalam kondisi baik.

Dalam sistem pengadaan bahan baku ini biasanya para pengusaha membeli kulit kerbau untuk digunakan lebih dari satu kali produksi (penimbunan) dengan membeli dalam jumlah yang banyak. Mereka melakukan penimbunan untuk mencegah kehabisan stok karena produksi dilakukan setiap hari, dan untuk menghemat biaya ongkos transportasi karena letak sumber bahan baku yang jauh. Mereka membeli bahan baku kulit kerbau setiap 1 sampai 2 bulan sekali, yaitu sekitar 20–40 kuintal untuk memproduksi kerupuk rambak kulit kerbau 1-2 bulan kedepan.

Bahan baku kulit kerbau ini sudah berbentuk lembaran-lembaran kulit kering, sehingga bisa disimpan lama. Satu lembar kulit kerbau beratnya bisa mencapai 15-20 kg, tergantung besar kecilnya ukuran lembaran. Biasanya untuk 1 kg kulit kerbau mentah bisa menghasilkan 0,8 kg kerupuk rambak kulit kerbau atau sekitar 80%nya. Proses produksi dari kulit kerbau mentah menjadi kerupuk rambak hasilnya menyusut sampai 20%, karena bulu yang melekat pada kulit kerbau harus dihilangkan dan menyusut karena penjemuran.

Cara pembayaran dalam melakukan pembelian bahan baku kulit kerbau ini ada 2 cara yaitu secara kontan dan kredit. Ada 5 orang pengusaha (83,33%) yang melakukan pembayaran secara kontan. Mereka melakukan cara ini untuk menghindari adanya hutang kepada pengepul bahan baku. Namun ada seorang pengusaha (16,67%) yang melakukan pembayaran secara kredit, jangka waktu pembayaran sesuai perjanjian yang telah disepakati sebelumnya. Sistem ini harus dilandasi dengan sikap saling percaya antar pengusaha dengan pengepul bahan baku.

4. Peralatan Industri Kecil Kerupuk Rambak Berkualitas Sayur dari Kulit Kerbau

Pengusaha kerupuk rambak berkualitas sayur dari kulit kerbau selain membutuhkan bahan baku dan bahan penolong untuk menjalankan usahanya, juga memerlukan peralatan yang digunakan dalam proses produksi. Alat-alat yang digunakan dalam proses produksi usaha ini masih Pengusaha kerupuk rambak berkualitas sayur dari kulit kerbau selain membutuhkan bahan baku dan bahan penolong untuk menjalankan usahanya, juga memerlukan peralatan yang digunakan dalam proses produksi. Alat-alat yang digunakan dalam proses produksi usaha ini masih

a. Arit, digunakan untuk memotong-motong kulit kerbau kering menjadi bagian yang kecil-kecil agar mudah dimasukkan dalam drum perebus.

b. Tungku, merupakan alat untuk merebus kulit kerbau dengan bahan bakar kayu. Proses perebusan membutuhkan api yang besar sehingga tidak bisa direbus memakai kompor. Biasanya tungku ini dibuat sendiri oleh pengusaha dengan menggunakan pasir dan semen, sehingga bersifat permanen.

c. Drum perebus, berfungsi untuk merebus kulit kerbau yang terbuat dari besi. Drum ini biasanya bekas minyak yang kemudian dipotong menjadi 2 bagian yang sama besar untuk mempermudah proses pengadukan.

d. Sekop, untuk memperbaiki dan mengambil bara api.

e. Solet, berfungsi untuk mengaduk-aduk kulit kerbau pada waktu direbus, untuk mengangkat kulit kerbau yang sudah matang dan untuk membalik-balikan rajangan kulit kerbau pada proses pengungkepan. Solet ini berupa batang bambu panjang yang sudah dibelah.

f. Ember, digunakan untuk merendam kulit kerbau yang sudah matang selesai direbus dan untuk mengangkat-angkat kulit tersebut ketempat perajangan.

g. Alas perajang yang berupa bambu atau bongkok (batang daun) kelapa, berfungsi sebagai alas untuk merajang kulit kerbau

h. Pisau, digunakan untuk merajang kulit kerbau menjadi ukuran yang lebih kecil ± 1x5 cm.

i. Ungkal, digunakan untuk mengasah pisau agar selalu tajam j. Karung bagor, berfungsi sebagai wadah pada saat merajang dan

sebagai tempat untuk menyimpan kerupuk rambak berkualitas sayur dari kulit kerbau yang masih mentah.

k. Tenggok, sebagai alat untuk membawa rajangan kulit kerbau sebelum dijemur.

l. Jrebeng, alas untuk menjemur rajangan kulit kerbau dibawah sinar matahari yang berupa anyaman bambu yang berbentuk persegi panjang, dengan ukuran ± 1x2 m.

m. Wajan, sebagai alat untuk mengungkep dan menggoreng rajangan kulit

kerbau yang masih mentah menjadi kerupuk rambak kulit kerbau. n. Irus, digunakan untuk mengaduk-aduk pada saat proses penggorengan. o. Erok-erok, digunakan untuk mengangkat kerupuk rambak kulit kerbau

berkualitas sayur yang sudah matang pada saat penggorengan. p. Irik, berfungsi sebagai alat untuk meniriskan kerupuk rambak kulit kerbau berkualitas sayur setelah digoreng . Irik terbuat dari bambu yang dianyam kasar (bercelah-celah) yang berbentuk lingkaran.

q. Baskom, sebagai alat untuk meniriskan minyak goreng. Baskom ini diletakkan di bawah irik. r. Timbangan, digunakan untuk menimbang kerupuk rambak berkualitas sayur dari kulit kerbau yang akan dijual. Terdiri dari timbangan besar, timbangan pasar dan timbangan duduk.

s. Streples, digunakan pada saat pengemasan kerupuk rambak berkualitas sayur dari kulit kerbau bentuk berasan (setengah matang).

5. Proses Produksi Pembuatan Kerupuk Rambak Berkualitas Sayur dari Kulit Kerbau

Proses produksi pembuatan kerupuk rambak berkualitas sayur dari kulit kerbau antara lain :

a. Lembaran kering kulit kerbau mentah dipotong-potong menjadi lebih kecil dengan menggunakan arit, agar mudah dimasukkan ke dalam drum perebus pada saat perebusan.

b. Merebus kulit kerbau mentah tersebut sampai empuk ± 4 jam. Ciri kulit kerbau sudah empuk yaitu bila ditusuk dengan kuku tangan bisa tembus dan warnanya sudah menjadi agak coklat.

c. Setelah kulit kerbau matang/empuk maka diangkat satu-persatu dengan menggunakan solet, kemudian ditaruh di bawah.

d. Mendinginkan kulit kerbau yang sudah matang tersebut dengan cara merendamnya dalam air dingin, kemudian ditiriskan sampai agak kering ± 30 menit-1 jam.

e. Setelah kering kulit kerbau dibersihkan dari bulu yang melekat, sampai kulit kerbau benar-benar bersih tidak ada bulunya.

