Industri pangan TINJAUAN PUSTAKA
4 menggunakan zat aditif kimia 1; 14 sumber bahan makanan yang memang
tidak aman 1 Arisman, 2009. Pangan yang dikonsumsi manusia sehari-hari pada umumnya memerlukan
pengolahan. Pada pengolahan seringkali ditambahkan bahan tambahan pangan yang dimaksudkan untuk mempertahankan mutu, lebih menarik dengan rasa enak,
rupa, dan konsistensinya yang baik, mencegah rusaknya pangan, dan untuk meningkatkan atau memperbaiki penampakan agar pangan tersebut lebih disukai
konsumen Cahyadi, 2009. Pada dasarnya, racun ini mampu merusak semua organ tubuh manusia,
tetapi yang paling sering terganggu adalah saluran cerna dan sistem saraf. Gangguan saluran cerna bermanifestasi sebagai sakit perut, rasa mual, muntah,
dan terkadang disertai diare. Sementara itu, gangguan sistem saraf timbul sebagai rasa lemah, gatal, kesemutan parestesi, dan kelumpuhan paralisis otot
pernafasan. Gejala yang timbul dapat ringan, tetapi tidak jarang parah. Keracunan ringan biasanya lenyap dengan sendirinya dalam beberapa jam, sekalipun tidak
diobati. Sementara itu, keracunan berat baru akan mereda setelah beberapa hari, minggu, atau bulan. Keadaan yang terakhir ini bahkan sering kali meninggalkan
gejala sisa, seperti kanker, kebutaan congenital pada bayi dengan ibu yang menelan zat toksik sewaktu hamil, arthritis reaktif, dan meningitis Arisman,
2009. Industrialisasi dan urbanisasi telah terbukti mengubah gaya hidup
masyarakat. Kaum ibu yang bekerja di luar rumah karena tekanan ekonomi atau sekedar mengikuti tren, biasanya tidak mampu lagi menyiapkan makanan untuk
5 keluarga. Tanggung jawab untuk menyiapkan makanan ini tidak jarang dialihkan
pada orang lain bahkan orang yang tinggalnya berdekatan, sayangnya orang tersebut biasanya tidak begitu paham cara mengolah makanan dengan benar
Arisman, 2009. Ikan asin yang di putihkan dengan pemutih klorin berpotensi mengundang
sejumlah masalah kesehatan. Meski klorin mampu membunuh sebagian besar bakteri merugikan, namun penggunaannya harus benar-benar mengacu pada
kaidah yang berlaku. Hasil riset menerangkan bahwa klorin berpotensi menyebabkan masalah kesehatan seperti penyakit jantung, anemia, tekanan darah
tinggi, dan kanker Wahyu, 2005. Perubahan gaya hidup termasuk status sosial berarti pula bahwa orang
yang memilih hidup sendiri dan memilih makanan siap sajipun semakin banyak. Sebagian besar dari mereka tidak mempunyai cukup waktu untuk menyiapkan
makanan sendiri, oleh sebab itu kebiasaan makanan di luar rumah kini semakin banyak menjadi bagian dari gaya hidup. Sama seperti keracunan yang disebabkan
oleh penyebab lain, keracunan karena hewan laut baru akan terjadi bila orang menyantap hewan yang mengandung racun, tak peduli apakah racun tersebut
terdapat secara alami, terbentuk oleh kegiatan jasad renik tertentu, atau akumulasi dari zat pencemar disekitarnya air laut. Centers For Disease Control and
Prevention melaporkan berbagai faktor yang berpengaruh dalam keracunan hewan laut. Faktor-faktor tersebut adalah 1 suhu pengolahan yang tidak tepat, 2 tidak
memasak sempurna, 3 peralatan masak yang tercemar, 4 sumber yang tidak terjamin, 5 hygiene yang buruk Arisman, 2009.
6 Masalah global yang berkaitan dengan keracunan tersebut adalah di daerah
pekerja medis yang kerap tidak mengenali kasus keracunan makanan dan tidak mengetahui pentingnya pelaporan, serta gambaran epidemologi yang sama akibat
pelaporan sebelumnya yang tidak lengkap under reporting Arisman, 2009. Di tempat penangkapan ikan, bahkan di Negara sekelas AS pun sekitar
20 ikan yang disantap berasal dari hasil tangkapan di luar kendali pejabat kesehatan masyarakat. Zat beracun ditubuh ikan terakumulasi di dalam
jaringanorgan tertentu. Berdasarkan jaringan atau organ yang mengandung racun, ikan dibagi menjadi tiga kelompok besar, yaitu : jenis ichtyosarcotoxic racun
terkonsentrasi di dalam otot, kulit, hati, usus, dan jaringan lain termasuk zat lendir pada tubuh ikan, kecuali gonad, ichtyootoxic racun terkumpul di gonad:
ovarium, testis, dan ovum dan ichtyohemotoxic racun terkandung di dalam darah Arisman, 2009.
Meski larangan penggunaan beberapa BTP tertentu sudah jelas, penyalahgunaan BTP tersebut tetap saja ada. Bukan hanya pedagang kecil atau
industri rumah tangga yang menyalahgunakan BTP berbahaya. Para pedagang besar pun banyak yang dengan sengaja memakai BTP berbahaya karena alasan
biaya. Pemerintah melalui badan POM BPOM kerap melakukan pemeriksaan secara acak di lapangan terhadap produk pangan industri rumah tangga karena
produk seperti ini tidak terdaftar di BPOM sebelum diedarkan seperti halnya produk industri berskala besar Wahyu, 2005.
Waktu yang dibutuhkan untuk menurunkan suhu internal ikan setelah ditangkap sangat bergantung pada metode penangkapan, ukuran, serta teknik
7 pendinginan. Keterlambatan dalam pemindahan ikan dari jaring long-line metode
penangkapan dapat memendekkan waktu yang tersisa untuk segera didinginkan, selain membiarkan daging ikan memanas. Begitu membeku sebisa mungkin
diusahakan agar ikan bersuhu dingin dipertahankan tetap beku atau mendekati titik beku hingga siap disantap. Ikan pembentuk scombrotoxin yang tak beku
mempunyai batas waktu penyimpanan yang aman safe shelf-life: hitungan hari sebelum terbentuk histamin 5-7 hari jika produk disimpan pada temperatur 4,4
C. keterpaparan di atas suhu ini memendekkan batas aman yang diperkirakan. Atas
dasar tersebut, ikan yang belum pernah didinginkan stelah dijaring atau dipancing dengan metode long line jangan diletakkan pada lingkungan bersuhu di atas
4,4 C selama 4 jam Arisman, 2009.