ANALISIS USAHA PADA SENTRA INDUSTRI KECIL KERUPUK RAMBAK BERKUALITAS SAYUR DARI KULIT KERBAU DI KABUPATEN BOYOLALI

ANALISIS USAHA PADA SENTRA INDUSTRI KECIL KERUPUK RAMBAK BERKUALITAS SAYUR DARI KULIT KERBAU DI KABUPATEN BOYOLALI SKRIPSI

Oleh : Herlina Putri Amsari

H 0305070

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

ANALISIS USAHA PADA SENTRA INDUSTRI KECIL KERUPUK RAMBAK BERKUALITAS SAYUR DARI KULIT KERBAU DI KABUPATEN BOYOLALI

Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis

Oleh : Herlina Putri Amsari

H 0305070

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

ANALISIS USAHA PADA SENTRA INDUSTRI KECIL KERUPUK RAMBAK BERKUALITAS SAYUR DARI KULIT KERBAU DI KABUPATEN BOYOLALI

yang dipersiapkan dan disusun oleh Herlina Putri Amsari

H 0305070

telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 3 Februari 2010 Dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Tim Penguji

Ketua

Anggota I

Anggota II

Dr. Ir. Minar Ferichani, MP Umi Barokah, SP, MP R. Kunto Adi, SP, MP NIP. 19670331 199303 2 001

NIP. 19730129 200604 2 001

NIP. 19731017 200312 1 002

Surakarta, Februari 2010 Mengetahui,

Universitas Sebelas Maret Fakultas Pertanian Dekan

Prof. Dr. Ir. H. Suntoro, MS NIP. 19551217 198203 1 003

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, taufiq, dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Penulisan skripsi yang berjudul “Analisis Usaha Pada Sentra Industri Kecil Kerupuk Rambak Berkualitas Sayur dari Kulit Kerbau di Kabupaten Boyolali”.

Penulis menyadari bahwa selama penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak. Untuk itu Penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :

1. Prof. Dr. Ir. H. Suntoro, M.S. selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Ir. Agustono, M.Si. selaku Ketua Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Ir. Sugiharti Mulya Handayani, M.P. selaku Ketua Komisi Sarjana Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Dr. Ir. Minar Ferichani, M.P. selaku Dosen Pembimbing Utama yang dengan sabar memberikan nasehat, bimbingan, arahan dan masukan yang sangat berharga bagi Penulis.

5. Umi Barokah, S.P., M.P. selaku Dosen Pembimbing Pendamping yang telah memberikan bimbingan, masukan, dan arahan, serta semangat dalam penulisan skripsi ini.

6. R. Kunto Adi, S.P., M.P. selaku Dosen Penguji Tamu yang telah memberikan saran, masukan dan arahan.

7. Pemerintah Daerah Kabupaten Boyolali yang telah memberikan ijin penelitian.

8. Seluruh Perangkat Kecamatan Banyudono Kabupaten Boyolali..

9. Seluruh responden pengusaha kerupuk rambak berkualitas sayur dari kulit kerbau di Kabupaten Boyolali yang telah meluangkan waktu untuk memberikan informasi kepada Penulis.

10. Keluarga tercinta: Bapak, Ibu, Mas Ansor serta adikku Bayu dan Fella atas doa, dukungan, dan kesempatan yang diberikan sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

11. Teman-teman kos tercinta di PI Ladies Com : Mbak Dian, Indah, Siva, dan Heanny. Terimakasih atas persaudaraan yang terjalin selama ini, dan semoga kita akan terus menjadi saudara selamanya.

12. Sahabat-sahabat terbaik selama kuliah: Wiwit, Niken, Siti, Triana”Iyem” dan Devi ”kakakQ”. Terimakasih atas kebersamaan yang indah dan selalu menemani dalam penulisan skripsi.

13. Seluruh teman-teman Agrobisnis 2005. Terima kasih atas persahabatan, kebersamaan kita selama ini, dan kenangan indah yang tidak akan pernah terlupakan.

14. Semua pihak yang tidak dapat Penulis sebutkan satu persatu, terimakasih atas semua bantuannya.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, Penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Akhirnya, Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Surakarta, Februari 2010

Penulis

DAFTAR GAMBAR

1. Skema Kerangka Berpikir Pendekatan Masalah Analisis Usaha pada Sentra Industri Kecil Kerupuk Rambak Berkualitas Sayur dari Kulit Kerbau di Kabupaten Boyolali .............................................................. 20

2. Proses Produksi Kerupuk Rambak Berkualitas Sayur dari Kulit

Kerbau di Kabupaten Boyolali.............................................................. 56

35. Biaya Total Industri Kecil Kerupuk Rambak Berkualitas Sayur dari Kulit Kerbau Bulan Juni 2009 .................................................... 129

36. Penerimaan Industri Kecil Kerupuk Rambak Berkualitas Sayur dari Kulit Kerbau Bulan Juni 2009 .................................................... 130

37. Keuntungan Industri Kecil Kerupuk Rambak Berkualitas Sayur dari Kulit Kerbau Bulan Juni 2009 .................................................... 130

38. Analisis Industri Kecil Kerupuk Rambak Berkualitas Sayur dari Kulit Kerbau Bulan Juni 2009 ........................................................... 131

39. Pemeriksaan Hujan Bulan Juni 2009 ................................................. 132

40. Foto Penelitian ................................................................................... 133

41. Surat Rekomendasi Survey/ Research ............................................... 135

ANALISIS USAHA PADA SENTRA INDUSTRI KECIL KERUPUK RAMBAK BERKUALITAS SAYUR DARI KULIT KERBAU DI KABUPATEN BOYOLALI HERLINA PUTRI AMSARI H0305070 RINGKASAN

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya biaya, penerimaan, keuntungan, profitabilitas, efisiensi dan risiko usaha pada sentra industri kecil kerupuk rambak berkualitas sayur dari kulit kerbau di Kabupaten Boyolali

Metode dasar penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif analitis. Daerah penelitian yang dipilih yaitu Kabupaten Boyolali, karena Kabupaten Boyolali mempunyai lokasi sentra industri kecil kerupuk rambak berkualitas sayur dari kulit yang masih produktif sampai saat ini yang berlokasi di Kecamatan Banyudono. Pengambilan responden dilakukan dengan cara sensus. Responden adalah seluruh pengusaha pada sentra industri kecil kerupuk rambak berkualitas sayur dari kulit kerbau di Kabupaten Boyolali, dengan jumlah responden sebanyak 6 orang yang berada dalam satu Kecamatan yaitu Kecamatan Banyudono dan tersebar di dua desa yaitu Desa Banyudono dan Desa Batan. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi,dan pencatatan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa biaya total rata-rata yang dikeluarkan oleh pengusaha pada sentra industri kecil kerupuk rambak berkualitas sayur dari kulit kerbau di Kabupaten Boyolali selama bulan Juni 2009 sebesar Rp 40.311.176,09. Kerupuk rambak berkualitas sayur dari kulit kerbau yang dijual ada 2 bentuk yaitu bentuk berasan (setengah matang) dan bentuk gorengan (matang). Penerimaan rata-rata yang diperoleh setiap pengusaha adalah Rp 43.081.113,33 dan keuntungan rata-rata yang diperoleh sebesar Rp 2.769.937,24 per bulan. Usaha pada sentra industri kecil kerupuk rambak berkualitas sayur dari kulit kerbau di Kabupaten Boyolali tersebut termasuk menguntungkan dengan nilai profitabilitas sebesar 6,87%.