f. Bila sudah bersih dari bulu, kemudian ditipiskan dengan cara membelah-belah menjadi 3 bagian, yaitu bagian atas, tengah dan bawah. Bagian atas atau 1/3 bagian mempunyai kualitas A sedangkan bagian tengah dan bawah atau 2/3 bagian mempunyai kualitas B.

g. Setelah ditipiskan masing-masing bagian kulit kerbau tersebut dirajang menjadi ukuran persegi panjang kecil-kecil ± 1x5 cm dengan menggunakan pisau dan alas perajang yang berupa bongkok (batang daun) kelapa atau bambu.

h. Setelah dirajang, kemudian potongan kecil kulit kerbau dijemur dibawah sinar matahari dengan beralaskan jrebeng sampai kering ± 2-

3 hari

i. Kemudian rajangan kulit kerbau yang sudah kering tersebut diungkep (digoreng dengan menggunakan minyak goreng yang dingin dan nyala apinya harus kecil, agar kulit kerbau tidak membesar) ± 4-5 jam. Cirinya bila sudah matang yaitu rajangan kulit kerbau warnanya menjadi mengkilap karena sudah menyerap minyak goreng.

j. Setelah diungkep kemudian ditiriskan sampai kering. Hasil dari proses pengungkepan ini adalah kerupuk rambak kulit kerbau berkualitas sayur setengah matang atau biasanya disebut berasan dan langsung bisa dijual.

k. Sedangkan bagian kulit dengan kualitas B digoreng sampai menjadi kerupuk rambak bentuk gorengan. Pada saat penggorengan nyala api harus selalu besar agar bisa mengembang sempurna. Pada waktu proses penggorengan ini hendaknya minyak goreng yang digunakan harus selalu baru agar warna menjadi bagus (kuning bening). Hasil kerupuk rambak gorengan ini beratnya bisa naik 2 ons (dalam 1 kg) karena k. Sedangkan bagian kulit dengan kualitas B digoreng sampai menjadi kerupuk rambak bentuk gorengan. Pada saat penggorengan nyala api harus selalu besar agar bisa mengembang sempurna. Pada waktu proses penggorengan ini hendaknya minyak goreng yang digunakan harus selalu baru agar warna menjadi bagus (kuning bening). Hasil kerupuk rambak gorengan ini beratnya bisa naik 2 ons (dalam 1 kg) karena

l. Jika sudah digoreng kemudian kerupuk rambak berkualitas sayur dari kulit kerbau tersebut dikemas ukuran 1 kg dengan menggunakan plastik. Plastik kerupuk rambak kulit kerbau berasan berukuran 20x40 cm. Plastik untuk kerupuk rambak kulit kerbau gorengan berukuran 45x60 cm.

m. Kerupuk rambak berkualitas sayur dari kulit kerbau sudah siap dijual. Biasanya para pengusaha menjual rambak sayur ini dalam 2 bentuk, yaitu bentuk berasan (setengah matang) dan bentuk gorengan. Bentuk berasan dan gorengan dijual dengan ukuran 1 kg. Bentuk berasan dijual dengan harga Rp 73.000,00 – 75.000,00, sedangkan bentuk gorengan dijual dengan harga Rp 62.000,00 – 65.000,00.

Tahapan proses produksi pembuatan kerupuk rambak berkualitas sayur dari kulit kerbau di Kabupaten Boyolali dapat digambarkan dalam skema berikut ini.

Kulit kerbau kering

Dipotong (menjadi agak kecil)

Direbus (± 4 jam)

Didinginkan (dengan air dingin)

Ditiriskan

Membersihkan bulu yang melekat

Ditipiskan (3 belahan: atas, tengah, bawah)

Dirajang (± 1x5 cm)

Dijemur (± 2-3 hari)

Diungkep (± 4-5 jam)

Berasan Digoreng → Gorengan ( 1/3 bagian / grade A) ( 2/3 bagian/ grade B)

Dikemas/ dibungkus

Kerupuk rambak kulit kerbau siap dijual

Gambar 2. Proses Produksi Kerupuk Rambak Berkualitas Sayur dari Kulit Kerbau di Kabupaten Boyolali

6. Aspek Sosial Industri kecil kerupuk rambak berkualitas sayur dari kulit kerbau ini bisa memberikan manfaat bagi masyarakat Kabupaten Boyolali khususnya Kecamatan Banyudono dimana sentra usaha ini berada. Manfaat yang diperoleh masyarakat yaitu, usaha ini bisa menyerap tenaga kerja yang lumayan banyak sehingga bisa mengurangi pengangguran. Usaha ini membutuhkan banyak tenaga kerja karena banyaknya pekerjaan yang harus dilakukan. Pada usaha ini jumlah tenaga kerja yang digunakan yaitu

10 orang tenaga kerja keluarga dan 45 orang tenaga kerja luar. Kebanyakan tenaga kerja luar tersebut merupakan ibu-ibu rumah tangga yang tidak mempunyai pekerjaan, pemuda-pemuda desa yang tidak mempunyai pekerjaan karena tidak dibekali pendidikan dan ketrampilan yang cukup, dan beberapa orang bapak-bapak yang sudah bekerja sejak 10 orang tenaga kerja keluarga dan 45 orang tenaga kerja luar. Kebanyakan tenaga kerja luar tersebut merupakan ibu-ibu rumah tangga yang tidak mempunyai pekerjaan, pemuda-pemuda desa yang tidak mempunyai pekerjaan karena tidak dibekali pendidikan dan ketrampilan yang cukup, dan beberapa orang bapak-bapak yang sudah bekerja sejak

Dampak negatif dari usaha ini yaitu menimbulkan pencemaran udara di sekitar tempat produksi. Kulit kerbau basah mempunyai bau amis, apalagi waktu proses perajangan dan penjemuran pertama. Bau amis yang muncul bisa tercium sampai kemana-mana. Hal itu tidak menjadi masalah karena usaha ini sudah berlangsung cukup lama sehingga warga masyarakat juga sudah terbiasa dengan bau amis ini, selain itu warga desa juga banyak yang bekerja di sektor ini dan mereka mendapatkan pendapatan dari sektor ini. Selama ini belum ada keluhan masyarakat tentang adanya bau amis ini.

7. Penanganan Limbah Setiap usaha pasti menghasilkan limbah, tak terkecuali dengan usaha ini. Usaha pada industri kecil kerupuk rambak berkualitas sayur dari kulit kerbau di Kabupaten Boyolali ini menghasilkan limbah padat, yaitu berupa bulu kulit kerbau. Bulu-bulu tersebut dikeringkan dulu 1-2 hari kemudian bisa laku dijual. Bulu ini biasa dijual Rp 1.000,00 – 1.100,00 per kg. Dalam satu bulan pengusaha bisa mengumpulkan bulu kulit kerbau ini ± 20–50 kg. Jumlah ini hanya menjadi 1-3 karung bagor saja karena setiap 1 karung bagor memuat 15 kg bulu kering. Bulu ini bisa digunakan untuk tambahan pakan lele atau diproduksi kembali menjadi makanan camilan bagi orang yang bisa mengolahnya kembali. Kebanyakan orang yang membeli bulu ini berasal dari daerah Klaten.

