5. Sikap dapat berlangsung lama atau sebentar.
6. Sikap mengandung faktor perasaan dan motivasi, hal ini yang membedakan
dengan pengetahuan Maulana, 2009.
B. Tindakan
Setelah seseorang mengetahui stimulus, kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa telah yang diketahui untuk dilaksanakan atau dipraktekkan.
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan. Agar terwujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung berupa fasilitas dan
dukungan dari pihak lain. Tindakan terdiri dari beberapa tingkatan yaitu:
1. Persepsi perception
Mekanisme Mekanism mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil.
2. Respon terpimpin guided response
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh.
3. Mekanisme Mekanism
Dapat melakukan sesuatu secara otomatis tanpa menunggu perintah atau ajakan orang lain.
Universitas Sumatera Utara
4. Adopsi adoption
Suatu tindakan yang sudah berkembang dengan baik, artinya tindakan itu telah di modifikasikan tanpa mengurangi kebenaran dari tindakan tersebut Notoatmodjo,
2007.
C. Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Sikap dan Tindakan 1. Umur
Umur adalah lamanya seseorang hidup dihitung dari tahun lahirnya sampai dengan ulang tahunnya yang terakhir. Variabel umur merupakan sebuah konsep yang
masih abstrak, bahkan cenderung menimbulkan variasi dalam pengukurannya Zaluchu, 2006. Umur sangat erat hubungannya dengan pengetahuan seseorang, semakin
bertambah umur maka semakin bertambah pula pengetahuan seseorang Notoatmodjo, 2007. Semakin cukup umur seseorang, tingkat kematangan dan kekuatan akan lebih
matang dalam berpikir dan bekerja Nursalam, 2001. Menurut Hendra 2008, bahwa bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh pada pertambahan pengetahuan yang
diperolehnya. Akan tetapi pada umur-umur tertentu atau menjelang usia lanjut
kemampuan penerimaan atau mengingat suatu pengetahuan akan berkurang. 2. Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran, agar peserta didik mampu mengembangkan potensi yang ada
didalam dirinya UU No.20 tahun 2003. Pendidikan dapat menentukan pola pikir dan
Universitas Sumatera Utara
wawasan seseorang, semakin tinggi pendidikan seseorang maka diharapkan kemampuannya semakin meningkat pula. Pendidikan memiliki peranan yang penting
dalam kualitas, melalui pendidikan manusia dianggap akan memperoleh pengetahuan. Dengan pendidikan yang tinggi maka seseorang akan mudah untuk menerima informasi
baik dari orang lain maupun dari media informasi lainnya, sebaliknya tingkat pendidikan yang rendah akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai baru
yang diperkenalkan Nursalam, 2001. Menurut Notoatmodjo 2007, konsep dasar pendidikan merupakan suatu proses belajar yang berarti, didalam pendidikan terjadi
proses pertumbuhan, perkembangan atau perubahan ke arah yang lebih matang baik pada individu, kelompok maupun masyarakat..
3. Lama Bekerja
Lama bekerja adalah masa responden memberikan pelayanan kebidanan, baik pada instansi pemerintah maupun swasta. Seperti yang diungkapkan oleh Mapire,
pertumbuhan dalam pekerjaan dapat dilalui oleh seseorang apabila telah menjalani proses belajar dan berpengalaman. Maka diharapkan yang bersangkutan memiliki
kecakapan kerja yang bertambah baik serta memiliki keterampilan kerja yang bertambah dalam kualitas dan kuantitas. Menurut Notoatmodjo 2003, bahwa lamanya seseorang
bekerja dapat berkaitan dengan pengalaman yang diperoleh ditempat kerja, semakin lama seseorang bekerja semakin banyak pengetahuan dan keterampilan yang akan
didapat.
Universitas Sumatera Utara
D. Retensio Plasenta 1. Definisi
Retensio plasenta adalah belum lepasnya plasenta melebihi waktu setengah jam setelah bayi lahir Manuaba, 2008.
Retensio plasenta adalah tertahannya plasenta didalam uterus selama lebih dari satu jam setelah bayi lahir Jones, 2001.