Usaha pada sentra industri kecil kerupuk rambak berkualitas sayur dari kulit kerbau di Kabupaten Boyolali yang dijalankan selama ini sudah efisien yang ditunjukkan dengan R/C rasio lebih dari satu yaitu sebesar 1,07 yang berarti setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan akan mendapatkan penerimaan sebesar 1,07 kali dari biaya yang dikeluarkan. Besarnya nilai koefisien variasi 0,48 dan nilai batas bawah keuntungan adalah Rp 100.424,12. Hal ini dapat diartikan bahwa usaha pada sentra industri kecil kerupuk rambak berkualitas sayur dari kulit kerbau di Kabupaten Boyolali memiliki risiko usaha yang rendah. Kata Kunci : Kerupuk Rambak Berkualitas Sayur dari Kulit Kerbau,

Keuntungan, Profitabilitas, Efisiensi, Risiko

BUSINESS ANALYSIS ON A SMALL INDUSTRY CENTER OF CRACKLED WATER BUFFALO RINDS THAT HAS VEGETABLES QUALITY IN BOYOLALI REGENCY HERLINA PUTRI AMSARI H0305070 SUMMARY

The goal of this research is to know the cost, revenue, profit, profitability, efficiency and risk on a small industry center of crackled water buffalo rinds that has vegetables quality in Boyolali Regency.

The basic method of the research is analytical descriptive method. The research location is Boyolali Regency because it has a small industry center of cracked that still productive which is located in Banyudono subdistrict. The respondent taking using a census. The respondent are of businessman on a small industry center of cracked water buffalo rinds that has vegetables quality in Boyolali. The respondent are six persons at Banyudono subdistrict that devided into two village. They are Banyudono and Batan village. The data research uses primary and secondary data. The technique of collecting data uses interview, observation and registration.

The result of this research shows that totaly cost which spend by businessman of that industry in Boyolali since Juny 2009 is Rp 40.311.176,09. There are two kinds of craked that sell, they are crackled berasan (original shape) and fried (ripe). The average income aquired by each businessman is Rp 43.081.113,33 and average the profit is Rp 2.769.937,24 every month. The small industry center in Boyolali that industry give an advantage with profitability of value 6,87%.

That small industry center in Boyolali that going until now is efficient it showed by R/C ratio is 1,07, it means that Rp 1,00 cost that spend will get income 1,07 multiply by the spend cost. The level of coefficient variation (CV) value is 0,48 and the minimal benefit is Rp 100.424,12. It means that small industry center of crackled water buffalo rinds that has vegetables quality in Boyolali Regency has low risk.

Key words : Crakled water buffalo rinds that has vegetables quality, profit, profitability, efficiency, risk

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Peningkatan kebutuhan pangan membuat sektor pertanian untuk menyediakan bahan pangan dalam jumlah besar, kualitas baik dan beragam jenisnya. Penyediaan bahan pangan yang cukup besar tidak luput dari peranan industri pengolahan pangan terutama industri kecil yang bergerak dibidang pangan.

Pengembangan industri pengolahan pangan di Indonesia yang didukung oleh sumberdaya alam pertanian, baik nabati maupun hewani yang mampu menghasilkan berbagai produk olahan yang dapat dibuat dan dikembangkan dari sumber daya alam lokal atau daerah. Saat ini di beberapa negara Asia banyak produk pangan yang diangkat dari jenis pangan lokal dan diolah secara tradisional. Dengan berkembangnya produk lokal tersebut, maka jumlah dan jenis produk pangan menjadi semakin banyak jumlahnya (Soleh, 2003).

Petani dengan segala keterbatasan yang dimiliki seringkali kurang memperhatikan aspek pengolahan hasil. Seringkali ditemui hasil pertanian yang langsung dijual karena mereka ingin mendapatkan uang kontan untuk keperluan yang mendesak, karena kebutuhan yang mendesak ini maka kegiatan panen yang mereka lakukan juga menjadi kurang sempurna dan akibatnya nilai tambah hasil pertanian tersebut menjadi rendah (Soekartawi, 2001).

Sektor peternakan merupakan salah satu sub sektor pertanian yang berperan dalam menyediakan kebutuhan pangan bagi masyarakat. Produk- produk yang dihasilkan oleh sektor peternakan juga sangat memberikan manfaat dalam pemenuhan gizi masyarakat, khususnya pemenuhan gizi protein hewani.

Pengolahan hasil peternakan merupakan kegiatan industri, yaitu menciptakan nilai tambah bagi komoditi peternakan melalui produk olahan dalam bentuk setengah jadi maupun barang jadi yang bahan bakunya berasal dari hasil peternakan. Usaha-usaha pengembangan peternakan yang mengarah Pengolahan hasil peternakan merupakan kegiatan industri, yaitu menciptakan nilai tambah bagi komoditi peternakan melalui produk olahan dalam bentuk setengah jadi maupun barang jadi yang bahan bakunya berasal dari hasil peternakan. Usaha-usaha pengembangan peternakan yang mengarah

Kulit ternak pada dasarnya sama yaitu tersusun dari jaringan yang secara histologi terdiri dari epidermis, korium atau dermis, dan jaringan-jaringan lain yang terkandung didalamnya. Komposisi kimia kulit segar terdiri dari air 64%, protein 33%, lemak 2%, mineral 0,2%, dan substansi lain 0,8%. (Sharpouse, 1971).