Ada seorang pengusaha kerupuk rambak berkualitas sayur dari kulit kerbau yang juga berprofesi sebagai petani menggunakan bulu kulit kerbau untuk meningkatkan produktivitas tanaman padinya, karena bisa mencegah serangan binatang-binatang yang bisa merusak tanaman padi misalnya tikus dan kambing. Caranya adalah mula-mula bulu kulit kerbau Ada seorang pengusaha kerupuk rambak berkualitas sayur dari kulit kerbau yang juga berprofesi sebagai petani menggunakan bulu kulit kerbau untuk meningkatkan produktivitas tanaman padinya, karena bisa mencegah serangan binatang-binatang yang bisa merusak tanaman padi misalnya tikus dan kambing. Caranya adalah mula-mula bulu kulit kerbau

karung bagor @ 15 kg, tapi syarat penyebaran bulu ke sawah dilakukan pada musim hujan dan tanaman padi sudah berumur 1 bulan. Penyebaran bulu pada musim kemarau atau umur tanaman padi kurang dari 1 bulan maka mengakibatkan tanaman padi bisa kepanasan. Sawah yang sudah disebari bulu maka selang 2 hari akan menimbulkan bau yang sangat menyengat dilahan dan sekitarnya, sehingga tidak ada binatang yang berani mendekat untuk merusak tanaman padi khususnya binatang tikus. Bau ini baru akan menghilang setelah 6-7 hari kemudian, setelah baunya menghilang maka lahan sawah bisa disebar bulu lagi tapi cukup pada pinggir-pinggir sawah saja dengan jumlah yang sedikit juga, hal tersebut dilakukan seterusnya sampai panen tiba. Dengan demikian tanaman padi akan terhindar dari serangan binatang-binatang yang bisa merusak tanaman padi, sehingga produktivitas tanaman padi bisa ditingkatkan.

8. Pemasaran Kerupuk rambak berkualitas sayur dari kulit kerbau yang diproduksi di Kabupaten Boyolali ini ada yang dipasarkan didalam kota yaitu di Kabupaten Boyolali, namun ada juga yang dipasarkan diluar kota. Daerah pemasaran di dalam kota meliputi pasar-pasar yang ada di Kabupaten Boyolali, yaitu Pasar Ampel, Pasar Sunggingan, Pasar Boyolali Kota, Pasar Pengging, Pasar Simo, Pasar Klego, Pasar Karanggede dan Pasar Ngemplak. Sedangkan daerah pemasaran diluar kota meliputi, Pasar Legi, Pasar Kartasura, Pasar Gawok, daerah Klaten dan daerah Salatiga.

Biasanya para pengusaha memasarkan sendiri produknya dengan cara mengantarkan langsung kepada para pembelinya di pasar-pasar yang umumnya adalah para pedagang. Umumnya mereka sudah mempunyai langganan tetap sendiri-sendiri, sehingga pemasaranya mudah. Para pembeli biasanya memesan kerupuk rambak berkualitas sayur dari kulit kerbau melalui telepon atau sudah memesan hari sebelumnya, sehingga Biasanya para pengusaha memasarkan sendiri produknya dengan cara mengantarkan langsung kepada para pembelinya di pasar-pasar yang umumnya adalah para pedagang. Umumnya mereka sudah mempunyai langganan tetap sendiri-sendiri, sehingga pemasaranya mudah. Para pembeli biasanya memesan kerupuk rambak berkualitas sayur dari kulit kerbau melalui telepon atau sudah memesan hari sebelumnya, sehingga

Sampai saat ini pemasaran kerupuk rambak berkualitas sayur dari kulit kerbau yang diproduksi di Kabupaten Boyolali cukup lancar, karena setiap saat ada yang membutuhkan. Permintaan produk yang paling banyak biasanya pada bulan puasa/menjelang lebaran, Ruwah, dan bulan besar/bulan banyak orang punya hajat. Pada saat-saat tersebut permintaan produk bisa mencapai 2-3 kali lipat daripada hari-hari biasa seperti sekarang ini.

Semua produk kerupuk rambak berkualitas sayur dari kulit kerbau yang diproduksi oleh pengusaha di Kabupaten Boyolali ini belum mempunyai label karena produk tersebut hanya dipasarkan di pasar tradisional yang berupa rambak sayur. Kerupuk rambak berkualitas sayur dari kulit kerbau ini penyimpananya bisa tahan lama, bentuk berasan bisa tahan sampai 4 bulan, sedangkan bentuk gorengan bisa tahan sampai 2 bulan asal kondisi pengemasannya selalu dijaga rapat.

Dalam setiap harinya pengusaha tidak bisa menjual semua produk yang diproduksi, karena penjualan menyesuaikan permintaan pasar. Jumlah kerupuk rambak berkualitas sayur dari kulit kerbau yang diproduksi dan yang terjual dapat dilihat dalam tabel berikut. Tabel 18. Rata-rata Jumlah Produksi dan Penjualan Kerupuk Rambak

Berkualitas Sayur dari Kulit Kerbau di Kabupaten Boyolali Bulan Juni 2009

No. Keterangan

Rata-rata

Rata-rata Rata-rata

Produksi (kg)

Penjualan (kg) sisa (kg)

464,82 51,65 Sumber : Diadopsi dan Diolah dari Lampiran 18 Tabel 18. menunjukkan bahwa dalam satu bulan para pengusaha

2. Gorengan

rata-rata bisa memproduksi sebanyak 216,80 kg produk berasan dan 516,46 kg produk gorengan. Rata-rata penjualan produk berasan dalam satu bulan sebanyak 186,30 kg, dan penjualan produk gorengan sebanyak 464,82 kg. Jika produk tidak terjual hari itu juga maka dijual pada hari rata-rata bisa memproduksi sebanyak 216,80 kg produk berasan dan 516,46 kg produk gorengan. Rata-rata penjualan produk berasan dalam satu bulan sebanyak 186,30 kg, dan penjualan produk gorengan sebanyak 464,82 kg. Jika produk tidak terjual hari itu juga maka dijual pada hari

Sisa produk ini dipergunakan untuk mengantisipasi apabila permintaan pasar meningkat, sebagai persediaan apabila sewaktu-waktu kehabisan bahan baku, sebagai persediaan produk jika ada konsumen/pedagang yang ingin langsung membeli produk dari pabrik, dan untuk mengantisipasi atau mengganti apabila produk sudah lama tidak terjual oleh pedagang. Penggantian ini dilakukan jika kerupuk rambak berkualitas sayur dari kulit kerbau khususnya bentuk gorengan sudah 2 bulan tidak laku terjual oleh pedagang, maka pengusaha bisa mengganti rambak gorengan yang baru secara gratis, tetapi harus ada perjanjian sebelumnya.

Persaingan industri ini dalam memasuki pasar belum begitu ketat karena umumnya pengusaha sudah memiliki daerah pemasaran dan konsumen langganan masing-masing. Yang terpenting dalam usaha ini adalah bisa memproduksi produk yang berkualitas bagus, dengan begitu maka pelanggan akan memberikan kepercayaan kepada pengusaha.

B. Analisis Usaha Industri Kecil Kerupuk Rambak Berkualitas Sayur dari Kulit Kerbau

1. Analisis Biaya Biaya yang dimaksud dalam penelitian ini adalah seluruh biaya yang digunakan untuk pembuatan kerupuk rambak berkualitas sayur dari kulit kerbau, baik yang riil dikeluarkan, maupun yang tidak riil dikeluarkan oleh 1. Analisis Biaya Biaya yang dimaksud dalam penelitian ini adalah seluruh biaya yang digunakan untuk pembuatan kerupuk rambak berkualitas sayur dari kulit kerbau, baik yang riil dikeluarkan, maupun yang tidak riil dikeluarkan oleh

a. Biaya tetap Biaya tetap adalah biaya yang digunakan dalam industri kecil kerupuk rambak berkualitas sayur dari kulit kerbau yang besarnya tidak dipengaruhi oleh jumlah produk yang dihasilkan. Biaya tetap dalam usaha pada sentra industri kecil kerupuk rambak berkualitas sayur dari kulit kerbau di Kabupaten Boyolali meliputi biaya penyusutan peralatan, dan bunga modal investasi. Biaya penyusutan peralatan dan biaya bunga investasi sebenarnya tidak benar-benar dikeluarkan oleh pengusaha, tetapi karena dalam penelitian ini menggunakan konsep keuntungan, maka biaya ini harus diperhitungkan. Rata-rata biaya tetap dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 19. Rata-rata Biaya Tetap Pada Sentra Industri Kecil Kerupuk Rambak Berkualitas Sayur dari Kulit Kerbau di Kabupaten Boyolali Bulan Juni 2009

Prosentase No.

Rata-rata

Jenis Biaya Tetap

(Rp/bulan)

1. Penyusutan peralatan 595.349,11 84,57

2. Bunga modal investasi 108.591,98 15,43

Jumlah 703.941,09 100,00

Sumber : Diadopsi dan Diolah dari Lampiran 34 Tabel 19 menunjukkan bahwa rata-rata biaya tetap yang dikeluarkan pengusaha kerupuk rambak berkualitas sayur dari kulit kerbau di Kabupaten Boyolali selama satu bulan yaitu Rp 703.941,09. Sumber biaya tetap terbesar berasal dari biaya penyusutan peralatan yaitu sebesar Rp 595.349,11 atau 84,57%. Pengusaha pasti menggunakan peralatan dalam pelaksanaan proses produksi kerupuk rambak kulit kerbau berkualitas sayur. Peralatan yang digunakan masih sederhana dan alat-alat berat (tungku, wajan, dan timbangan) Sumber : Diadopsi dan Diolah dari Lampiran 34 Tabel 19 menunjukkan bahwa rata-rata biaya tetap yang dikeluarkan pengusaha kerupuk rambak berkualitas sayur dari kulit kerbau di Kabupaten Boyolali selama satu bulan yaitu Rp 703.941,09. Sumber biaya tetap terbesar berasal dari biaya penyusutan peralatan yaitu sebesar Rp 595.349,11 atau 84,57%. Pengusaha pasti menggunakan peralatan dalam pelaksanaan proses produksi kerupuk rambak kulit kerbau berkualitas sayur. Peralatan yang digunakan masih sederhana dan alat-alat berat (tungku, wajan, dan timbangan)

Nilai Investasi Awal - Nilai Investasi Akhir Penyusutan/Bulan =

Umur Ekonomis (Bulan ) Sedangkan besarnya biaya penyusutan peralatan untuk mesin

(mobil dan motor) dapat dihitung dengan rumus : n Penyusutan = 1- S

C Keterangan :

S = Nilai sisa

C = Nilai awal n = umur ekonomis (tahun)

Besarnya biaya bunga modal investasi lebih kecil dari penyusutan peralatan yaitu Rp 108.591,98 (15,43%). Menurut Muhdi (dalam Kurniawan, 2007), untuk menghitung bunga modal investasi menggunakan rumus :

êë R 2 N

t Keterangan:

B = Bunga modal (Rp) M = Nilai investasi awal (Rp) R = Nilai investasi akhir (Rp)

N = Masa ekonomis (bulan)

i = Suku bunga t = Jumlah bulan dalam setahun

Nilai suku bunga diperoleh dari data Bank Indonesia yaitu sebesar

7 % pada bulan Juni 2009, sebab penelitian ini dilakukan pada bulan tersebut.

b. Biaya Variabel Biaya variabel adalah biaya yang besarnya berubah-ubah secara proporsional terhadap kuantitas output yang dihasilkan. Biaya-biaya yang termasuk dalam biaya variabel industri kecil kerupuk rambak berkualitas sayur dari kulit kerbau adalah biaya bahan baku, biaya transport bahan baku, biaya tenaga kerja, biaya uang makan tenaga kerja, biaya bahan penolong, biaya bahan bakar, biaya pengemasan, dan biaya transportasi yang dinyatakan dalam satuan rupiah. Rata-rata biaya variabel industri kecil kerupuk rambak berkualitas sayur dari kulit kerbau dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 20. Rata-rata Biaya Variabel Pada Sentra Industri Kecil Kerupuk Rambak Berkualitas Sayur dari Kulit Kerbau di Kabupaten Boyolali Bulan Juni 2009

Prosentase No.

Rata-rata

Jenis Biaya Variabel

(Rp/bulan)

1. Bahan Baku 32.352.358,33 81,68

2. Transport Bahan Baku 125.000,00 0,31

3. Tenaga Kerja 3.018.333,33 7,61

4. Uang Makan TK 529.000,00 1,33

5. Bahan Penolong 1.956.980,84 4,93

6. Bahan Bakar 776.083,33 1,95

7. Bahan Pengemasan 395.400,00 0,99

8. Transportasi 477.500,00 1,20

Jumlah 39.607.235,01 100,00

Sumber : Diadopsi dan Diolah dari Lampiran 31 Tabel 20. menunjukkan bahwa rata-rata biaya variabel yang dikeluarkan pengusaha industri kecil kerupuk rambak berkualitas

sayur dari kulit kerbau di Kabupaten Boyolali selama satu bulan yaitu Rp 39.607.235,01. Biaya variabel terbesar berasal dari biaya bahan baku. Rata-rata biaya untuk bahan baku yang dikeluarkan pengusaha sayur dari kulit kerbau di Kabupaten Boyolali selama satu bulan yaitu Rp 39.607.235,01. Biaya variabel terbesar berasal dari biaya bahan baku. Rata-rata biaya untuk bahan baku yang dikeluarkan pengusaha

Biaya variabel terbesar kedua yaitu biaya tenaga kerja sebesar Rp 3.018.333,33 atau 7,61% selama satu bulan. Upah tenaga kerja bervariasi antara Rp 12.000,00–Rp 20.000,00 per orang selama satu hari. Untuk tenaga kerja laki-laki upah per hari antara Rp 17.000,00– Rp 20.000,00 per orang, sedangkan untuk upah tenaga kerja perempuan antara Rp 12.000,00–Rp 15.000,00 per orang. Upah tenaga kerja laki-laki lebih besar karena pada umumnya laki-laki mengerjakan pekerjaan yang lebih berat, misalnya merebus kulit kerbau, mengungkep dan menjemur, dimana pekerjaan tersebut membutuhkan tenaga yang kuat. Tenaga kerja perempuan biasanya mengerjakan pekerjaan yang lebih ringan, misalnya membersihkan bulu yang melekat pada kulit kerbau, merajang kulit kerbau dan pengemasan, sehingga upahnya lebih sedikit.

