Komposisi Kimia Kayu Sifat-sifat Hidrogen Peroksida

dari 105, tetapi ia dapat bervariasi dari jejak hingga sampai 40 berat kayu kering. Dalam kayu, zat ekstraktif berfungsi sebagai sumber warna, bau dan daya tahan alam. Sjostrom, E.1995

2.3 Komposisi Kimia Kayu

Disamping itu, komponen-komponen dinding sel terdapat juga sejumlah zat-zat yang disebut bahan tambahan atau ekstraktif kayu. Zat-zat berat molekul rendah berasal dari golongan senyawa yang sangat berbeda hinga sukar untuk membuat sistem klasifikasi yang jelas. Klasifikasi yang mudah dapat dibuat denganmembaginya kedalam zat organik dan anorganik. Bahan organik lazim disebut ekstraktif. Sebagian bahan anorganik secara ringkas disebut abu. Pengenalan singkat tentang komponen kimia kayu mengikuti bagan umum seperti diketengahkan pada Gambar 2-1. Gambar 2.3 Bagan Umum Komponen Kimia Kayu Kayu Senyawa berat molekul kecil Senyawa Makromolekul Bahan Organik Bahan Anorganik Polisakarida Lignin Ekstraktif Abu Selulosa Poliosa Universitas Sumatera Utara 2.4 Metode Pembuatan Pulp 2.4.1 Latar Belakang dan Defenisi-defenisi Pulp adalah produk utama kayu, terutama digunakan untuk pembuatan kertas, tetapi ia juga diproses menjadi berbagai turunan selulosa, seperti sutera rayon dan selofan. Tujuan utama pembuatan pulp kayu adalah untuk melepaskan serat-serat yang dapat dikerjakan secara mekanik atau dengan kombinasi dua tipe perlakuan tersebut. Pulp- pulp perdagangan yang umum dapat dikelompokkan menjadi tipe-tipe kimia, semikimia, kimia mekanik dan mekanik. Pembuatan pulp secara kimia adalah proses dalam mana lignin dihilangkan sama sekali sehingga serat-serat kayu mudah dilepaskan pada pembongkaran dari bejana pemasak digester atau paling tidak setelah perlakuan mekanik lunak. Hampir semua produksi pulp kimia didunia saat ini masih didasarkan pada proses-proses sulfit dan sulfat kraft, yang terakhir paling banyak. Sjostrom E.1995

2.4.2 Pembuatan Pulp Secara Mekanik

Salah faktor yang paling penting dalam pembuatan pulp secara mekanik adalah kebutuhan energi. Industri pengasahan dan proses-proses penggilingan semakin banyak yang ditentukan dengan kriteria tertentu. Tetapi konsumsi energi tidak dapat disebut tanpa memandang kualitas pulp yang dihasilkan, termasuk sifat-sifat optik dan mekanik. Pada proses pembuatan pulp secara mekanik dilakukan tanpa perlakaun kimia. Proses ini memili keunggulan antara lain memberikan hasil yang tinggi tetapi itu membutuhkan energi yang lebih besar. Universitas Sumatera Utara Pulp-pulp mekanik lebih banyak diproduksi dari kayu-kayu lunak. Pada proses pembuatan secara mekanik ini kandungan lignin dan zat-zat lain masih tinggi.

2.4.3 Pembuatan Pulp Secara Semikimia

Proses-proses pembuatan pulp secara semikimia pada dasarnya ditandai dengan perlakuan kimia yang didahului dengan tahap penggilingan secara mekanik. Proses semikimia yang penting adalah proses semikimia sulfit netral NSSC yang telah digunakan secara luas di Amerika Serikat sejak 1926, dan didalam 20 tahun terakhir juga telah digunakan di Eropa dan banyak negara lain diseluruh dunia Cronert1966 ;Marteny 1980. Keuntungan-keuntungan umum dari proses NSSC atau proses semikimia sulfit netral adalah persyaratan-persyaratan yang rendah mengenai kualitas dan spesies kayu, rendemen tinggi, pemakaian bahan kimia relatif rendah pada kandungan sisa lignin tertentu, investasi modal yang rendah dan unit-unit produksi kecil yang menguntungkan bila dibandingkan dengan pembuatan pulp secara kimia penuh. Cara semikimia ini lebih sesuai untuk bahan baku jenis kayu keras, dan hasil pulp yang diperoleh sekitar 60-70 dari berat kering bahan baku.