Kulit kerbau merupakan bagian paling luar dari tubuh kerbau. Kulit kerbau biasanya digunakan untuk membuat kerajinan, seperti bedug. Tapi dengan adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi maka kulit kerbau dapat dimanfaatkan sebagai makanan yaitu dibuat kerupuk rambak. Pengusaha lebih memilih kulit kerbau untuk dijadikan makanan berupa kerupuk rambak karena keahlian mereka terbatas pada pengolahan kerupuk rambak yang mereka dapatkan secara turun-temurun dari orang tua atau sanak saudara dan usaha ini dirasa sudah cukup menguntungkan bagi kehidupan mereka.

Kerupuk rambak dapat dibuat dari kulit kerbau dan sapi. Para pengusaha kerupuk rambak lebih memilih menggunakan kulit kerbau karena kulit kerbau bahan bakunya lebih mudah didapat sehingga produksi bisa kontinyu, selain itu kulit kerbau kulitnya lebih tebal dari kulit sapi sehingga lebih mudah dalam proses produksi dan konsumen juga lebih menyukai kerupuk rambak dari kulit kerbau karena rasanya lebih gurih walaupun harganya lebih mahal dari kerupuk rambak kulit sapi.

Terdapat 2 macam kualitas kerupuk rambak yaitu rambak kualitas sayur dan rambak makan. Rambak kualitas sayur adalah yang dalam pengolahannya tidak menggunakan bumbu, biasanya digunakan untuk campuran pada sayur. Rambak makan adalah rambak yang langsung bisa dimakan atau untuk cemilan karena pengolahannya sudah dicampur dengan bumbu seperti bawang putih dan garam.

Kabupaten Boyolali merupakan salah satu daerah yang memiliki produk makanan yang cukup banyak dan beraneka ragam jenisnya. Produk makanan Kabupaten Boyolali merupakan salah satu daerah yang memiliki produk makanan yang cukup banyak dan beraneka ragam jenisnya. Produk makanan

Menurut data Disperindag Boyolali, satu-satunya lokasi sentra industri kerupuk rambak kulit di Kabupaten Boyolali adalah Kecamatan Banyudono. Usaha industri kerupuk rambak kulit kerbau ini umumnya bersifat perseorangan dan berskala kecil sampai menengah. Banyaknya industri dan besarnya nilai produksi dari usaha ini yaitu : Tabel 1. Jumlah Industri dan Besarnya Nilai Produksi Usaha Kerupuk

Rambak Berkualitas Sayur dari Kulit Kerbau di Kabupaten Boyolali Tahun 2003 – 2008

Tahun Banyaknya Industri (unit) Nilai Produksi (Rp) 2003

8 1.680.000.000 Sumber : BPS Kabupaten Boyolali

Pada tahun 2003 terdapat 3 perusahaan kerupuk rambak berkualitas sayur dari kulit kerbau dengan nilai produksi mencapai Rp 250.000.000. Pada tahun 2004 terdapat lonjakan yang sangat pesat dari usaha ini, yaitu terdapat

39 perusahaan dengan nilai produksi mencapai Rp 13.357.000.000. Hal ini terjadi karena banyak pengusaha yang merasa tertarik dengan usaha ini yang dirasa menguntungkan bagi mereka. Pada tahun 2005 usaha ini mengalami penurunan drastis yaitu hanya terdapat 5 perusahaan dengan nilai produksi Rp 750.000.000, hal ini terjadi karena pada awalnya mereka hanya ikut-ikutan saja dan belum begitu memahami segala sesuatu tentang usaha ini sehingga tidak mampu bersaing dengan perusahaan lain, dan tidak ada generasi selanjutnya yang melanjutkan usaha ini. Sampai dengan tahun 2008 jumlah usaha ini menjadi 8 perusahaan dengan nilai produksi Rp 1.680.000.000

Industri ini mampu bertahan di tengah persaingan dengan industri lain maupun dengan industri sejenis dari daerah lain yang bersaing dalam memasuki pasar. Kenyataan inilah yang mendorong peneliti untuk mengetahui lebih lanjut mengenai usaha pada sentra industri kecil kerupuk rambak berkualitas sayur dari kulit kerbau di Kabupaten Boyolali.

B. Perumusan masalah

Tujuan setiap perusahaan adalah mempertahankan kelestarian perusahaan dan meraih keuntungan semaksimal mungkin. Begitu juga dengan sentra industri kecil kerupuk rambak berkualitas sayur dari kulit kerbau sebagai suatu industri akan berusaha memperoleh keuntungan semaksimal mungkin dan berusaha mempertahankan kelestarian usahanya, sehingga diharapkan keuntunganya meningkat .

Dalam mengusahakan suatu industri, pengusaha mempunyai tujuan yang ingin dicapai yaitu bagaimana usaha yang dilakukan tersebut akan dapat memberikan keuntungan dengan menggunakan sumber daya yang ada. Pengusaha berusaha untuk mengalokasikan penggunaan sumber daya tersebut sebaik-baiknya agar diperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya. Begitu juga dengan pengusaha pada sentra industri kecil kerupuk rambak berkualitas sayur dari kulit kerbau dalam melakukan usahanya menginginkan keuntungan yang sebesar-besarnya, walaupun banyak risiko yang harus dihadapi. Risiko yang dimaksud yaitu fluktuasi harga bahan baku, musim hujan yang bisa memperlambat proses produksi dan fluktuasi harga jual produk.

Analisis usaha pada sentra industri kecil kerupuk rambak berkualitas sayur dari kulit kerbau sangat penting bagi pengusaha dalam melaksanakan usahanya dalam rangka meningkatkan keuntungan dan kesejahteraan. Dalam kenyataannya seringkali pengusaha kurang memperhatikan besarnya biaya, penerimaan maupun keuntungan. Berkaitan dengan hal tersebut, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Berapa besarnya biaya, penerimaan, keuntungan dan profitabilitas usaha pada sentra industri kecil kerupuk rambak berkualitas sayur dari kulit kerbau di Kabupaten Boyolali ?

2. Berapa besarnya efisiensi usaha pada sentra industri kecil kerupuk rambak berkualitas sayur dari kulit kerbau di Kabupaten Boyolali ?

3. Berapa besarnya risiko usaha pada sentra industri kecil kerupuk rambak berkualitas sayur dari kulit kerbau di Kabupaten Boyolali ?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian tentang analisis usaha pada sentra industri kecil kerupuk rambak berkualitas sayur dari kulit kerbau ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui besarnya biaya, penerimaan, keuntungan dan profitabilitas pada sentra industri kecil kerupuk rambak berkualitas sayur dari kulit kerbau di Kabupaten Boyolali.

2. Mengetahui besarnya efisiensi usaha pada sentra industri kecil kerupuk rambak berkualitas sayur dari kulit kerbau di Kabupaten Boyolali.