2. Etiologi
a. Kelainan uterus
1 Kelainan kontraksi
Kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta plasenta adhesiva, ketidakefektifan kontraksi dapat menghambat pelepasan
plasenta yang terjadi pada inersia uteri, atonia uteri dan tetani uteri. 2
Uterus bicornus dan subseptus Kelainan uterus ini, dapat menyebabkan retensio plasenta karena bentuk
uterus yang tidak sempurna. Pada keadaan ini miometrium tidak berfungsi dengan baik, sehingga menyebabkan terjadinya gangguan his
yang menghambat plasenta untuk keluar dari tempat implantasinya. b.
Kelainan plasenta Plasenta normal biasanya menanamkan diri sampai batas atas lapisan
miometrium, kelainan plasenta yang dimaksud yaitu :
Universitas Sumatera Utara
1 Plasenta akreta
Vili korialis plasenta menanamkan diri lebih dalam ke dinding rahim tetapi belum menembus serosa.
2 Plasenta inkreta
Vili korialis tumbuh lebih dalam dan menembus lapisan desidua sampai ke miometrium.
3 Plasenta perkreta
Vili korialis menembus lapisan miometrium dan menembus lapisan serosa atau peritoneum dinding rahim.
c. Kesalahan manajemen aktif Kala III 1
Manipulasi uterus yang tidak perlu sebelum terjadinya pelepasan plasenta.
2 Pemberian uterotonika tidak tepat pada waktunya.
3 Pemberian anestesi yang dapat melemahkan kontraksi uterus.
d. Penyebab lain
1 Kandung kemih penuh
Kandung kemih akan memenuhi ruang panggul sehingga dapat menghalangi terjadinya kontaksi uterus.
2 Persalinan preterm
Hal ini terjadi bila persalinan preterm dilakukan atas indikasi medis bukan karena kelainan dari uterus.
Universitas Sumatera Utara
3. Mekanisme Pelepasan Plasenta
Kontraksi uterus akan mengurangi area plasenta, karena uterus bertambah kecil dan dindingnya bertambah tebal beberapa sentimeter. Kontraksi tersebut menyebabkan
bagian plasenta menjadi longgar dan lemah pada dinding uterus, bagian ini akan terlepas mula-mula sebagian dan kemudian seluruhnya. Namun, terkadang ada sebagian kecil
plasenta yang masih melekat pada dinding uterus. Proses pelepasan plasenta terjadi setahap demi setahap, dengan adanya pengumpulan darah di belakang plasenta akan
dapat membantu dalam pelepasan plasenta. Bila pelepasan sudah lengkap, maka kontraksi uterus akan mendorong plasenta yang sudah lepas ke segmen bawah rahim
untuk segera dilahirkan. Kala III normal dibagi ke dalam 4 fase yaitu:
a. Fase laten
Fase laten ditandai dengan menebalnya dinding uterus yang bebas dari tempat implantasi plasenta. Tetapi, dinding uterus tempat plasenta
berimplantasi masih tipis. b.
Fase kontraksi Fase kontraksi ditandai dengan menebalnya dinding uterus tempat plasenta
berimplantasi, ketebalan awal kurang dari 1 cm menjadi lebih dari 2 cm. c.
Fase pelepasan plasenta Fase pelepasan plasenta merupakan fase plasenta menyempurnakan
pemisahan dan kemudian lepas dari dinding uterus. Terpisahnya plasenta
Universitas Sumatera Utara
disebablan oleh kekuatan antara plasenta yang pasif dengan otot uterus yang aktif pada tempat implantasi plasenta Pribakti, 2009.
Cara pelepasan plasenta ada 2 macam yaitu: 1
Secara Schultze Pelepasan plasenta dimulai pada bagian tengah seperti menutup payung,
menurut cara ini perdarahan tidak terjadi sebelum plasenta lahir. 2
Secara Duncan Pelepasan plasenta dimulai dari pinggir plasenta atau serempak dari
tengah ke pinggir plasenta, menurut cara ini ditandai oleh adanya perdarahan pervaginam bila plasenta mulai lepasWiknjosastro, 2007.
d. Fase pengeluaran
Fase pengeluaran merupakan fase dimana plasenta bergerak turun, daerah tempat pemisahan plasenta tetap tidak berubah dan sejumlah kecil darah
terkumpul di rongga uterus. Ini menunjukkan bahwa perdarahan selama pemisahan plasenta merupakan akibat bukan sebab Pribakti, 2009.