2.4.4 Pembuatan Pulp Secara Kimia

Pembuatan pulp secara kimia adalah proses pembuatan pulp dengan menggunakan bahan kimia sebagai bahan utama untuk melarutkan bagian-bagian kayu yang tidak diinginkan, sehingga pulp berkadar sellulosa tinggi. Pulp yang dihasilkan mudah Universitas Sumatera Utara diputihkan dan umumnya dilakukan untuk menghasilkan jenis kertas tertentu seperti tissue, kertas cetak, dan lain-lain. Pada proses pembuatan pulp secara kimia digunakan Natrium Hidroksida bahan kimia pemasak utama. Ada tiga macam pembuatan pulp secara kimia, yaitu: 1. Proses Sulfit Pada dasarnya, pembuatan pulp sulfit masih didasarkan pada penemuan-penemuan tua, meskipun beberapa modifikasi pembaruan dan perbaikan teknik telah dilakukan. Keberhasilan terakhir selama tahun 1950-an dan 1960-an berkenaan dengan penggunaan yang disebut basa-basa yang larut, yang penggantian kalsium dengan magnesium, natrium atau amonium yang memberikan jauh lebih banyak keluwesan dalam pengaturan kondisi pemasakan, yang memperluas baik bahan dasar yang digunakan maupun produksi tipe-tipe pulp yang berbeda. Keuntungan-keuntungan proses sulfit yang telah diketahui terhadap pulp kraft: a. Rendemen yang lebih tinggi pada bilangan kappa tertentu, yang mengakibatkan kebutuhan kayu lebih rendah. b. Derajat putih pulp yang tidak dikelantang lebih tinggi c. Keluwesan yang lebih tinggi dari pengelantangan tanpa kalor d. Persoalan pencemaran sedikit e. Biaya instalasi lebih rendah f. Keluwesan lebih tinggi dalam rendemen dan kualitas pulp. Universitas Sumatera Utara 1. Proses Soda Pembuatan pulp pada proses soda digunakan natrium hidroksida sebagai lindi pemasak dan lindi-bekas yang dihasilkan dipekatkan dengan cara penguapan dan dibakar. Lemburan, yang terdiri atas Natrium Karbonat, diubah kembali menjadi natrium hidroksida dengan kalsium hidroksida kostisisasi. Karena Natrium Karbonat digunakan untuk imbuhan, maka proses pemasakan dinamakan proses soda. 2. Proses Sulfat kraft Pembuatan pulp kraft dilakukan dengan larutan yang terdiri atas Natrium Hidroksida dan natrium sulfida, yang dinamakan “lindi putih”. Menurut terminologi digunakan defenisi-defenisi berikut, dimana semua bahan kimia dihitung sebagai ekuivalen natrium dan dinyatakan sebagai berat NaOH atau Na 2 O.Sjostrom E.1995 Saat ini proses sulfat tidak hanya merupakan proses pembuatan pulp alkalis yang utama untuk kayu, tetapi sekaligus juga merupakan proses pulp yang paling penting. Pernyataan pertama terutama didasarkan pada kenyataan bahwa pulp kraf kraft dalam bahasa Jerman dan Swedia berarti kekuatan atau tenaga diperoleh dalam rendemen yang lebih tinggi dan dengan sifat-sifat yang lebih unggul bila dibandingkan dengan pulp soda. Yang menjadi target pada proses ini adalah untuk memisahkan serat-serat yang terdapat dalam kayu secara kimia dan melarutkan sebanyak mungkin lignin yang terdapat pada dinding-dinding serat. Keuntungan-keuntungan utama pembuatan pulp secara sulfat, yaitu: a. Tuntutan yang benar terhadap spesies kayu dalam kualitas kayu, termasuk semua tipe kayu lunak dan kayu keras, bahkan dalam campuran, dan tolenransi Universitas Sumatera Utara terhadap jumlah ekstraktif yang tinggi maupun bagian kayu lapuk yang besar dan sisa-sisa kulit b. Waktu pemasakan yang pendek c. Pengelolahan limbah cairan pemasak yang telah mantap, termasuk pemulihan bahan-bahan kimia dalam pembuatan pulp, pembangkit panas proses dan produksi hasil samping yang berharga seperti minyak tall dan terpentin dari spesies pinus d. Sifat-sifat kekuatan pulp yang sangat baik . Fengel,D.1995 Universitas Sumatera Utara Gambar 2.4 Bagan alir yang disederhanakan dari proses karft Bejana pemasak Tangki- penghembus Pembersih mata kayu pencuci Air pencuci Mata kayu Pemulihan bahan kimia Wadah pulp Pemrosesan lebih lanjut Penyaringan pembersihan Kotoran Bahan baku serpih pengentalan Universitas Sumatera Utara 2.5 Proses Produksi Pulp 2.5.1 Unit Persiapan Kayu Operasi persiapan kayu Wood Handling and Preparation Plant, yaitu kayu dibawa ke lokasi pabrik dengan menggunakan truk-truk pengangkut kayu, kayu-kayu tersebut berasal dari kosesi hutan yang dikelolah oleh perusahan kemudian kayu tersebut dibongkar dengan menggunakan Goliath Crane yang besar di Wood Yard, selanjutnya mengumpankan gelondongan-gelondongan kayu tersebut ke Wood Room atas dasar “pertama datang pertama digunakan”. Gelondongan-gelondongan kayu tersebut selanjutnya dikuliti, dipotong-potong, disaring dan disimpan pada tumpukan serpihan kayu yang disebut dengan chips, dipisahkan antara kayu yang berserat pendek dengan kayu berserat panjang. Sebuah alat pengelolah kayu yang baru dengan kapasitas 250 m 3 jam. Sirait S.2003

2.5.2 Pemasakan

Dari tempat penampungan, chip dibawa dengan konveyor ke bejana pemasak digester. Steam dimasak dengan beberapa tahap. Chip di masak dengan cairan pemasak yang disebut dengan cooking liquor. Larutan dan proses masak ini akan melembutkan dan akhirnya memisahkan serat kayu yang diinginkan dari “lignin” yaitu unsur kayu semacam lem yang menahan serat kayu bersatu. Dalam proses pulping secara kimiawi ditambahkan panas dan zat kimia pada serpihan kayu yang dimasukkan ke dalam tabung bertekanan yang disebut digester. Pembuatan pulp dengan proses kraft menggunakan larutan putih white liquor, yaitu Universitas Sumatera Utara larutan campuran Sodium Hidroksida NaOH dan Sodium Sulfida Na 2 S yang secara selektif akan melarutkan lignin dan membuatnya lebih larut dalam cairan pengolah. Setelah 2-4 jam, campuran antara pulp, sisa zat kimia dan limbah kayu dikeluarkan dari digester. Hasil pemasakan merupakan serat yang masih berwarna coklat dan mengandung sisa cairan pemasak aktif. Serat ini masih mengandung mata kayu dan serat-serat yang tidak dikehendaki reject. Sisa cairan pemasak dalam serat dibersihkan dengan menggunakan washer, sedangkan pemisahan kayu dan reject dipakai screen. Pada proses pemasakan yang perlu diperhatikan antara lain : a. Pemanasan harus bertahap b. Tekanan vakum c. Tekanan uap dari uap penekan Open steam tidak terlalu besar

d. Suhu pemanasan. http:www.digester.comintro.overview.html

Proses pemasakan dibagi atas beberapa tahap yaitu: 1. Chip Filling Chip diangkut ke digester dari tempat penyimpanan dengan menggunakan conveyor. Pengisian chip didalam digester merupakan langkah awal dari proses pemasakan dan merupakan satu pekerjaan yang sangat penting pada proses pembuatan pulp. 2. Liquor Filling Pada proses BKP pengisian liquor dilakukan segera setelah pengisian chip. Penambahan white liquor didasarkan pada persentase bahan kimia yang dibutuhkan Universitas Sumatera Utara untuk memasak dengan berat kering kayu yang dimasukkan. Persentase ini juga tergantung dari seberapa jauh kita akan mengurangi lignin dari dalam kayu. 3. Kraft Cook Proses pemasakan secara kraft dilakukan setelah penambahan white liquor dan black liquor kedalam chip. Digester yang berisi chip dan larutan pemasak dipanaskan hingga temperatur 170 C dan tekanan mencapai 7 kgcm 2 gauge. Waktu dan temperatur selama pemasakan sangat berpegaruh terhadap kwalitas daripada pulp. Jika chip dimasak dalam jangka yang terlalu lama maka akan dihasilkan kwalitas yang rendah dan rendemen yang rendah pula. 3. Pulp Blowing Tujuan utama pada pengoperasian blowing adalah untuk mengeluarkan isi digester kedalam blow tank. Blow tank adalah tangki penampung bubur pulp yang sudah siap dimasak dari digester dan dilengkapi alat pengaduk.

2.5.3 WashingScreening

Washing dan screening berfungsi untuk memisahkan Black liquor yang terkandung dalam pulp dengan menggunakan air pencuci seminimum mungkin. Setalah washing, bubur pulp kemudian masuk ke washer stock selanjutnya dimasukkan ke unit screening. Tujuannya adalah untuk mendapatkan pulp yang benar-benar bersih. Anonim,2001 Universitas Sumatera Utara

2.5.4 Pemutihan Bleaching

Tujuan pengelantangan adalah untuk meningkatkan kebersihan pulp dengan penghilangan ekstraktif-ekstraktif dan pengotor-pengotor lain yang meliputi kotoran- kotoran anorganik dan sisa kulit serta menghilangkan sisa lignin setelah proses pemasakan untuk memperoleh yang disebut pulp yang dikelantang penuh dengan derajat keputihan yang memperoleh kwalitas. Sjostrom E.1995

2.5.5. Pulp Machine

Pulp machine adalah peralatan mesin yang digunakan untuk mengubah bubur pulp dari area bleaching plant menjadi lembaran pulp dengan kekeringan lebih kurang 10. Pulp machine dirancang dengan fungsi utamanya adalah memisahkan air dari buburan pulp dengan cara sangat efesien tanpa merusak struktur serat, berat dasar dan formasi pulp yang dihasilkan memiliki kekuatan lembaran yang maksimum. Pulp machine merupakan tahapan terakhir dari proses produksi pulp. Anonim,2003 2.6 Proses Pemutihan Pulp 2.6.1 Teori Pemutihan Tujuan utama pengelantangan pulp adalah untuk menaikkan derajat putih. Proses pemutihan dapat dianggap sebagai suatu lanjutan proses pemasakan yang dimaksudkan untuk memperbaiki brightness dan kemurnian dari pulp. Hal ini dicapai dengan cara menghilangkan atau memutihkan bahan warna yang tersisa pada pulp. Lignin yang tersisa adalah suatu zat yang paling dominan untuk menghasilkan warna pada pulp oleh karena itu ini harus dihilangkan atau diputihkan. Universitas Sumatera Utara Tujuan utama proses pemutihan secara umum dapat diringkaskan sebagai berikut: 1. Memperbaiki brightness 2. Memperbaiki kemurnian 3. Degradasi serat selulosa seminimum mungkin. Warna pada pulp yang belum diputihkan umumnya disebabkan oleh lignin yang tersisa. Penghilangan lignin dapat lebih banyak pada proses pemasakan, tetapi akan mengurangi hasil yang banyak sekali dan merusak serat, jadi menghasilkan kualitas pulp yang rendah. Lignin ini sangat reaktif terhadap bahan kimia seperti: khlorin, hypo khlorin, khlorin dioksin, hirogen peroksida. Variabel-variabel dasar pada proses pemutihan adalah bahan kimia, kekuatan, waktu, temperatur dan pH.

2.6.2 Bahan Kimia Proses Pemutihan

a. Khlorin Pada proses khlorinasi terhadap pulp, gas khlorin harus larut dan bereaksi secara menyebar terhadap serat pulp. Reaksi lignin khlorin adalah sangat cepat. Dispersi khlorin yang tepat dan pengadukan sangat penting untuk memperoleh operasi yang optimal. b. Khlorin Dioksida Pada saat pulp diberikan perlakuan dengan khlorin dioksida, ini bereaksi dengan air dan komponen-komponen pulp, umumnya lignin dan resin melengkapi reaksi. Khlorin dioksida merupakan bahan pemutih yang sangat efektif. Sirait,S.2003 c. Hidrogen Peroksida H 2 O 2 Universitas Sumatera Utara Hidrogen Peroksida merupakan bahan kimia anorganik yang memiliki sifat oksidator kuat. H 2 O 2 larut sangat baik dalam air. Dalam kondisi normal hidrogen peroksida sangat stabil, dengan laju dekomposisi yang sangat rendah. Salah satu keunggulan hirogen peroksida dibandingkan dengan oksidator yang lain adalah sifatnya yang ramah lingkungan, tidak meninggalkan residu yang berbahaya. http:Sifat-sifat H 2 O 2. com2009hidrogen peroksida.html

2.7 Tahapan Proses Pemutihan

Operasi pemutihan Bleaching terdiri dari 4 tahap,yaitu: 1. Khlorinasi DO : Reaksi dengan elemen Khlorin dalam suasana Asam 2. Ekstraksi Oksidasi EO : Ekstraksi Oksidasi yang diperkuat dengan hidrogen peroksida 3. Khlorin Dioksida D1 : Reaksi dengan Khlorin Dioksida dalam suasana asam 4. Hidrogen Peroksida EP2 : Reaksi dengan Hidrogen Peroksida yang diperkuat dengan kaustik soda dalam suasana basa.

2.7.1 Tahap Khlorinasi

Bubur pulp yang belum diputihkan diencerkan dengan air hingga konsistensinya menjadi 3,5-4 dalam storage tank. Kemudian dari tangki ini bubur pulp dipindahkan Universitas Sumatera Utara ke menara DO. Pada saat pemindahan maka ditambahkan CLO 2 sebanyak 14-20 literton bubur pulp, dan diaduk dengan chlorinizing mixer. Bila konsistensinya tinggi maka ditambahkan airdilusi. Lamanya pecampuran berkisar 27-30 menit dengan temperatur 60-65 o C dan pH 2,2 dan konsistensi 2,3-5. Selanjutnya bubur pulp dicuci dalam chlorination washer I, cara kerjanya sama dengan washer yang digunakan sebelum memasuki screening. Sebagai pencuci digunakan air sekaligus sebagai pengencer larutan untuk mengurangi konsistensi. Sisa air pencuci ditampung dalam filtrate tank dan bubur pulp yang sudah dicuci dilewatkan ke proses ekstraksi. 2..7.2 Tahap Ekstraksi Tujuan utama dari alkali ekstrasi adalah melarutkan komponen-komponen penyebab warna yang memungkinkan besar larut dalam larutan alkali yang hangat. Kelarutan klorinat dan lignin yang teroksidasi, dan kompoenen lainnya meningkatkan tingkat keputihan dalam tahap pemutihan berikutnya.

2.7.3 Tahap D1

Pulp berasal dari tahap ekstrasi selanjutnya dilakukan proses pemutihan dengan menggunakan CLO 2 . reaksi ini berlangsung pada menara D1, dan suhu yang harus dijaga adalah 75-80 o C , konsistensi 10 dan pH 3,5-4, dengan sistem kerja bahwa yang pertama masuk akan pertama keluar. Universitas Sumatera Utara

2.7.4 Tahap EP2

Tahap ini menggunakan CLO 2 , yang merupakan tahap penyempurnaan dari proses pemutihan dimana target brightness yang ingin dicapai adalah sekitar 88 ISO. Reaksi ini berlangsung pada pH 10,3-10,5, pada temperatur 82-85 O C . Bahan kimia yang digunakan pada tahap ini adalah NaOH dan Hidrogen peroksida H 2 O 2 . NaOH berfungsi untuk memisahkan CLO 2 dengan lignin, sehingga lignin dapat kembali direaksikan dengan menggunakan hidrogen peroksida. H 2 O 2 berfungsi mengikat kembali lignin yang masih terkandung didalam pulp. Penambahan hidrogen peroksida dan sodium hidroksida harus pada jumlah tertentu agar dapat mempertahankan konsistensi pulp 10-12 semua proses ini berlangsung pada menara ekstraksi. Selanjutnya pulp dicuci dan diencerkan pada washing dan filtratnya ditampung untuk diteruskan ketahap D1. Variabel-variabel pada proses ekstraksi adalah konsistensi, temperatur, waktu retensi, dan brightness.

