Permasalan Komposisi Komponen Kayu

selulosa pada pulp itu sendiri, yang menyebabkan pulp menjadi rapuh dan mudah rusak. Berdasarkan pola pemikiran ini, maka penulis tertarik untuk melihat bagian judul : PENGARUH JUMLAH PEMAKAIAN HIDROGEN PEROKSIDA H2O2 PADA TAHAP EP2 TERHADAP BRIGHTNESS PULP DI UNIT BLEACHING PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk PORSEA

1.2 Permasalan

Pada proses bleaching merupakan suatu perlakuan dengan proses kimia terhadap pulp untuk mengubah atau menghilangkan bahan zat pewarna sehingga pulp tersebut memiliki brightness yang lebih tinggi. Lignin yang tersisa adalah suatu zat yang paling dominan untuk menghasilkan warna pada pulp. Dari uraian diatas maka yang menjadi rumusan permasalahan adalah: 1.Bagaimana pengaruh jumlah pemakaian Hidrogen Peroksida H 2 O 2 terhadap derajat keputihan brightness pulp pada tahap EP2. 2.Berapa jumlah pemakaian Hidrogen Peroksida H 2 O 2 untuk memperoleh derajat keputihan brightness pulp pada tahap EP2 sesuai dengan standart ISO. 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui pengaruh jumlah pemakaian Hidrogen Peroksida H 2 O 2 terhadap derajat keputihan brightness pulp pada tahap EP2. Universitas Sumatera Utara 2. Untuk mengetahui jumlah pemakaian Hidrogen Peroksida H 2 O 2 untuk memperoleh derajat keputihan brightness pulp pada tahap EP2 sesuai dengan standart ISO.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Untuk mengetahui pengaruh pemakaian Hidrogen Peroksida H 2 O 2 terhadap derajat keputihan pulp brightness dan mengetahui variabel-variabel dalam proses pegolahan pulp serta mengetahui standart kecerahan brightness pulp yang diproduksi oleh PT.Toba Pulp Lestari,Tbk. Universitas Sumatera Utara BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KAYU 2.1.1 Pengertian Kayu Kayu merupakan hasil hutan dari sumber kekayaan alam, merupakan bahan mentah yang mudah di proses untuk dijadikan barang sesuai kemajuan teknologi. Kayu memiliki sifat sekaligus, yang tidak dapat ditiru oleh bahan-bahan lain. Pengertian kayu disini adalah sesuatu bahan yang diperoleh dari hasil pemungutan pohon-pohon di hutan, yang merupakan bagian dari pohon tersebut, setelah diperhitungkan bagian- bagian mana yang lebih banyak dapat dimanfaatkan untuk sesuatu tujuan penggunaan. Baik berbentuk kayu pertukangan, kayu industri maupun kayu bakar. J.F.Dumanauw.1990

2.1.2 Komponen Kimia Kayu

Kayu adalah suatu karbohidrat yang tersusun terutama atas karbon, hidrogen dan oksigen.Tabel 2.1 merinci komposisi kimia suatu kayu dari Amerika Utara yang khas, dan terlihat bahwa karbon merupakan elemen yang dominan atas berat. Universitas Sumatera Utara Tabel 2.1 Komposisi unsur kayu Unsur Berat Kering Karbon 49 Hidrogen 6 Oksigen 44 Nitrogen Sedikit Abu 0,1 Tambahan pula kayu mengandung senyawa anorganik yang tetap tinggal setelah terjadi pembakaran pada suhu tinggi pada kondisi oksigen yang melimpah; residu semacam ini dikenal sebagai abu. John G.1987

2.1.3 Sifat-sifat Kayu

Kayu berasal dari berbagai jenis pohon memiliki sifat yang berbeda-beda. Bahkan kayu berasal dari satu pohon memiliki sifat yang berbeda. Ada beberapa sifat yang umum yang terdapat pada semua kayu, yaitu: a. Kayu tersusun dari sel-sel yang memiliki tipe bermacam-macam dan susunan dinding selnya terdiri dari senyawa-senyawa kimia berupa selulosa dan hemiselulosa unsur karbohidrat serta berupa lignin non-karbohidrat. b. Kayu dapat diserang makhluk hidup perusak kayu, dapat juga terbakar terutama jika kayu keadaanya kering. c. Kayu dapat diserang makhluk hidup perusak kayu, dapat juga terbakar, terutama jika kayu dalam keadaan kering. Universitas Sumatera Utara 1.Sifat Fisik Kayu Beberapa hal yang tergolong dalam sifat fisik kayu adalah:berat jenis, keawetan alami, warna, higroskopik, kekerasan dan lain-lain. a. Berat Jenis Kayu memiliki berat jenis yang berbeda-beda, berkisar antara minimum 0,20 hingga 1,28. Berat jenis merupakan petunjuk penting bagi aneka sifat kayu. Makin berat kayu itu, umumnya makin kuat pula kayunya. Berat jenis ditentukan antara lain oleh tebal dinding sel, kecilnya rongga sel yang membentuk pori-pori. b. Keawetan alami kayu Keawetan kayu alami adalah ketahanan kayu terhadap serangan dari unsur-unsur perusak kayu dari luar, seperti; jamur, rayap, cacing laut dan makhluk lainnya. Keawetan kayu tersebut disebabkan oleh adanya suatu zat didalam kayu zat ekstraktif yang merupakan sebagian unsur racun bagi perusak-perusak kayu, sehingga perusak tersebut tidak sampai masuk dan tinggal didalamnya serta merusak kayu. c. Warna kayu Ada beraneka macam warna kayu, antara lain: warna kuning, keputih-putihan, coklat muda, coklat tua, kehitam-hitaman, kemerah-merahan dan lain sebagainya. Hal ini disebabkan oleh zat-zat pengisi warna dalam kayu yang berbeda-beda. Universitas Sumatera Utara d. Higroskopik Kayu mempunyai sifat higroskopik, yaitu dapat menyerap atau melepaskan air atau kelembaban. Makin lembab udara disekitarnya maka makin tinggi pula kelembaban kayu sampai tercapai kesetimbangan dengan lingkungannya. 2.Sifat Kimia Kayu Komponen kimia didalam kayu mempunyai arti yang penting, karena menentukan kegunaan suatu jenis kayu. Pada umumnya komponen kimia kayu terdiri dari 3 unsur, yaitu: a.Unsur karbohidrat terdiri dari selulosa. b.Unsur non-karbohidrat terdiri dari lignin. c.Unsur yang diendapkan dalam kayu selama proses pertumbuhan dinamakan zat ekstraktif. Menurut Edwin Sutemeister 1971 secara kimia kayu terdiri dari empat kompenen yaitu sellulosa, hemiselulosa, lignin dan zat ekstraktif. Tujuan utama proses pembuatan pulp adalah menghilangkan lignin dari kayu untuk mendapatkan yang kurang lebih bebas dari lignin. Berdasarkan perbedaan komposisi keempat komponen penyusun kayu dan jenis kayu, kayu digolongkan menjadi dua golongan yaitu; kayu keras hardwood dan kayu lunak softwood. Fengel,D.1995 Secara umum, perbedaan kayu keras dan kayu lunak dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Kayu keras mempunyai serat pendek sedangkan kayu lunak mempunyai serat lebih panjang. Universitas Sumatera Utara 2. Kayu keras mempunyai ukuran lebar daun kira-kira 1-3 mm, dan ukuran lebar untuk kayu lunak kira-kira 1,5-2,0 mm. 3. Hanya kayu keras yang memiliki pembuluh. Sel-sel angkutan yang di bentuk secara khusus yang dikenal sebagai unsur-unsur pembuluh ini didalam kayu keras volumenya cukup besar, tetapi tidak pernah terdapat didalam kayu lunak. 4. Jari-jari yang lebar pada sejumlah kayu keras berlawanan dengan jari-jari yang sempit dan seragam pada kayu-kayu lunak. Sjostrom E.1995 Secara umum kayu keras lebih banyak mengandung sellulosa, hemiselulosa, dan zat ekstraktif dibandingkan dengan kayu lunak tetapi kandungangan ligninnya lebih sedikit.

2.2 Komposisi Komponen Kayu

Sepanjang menyangkut komponen kimia kayu maka perlu dibedakan antara komponen-komponen makromolekul utama dinding sel sellulosa, poliosa hemiselosa dan lignin, yang terdapat pada semua kayu, dan komponen-komponen minor dengan berat molekul kecil ekstraktif dan zat-zat mineral, yang biasanya lebih berkaitan dengan jenis kayu tertentu dalam jenis dan jumlahnya. Pengenalan singkat tentang komposisi komponen kayu keras dan kayu lunak diuraikan dalam tabel berikut. Universitas Sumatera Utara Tabel 2.2 Komposisi komponen kayu Komponen Komposisi Kayu kerashardwood Kayu lunak softwood Sellulosa 40-48 43-45 Hemiselulosa 15-30 5-10 Lignin 17-25 24-32 Zat Ekstraktif 2-4 3-5 1.Sellulosa Selulosa merupakan konsistuen utama kayu. Selulosa merupakan homopolisakarida yang tersusun atas unit-unit ß-D-glukopiranosa yang terikat satu sama lain dengan ikatan-ikatan glikosida. Molekul-molekul selulosa seluruhnya berbentuk linear dan mempunyai kecenderungan kuat membentuk ikatan-ikatan hidrogen intra-dan intermolekul. Jadi berkas-berkas molekul selulosa membentuk agregat bersama-sama dalam bentuk mikrofibril, dalam mana tempat-tempat yang sangat teratur kristalin diselingi dengan tempat-tempat yang kurang teratur amorf. Mikrofibril membentuk fibril-fibril dan akhirnya serat-serat sellulosa. Sebagai akibat dari struktur yang berserat dan ikatan-ikatan hidrogen yang kuat sellulosa mempunyai kekuatan tarik yang tinggi dan tidak larut dalam kebanyakan pelarut. Rumus molekul sellulosa adalah C 6 H 10 O 5 dimana ‘n’ adalah derajat Universitas Sumatera Utara polimerisasinya, dengan berat molekul antara 250.000-1.000.000. Gambar 2.1 Struktur Selulosa 2. Hemiselulosa Hemiselulosa semula diduga merupakan senyawa-antara dalam biosintesis selulosa. Namun saat ini diketahui bahwa hemiselulosa termasuk dalam kelompok polisakarida heterogen yang dibentuk melalui jalan biosintesis yang berbeda dari selulosa. Berbeda dengan selulosa yang merupakan homopolisakarida, hemiselulosa merupakan heteropolisakarida. Kebanyakan hemiselulosa mempunyai derajat polimerisasi hanya 200. Komposisi dan struktur hemiselulosa dalam kayu lunak secara khas berbeda dari yang dalam kayu keras. CH 2 OH H OH H H OH CH 2 OH H H H OH H H OH H H n selulosa Universitas Sumatera Utara Perbedaan-perbedaan yang besar terdapat dalam kandungan dan komposisi hemiselulosa antara batang, cabang-cabang, akar dan kulit kayu. Hemiselulosa bereaksi lebih cepat dibandingkan dengan sellulosa. 3.Lignin Lignin merupakan polimer dari unit-unit fenilpropana, yang juga merupakan senyawa yang sangat kompleks. Perkembangan pembuatan proses pulp secara teknis menimbulkan perhatian yang lebih besar pada lignin dan reaksi-reaksinya. Turunan- turunan lignin yang larut lignosulfonat dibentuk dengan memperlakukan kayu pada suhu tinggi dengan larutan yang mengandung belerang dioksida dan ion-ion hidrogen sulfit. Lignin juga larut sebagai alkali lignin bila kayu diperlakukan pada suhu tinggi 170°C dengan natrium hidroksida atau lebih baik dengan campuran natrium hidroksida dan natrium sulfida lignin sulfat atau lignin kraft. Adanya lignin dalam pulp menyebabkan warna pada pembuatan pulp menjadi kecoklatan atau berwarna gelap, sehingga perlu dipisahkan dari pulp dengan proses pemutihan bleaching. Karna penghilangan lignin pada pulp sangat berpengaruh terhadap kualitas pulp yang dihasilkan. 4.Zat Ekstraktif Penentuan ekstraktif secara kuantitatif dalam kayu pulp dilakukan dengan metode-metode yang distandarisasi setelah ekstrasi dengan pelarut-pelarut organik, seperti heksana, dietil eter, aseton, atau etanol. Kandungan ekstraktif biasanya kurang Universitas Sumatera Utara dari 105, tetapi ia dapat bervariasi dari jejak hingga sampai 40 berat kayu kering. Dalam kayu, zat ekstraktif berfungsi sebagai sumber warna, bau dan daya tahan alam. Sjostrom, E.1995