Tanda-tanda lepasnya plasenta yaitu: 1
Perubahan bentuk dan tinggi fundus Setelah bayi lahir dan sebelum miometrium mulai berkontraksi , uterus
berbentuk bulat penuh dan tinggi fundus biasanya turun hingga di bawah pusat. Setelah uterus berkontraksi dan plasenta terdorong ke bawah,
uterus menjadi bulat dan fundus berada di atas pusat.
Universitas Sumatera Utara
2 Tali pusat memanjang
Tali pusat terlihat keluar memanjang atau terjulur melalui vulva dan vagina tanda Alfeld.
3 Semburan darah tiba-tiba
Darah yang terkumpul di belakang plasenta akan membantu mendorong plasenta keluar dibantu oleh gaya gravitasi. Semburan darah yang tiba-
tiba menandakan bahwa darah yang terkumpul diantara tempat melekatnya plasenta dan permukaan maternal plasenta darah
retroplasenter, keluar melalui tepi plasenta yang terlepas Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2004.
4. Diagnosis
a. Fundus uteri tinggi
b. Perdarahan pascapersalinan
c. Tidak adanya tanda-tanda pelepasan plasenta Liu,2007.
5.
Proses penatalaksanaan aktif kala III
a. Penatalaksaan aktif Kala III pada semua ibu bersalin pervaginam
b. Amati adanya gejala dan tanda retensio plasenta, apabila perdarahan yang
terjadi sebelum plasenta lahir lengkap sedangkan uterus tidak berkontraksi biasanya disebabkan oleh retensio plasenta
c. Bila plasenta tidak lahir dalam 15 menit setelah bayi lahir, ulangi
penataksanaan aktif Kala III dengan memberikan oksitosin 10 IU IM dan teruskan penegangan tali pusat terkendali. Teruskan melakukan
Universitas Sumatera Utara
penatalaksanaan aktif Kala III selama 15 menit atau lebih, jika plasenta masih belum lahir lakukan penegangan tali pusat terkendali untuk terakhir
kalinya. Setelah melakukan langkah-langkah di atas dan plasenta belum juga lahir, segera rujuk ke rumah sakit bila ibu tidak mengalami perdarahan hebat
d. Bila terjadi perdarahan hebat, maka plasenta harus dilahirkan secara manual
IBI, 2003.
6.
Prosedur manual plasenta
a. Infus sudah terpasang sebelum tindakan untuk memperbaiki keadaan umum
pasien b.
Informed consent kepada pasien atau keluarga pasien sebelum melakukan tindakan
c. Siapkan alat, siapkan diri penolong dan siapkan pasien pada posisi litotomi
d. Pencegahan infeksi sebelum tindakan
1 Mencuci tangan sampai ke siku dengan sabun, air bersih yang mengalir
dan keringkan dangan handuk bersih 2
Gunakan sarung tangan panjang yang steril e.
Tindakan penetrasi ke kavum uteri 1
Memberikan obat sedatif dan analgetik melalui karet infus 2
Melakukan kateterisasi kandung kemih apabila pasien tidak dapat berkemih sendiri
3 Jepit tali pusat dengan kocher kemudian tegangkan tali pusat sejajar
dengan lantai
Universitas Sumatera Utara
4 Secara obsetrik masukkan satu tangan ujung-ujung jari tangan saling
merapat dan bertemu, punggung tangan berada dibawah ke dalam vagina dengan menelusuri tali pusat bagian bawah
5 Tangan kiri penolong menahan fundus uteri, kemudian masukkan tangan
kanan ke dalam kavum uteri sehingga mencapai tempat implantasi plasenta
6 Buka tangan obstetrik menjadi seperti salam ibu jari merapat ke pangkal
jari telunjuk f.