3. Mengetahui besarnya risiko pada sentra industri kecil kerupuk rambak berkualitas sayur dari kulit kerbau di Kabupaten Boyolali.

D. Kegunaan Penelitian

1. Bagi peneliti, hasil penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengalaman dan merupakan salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana dari Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bagi pengusaha, hasil penelitian ini diharapkan nantinya dapat digunakan sebagai bahan acuan dalam rangka peningkatan usaha dan mampu memperbaiki manajemen usaha.

3. Bagi pemerintah daerah, hasil penelitian ini dapat menjadi sumbangan pemikiran dan bahan pertimbangan dalam menyusun kebijakan yang lebih baik di masa datang, terutama dalam pengembangan usaha industri pengolahan pangan.

4. Bagi pihak lain, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan informasi yang berguna terhadap masalah yang sama.

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Kulit kerbau Kulit kerbau mentah basah adalah kulit yang diperoleh dari hasil pemotongan ternak kerbau, dimana kulit tersebut telah dipisahkan dari seluruh bagian dagingnya, baik yang segar maupun yang digarami. Kriteria dan spesifikasi kulit kerbau yaitu:

a. Bau Berbau khas kulit kerbau

b. Warna dan kebersihan Merata, segar, tidak ada warna yang mencurigakan dan bersih

c. Bulu Tidak rontok

d. Berat kulit Berdasarkan berat, kulit kerbau mentah basah dibagi dalam 2 tingkatan yaitu : § Tingkatan A yaitu < 25 kg § Tingkatan B yaitu > 25 kg

e. Kandungan air Kandungan air kulit mentah segar maksimum 66%

f. Cacat § Mekanis yaitu luka cambukan, goresan atau potongan pisau § Teknis yaitu cap bakar atau terkena api § Parasit yaitu diserang caplak, lalat dan lain-lain

(Tim Dewan Standardisasi Nasional, 2008). Kulit kerbau merupakan kulit yang sangat baik, tebal serta keras jauh lebih bernilai untuk membuat barang-barang kerajinan yang memakai kulit. Kulit kerbau setelah diambil selanjutnya dilunakkan dengan memakai lemak pintal untuk dijadikan lasso yang sangat kuat. Kulit kerbau bisa dipisahkan dengan mesin modern untuk dijadikan lembaran- lembaran tipis dan kuat, yang setelah diproses dan dicetak menjadi kulit

6 yang paling baik dari kulit hewan lainnya (Williamson dan Payne, 1993).

2. Kerupuk Rambak Berkualitas Sayur dari Kulit Kerbau Kerupuk rambak dapat dibuat dari kulit kerbau dan sapi, namun kebanyakan kerupuk rambak berbahan dasar kulit kerbau. Karena kerupuk rambak yang terbuat dari kulit kerbau rasanya lebih gurih, kalau kulit sapi biasanya dijadikan krecek. Kalaupun kulit sapi dibuat kerupuk, rasanya tidak seenak rambak kulit kerbau. Biasanya konsumen yang suka rambak kulit lebih memilih yang terbuat dari kulit kerbau. Sehingga permintaan kerupuk rambak kulit kerbau semakin meningkat, apalagi kalau menjelang hari raya (Irfan, 2008).

Kerupuk rambak yang enak rasanya dibuat dari kulit kerbau di beberapa daerah di Thailand, Nepal dan Indonesia. Kulit dipotong menjadi irisan yang kecil-kecil direbus dalam air selama beberapa lama dan dikeringkan dibawah sinar matahari. Untuk bisa dimakan, irisan tersebut digoreng dalam lemak yang banyak agar menjadi kerupuk yang enak. Dengan publisitas yang memadai adalah mungkin untuk mengekspor kerupuk kerbau tersebut (Williamson dan Payne, 1993).

Kerupuk rambak kulit kerbau banyak mengandung zat gizi penting seperti pada tabel berikut : Tabel 2. Kandungan Gizi pada Kerupuk Rambak Kulit Kerbau

Kandungan gizi Jumlah/100 gram Kalori

422 kal Protein

83 g Lemak

4 g Kalsium

5 mg Fosfor

10 mg Air

15 g Bagian yang dapat dimakan

100 % Sumber : Direktorat Gizi Departemen Kesehatan (dalam Sunari, 2008)

3. Industri

Menurut BPS (1999), industri dapat digolongkan berdasarkan jumlah tenaga kerja dan jumlah investasi. Berdasarkan jumlah tenaga kerja, industri dapat dikategorikan menjadi 4 kelompok, yaitu :

a. Jumlah tenaga kerja 1-4 orang untuk industri rumah tangga

b. Jumlah tenaga kerja 5-19 orang untuk industri kecil

c. Jumlah tenaga kerja 20-99 orang untuk industri menengah

d. Jumlah tenaga kerja lebih atau sama dengan 100 orang untuk industri besar

Usaha kecil merupakan kegiatan ekonomi rakyat dengan skala kecil yang memiliki kriteria sebagai berikut:

1. Memiliki kekayaan bersih atau total asset paling banyak 200 juta rupiah.

2. Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan.

3. Berbentuk usaha perseorangan.

4. Badan usaha yang tidak berbadan hukum.

5. Menerapkan teknologi lokal. (Tohar, 2000).

4. Biaya Biaya produksi adalah nilai dari semua faktor produksi yang digunakan , baik dalam bentuk benda maupun jasa selama proses produksi berlangsung. Biaya produksi yang digunakan terdiri dari sewa tanah, bunga modal, biaya sarana produksi serta sejumlah tenaga kerja (Soekartawi, 1991).

Menurut Soekartawi (1995), Biaya produksi biasanya diklasifikasikan menjadi dua yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya tetap didefinisikan sebagai biaya yang tetap relatif jumlahnya dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Jadi besarnya biaya tetap tidak tergantung pada besar kecilnya produksi yang diperoleh. Sedangkan biaya tidak tetap atau biaya variabel didefinisikan Menurut Soekartawi (1995), Biaya produksi biasanya diklasifikasikan menjadi dua yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya tetap didefinisikan sebagai biaya yang tetap relatif jumlahnya dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Jadi besarnya biaya tetap tidak tergantung pada besar kecilnya produksi yang diperoleh. Sedangkan biaya tidak tetap atau biaya variabel didefinisikan

TC = TFC + TVC dimana : TC

= Total Cost (biaya total) TFC = Total Fixed Cost (total biaya tetap) TVC = Total Variable Cost (total biaya variabel)

5. Penerimaan Penerimaan total menurut Nicholson (1994) adalah hasil perkalian antara jumlah barang yang dijual dengan harga barang tersebut (yang nilainya tergantung dari jumlah barang), atau secara matematis dapat ditulis sebagai berikut :

TR = Q x P dimana : TR

= Total Revenue (penerimaan total) Q

= Quantity (jumlah produk yang dijual) P

= Price (harga jual) Bentuk penerimaan dapat digolongkan atas dua bagian, yaitu penerimaan yang berasal dari hasil penjualan barang–barang yang diproses dan penerimaan yang berasal dari luar barang–barang yang diproses. Penerimaan yang berasal dari luar kegiatan usaha tapi berhubungan dengan adanya kegiatan usaha, seperti penerimaan dalam bentuk bonus karena pembelian barang–barang kebutuhan kegiatan usaha, penerimaan bunga bank, nilai sisa aset (scrap value), sewa gedung, sewa kendaraan dan lain sebagainya (Ibrahim, 2003).

6. Keuntungan Menurut Soekartawi (2003), Keuntungan dapat ditingkatkan dengan cara meminimumkan biaya dengan mempertahankan tingkat penerimaan yang diperoleh, dan meningkatkan total penerimaan mempertahankan total biaya yang tetap. Hal ini dapat dituliskan sebagai berikut:

π = TR – TC dimana :

π = Profit (keuntungan) TR

= Total Revenue (total penerimaan) TC

= Total Cost (total biaya) Keuntungan (profit) adalah tujuan utama dalam pembukaan usaha yang direncanakan. Semakin besar keuntungan yang diterima, semakin layak usaha yang dikembangkan. Didasarkan pada perkiraan dan perencanaan produksi dapat diketahui pada jumlah produksi berapa perusahaan mendapat keuntungan dan pada jumlah produksi berapa pula perusahaan mendapat kerugian (Ibrahim, 2003).

7. Profitabilitas Untuk mengetahui besarnya keuntungan yang dihasilkan dari usaha kerupuk rambak kulit kerbau , maka diperlukan suatu analisis keuntungan atau profitabilitas. Menurut Downey dan Erickson (1992), profitabilitas merupakan kemampuan usaha untuk menghasilkan keuntungan. Oleh karena itu istilah profitabilitas merujuk pada beberapa indikator atau rasio yang berbeda yang bisa digunakan untuk menentukan profitabilitas dan prestasi kerja perusahaan.

Menurut Riyanto (2001), profitabilitas dimaksud untuk mengetahui efisiensi perusahaan dengan melihat kepada besar kecilnya laba usaha dalam hubungannya dengan penjualan. Profitabilitas merupakan salah satu faktor yang menentukan tinggi rendahnya kinerja usaha. Dengan kata lain, profitabilitas merupakan perbandingan antara keuntungan dari penjualan dengan biaya total yang dinyatakan dengan prosentase. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut:

p Profitabilitas =

x 100 %

TC dimana : π = Profit (keuntungan) TC = Total Cost (biaya total)

8. Efisiensi Perusahaan yang ingin berkembang atau paling tidak bertahan hidup harus mampu menghasilkan produksi yang tinggi dengan kualitas yang baik. Hasil produksi yang tinggi akan tercapai apabila perusahaan memiliki efisiensi produksi yang tinggi. Akan tetapi untuk mencapai efisiensi produksi yang tinggi tidak mudah, karena banyak faktor yang mempengaruhinya, baik faktor internal maupun eksternal perusahaan. Factor-faktor tersebut antara lain tenaga kerja, bahan baku, mesin, metode

produksi dan pasar (Anonim b , 2008). Efisiensi mempunyai pengertian yang relatif. Suatu tingkat

pemakaian korbanan dikatakan lebih efisien dari tingkat pemakaian yang lain apabila memberikan output yang lebih besar. Apabila dalam proses produksi yang menjadi tujuan utama adalah keuntungan maksimal maka perlu adanya tindakan yang mampu mempertinggi output karena output yang tinggi akan membentuk total penerimaan yang tinggi dan laba yang besar (Soekartawi, 1995).

9. Risiko usaha Risiko usaha adalah hal yang wajar dalam suatu bisnis. Mengambil dan mengelola risiko adalah sesuatu yang wajib dilakukan oleh perusahaan untuk menciptakan laba dan nilai perusahaan. Namun banyak perusahaan yang gagal dalam mengelola risiko dengan baik maupun tidak memahami risiko yang mereka ambil sendiri (Prasasto, 2008).

Dalam setiap proses produksi, pengusaha harus selalu mempertimbangkan berapa risiko yang ditanggungnya dibandingkan dengan keuntungan yang akan diperoleh. Pada umumnya risiko yang ditanggung oleh pengusaha dapat dibagi dua macam, yaitu risiko produksi dan risiko harga. Risiko produksi disebabkan oleh ketidakpastian iklim, dan faktor-faktor teknis biaya yang berada diluar kontrol petani. Sedangkan risiko harga disebabkan oleh ketidakpastian harga jual produk yang ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran pasar (Hernanto, 1993).

Risiko pasar, yaitu bentuk tekanan yang terjadi ketika ada pergerakan harga pasar, seperti nilai valuta asing, harga komoditi mapupun tingkat suku bunga. Risiko pasar adalah potensi kerugian yang disebabkan oleh perubahan harga-harga pasar. Risiko pasar sangat berkaitan dengan pinjaman nasabah Bank, deposito, aktivitas perdagangan, dan surat-surat berharga (Anonim, 2009).

Dalam proses pengambilan keputusan, manusia dapat dikelompokkan sebagai risk averse, risk neutral, risk lover. Jika seseorang tidak suka mengambil risiko disebut sebagai risk averter, jika seseorang indeferens terhadap risiko disebut risk neutral, dan jika seseorang senang mengambil risiko disebut risk lover (Arsyad, 1993).

Risiko usaha dapat bersumber dari faktor internal maupun eksternal perusahaan. Contoh risiko internal pada industri kecil antara lain :

1. Sumber Daya Manusia, meliputi pengusaha dan tenaga kerja. Industri kecil umumnya dikelola oleh pengusaha sendiri yang berperan juga sebagai pemilik modal sekaligus manajer. Pengusaha mengusahakan industri kecil secara tradisional dengan kemampuan permodalan yang terbatas dan bekerja dengan alat-alat sederhana. Selain itu juga diperlukan peraturan yang memuat kewajiban dan hak-hak tenaga kerja, sehingga dapat mengantisipasi peluang terjadinya kesalahpahaman antara pengusaha dengan tenaga kerjanya.

2. Sistem pembukuan usaha. Industri kecil ini belum menerapkan sistem pembukuan yang baik. Semua transaksi penerimaan dan pengeluaran usaha belum dikelola dengan baik, sehingga tidak diketahui keuntungannya.

3. Pemasaran. Pengusaha berada pada posisi yang lemah dalam penawaran dan persaingan terutama yang menyangkut penjualan produk. Hal ini akan berpengaruh pada kepercayaan konsumen terhadap produk itu sendiri. Biasanya konsumen menghendaki produk dengan kualitas yang bagus dan rasa yang sesuai dengan selera.

Tuntutan konsumen terhadap produk harus diperhatikan karena akan berpengaruh terhadap kontinyuitas pemasaran produk.

4. Produksi/ Operasional . Lamanya proses produksi suatu produk industri kecil dipengaruhi oleh penggunaan teknologi yang masih bersifat manual dan sederhana, selain itu industri kecil umumnya masih mengandalkan alam, seperti sinar matahari.

(Mumpuni, 2009). Menurut Achun (2009), Risiko eksternal pada industri kecil antara lain :

1. Kontinyuitas bahan baku. Lokasi sumber bahan baku terbesar yang jauh dari tempat produksi, menyebabkan semua pengusaha industri kecil sejenis mengandalkan daerah tersebut, sehingga lama kelamaan akan terjadi kelangkaan bahan baku. Jika hal ini terjadi maka pengusaha sulit dalam melaksanakan produksi, sehingga diperlukan alternatif daerah lain agar kontinyuitas bahan baku tetap terjamin.

2. Kondisi perekonomian. Kondisi ekonomi suatu daerah atau negara dapat mempengaruhi iklim berbisnis suatu industri. Semakin buruk kondisi ekonomi, semakin buruk pula iklim agrobisnis. Kondisi Ekonomi membawa pengaruh yang berarti terhadap jalannya industri kecil terutama terhadap keuntungan yang akan diperoleh. Seperti kenaikan harga-harga berpengaruh terhadap harga bahan baku, sarana produksi lainnya misalnya bahan bakar, dan juga upah tenaga kerja sedangkan harga jual produk menjadi turun karena berkurangnya permintaan.

3. Persaingan usaha. Setiap usaha tidak terlepas dari persaingan bisnis dengan perusahaan lainnya yang bergerak pada bidang yang sama. Dalam hal ini setiap pengusaha harus lebih mempertimbangkan masalah kualitas produk yang ditawarkan, ketepatan waktu supplier, dan tingkat harga yang ditawarkan dipasaran.

4. Perkembangan teknologi. Kemajuan teknologi yang pesat dapat membantu pengusaha dalam hal peningkatan kualitas dan kuantitas 4. Perkembangan teknologi. Kemajuan teknologi yang pesat dapat membantu pengusaha dalam hal peningkatan kualitas dan kuantitas

5. Kondisi politik dan hukum. Arah, kebijakan, dan stabilitas politik pemerintah menjadi faktor penting bagi para pengusaha untuk berusaha. Situasi politik yang tidak kondusif akan berdampak negatif bagi dunia usaha, begitu pula sebaliknya.

Seluruh risiko tersebut kemudian dikelola dengan melakukan berbagai tindakan manajemen risiko. Pengelolaan risiko bertujuan untuk meminimalisasi risiko yang berdampak pada pengurangan kemungkinan terjadinya kerugian sehingga stabilitas keuntungan industri kecil dapat terjaga.

B. Penelitian Terdahulu

Menurut Usnun (2004), hasil penelitiannya yang berjudul Analisis Usaha Pembuatan Krupuk Rendeng Puyur Di Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang, menunjukkan bahwa penerimaan yang diperoleh produsen krupuk rendeng puyur selama bulan Oktober 2003 sebesar Rp 2.411.931,00 dengan biaya total rata–ratanya sebesar Rp 2.095.115,00 sehingga keuntungan rata– rata yang diperoleh selama bulan Oktober 2003 Rp 316.816,00. Koefisien Variasi dari usaha ini adalah 0,65, dengan simpangan baku Rp 204.258,00 dan batas bawah keuntungan sebesar minus Rp 91.700,00. Usaha krupuk rendeng puyur sudah efisien dengan nilai R/C sebesar 1,15 yang berarti setiap 1 Rupiah biaya yang dikeluarkan akan didapatkan penerimaan 1,15 kali dari biaya yang dikeluarkan.

Hasil penelitian Kusumaningtyas (2008), yang berjudul Analisis Usaha Pembuatan Soun di Desa Manjung Kecamatan Ngawen Kabupaten Klaten menunjukkan bahwa biaya total yang dikeluarkan selama bulan Maret tahun 2008 sebesar Rp 42.925.282,12. Rata-rata produksi soun yang dihasilkan Hasil penelitian Kusumaningtyas (2008), yang berjudul Analisis Usaha Pembuatan Soun di Desa Manjung Kecamatan Ngawen Kabupaten Klaten menunjukkan bahwa biaya total yang dikeluarkan selama bulan Maret tahun 2008 sebesar Rp 42.925.282,12. Rata-rata produksi soun yang dihasilkan

Menurut penelitian Suryani (2002) yang berjudul Analisis Usaha Bawang Goreng (Studi Kasus Usaha Bawang Goreng Milik Bapak Sugeng Raharjo di Desa Sumber Rejo Kota Batu Malang), menunjukkan bahwa usaha ini setiap harinya mengolah bawang goreng rata-rata per hari 52 kg dengan biaya bahan baku rata-rata per hari Rp 173.703,46 dengan total bahan baku selama penelitian 1352 kg dan biaya total Rp 7.054.788,85. Jumlah produksi bawang goreng yang diperoleh sebanyak 4052 ons dengan harga per onsnya rata-rata Rp 21.353,85. Total penerimaan selama penelitian sebesar sebesar Rp 8.696.000 dengan total pendapatan sebesar Rp 1.639.611,14. Dari hasil perhitungan nilai R/C ratio adalah 1,233 yang artinya setiap investasi yang ditanamkan atau biaya produksi yang dikeluarkan, maka diperoleh penerimaan 1,233 kali dari biaya produksi yang telah dikeluarkan. Sehingga usaha bawang goreng tersebut telah efisien.

Dari ketiga hasil penelitian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa usaha pembuatan krupuk rendeng puyur, usaha pembuatan soun, dan usaha pembuatan bawang goreng merupakan usaha yang prospektif, karena dapat memberikan keuntungan. Besarnya keuntungan tersebut dipengaruhi oleh besarnya penerimaan dan biaya yang dikeluarkan. Ketiga usaha yang dijalankan tersebut sudah efisien, meskipun memiliki kemungkinan risiko usaha yang cukup besar.