2.3 Komposisi Kimia Kayu

Dokumen yang terkait

Analisa Pengaruh Penggunaan H2O2 Terhadap Kecemerlangan (Brightness) Pada Tahap Ekstraksi Oksidasi Peroksida (EOP) Unit Fiberline Pada Proses Pemutihan (Bleaching) PT. Toba Pulp Lestari, Tbk Porsea

2 32 49

Pengaruh Waktu Tinggal Pulp Di Menara EP2 Terhadap Tingkat Brightness Pada Proses Bleaching Di PT.Toba Pulp Lestari,Tbk Porsea

1 28 59

Pengaruh Penambahan Hidrogen Peroksida (H2o2) Terhadap Derajat Keputihan (Brightness) Pada Tahap D2 Di Unit Bleaching PT. Toba Pulp Lestari, Tbk-Porsea

2 34 54

Pengaruh Penambahan Hidrogen Peroksida (H2O2) Pada Stage Ekstraksi Terhadap Brightness Pulp Di Unit Bleaching PT Toba Pulp Lestari.Tbk Porsea

3 47 49

Pengaruh Konsentrasi Dan Jumlah Pemakaian CLO2 Terhadap Brightness Pulp Pada D1 Stage Unit Bleaching PT.Toba Pulp Lestari,Tbk Porsea

0 0 12

Pengaruh Konsentrasi Dan Jumlah Pemakaian CLO2 Terhadap Brightness Pulp Pada D1 Stage Unit Bleaching PT.Toba Pulp Lestari,Tbk Porsea

0 0 2

Pengaruh Konsentrasi Dan Jumlah Pemakaian CLO2 Terhadap Brightness Pulp Pada D1 Stage Unit Bleaching PT.Toba Pulp Lestari,Tbk Porsea

1 1 4

Pengaruh Konsentrasi Dan Jumlah Pemakaian CLO2 Terhadap Brightness Pulp Pada D1 Stage Unit Bleaching PT.Toba Pulp Lestari,Tbk Porsea

0 2 22

Pengaruh Konsentrasi Dan Jumlah Pemakaian CLO2 Terhadap Brightness Pulp Pada D1 Stage Unit Bleaching PT.Toba Pulp Lestari,Tbk Porsea Chapter III V

0 0 8

Pengaruh Konsentrasi Dan Jumlah Pemakaian CLO2 Terhadap Brightness Pulp Pada D1 Stage Unit Bleaching PT.Toba Pulp Lestari,Tbk Porsea

0 0 2