Melepaskan plasenta dari dinding uterus 1
Tentukan implantasi plasenta, temukan tepi plasenta yang paling bawah a
Bila berada di belakang, tali pusat tetap berada di atas. Bila di bagian depan, pindahkan tangan di bagian depan tali pusat dengan punggung
tangan menghadap ke atas. b Bila plasenta di bagian belakang, lepaskan plasenta dari tempat
implantasinya dengan jalan menyelipkan ujung jari diantara plasenta dan dinding uterus dengan punggung kanan menghadap ke dinding
dalam uterus. c Bila plasenta di bagian depan, lakukan hal yang sama punggung
tangan pada dinding kavum uteri tetapi tali pusat berada di bawah telapak tangan kanan.
2 Kemudian gerakkan tangan tangan ke kiri dan kanan sambil bergeser ke
kranial sehingga semua permukaan maternal plasenta dapat dilepaskan
Universitas Sumatera Utara
g. Mengeluarkan plasenta 1
Pindahkan tangan luar ke supra simfisis untuk menahan uterus pada saat plasenta dikeluarkan
2 Pegang plasenta dan keluarkan tangan bersama plasenta
3 Lakukan sedikit pendorongan uterus dengan tangan luar ke dorsal
kranial setelah plasenta lahir 4
Letakkan plasenta ke dalam tempat yang telah disediakan, periksa apakah plasenta lengkap atau tidak
5 Lakukan eksplorasi ulang untuk memastikan tidak ada bagian plasenta
yang masih melekat pada dinding uterus Depkes, 2004. 6
Bila tidak yakin plasenta sudah keluar semua atau jika perdarahan tidak terkendali, maka rujuk ibu ke rumah sakit dengan segera Ikatan Bidan
Indonesia, 2003. h.
Tindakan pascamanual plasenta 1
Perhatikan kontraksi uterus dan jumlah perdarahan yang keluar 2
Beri oksitosin 10 IU secara IV ke dalam cairan infus 60 tetesmenit, jika masih terjadi perdarahan berikan metergin 0,2 mg secara IM
3 Periksa dan perbaiki robekan pada seviks, vagina dan episiotomi
4 Dekontaminasi alat pascatindakan
i. Perawatan pascatindakan
1 Observasi tanda vital pasien, kontraksi uterus dan perdarahan
pervaginam. Segera lakukan tindakan bila masih diperlukan
Universitas Sumatera Utara
2 Catat kondisi pasien dan buat laporan tindakan bila masih diperlukan
3 Beri tahu ibu dan keluarganya bahwa tindakan telah selesai dilakukan
tetapi ibu masih memerlukan perawatan Pribakti, 2009.
Universitas Sumatera Utara
BAB III
KERANGKA PENELITIAN
A. Kerangka Konsep
Adapun yang menjadi kerangka konsep dari penelitian Sikap dan Tindakan Bidan Terhadap Penanganan Retensio Plasenta di Desa Terjun Kecamatan Medan
Marelan Tahun 2010 yaitu :
Variabel Independent Variabel Dependent
Penanganan Retensio Plasenta
Tindakan Bidan Sikap Bidan
Universitas Sumatera Utara
B. Definisi Operasional
No Variabel Defenisi
operasional Alat ukur
Cara ukur Hasil
Skala
1. Sikap
Bidan Kesiapan
bidan untuk bertindak
terhadap suatu
stimulasi atau objek
dalam penanganan
retensio plasenta
Kuesioner Skala Likert,
terdiri dari: sangat setuju,
setuju, tidak setuju, sangat
tidak setuju Negatif :
apabila responden
memperoleh jumlah skor
10-25 Positif :
apabila responden
memperoleh jumlah skor
26-40 Ordinal
2.
. Tindakan
Bidan Keputusan
yang diambil oleh
bidan dalam menangani
retensio plasenta
Lembar Observasi
Skala Guttman,
terdiri dari : ya
apabila melakukan
tindakan dan tidak, apabila
tidak melakukan
tindakan Kurang :
apabila responden
memperoleh jumlah skor
0-6 Cukup :
apabila responden
memperoleh jumlah skor
7-13 Baik :
apabila responden
memperoleh jumlah skor
14-20 Ordinal
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian