Pembekalan untuk sepasang mempelai itu bisa secara langsung diberikan, tapi banyak diantaranya yang berupa simbol-simbol. Salah satunya wujud
pembekalan itu berupa awer-awer nasehat.
11. Meuleum Harupat
Lelaki selalu diidentikkan dengan otot, kekuatan, kejantanan, kekerasan, dan kegalakan. Dalam Upacara Perkawinan Adat Sunda, simbol ini divisualkan
dalam upacara Meuleum Harupat. Harupat adalah lambang sifat lelaki yang gampang patah, keras dan hitam. Sikap pemarah lelaki digambarkan dengan nyala
lidi dari lidi ijuk Meuleum Harupat pada akhirnya harus bertekuk dengan sikap lembut wanita. Api amarah lelaki itu menjadi padam ketika disiram dengan air
kelembutan seorang wanita.
12. Nincak Endog
Nincak dalam bahasa Indonesia artinya menginjak. Endog artinya telur. Nincak Endog artinya menginjak telur. Telur yang digunakan dalam upacara ini
adalah telur ayam. Upacara ini biasanya dilangsungkan di depan pintu rumah. Telur yang yang akan pergunakan untuk acara ini sebelumnya dimasukkan ke
kantung plastik. Telur dalam plastik kemudian ditaruh di atas cowet cobek yang disatukan dengan elekan bambu untuk kumparan benang tenun dan di atasnya
diletakkan tunjangan papan yang sudah dibungkus dengan kain putih. Pengantin pria menghadap ke pintu, sementara pengantin wanita berada di depannya
membelakangi pintu. Kemudian pengantin pria menginjak tunjangan itu sekuat- kuatnya sehingga telur maupun cobeknya pecah. Pengantin wanita kemudian
jongkok dan membasuhmencuci kaki pengantin pria dengan air kendi, lalu mengeringkan dengan handuk. Ini sebagai wujud bakti seorang istri kepada suami.
Universitas Sumatera Utara
Pada saat yang bersamaan jari jempol pengantin pria ditekankan ke ubun-ubun pengantin wanita, sebagai simbol keseimbangan dan keharmonisan hidup. Kendi
yang dipakai untuk menyiram kaki pengantin pria itu kemudian dibanting sampai pecah. Ini sebagai lambang kesepakatan kedua mempelai untuk tidak
mempersoalkan masa lalu mereka, membuang jauh sifat buruk yang selama ini ada pada diri mereka dan menyatakan kepuasan hati.
13. Buka Pintu
Sebelum memasuki rumah keluarga pengantin wanita, pengantin pria harus mengetuk pintu tiga kali. Dari dalam rumah pengantin wanita tidak
langsung membukakan pintu. Ia perlu memastikan apakah pria yang mengetuk itu benar-benar buah hatinya yang baru saja menikahinya.
Dialog ini biasanya dilakukan dengan gaya berpantun atau sajak dan tidak semua pengantin mampu melakukannya. Agar pembacaan pantun ini lebih
menarik, dialog ini biasanya dilakukan oleh sepasang Juru Sawer pria dan wanita. Dialog biasanya diakhiri dengan tes dari si pengantin wanita untuk pengantin pria,
yaitu apakah sang pengantin mampu melafalkan dua kalimah sahadat atau tidak. Setelah mempelai pria mengucapkan sahadat, maka pintu pun dibuka, pengantin
pria disambut oleh istrinya dengan sembah sungkem dan berjalan bersama-sama menuju ke tempat Huap Lingkung.