C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah

Industri kecil kerupuk rambak berkualitas sayur dari kulit kerbau memerlukan modal demi kelangsungan proses produksinya yaitu untuk membeli bahan baku, peralatan, upah tenaga kerja, serta biaya lainnya. Oleh Industri kecil kerupuk rambak berkualitas sayur dari kulit kerbau memerlukan modal demi kelangsungan proses produksinya yaitu untuk membeli bahan baku, peralatan, upah tenaga kerja, serta biaya lainnya. Oleh

Biaya adalah nilai korbanan yang dikeluarkan pada proses produksi dan diperhitungkan sebagai keseluruhan yang digunakan dalam proses produksi tersebut. Ada dua pengelompokan biaya dalam industri kecil kerupuk rambak berkualitas sayur dari kulit kerbau yaitu biaya tetap dan biaya biaya variabel. Biaya tetap yang dikeluarkan dalam industri kecil kerupuk rambak berkualitas sayur dari kulit kerbau meliputi biaya penyusutan peralatan, dan biaya modal investasi. Biaya variabel adalah biaya yang besarnya dipengaruhi oleh kuantitas produksi. Dalam industri kecil kerupuk rambak berkualitas sayur dari kulit kerbau yang termasuk dalam biaya variabel antara lain: biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, biaya bahan penolong, biaya bahan bakar, biaya pengemasan, dan biaya transportasi. Biaya total merupakan penjumlahan dari total biaya tetap dan total biaya variabel.

Proses produksi akan mempengaruhi besarnya penerimaan yang diterima oleh pengusaha. Penerimaan diperoleh dari hasil perkalian antara jumlah produk yang terjual (Q) dengan harga per satuan produk (P). Hasil dari perhitungan data akan diperoleh keuntungan dan profitabilitas. Keuntungan merupakan selisih antara penerimaan dengan biaya total yang dikeluarkan. Tingkat keuntungan atau profitabilitas adalah perbandingan antara keuntungan dari penjualan dengan biaya total yang dinyatakan dalam prosentase.

Selain berusaha mencapai keuntungan yang besar, satu hal yang seharusnya diperhatikan pengusaha adalah efisiensi usaha. Suatu usaha dapat dikatakan efisien apabila rasio antara keluaran dengan masukan lebih besardaripada satu. Semakin besar rasio keluaran masukan maka semakin besar efisiensi dan semakin besar keuntungannya. Efisiensi usaha dapat dihitung dengan menggunakan R/C Rasio, yaitu dengan membandingkan antara besarnya penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan untuk berproduksi.

Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut : R

Efisiensi =

C dimana : R = penerimaan total

C = biaya total Kriteria yang digunakan dalam penilaian efisiensi usaha adalah : R/C > 1 , berarti usaha sudah efisien R/C = 1 , berarti usaha belum efisien atau usaha mencapai titik impas (BEP) R/C < 1 , berarti usaha tidak efisien.

Dalam menjalankan usaha, pengusaha bertujuan untuk memperoleh keuntungan yang diharapkan. Pengusaha akan menghadapi risiko atas kegiatan usaha dan produksinya. Risiko usaha pada industri kerupuk rambak berkualitas sayur dari kulit kerbau ini bisa terjadi akibat adanya risiko produksi/pengolahan, risiko harga, dan risiko pemasaran. Risiko produksi dapat terjadi pada saat adanya musim penghujan yang mengakibatkan kerupuk rambak kulit tidak bisa dijemur karena usaha ini sangat membutuhkan sinar matahari untuk mempercepat pengeringan, risiko harga disebabkan oleh ketidakpastian harga jual produk yang ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran pasar dan fluktuasi harga bahan baku, dan risiko pemasaran dapat terjadi pada saat pengangkutan dalam melakukan pemasaran.

Untuk mengukur risiko secara statistik, dipakai ukuran ragam atau simpangan baku. Namun sebelumnya dihitung dulu keuntungan rata-rata dengan rumus :

Ei = i = E 1

dimana :

E = keuntungan rata-rata Ei = keuntungan yang diterima pengusaha n

= jumlah responden

( Ei - å 2 E )

( n - 1 ) dimana :

V = ragam

E i = keuntungan yang diterima pengusaha

E = keuntungan rata-rata n = jumlah responden Sedangkan simpangan baku merupakan akar dari ragam, yaitu :

V= 2 V Hubungan antara simpangan baku dengan keuntungan rata-rata diukur

dengan koefisien variasi (CV) dan batas bawah keuntungan (L). V

CV =

E dimana : CV = koefisien variasi

V = simpangan baku

E = keuntungan rata-rata Untuk mengetahui batas bawah keuntungan digunakan rumus :

L = E – 2V

dimana : L = batas bawah keuntungan

E = keuntungan rata-rata

V = simpangan baku Semakin besar nilai CV menunjukkan bahwa resiko yang harus ditanggung semakin besar. Nilai CV ≤ 0,5 atau L ≥ 0 menyatakan bahwa pengusaha akan selalu terhindar dari kerugian. Nilai CV > 0,5 atau L < 0 berarti ada peluang akan menderita kerugian Secara statistik risiko dapat dihitung dengan menggunakan ukuran keragaman (variance) atau simpangan baku (standart deviation). Hubungan antara simpangan baku dengan keuntungan rata-rata diukur dengan koefisien variasi (CV) dan batas bawah V = simpangan baku Semakin besar nilai CV menunjukkan bahwa resiko yang harus ditanggung semakin besar. Nilai CV ≤ 0,5 atau L ≥ 0 menyatakan bahwa pengusaha akan selalu terhindar dari kerugian. Nilai CV > 0,5 atau L < 0 berarti ada peluang akan menderita kerugian Secara statistik risiko dapat dihitung dengan menggunakan ukuran keragaman (variance) atau simpangan baku (standart deviation). Hubungan antara simpangan baku dengan keuntungan rata-rata diukur dengan koefisien variasi (CV) dan batas bawah

Hubungan antara koefisien variasi (CV) dengan batas bawah keuntungan adalah apabila nilai CV ≤ 0,5 dan nilai L ≥ 0 pengusaha akan selalu untung atau impas. Sebaliknya apabila nilai CV > 0,5 dan nilai L < 0 pengusaha akan mengalami kerugian.

Kerangka teori pendekatan masalah dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1. berikut ini: Industri Kecil Kerupuk Rambak Berkualitas Sayur dari Kulit Kerbau

Risiko Teknologi Manajemen

Harga

Masukan

Proses Produksi

Keluaran

Risiko Harga

(input) (Output)

Risiko Produksi

Biaya Tetap

Biaya Variabel

Risiko

a. Pemasaran Penyusutan alat a. Bahan baku

b. Bunga modal investasi

b. Tenaga kerja

c. Uang makan

d. Ongkos transport

Penerimaan

bahan baku

e. Bahan penolong

f. Bahan bakar

g.