Tenaga kerja sebagian besar berasal dari tenaga kerja luar keluarga karena anggota keluarga yang ikut aktif dalam usaha ini cukup sedikit yaitu suami dengan istri atau anaknya saja, itupun hanya melakukan pengawasan jalannya pekerjaan yang dilakukan tenaga kerja atau menjual produk kepasar. Sebenarnya tenaga kerja keluarga dalam kenyataannya tidak diberi upah, namun konsep yang digunakan adalah keuntungan sehingga dalam perhitungan tetap dimasukkan.

Biaya variabel terbesar ketiga berasal dari biaya bahan penolong, yaitu sebesar Rp 1.956.980,84 atau 4,93%. Bahan penolong yang dimaksud yaitu minyak goreng. Minyak goreng digunakan untuk mengungkep dan menggoreng kerupuk rambak kulit kerbau. Penggunaan minyak goreng per bulan berkisar antara 76–367 kg, Biaya variabel terbesar ketiga berasal dari biaya bahan penolong, yaitu sebesar Rp 1.956.980,84 atau 4,93%. Bahan penolong yang dimaksud yaitu minyak goreng. Minyak goreng digunakan untuk mengungkep dan menggoreng kerupuk rambak kulit kerbau. Penggunaan minyak goreng per bulan berkisar antara 76–367 kg,

Biaya variabel selanjutnya adalah biaya pembelian bahan bakar, yaitu Rp 776.083,33 atau 1,95%. Biaya ini terdiri dari biaya pembelian bahan bakar kayu, minyak tanah dan serbuk gergaji. Proses produksi pembuatan kerupuk rambak berkualitas sayur dari kulit kerbau ini menggunakan tungku yang biasa dibuat sendiri oleh para pengusaha, sehingga bahan bakar terbesar adalah kayu. Kapasitas penggunaan kayu oleh seorang pengusaha dengan pengusaha lain berbeda-beda. Dalam satu bulan penggunaan kayu berkisar antara 1 colt – 1 truk. Harga kayu 1 colt mencapai Rp 300.000,00–500.000,00, sedangkan harga 1 truk mencapai Rp 1.000.000,00. Rata-rata biaya yang dikeluarkan untuk pembelian kayu dalam satu bulan mencapai Rp 766.666,67. Para pengusaha biasanya menggunakan kayu pohon karet dan mahoni, karena kayu ini bisa nyala lama sehingga lebih awet/irit, mudah dicari, dan walaupun masih agak basah sudah bisa digunakan. Mereka biasa mendapatkan kayu tersebut dari daerah Nogosari Boyolali, Salatiga dan Semarang. Bahan bakar selain kayu yang digunakan yaitu serbuk gergaji agar nyala api lebih besar lagi. Dalam satu bulan penggunaan serbuk gergaji hanya mencapai 4–6 karung bagor, dengan harga Rp 3.000,00 per karung. Untuk memudahkan dalam membuat api, ada pengusaha yang menggunakan Biaya variabel selanjutnya adalah biaya pembelian bahan bakar, yaitu Rp 776.083,33 atau 1,95%. Biaya ini terdiri dari biaya pembelian bahan bakar kayu, minyak tanah dan serbuk gergaji. Proses produksi pembuatan kerupuk rambak berkualitas sayur dari kulit kerbau ini menggunakan tungku yang biasa dibuat sendiri oleh para pengusaha, sehingga bahan bakar terbesar adalah kayu. Kapasitas penggunaan kayu oleh seorang pengusaha dengan pengusaha lain berbeda-beda. Dalam satu bulan penggunaan kayu berkisar antara 1 colt – 1 truk. Harga kayu 1 colt mencapai Rp 300.000,00–500.000,00, sedangkan harga 1 truk mencapai Rp 1.000.000,00. Rata-rata biaya yang dikeluarkan untuk pembelian kayu dalam satu bulan mencapai Rp 766.666,67. Para pengusaha biasanya menggunakan kayu pohon karet dan mahoni, karena kayu ini bisa nyala lama sehingga lebih awet/irit, mudah dicari, dan walaupun masih agak basah sudah bisa digunakan. Mereka biasa mendapatkan kayu tersebut dari daerah Nogosari Boyolali, Salatiga dan Semarang. Bahan bakar selain kayu yang digunakan yaitu serbuk gergaji agar nyala api lebih besar lagi. Dalam satu bulan penggunaan serbuk gergaji hanya mencapai 4–6 karung bagor, dengan harga Rp 3.000,00 per karung. Untuk memudahkan dalam membuat api, ada pengusaha yang menggunakan

Biaya variabel berikutnya yaitu untuk biaya uang makan tenaga kerja yaitu Rp 529.000,00 atau (1,33%) selama satu bulan. Proses produksi pembuatan kerupuk rambak berkualitas sayur dari kulit kerbau ini berlangsung dari pukul 07.00 – 16.00 WIB, sehingga tenaga kerja diberi jatah makan 2 kali sehari. Makan pagi biasanya dilakukan pada pukul 09.00 WIB dan makan siang pukul 12.00 WIB sekalian sholat Dhuhur. Biaya uang makan tenaga kerja berkisar antara Rp 3.500,00 – 4.000,00 per orang. Pemberian jatah makan ini dilakukan agar para tenaga kerja tetap bertenaga dan berkonsentrasi dalam bekerja sehingga pekerjaan cepat selesai, serta untuk menghemat waktu agar para tenaga kerja ketika bekerja tidak perlu pulang kerumah untuk makan dan menjalankan Sholat.

Biaya variabel berikutnya adalah biaya transportasi, yaitu sebesar Rp 477.500,00 atau 1,20%. Pengusaha memerlukan transportasi untuk memasarkan kerupuk rambak berkualitas sayur dari kulit kerbau ke pasar. Bagi pengusaha yang produksinya banyak biasanya memakai mobil dalam memasarkan ke pasar, namun ada pengusaha yang menggunakan motor dalam menjual produk ke pasar. Besar kecilnya biaya transportasi dipengaruhi oleh jarak daerah pemasaran dan alat transportasi yang digunakan. Semakin jauh jarak daerah pemasaran, semakin besar biaya yang dikeluarkan. Biasanya pemasaran dilakukan setiap hari karena pengusaha memproduksi kerupuk rambak berkualitas sayur dari kulit kerbau setiap hari. Pemasaran produk oleh pengusaha yang menggunakan mobil maka biaya transportasi yang dikeluarkan lebih besar karena mobil memerlukan banyak bahan bakar, namun jika dalam pemasaran pengusaha menggunakan motor maka biaya transportasi yang dikeluarkan lebih sedikit.

Biaya variabel berikutnya adalah biaya pengemasan, yaitu Rp 395.400,00 atau 0,99%. Biaya pengemasan ini dikeluarkan untuk membungkus kerupuk rambak berkualitas sayur dari kulit kerbau baik itu bentuk berasan maupun gorengan. Biaya pengemasan ini terdiri dari pembelian plastik, tali (rafia), dan streples. Ukuran plastik untuk bentuk berasan berbeda dengan bentuk gorengan. Kemasan berasan dengan berat 1 kg digunakan plastik berukuran 20x40 cm, biasanya para pengusaha membeli plastik tersebut sudah dalam bentuk jadi (sudah dipotong-potong) dengan harga Rp 200,00-250,00 per biji, tergantung tempat dimana mereka membeli. Agar kemasan tertutup rapat maka harus distreples. Kemasan gorengan dengan berat 1 kg digunakan plastik berukuran 45x60 cm, biasanya para pengusaha membeli plastik tersebut dalam bentuk rol-rolan kemudian dipotongkan ke tempat pemotongan plastik dengan upah Rp 10.000,00 atau membeli dalam bentuk jadi (sudah dipotong-potong) dengan harga Rp 650,00-800,00 per biji, tergantung tempat dimana mereka membeli. Agar kemasan tertutup rapat maka harus diikat dengan tali rafia.

Biaya variabel berikutnya adalah biaya transport bahan baku, yaitu sebesar Rp 125.000,00 atau 0,31%. Cara penyaluran bahan baku kulit kerbau antar pengusaha berbeda-beda. Ada yang mengambilnya dari pelabuhan Tanjung Perak Surabaya, ada yang mengambil dari pengepul yang ada di Solo Baru, dan ada yang diantar sampai rumah.

c. Biaya Total Biaya total adalah hasil dari penjumlahan seluruh biaya tetap dan biaya variabel yang dikeluarkan selama proses produksi. Besarnya rata-rata biaya total untuk proses produksi kerupuk rambak berkualitas sayur dari kulit kerbau selama satu bulan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 21. Rata-rata Biaya Total Pada Sentra Industri Kecil Kerupuk Rambak Berkualitas Sayur dari Kulit Kerbau di Kabupaten Boyolali Bulan Juni 2009

Rata-rata Biaya Total Prosentase No. Jenis Biaya Total

(Rp/bulan)

1. Biaya Tetap 703.941,09 1,75

2. Biaya Variabel 39.607.235,01 98,25

Jumlah 40.311.176,09 100,00

Sumber : Diadopsi dan Diolah dari Lampiran 35 Berdasarkan Tabel 21. dapat diketahui bahwa rata-rata biaya total

yang dikeluarkan pengusaha kerupuk rambak berkualitas sayur dari kulit kerbau di Kabupaten Boyolali selama satu bulan adalah sebesar Rp 40.311.176,09. Biaya terbesar yang dikeluarkan berasal dari biaya variabel yaitu sebesar Rp 39.607.235,01 atau 98,25%. Hal ini disebabkan biaya variabel menyesuaikan dengan produksi kerupuk rambak berkualitas sayur dari kulit kerbau dan tingginya harga dari bahan-bahan seperti bahan baku, bahan penolong dan bahan bakar. Rata-rata biaya tetap yang dikeluarkan lebih kecil yaitu sebesar Rp 703.941,09 atau 1,75%.

2. Penerimaan Penerimaan merupakan perkalian antara total produk yang terjual dengan harga persatuan produk yang dinyatakan dalam satuan rupiah. Penerimaan industri kecil kerupuk rambak berkualitas sayur dari kulit kerbau di Kabupaten Boyolali hanya berasal dari hasil penjualan produk. Penerimaan pada sentra industri kecil kerupuk rambak berkualitas sayur dari kulit kerbau di Kabupaten Boyolali dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 22. Rata-Rata Penerimaan Pada Sentra Industri Kecil Kerupuk

Rambak Berkualitas Sayur dari Kulit Kerbau di Kabupaten Boyolali Bulan Juni 2009

Rata-rata

Rata-rata

Harga per Penerimaan/ No.

jumlah

Uraian

produk yang

1. Rata-rata penerimaan 186,30 73.833,33 13.706.206,67 dari kerupuk rambak berkualitas sayur bentuk berasan

2. Rata-rata penerimaan 464,82 63.666,67 29.374.906,67 dari kerupuk rambak berkualitas sayur bentuk gorengan

Rata-rata Penerimaan Per Pengusaha 43.081.113,33

Sumber : Diadopsi dan Diolah dari Lampiran 36 Berdasarkan Tabel 22. dapat diketahui bahwa penerimaan industri

kecil kerupuk rambak berkualitas sayur dari kulit kerbau terdiri dari penerimaan bentuk berasan dan gorengan. Rata-rata penjualan produk bentuk berasan dalam satu bulan yaitu 186,30 kg dengan rata-rata harga jual Rp 73.833,33/kg. Jumlah bentuk berasan lebih sedikit yang dihasilkan karena produk berasan ini hanya bisa diperoleh dari bagian kulit atas (1/3 bagian) atau yang berkualitas A. Rata-rata penjualan produk bentuk gorengan dalam satu bulan yaitu 464,82 kg dengan rata-rata harga jual Rp 63.666,67/kg. Bentuk gorengan lebih banyak dihasilkan karena produk gorengan diperoleh dari bagian kulit tengah dan bawah (2/3 bagian) atau yang berkualitas B. Hasil dari rata-rata produksi yang terjual dan harga rata-rata maka dapat diperoleh penerimaan. Total penerimaan rata-rata yang diperoleh selama satu bulan adalah sebesar Rp 43.081.113,33 per pengusaha. Penerimaan usaha untuk setiap pengusaha berkisar antara Rp 15.000.000,00–Rp 72.000.000,00 untuk setiap bulannya. Perbedaan penerimaan ini disebabkan adanya perbedaan jumlah kerupuk rambak kulit kerbau berkualitas sayur yang dijual oleh setiap pengusaha.

Harga kerupuk rambak berkualitas sayur dari kulit kerbau bentuk berasan lebih mahal daripada gorengan karena berasan lebih praktis dan lebih ringan sehingga lebih banyak isinya (dalam 1 kg), lebih tahan lama ±

4 bulan sehingga tidak cepat basi (tengik) dan bisa digoreng/ dikonsumsi sedikit-sedikit sesuai kebutuhan. Bentuk gorengan isinya lebih sedikit karena lebih berat (dalam 1 kg), dan tidak tahan lama/ cepat basi (tengik) ± 2 bulan.

Penerimaan juga diperoleh dari limbah padat yang berupa bulu kering dari kulit kerbau. Bulu-bulu ini dijual dengan harga Rp 1.000,00 –

1.100,00/ kg. Dalam satu bulan pengusaha bisa menghasilkan bulu kulit kerbau ± 20–50 kg. Penjualan bulu dapat memberikan tambahan penerimaan Rp 20.000,00 – 50.000/ bulan. Pada saat penelitian ini dilakukan tidak ada pengusaha yang menjual bulu kulit kerbau karena biasanya mereka menjual bulu jika jumlahnya sudah menumpuk banyak, sehingga tidak dihasilkan tambahan penerimaan dari bulu kulit kerbau ini.

3. Keuntungan Keuntungan usaha merupakan selisih antara penerimaan dengan biaya total. Untuk mengetahui keuntungan usaha pada sentra industri kecil kerupuk rambak berkualitas sayur dari kulit kerbau di Kabupaten Boyolali dapat dilihat dalam tabel berikut.