2.8 Sifat-sifat Hidrogen Peroksida

Hidrogen Peroksida dengan rumus kimia H 2 O 2 ditemukan oleh Louis Jacques Thenard di tahun 1818. Senyawa ini merupakan bahan kimia anorganik yang memiliki sifat oksidator kuat. Bahan baku pembuatan hidrogen peroksida adalah gas hidrogen H 2 dan gas oksigen O 2 . H 2 O 2 tidak berwarna, berbau khas agak keasaman, dan larut dengan baik dalam air. Mayoritas pengunaan Hidrogen Peroksida adalah dengan memanfaatkan dan merekayasa reaksi dekomposisinya, yang intinya menghasilkan oksigen. Pada tahap produksi hidrogen peroksida, bahan stabilizer kimia biasanya ditambahkan dengan Universitas Sumatera Utara maksud untuk menghambat laju dekomposisinya. Termasuk dekomposisi yang terjadi selama produk hidrogen peroksida dalam penyimpanan. Selain menghasilkan oksigen, reaksi dekomposisi hidrogen peroksida juga menghasilkan air H 2 O dan panas. Faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi dekomposisi hidrogen peroksida adalah: 1. Bahan organik tertentu, seperti alkohol dan bensin 2. Katalis, seperti Pd, Fe, Cu, Ni, Cr, Pb, Mn 3. Temperatur, laju reaksi dekomposisi hidrogen peroksida naik sebesar 2.2 x setiap kenaikan 10 o C dalam range temperatur 20-100 o C 4. Permukaan container yang tidak rata active surface 5. Padatan yang tersuspensi, seperti partikel debu atau pengotor lainnya 6. Makin tinggi pH makin basa laju dekomposisi semakin tinggi 7. Radiasi, terutama radiasi dari sinar dengan panjang gelombang yang pendek Hidrogen peroksida bisa digunakan sebagai zat pengelantang atau bleaching agent pada industri pulp, kertas, dan tekstil. Senyawa ini juga biasa dipakai pada proses pengolahan limbah cair, industri kimia, pembuatan deterjen, makanan dan minuman, medis, serta industri elektronika. Salah satu keunggulan hidrogen peroksida dibandingkan dengan oksidator yang lain adalah sifatnya yang ramah lingkungan karena tidak meninggalkan residu yang berbahaya. Kekuatan oksidatornya pun dapat diatur sesuai dengan kebutuhan. Sebagai Universitas Sumatera Utara contoh dalam industri pulp dan kertas, penggunaan hidrogen peroksida biasanya dikombinasikan dengan NaOH atau soda api. Semakin basa, maka laju dekomposisi hidrogen peroksida pun semakin tinggi. Kebutuhan industri akan hidrogen peroksida terus meningkat dari tahun ke tahun. http:aneka ilmu. Blogsport.com200704. Universitas Sumatera Utara BAB III BAHAN DAN METODE

3.1 Alat

Dokumen yang terkait

Analisa Pengaruh Penggunaan H2O2 Terhadap Kecemerlangan (Brightness) Pada Tahap Ekstraksi Oksidasi Peroksida (EOP) Unit Fiberline Pada Proses Pemutihan (Bleaching) PT. Toba Pulp Lestari, Tbk Porsea

2 32 49

Pengaruh Waktu Tinggal Pulp Di Menara EP2 Terhadap Tingkat Brightness Pada Proses Bleaching Di PT.Toba Pulp Lestari,Tbk Porsea

1 28 59

Pengaruh Penambahan Hidrogen Peroksida (H2o2) Terhadap Derajat Keputihan (Brightness) Pada Tahap D2 Di Unit Bleaching PT. Toba Pulp Lestari, Tbk-Porsea

2 34 54

Pengaruh Penambahan Hidrogen Peroksida (H2O2) Pada Stage Ekstraksi Terhadap Brightness Pulp Di Unit Bleaching PT Toba Pulp Lestari.Tbk Porsea

3 47 49

Pengaruh Konsentrasi Dan Jumlah Pemakaian CLO2 Terhadap Brightness Pulp Pada D1 Stage Unit Bleaching PT.Toba Pulp Lestari,Tbk Porsea

0 0 12

Pengaruh Konsentrasi Dan Jumlah Pemakaian CLO2 Terhadap Brightness Pulp Pada D1 Stage Unit Bleaching PT.Toba Pulp Lestari,Tbk Porsea

0 0 2

Pengaruh Konsentrasi Dan Jumlah Pemakaian CLO2 Terhadap Brightness Pulp Pada D1 Stage Unit Bleaching PT.Toba Pulp Lestari,Tbk Porsea

1 1 4

Pengaruh Konsentrasi Dan Jumlah Pemakaian CLO2 Terhadap Brightness Pulp Pada D1 Stage Unit Bleaching PT.Toba Pulp Lestari,Tbk Porsea

0 2 22

Pengaruh Konsentrasi Dan Jumlah Pemakaian CLO2 Terhadap Brightness Pulp Pada D1 Stage Unit Bleaching PT.Toba Pulp Lestari,Tbk Porsea Chapter III V

0 0 8

Pengaruh Konsentrasi Dan Jumlah Pemakaian CLO2 Terhadap Brightness Pulp Pada D1 Stage Unit Bleaching PT.Toba Pulp Lestari,Tbk Porsea

0 0 2