Pengemasan

h. Transportasi

Biaya Total

Analisis Usaha · Keuntungan

· Profitabilitas · Efisiensi · Risiko

Gambar 1. Skema Kerangka Berpikir Pendekatan Masalah Analisis Usaha

pada Sentra Industri Kecil Kerupuk Rambak Berkualitas Sayur dari Kulit Kerbau di Kabupaten Boyolali.

D. Definisi Operasional dan Konsep Pengukuran Variabel

1. Kerupuk rambak berkualitas sayur dari kulit kerbau adalah kerupuk rambak yang terbuat dari kulit kerbau yang didalam pengolahannya tidak menggunakan bumbu, kerupuk rambak ini ada 2 bentuk yaitu bentuk berasan (setengah matang) dan bentuk gorengan (matang) yang dinyatakan dalam satuan kilogram.

2. Industri kecil kerupuk rambak berkualitas sayur dari kulit kerbau adalah usaha pembuatan kerupuk rambak dari bahan baku kulit kerbau sampai menjadi kerupuk rambak berkualitas sayur dari kulit kerbau serta pemasarannya. Karakteristik industri kecil ini antara lain: proses produksinya menggunakan 5-19 orang tenaga kerja, berdiri sendiri atau bukan merupakan anak perusahaan, berbentuk usaha perseorangan, belum mempunyai badan hukum, dan kekayaan bersih yang dimiliki paling banyak 200 juta rupiah.

3. Responden adalah pengusaha kerupuk rambak kulit kerbau berkualitas sayur di Kabupaten Boyolali yang memproduksi kerupuk rambak kulit kerbau berkualitas sayur.

4. Teknologi yang digunakan pada perusahaan ini yaitu teknolagi manual, tidak menggunakan mesin.

5. Manajemen merupakan suatu cara untuk mengelola usaha agar dapat berjalan dengan baik.

6. Biaya total adalah semua biaya yang dikeluarkan yang terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel, dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp).

7. Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi yang besarnya tidak dipengaruhi oleh kuantitas produksi. Biaya tetap meliputi biaya penyusutan alat produksi (arit, tungku, drum perebus, sekop, solet, ember, alas perajang, pisau, ungkal, karung bagor, tenggok, jrebeng, wajan, irus, erok-erok, irik, baskom, timbangan, dan streples), dan biaya bunga modal investasi yang dinyatakan dengan satuan rupiah (Rp).

8. Biaya variabel ialah biaya yang digunakan dalam proses produksi yang besarnya berubah-ubah secara proporsional terhadap jumlah kuantitas 8. Biaya variabel ialah biaya yang digunakan dalam proses produksi yang besarnya berubah-ubah secara proporsional terhadap jumlah kuantitas

9. Penerimaan diperoleh dengan cara mengalikan jumlah produksi yang terjual dengan harga per satuan produk yang dinyatakan dalam rupiah (Rp).

10. Keuntungan adalah selisih antara penerimaan total dengan biaya total yang dikeluarkan dinyatakan dalam rupiah (Rp).

11. Profitabilitas adalah perbandingan antara keuntungan yang diperoleh dengan biaya total yang dikeluarkan, dinyatakan dalam persen (%). Kriteria yang digunakan dalam perhitungan profitabilitas yaitu, jika profitabilitas > 0 maka usaha menguntungkan, jika profitabilitas = 0 maka usaha mengalami BEP (impas), dan jika profitabilitas < 0 maka usaha tidak menguntungkan.

12. Efisiensi usaha adalah perbandingan antara penerimaan total dengan total biaya yang dikeluarkan yang dinyatakan dalam angka. Kriteria yang digunakan dalam penilaian efisiensi usaha adalah jika R/C > 1 berarti usaha sudah efisien, jika R/C = 1 berarti usaha belum efisien atau usaha mencapai titik impas (BEP), dan jika R/C < 1 berarti usaha tidak efisien.

13. Risiko adalah sejumlah kemungkinan terjadinya kerugian yang probabilitasnya diketahui terlebih dahulu. Untuk menghitung besarnya risiko dengan menggunakan perhitungan koefisien variasi (CV) dan batas bawah keuntungan (L). Kriteria yang digunakan adalah apabila nilai

CV ≤ 0,5 atau L ≥ 0 menyatakan bahwa usaha akan selalu terhindar dari kerugian, dan apabila nilai CV > 0,5 atau L < 0 berarti ada peluang kerugian.

E. Pembatasan Masalah

1. Penelitian ini dibatasi pada sentra industri kecil yang mengusahakan pembuatan kerupuk rambak berkualitas sayur dari kulit kerbau di Kabupaten Boyolali.

2. Analisis usaha yang dimaksud dalam penelitian ini didasari pada biaya, penerimaan, keuntungan, profitabilitas, efisiensi, dan risiko usaha pada sentra industri kecil kerupuk rambak berkualitas sayur dari kulit kerbau di Kabupaten Boyolali.

3. Penelitian ini menggunakan data biaya dan produksi selama periode satu bulan, yaitu bulan Juni 2009.

4. Frekuensi produksi dalam satu bulan oleh keenam pengusaha, masing- masing sebanyak 13 kali, 22 kali, 23 kali, 24 kali, 24 kali dan 26 kali.

F. Hipotesis

1. Diduga usaha pada sentra industri kecil kerupuk rambak berkualitas sayur dari kulit kerbau di Kabupaten Boyolali menguntungkan.

2. Diduga usaha pada sentra industri kecil kerupuk rambak berkualitas sayur dari kulit kerbau di Kabupaten Boyolali sudah efisien.

3. Diduga usaha pada sentra industri kecil kerupuk rambak berkualitas sayur dari kulit kerbau di Kabupaten Boyolali berisiko besar.

G. Asumsi

1. Harga input dan output menggunakan harga yang berlaku di daerah penelitian pada saat penelitian.

2. Faktor produksi berupa tenaga kerja keluarga menerima upah yang besarnya sama dengan upah tenaga kerja luar keluarga yang berlaku di daerah penelitian.

3. Semua alat-alat produksi yang digunakan dianggap hanya untuk memproduksi kerupuk rambak berkualitas sayur dari kulit kerbau.

4. Aset rumah dan bangunan tidak diikutsertakan dalam perhitungan biaya tetap karena mempunyai fungsi ganda.