Tabel 23. Keuntungan Usaha Pada Sentra Industri Kecil Kerupuk Rambak Berkualitas Sayur dari Kulit Kerbau di Kabupaten Boyolali Bulan Juni 2009

Rata-rata/ bulan No.

Uraian (Rp)

1. Rata-rata Penerimaan 43.081.113,33

2. Rata-rata Total biaya 40.311.176,09

Keuntungan 2.769.937,24

Sumber : Diadopsi dan diolah dari lampiran 37 Tabel 23. menunjukkan bahwa keuntungan rata-rata yang diperoleh

pengusaha kerupuk rambak berkualitas sayur dari kulit kerbau dalam satu bulan berkisar sebesar Rp 2.769.937,24. Keuntungan yang diperoleh

masing-masing pengusaha berkisar antara Rp 1.234.569,86 – 4.643.258,22. Perbedaan keuntungan yang diperoleh masing-masing pengusaha dipengaruhi oleh besarnya perbedaan jumlah produk yang dijual, harga jual, dan biaya yang dikeluarkan untuk usaha ini. Keuntungan masing-masing pengusaha berkisar antara Rp 1.234.569,86 – 4.643.258,22. Perbedaan keuntungan yang diperoleh masing-masing pengusaha dipengaruhi oleh besarnya perbedaan jumlah produk yang dijual, harga jual, dan biaya yang dikeluarkan untuk usaha ini. Keuntungan

4. Profitabilitas Profitabilitas merupakan hasil bagi antara keuntungan usaha dengan biaya total yang dinyatakan dalam persen. Untuk mengetahui besarnya profitabilitas pada sentra industri kecil kerupuk rambak berkualitas sayur dari kulit kerbau di Kabupaten Boyolali dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 24. Profitabilitas Usaha Pada Sentra Industri Kecil Kerupuk Rambak

Berkualitas Sayur dari Kulit Kerbau di Kabupaten Boyolali Bulan Juni 2009

No. Uraian Rata-rata Per Pengusaha

1. Rata-rata total biaya (Rp) 40.311.176,09

2. Rata-rata keuntungan (Rp) 2.769.937,24

Profitabilitas (%) 6,87

Sumber : Diadopsi dan diolah dari lampiran 37 Tabel 24. menunjukkan bahwa profitabilitas atau tingkat keuntungan

pada sentra industri kecil kerupuk rambak berkualitas sayur dari kulit kerbau di Kabupaten Boyolali pada bulan Juni 2009 adalah sebesar 6,87%. Hal ini berarti setiap modal sebesar Rp 1,00 yang diinvestasikan akan diperoleh keuntungan Rp 6,87. Misal, awalnya pengusaha mengeluarkan modal sebesar Rp 100.000,00 maka pengusaha akan memperoleh keuntungan sebesar Rp 6.870,00. Industri kecil kerupuk rambak berkualitas sayur dari kulit kerbau ini termasuk dalam kriteria menguntungkan karena memiliki nilai profitabilitas lebih dari nol.

5. Efisiensi Efisiensi usaha merupakan perbandingan antara rata-rata total penerimaan yang diperoleh pengusaha dengan rata-rata total biaya yang telah dikeluarkan, atau lebih dikenal dengan istilah R/C Rasio. Untuk mengetahui efisiensi usaha pada sentra industri kecil kerupuk rambak 5. Efisiensi Efisiensi usaha merupakan perbandingan antara rata-rata total penerimaan yang diperoleh pengusaha dengan rata-rata total biaya yang telah dikeluarkan, atau lebih dikenal dengan istilah R/C Rasio. Untuk mengetahui efisiensi usaha pada sentra industri kecil kerupuk rambak

Berkualitas Sayur dari Kulit Kerbau di Kabupaten Boyolali Bulan Juni 2009

No Uraian Rata-rata Per Pengusaha

1 Penerimaan (Rp) 43.081.113,33

2 Biaya Total (Rp) 40.311.176,09

Efisiensi Usaha 1,07

Sumber : Diadopsi dan diolah dari lampiran 37 Berdasarkan Tabel 25. dapat diketahui bahwa nilai efisiensi usaha

pada sentra industri kecil kerupuk rambak berkualitas sayur dari kulit kerbau di Kabupaten Boyolali sebesar 1,07. Berdasarkan kriteria yang digunakan, maka usaha ini sudah efisien karena nilai efisiensi lebih dari 1. Nilai efisiensi usaha 1,07 berarti bahwa setiap 1 rupiah biaya yang dikeluarkan oleh pengusaha akan didapatkan penerimaan 1,07 kali biaya yang telah dikeluarkan tersebut. Efisiensi yang dilakukan yaitu pada waktu proses pengungkepan para pengusaha menggunakan minyak goreng dari bekas menggoreng sebelumnya, sehingga biaya pembelian minyak goreng bisa dihemat, tetapi minyak goreng tersebut harus disaring dahulu agar tidak ada kotorannya. Minyak goreng dari bekas penggorengan sebelumnya bisa digunakan maksimal 3 kali lagi untuk proses pengungkepan. Sisa minyak goreng untuk pengungkepan tersebut bisa dimasukkan kedalam tungku untuk memperbesar nyala api.

6. Risiko Usaha serta Hubungan Antara Besarnya Risiko dengan Keuntungan Untuk mengetahui besarnya risiko usaha dan hubungan antara besarnya risiko dengan keuntungan usaha pada sentra industri kecil kerupuk rambak berkualitas sayur dari kulit kerbau di Kabupaten Boyolali dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 26. Risiko Usaha dan Batas Bawah Keuntungan Usaha Pada Sentra

Industri Kecil Kerupuk Rambak Berkualitas Sayur dari Kulit Kerbau di Kabupaten Boyolali Bulan Juni 2009

No.

Uraian

Rata-rata Per Pengusaha

1. Keuntungan (Rupiah) 2.769.937,24

2. Simpangan baku (Rupiah) 1.334.756,56

3. Koefisien Variasi 0,48

4. Batas bawah keuntungan (Rupiah) 100.424,12 Sumber : Diadopsi dan diolah dari lampiran 38

Tabel 26. diatas menunjukkan bahwa keuntungan rata-rata dalam satu bulan yang diterima pengusaha sebesar Rp 2.769.937,24. Hasil dari perhitungan keuntungan tersebut, maka dapat diketahui besarnya simpangan baku sebesar Rp 1.334.756,56. Koefisien variasi dapat dihitung dengan cara membandingan antara besarnya simpangan baku dengan keuntungan rata-rata yang diperoleh. Koefisien variasi yang diperoleh sebesar 0,48. Hal ini menujukkan bahwa usaha industri kecil kerupuk rambak berkualitas sayur dari kulit kerbau tersebut mempunyai risiko yang rendah, karena nilai koefisien variasi yang diperoleh lebih kecil dari standar koefisien variasi 0,5.

