Akad Nikah Walimah Sabada Nikah Nyawer Meuleum Harupat

6. Upacara Ngarasulkeun

Malam hari sebelum barang-barang itu dibawa, di rumah keluarga Calon Pengantin Pria biasanya diselenggarakan acara Ngarasulkeun. Acara ini merupakan selamatan bagi Calon Pengantin Pria maupun keluarga besarnya agar acara pernikahan maupun pestanya bisa berlangsung sukses tanpa halangan apapun.

7. Ngeuyeuk Seureuh

Ngeuyeuk Seureuh berasal dari kata paheuyeuk-heuyeuk jeng beubeureuh bekerja sama dengan pacar. Ada yang mengatakan bahwa Ngeuyeuk itu berasal dari kata Ngaheyeuk, yang artinya mengurus atau menyelenggarakan. Ngeuyeuk juga bisa bergandeng-gandengan. Maksudnya, jalin kerjasama yang baik agar pekerjaan itu bisa selesai dengan baik. Waktu untuk melaksanakan upacara ini adalah di petang hari, sehari sebelum hari perkawinan. Yang melaksanakan hanya wanita-wanita yang telah berumur dan pimpinan seorang wanita yang ahli dalam upacara tersebut. Dibantu oleh laki-laki yang juga sudah berumur yang bertugas membaca doa serta membakar kemenyan waktu memulai upacara.

8. Akad Nikah Walimah

Upacara akad nikah walimah atau upacara adat perkawinan yang pokok, baik secara adat maupun agama. Ditinjau dari segi agama, upacara ijab kabulpemberkatan gerejaperesmian di wihara adalah peristiwa yang wajib dilakukan bagi mereka yang ingin memasuki bahtera rumah tangga. Yang beragama Islam, banyak melangsungkan akad nikah di mesjid, karena mesjid Universitas Sumatera Utara adalah pusat kegiatan keagamaan, sekaligus mengikuti tradisi lama. Yang memimpin pelaksanaan akad nikah adalah seorang Penghulu atau Naib, ialah pejabat Kantor Urusan Agama.

9. Sabada Nikah

Serangkaian upacara yang dilakukan setelah akad nikah adalah Sabada sesudah Akad Nikah. Tujuannya adalah untuk memeriahkan acara pesta perkawinan dan dilakukan usai pasangan sejoli itu resmi menjadi suami-isteri, namun rangkaian ini adalah puncak dari rangkaian panjang Upacara Perkawinan Adat Tradisional Sunda.

10. Nyawer

Asal kata Nyawer atau Sawer adalah awer, yang mempunyai arti “air jatuh menciprat”. Perlengkapan upacara ini terdiri atas beras putih, irisan kunir tipis, uang kecil receh, dan biasanya uang logam mudah dilemparkan ditaburkan, bunga serta dua buah tektek gulungan daun sirih membentuk kerucut yang didalamnya berisi ramuan sirih seperti kapur, gambir, pinang dan sebagainya. Semua perlengkapan tersebut dicampur-aduk dijadikan satu dalam sebuah bokor yng terbuat dari perak atau perunggu. Maksud upacara ini seolah- olah melemparkan atau menaburkan harta kekayaan yang harus dipunyai oleh kedua mempelai setelah berumah tangga. Bukanlah sekedar membuang-buang percuma, akan tetapi memberi petunjuk agar mereka setelah berbahagia, janganlah menjadi orang yang tamak. Universitas Sumatera Utara Pembekalan untuk sepasang mempelai itu bisa secara langsung diberikan, tapi banyak diantaranya yang berupa simbol-simbol. Salah satunya wujud pembekalan itu berupa awer-awer nasehat.

11. Meuleum Harupat

Lelaki selalu diidentikkan dengan otot, kekuatan, kejantanan, kekerasan, dan kegalakan. Dalam Upacara Perkawinan Adat Sunda, simbol ini divisualkan dalam upacara Meuleum Harupat. Harupat adalah lambang sifat lelaki yang gampang patah, keras dan hitam. Sikap pemarah lelaki digambarkan dengan nyala lidi dari lidi ijuk Meuleum Harupat pada akhirnya harus bertekuk dengan sikap lembut wanita. Api amarah lelaki itu menjadi padam ketika disiram dengan air kelembutan seorang wanita.

12. Nincak Endog