timbul nyeri yang mendadak difus di daerah pelvis dan mungkin terjadi syok hipovolemik. Pada pemeriksaan vagina, didapatkan nyeri dan penonjolan rongga
Douglas
. Kista ovarium terpuntir
Timbul nyeri mendadak dengan intensitas yang tinggi dan teraba massa dalam rongga pelvis pada pemeriksaan perut, colok vagina atau colok rektal. Tidak
terdapat demam. Pemeriksaan ultrasonografi dapat menentukan diagnosis ini. Endometriosis eksterna
Endometrium di luar rahim akan menimbulkan nyeri di tempat endometriosis berada, dan darah menstruasi terkumpul di tempat itu karena tidak ada jalan keluar.
Urolitiasis
pielum
ureter kanan Adanya riwayat kolik dari pinggang ke perut yang menjalar ke inguinal kanan
merupakan gambaran yang khas. Eritrosit pada urin sering ditemukan. Foto polos perut atau urografi intravena dapat memastikan diagnosis penyakit ini.
Penyakit saluran cerna lainnya Penyakit lain yang perlu dipikirkan adalah peradangan di perut, seperti divertikulus
Meckel
, perforasi tukak duodenum atau lambung, kolesistitis akut, pankreatitis, obstruksi usus, perforasi kolon, demam tifoid abdominalis, karsinoid dan mukokel
apendiks.
2.4.6 Penatalaksanaan
Bila diagnosis klinis sudah jelas, tindakan paling tepat dan merupakan satu-satunya pilihan yang baik adalah apendektomi. Menurut Wibisono dan Jeo 2013, ada hal-
hal yang perlu diperhatikan:
1. Pre operatif
Observasi ketat,tirah baring dan puasa. Pemeriksaan abdomen dan rektal serta pemeriksaan darah dapat diulang secara periodik. Foto abdomen dan toraks dapat
dilakukan untuk mencari penyulit lain. Antibiotik intravena spektrum luas dan analgesik dapat diberikan. Pada apendisitis perforasi perlu diberikan resusitasi
cairan sebelum operasi.
Universitas Sumatera Utara
2. Operatif
Apendektomi terbuka dilakukan dengan insisi transversal pada kuadran kanan bawah
Davis-Rockey
atau insisi oblik
McArthur-McBurney.
Pada diagnosis yang belum jelas dapat dilakukan subumbilikal pada garis tengah.
Laparoskopi apendektomi, teknik operasi dengan luka dan kemungkinan infeksi lebih kecil.
3. Pasca operatif
Perlu dilakukan observasi tanda vital untuk mengantisipasi adanya perdarahan dalam, syok, hipertermi atau gangguan pernapasan. Pasien dibaringkan dalam
posisi
Fowler
dan selama 12 jam dipuasakan terlebih dahulu. Pada operasi dengan perforasi atau peritonitis umum, puasa dilakukan hingga fungsi usus kembali
normal. Secara bertahap pasien diberi minum, makanan saring, makanan lunak dan makanan biasa.
2.4.7 Komplikasi
Komplikasi yang paling membahayakan adalah perforasi, baik berupa perforasi bebas maupun perforasi pada apendiks yang mengalami pendindingan sehingga
berupa massa yang terdiri atas kumpulan apendiks , sekum, dan lekuk usus halus.
Massa apendikular
Massa Apendiks terjadi bila apendisitis gangrenosa atau mikroperforasi ditutupi atau di bungkus oleh omentum. Pada massa periapendikuler dengan pembentukan
dinding yang belum sempurna, dapat terjadi penyebaran pus ke seluruh rongga peritoneum jika perforasi diikuti peritonitis purulenta generalisata. Oleh karena itu,
massa periapendikuler yang masih bebas
mobile
sebaiknya segera dioperasi untuk mencegah penyulit tersebut. Selain itu, operasinya masih mudah. Pada anak,
dipersiapkan operasi dalam waktu 2-3 hari saja. Pasien dewasa dengan massa periapendikuler yang terpancang dengan pendindingan yang sempurna sebaiknya
dirawat terlebih dahulu dan diberi antibiotik sambil dilakukan pemantauan terhadap suhu tubuh, ukuran massa serta luasnya peritonitis. Bila sudah tidak ada demam,
massa periapendikuler hilang, dan leukosit normal, penderita boleh pulang dan
Universitas Sumatera Utara
apendektomi dapat dikerjakan 2-3 bulan kemudian agar pendarahan akibat perlengketan dapat ditekan sekecil mungkin. Bila terjadi perforasi, akan terbentuk
abses apendiks. Hal ini ditandai dengan kenaikan suhu dan frekuensi nadi, bertambahnya nyeri, dan teraba pembengkakan massa, serta bertambahnya angka
leukosit. Apendektomi dilakukan pada infiltrat periapendikuler tanpa pus yang telah
ditenangkan. Sebelumnya, pasien diberi antibiotik kombinasi yang aktif terhadap kuman aerob dan anaerob. Baru setelah keadaan tenang, yaitu sekitar 6-8 minggu
kemudian, dilakukan apendektomi. Pada anak kecil, wanita hamil, dan penderita usia lanjut, jika secara konservatif tidak membaik atau berkembang menjadi abses,
dianjurkan operasi secepatnya. Bila sudah terjadi abses, dianjurkan drainase saja. Apendektomi dikerjakan setelah
6-8 minngu kemudian. Jika pada saat dilakukan drainase bedah, apendiks mudah diangkat, dianjurkan sekaligus dilakukan apendektomi Sjamsuhidajat de Jong,
2007. Apendisitis perforata
Adanya fekalit didalam lumen, penderita pada usia anak-anak maupun orangtua, dan keterlambatan diagnosis, merupakan faktor yang berperanan dalam terjadinya
perforasi apendiks. Insidensi perforasi pada penderita di atas usia 60 tahun dilaporkan sekitar 60. Faktor yang mempengaruhi tingginya insidensi perforasi
pada orang tua adalah gejalanya yang samar, keterlambatan berobat, adanya perubahan anatomi apendiks berupa penyempitan lumen, dan arteriosklerosis.
Insidensi tinggi pada anak disebabkan oleh dinding apendiks yang masih tipis, anak kurang komunikatif sehingga memperpanjang waktu diagnosis, dan proses
pendindingan kurang sempurna akibat perforasi yang berlangsung cepat dan omentum anak belum berkembang.
Perforasi apendiks akan mengakibatkan peritonitis purulenta yang ditandai dengan demam tinggi, nyeri makin hebat yang meliputi seluruh perut, perut menjadi
distensitegang dan kembung. Nyeri tekan dan defans muskuler terjadi di seluruh perut, mungkin disertai dengan pungtum maksimun di regio iliaka kanan, peristalsis
usus dapat menurun sampai menghilang akibat adanya ileus paralitik. Abses rongga
Universitas Sumatera Utara
peritoneum dapat terjadi bila pus yang menyebar terlokalisasi di suatu tempat, paling sering di rongga pelvis dan subdiafragma. Adanya massa intraabdomen yang
nyeri disertai demam harus dicurigai sebagai abses. Ultrasonografi dapat membantu mendeteksi adanya abses.
Perbaikan keadaan umum dengan infus, pemberian antibiotik untuk kuman Gram negatif dan positif serta kuman anaecrob, dan pemasangan pipa nasogastrik perlu
dilakukan sebelum pembedahan. Perlu dilakukan laparatomi dengan insisi yang panjang, supaya dapat dilakukan
pencucian ronga peritoneum dari pus maupun pengeluaran fibrin yang adekuat secara mudah serta pembersihan abses. Akhir-akhir ini mulai banyak dilaporkan
pengelolaan apendisitis perforasi secara laparoskopi apendektomi. Pada prosedur ini, rongga abdomen dapat dibilas dengan mudah. Hasilnya dilaporkan tidak
berbeda jauh dibandingkan dengan laparatomi terbuka, tetapi keuntungannya adalah lama rawat lebih pendek dan secara kosmetik lebih baik Sjamsuhidajat
de Jong, 2007.
2.4.8 Prognosis