Risiko usaha yang rendah pada usaha ini dipengaruhi oleh harga bahan baku yang cenderung stabil menyebabkan harga jual juga stabil sehingga risiko harga bisa dicegah; penelitian ini dilakukan pada saat musim kemarau pada bulan Juni 2009 dimana tidak terjadi hujan (Menurut data dari Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Boyolali) dan sifat dari kerupuk rambak berkualitas sayur dari kulit kerbau baik bentuk berasan maupun gorengan yang tidak mudah rusak/remuk sehingga risiko produksi bisa dicegah; proses produksi yang menggunakan teknologi manual sehingga peralatan yang digunakan masih tradisional/sederhana dan berharga murah; dan pada pemasaran ini para pengusaha sudah mempunyai langganan pembeli tetap masing-masing sehingga dalam membawa produk yang akan dijualnya para pengusaha selalu membawa jumlah produk yang pas sesuai pesanan pembeli (15-50 kg/hari) agar tidak ada produk yang dibawa pulang, dengan demikian risiko pasar bisa dicegah. Batas bawah keuntungan adalah sebesar Rp 100.424,12 yang berarti pengusaha akan terhindar dari kerugian.

C. Kendala Yang Dihadapi

Setiap usaha memiliki kendala yang dapat menghambat kelancaran dalam mengembangkan usahanya. Kendala yang dihadapi oleh pengusaha kerupuk rambak berkualitas sayur dari kulit kerbau ini yaitu kendala tenaga kerja dan terbatasnya modal yang dimiliki pengusaha untuk mengembangkan usahanya.

Kendala tenaga kerja yang dihadapi yaitu hampir semua tenaga kerja yang bekerja di perusahaan kerupuk rambak berkualitas sayur dari kulit kerbau merupakan para tetangga satu desa. Jika ada seorang tenaga kerja atau warga desa yang mempunyai hajat (pernikahan, khitanan) maka banyak tenaga kerja atau hampir semuanya tidak bisa masuk kerja karena membantu tetangga tersebut, sehingga para pengusaha terpaksa harus meliburkan usahanya. Hal ini bisa merugikan pengusaha karena tidak bisa berproduksi, sehingga bisa mengurangi penerimaan usahanya.

Kendala selanjutnya adalah terbatasnya modal yang dimiliki oleh para pengusaha. Modal awal minimal yang harus dikeluarkan sekitar Rp 15.000.000,00, modal ini bisa digunakan untuk memproduksi 250 kg kerupuk rambak berkualitas sayur dari kulit kerbau. Modal tersebut digunakan untuk membiayai seluruh kegiatan proses produksi, terutama untuk membiayai seluruh biaya variabel. Dengan terbatasnya modal yang dimiliki maka pengusaha hanya bisa mempertahankan usahanya agar tetap berjalan karena tidak bisa mengembangkan usahanya menjadi lebih maju lagi sehingga produksi yang dilakukan belum bisa maksimal dan keuntungan yang diperoleh juga belum bisa maksimal, sedangkan pinjaman modal dari bank masih memberatkan pengusaha karena bunga yang ditetapkan cukup tinggi. Hal inilah yang membuat pengusaha merasa enggan untuk menambah modal dengan meminjam di bank.

D. Solusi Pemecahan Masalah

Adanya kendala-kendala yang bisa menghambat kelancaran proses produksi menyebabkan para pengusaha kerupuk rambak berkualitas sayur dari kulit kerbau harus mengupayakan suatu solusi pemecahan masalah yang dihadapinya. Jika tenaga kerja ada yang tidak masuk karena ada hajatan maka Adanya kendala-kendala yang bisa menghambat kelancaran proses produksi menyebabkan para pengusaha kerupuk rambak berkualitas sayur dari kulit kerbau harus mengupayakan suatu solusi pemecahan masalah yang dihadapinya. Jika tenaga kerja ada yang tidak masuk karena ada hajatan maka

Terbatasnya modal yang dimiliki oleh para pengusaha menyebabkan mereka tidak bisa memproduksi produk yang diharapkan sehingga para pengusaha kesulitan untuk mengembangkan usaha yang lebih maju lagi. Akhirnya penerimaan dan keuntungan yang didapat tidak bisa maksimal. Mereka sangat mengharapkan adanya bantuan modal dengan bunga rendah dari pemerintah guna memajukan usahanya. Kenyataan yang ada selama ini perhatian pemerintah terhadap adanya keberadaan industri kecil kerupuk rambak berkualitas sayur dari kulit kerbau masih sangat kurang walaupun usaha ini bisa menyerap tenaga kerja khususnya Kecamatan Banyudono.

E. Prospek Usaha

Usaha pada sentra industri kecil kerupuk rambak berkualitas sayur dari kulit kerbau di Kabupaten Boyolali ini membeli bahan baku kulit kerbau dari luar pulau, yaitu Toraja Sulawesi. Daerah ini merupakan salah satu daerah penghasil kulit kerbau terbesar, sehingga banyak pengusaha kerupuk rambak kulit kerbau yang membeli kulit kerbau. Jika sewaktu-waktu terjadi kelangkaan kulit kerbau maka pengusaha tidak bisa berproduksi. Pengusaha harus bisa mencari alternatif daerah lain sebagai sumber bahan baku kulit kerbau, agar kontinyuitas bahan baku tetap terjamin.

Selama ini para pengusaha kerupuk rambak berkualitas sayur dari kulit kerbau di Kabupaten Boyolali melakukan proses produksi dengan menggunakan teknologi manual dan sangat mengandalkan sinar matahari dalam pengeringan. Jika keadaan ini berlangsung terus-menerus maka proses produksi akan berjalan lambat dan kapasitas produksi yang dihasilkan sedikit.

Adanya perkembangan ilmu dan teknologi yang sangat pesat pada saat ini diharapkan adanya suatu alat atau mesin modern untuk membantu mempercepat proses produksi kerupuk rambak berkualitas sayur dari kulit kerbau, misalnya mesin untuk merajang kulit kerbau menjadi bagian kecil- kecil, dan mesin untuk mempercepat pengeringan kulit kerbau setelah dirajang. Dengan adanya alat/ mesin modern yang canggih maka bisa membantu mempercepat proses produksi dan bisa meningkatkan kapasitas produksi.

Daerah pemasaran produk ini hanya meliputi pasar di Boyolali dan pasar di Surakarta saja. Pengusaha harus berani untuk memperluas pasar ke daerah lain, seperti daerah di Jawa Tengah, Jawa Timur maupun Yogyakarta. Jika daerah pemasaran bisa sangat luas maka penerimaan dan keuntungan yang diperoleh akan lebih besar, tetapi pengusaha harus tetap bisa menjaga kualitas produk agar konsumen yang membeli bisa percaya dan bisa menjadi langganan.

Dengan adanya sentra industri kecil kerupuk rambak berkualitas sayur dari kulit kerbau di Kabupaten Boyolali, yang berlokasi di Kecamatan Boyolali ini diharapkan ada perhatian dari pemerintah daerah agar industri ini semakin berkembang dan bisa menarik daerah lain di Kabupaten Boyolali untuk ikut memproduksi kerupuk rambak berkualitas sayur dari kulit kerbau. Dengan demikian, diharapkan suatu saat nanti produk kerupuk rambak berkualitas sayur dari kulit kerbau menjadi salah satu produk unggulan dari Kabupaten Boyolali.