Latar Belakang Sikap dan Tindakan Bidan Terhadap Penanganan Retensio Plasenta di Desa Terjun Kecamatan Medan Marelan Medan

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di beberapa negara berkembang angka kematian maternal melebihi 1000 wanita dari 100.000 kelahiran hidup dan data WHO menunjukkan bahwa 25 kematian maternal disebabkan oleh perdarahan pascapersalinan dan diperkirakan 100.000 kematian maternal terjadi tiap tahunnya. Dari seluruh persalinan, angka kejadian perdarahan pascapersalinan berkisar antara 5 sampai 15. Dari angka tersebut, diperoleh etiologi antara lain: atonia uteri 50-60, sisa plasenta 23-24, retensio plasenta 16-17, laserasi jalan lahir 4-5, kelainan darah 0,5-0,8 Admin, 2009 Angka kematian maternal di negara maju berkisar antara 5-10 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan di negara bekembang berkisar antara 750-1000 per 100.000 kelahiran hidup. Tingkat kematian maternal di Indonesia diperkirakan 450 per 100.000 kelahiran hidup Wiknojosastro,2002. Angka kematian ibu dalam lima tahun terakhir di Propinsi Sumatera Utara, menunjukkan kecenderungan penurunan secara berturut-turut. Pada tahun 2002 terdapat 360100.000 kelahiran hidup, tahun 2003 sebanyak 343100.000 kelahiran hidup, tahun 2004 sebanyak 330100.000 kelahiran hidup, tahun 2005 sebanyak 315100.000 kelahiran hidup. Walaupun terjadi penurunan, tetapi angka kematian tersebut masih Universitas Sumatera Utara lebih tinggi bila dibandingkan dengan rata-rata nasional yaitu 262100.000 kelahiran hidup Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara, 2007. Retensio plasenta terjadi pada 3 kelahiran pervaginam dan 15 kasus retensio plasenta dialami oleh ibu dengan riwayat retensio plasenta pada persalinan sebelumnya Chapman,2006. Dari penelitian Marhadia 2008, pada tahun 2005-2007 di RSUP H.Adam Malik Medan terdapat 76 11,5 kasus retensio plasenta dari 661 persalinan spontan, dan terdapat 82 7,7 kasus retensio plasenta dari 1056 persalinan spontan di RSUP Pirngadi Medan. Bidan merupakan salah satu tenaga kesehatan yang memiliki posisi penting dan strategis terutama dalam menurunkan AKI dan AKB, berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 369MenkesSKIII2007 Tentang Standar Profesi Bidan tanggal 27 Maret 2007 ditetapkan bahwa bidan mempunyai standar kompetensi dalam menangani situasi kegawatdaruratan kebidanan yang salah satunya penanganan terhadap retensio plasenta yaitu dengan melakukan pengeluaran plasenta secara manual Alhamsyah, 2009. Profesi bidan mampu mengenali tanda-tanda retensio plasenta dan memberikan pertolongan pertama, termasuk manual plasenta dan penanganan perdarahan sesuai dengan indikasi. Sehingga telah didapati hasilnya berupa penurunan kejadian perdarahan hebat akibat retensio plasenta, ibu dengan retensio plasenta mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat dan penyelamatan ibu dengan kasus retensio plasenta pun meningkat Ikatan Bidan Indonesia, 2003. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan latar belakang tersebut, menunjukkan bahwa masih tingginya kejadian retensio plasenta sebagai salah satu penyebab perdarahan pascapersalinan dan pentingnya profesi bidan sebagai salah satu tenaga kesehatan yang memiliki posisi penting dalam menangani masalah kegawatdaruratan kebidanan. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti Sikap dan Tindakan Bidan Terhadap Penanganan Retensio Plasenta di Desa Terjun Kecamatan Medan Marelan Tahun 2010.

B. Rumusan Masalah