Penggunaan Demineralized Freeze-Dried Bone Allograft (DFDBA) Pada Augmentasi Linggir Alveolar

(1)

PENGGUNAAN DEMINERALIZED FREEZE-DRIED

BONE ALLOGRAFT (DFDBA) PADA AUGMENTASI

LINGGIR ALVEOLAR

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh :

YULIA TIRTAYANTI NIM : 070600029

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011


(2)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial Tahun 2011

Yulia Tirtayanti

Penggunaan Demineralized Freeze-Dried Bone Allograft (DFDBA) pada Augmentasi Linggir Alveolar

xi + 34 halaman

Setelah ekstraksi gigi, linggir alveolar umumnya akan mengalami penurunan volume dan perubahan morfologi khususnya pada tahun pertama setelah kehilangan gigi. Sebagai akibat dari fenomena tersebut, jaringan keras yang tersisa mungkin tidak adekuat untuk mendukung dental implan.

Untuk menghindari masalah tersebut dan memungkinkan dokter gigi untuk mengembalikan fungsi alami gigi dan estetis secara akurat, berbagai teknik telah dikembangkan, salah satunya yaitu dengan augmentasi linggir alveolar. Prosedur augmentasi linggir alveolar dirancang untuk memperluas linggir sebelum penempatan implan. Augmentasi linggir alveolar telah dilakukan dengan menggunakan berbagai teknik dan material yang berbeda. Material yang digunakan dalam augmentasi linggir alveolar antara lain autograf, alograf, xenograf, bahan pengganti tulang sintetis (aloplastik), bahan osteoaktif dan membran resorbable atau nonresorbable.

Demineralized Freeze-Dried Bone Allograft (DFDBA) merupakan bahan


(3)

keamanan dan kemampuan osteokonduktivitas osteoinduktivitasnya. Demineralized

Freeze-Dried Bone Allograft (DFDBA) dipercaya menginduksi pembentukan tulang

yang baru karena pengaruh protein penginduksi tulang yang disebut Bone

Morphogenetic Protein (BMP) yang timbul karena proses demineralisasi. Oleh

karena itu DFDBA dianggap bersifat osteoinduksi.


(4)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 19 Januari 2011

Pembimbing : Tanda tangan

NIP: 19491016 197903 1001


(5)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji pada tanggal 19 Januari 2011

TIM PENGUJI

KETUA : Indra Basar Siregar, drg., M.Kes

ANGGOTA : 1. Shaukat Oesmani Hasbi, drg., Sp.BM 2. Abdullah, drg


(6)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga skripsi ini telah selesai disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan skripsi ini penulis telah banyak mendapat bimbingan dan pengarahan serta bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada :

1. Eddy Anwar Ketaren, drg., Sp.BM. selaku Ketua Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

2. Shaukat Oesmani Hasbi, drg., Sp.BM selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam membimbing penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

3. Erna Sulistyawati, drg., Sp.Ort. selaku dosen pembimbing akademik yang telah membimbing dan mengarahkan penulis selama menjalani pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

4. Seluruh staf pengajar dan pegawai Departemen Ilmu Bedah Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan saran dan masukan dalam penyelesaian skripsi.


(7)

5. Teristimewa penulis sampaikan kepada ayahanda H. Yusli dan ibunda Hj. Dardanilla yang telah memberikan kasih sayang, didikan, do’a dan dukungan baik moril maupun materil kepada penulis dalam menuntut ilmu.

6. Kakak tersayang Eka, Afif, Rizki, Satya, Mirza, Yana, Rini, Syamsir, Izmar dan adik Tia yang telah memberikan dukungan kepada penulis dan selalu menemani dan memotivasi penulis.

7. Teman-teman terbaik penulis Febby, Elin, Rena, Uwi, Ade, Emil, Sinta, Febri, Rani, Evi, Adel, Yua, Muklis dan kakak Wulan yang telah memberikan dukungan dan pikirannya dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Teman-teman penulis terutama stambuk 2007 yang tidak dapat disebutkan satu persatu, atas segala kebersamaan yang telah kita lewati.

Penulis menyadari kelemahan dan keterbatasan ilmu yang penulis miliki menjadikan skripsi ini kurang sempurna, tetapi penulis mengharapkan penulisan skripsi ini dapat menambah pengetahuan, memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu dan masyarakat.

Medan, Januari 2011 Penulis

( Yulia Tirtayanti ) NIM : 070600029


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL………..

HALAMAN PESETUJUAN………..

HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI………..

KATA PENGANTAR……… iv

DAFTAR ISI………... vi

DAFTAR TABEL……… viii

DAFTAR GAMBAR………... ix

BAB 1 PENDAHULUAN……… 1

BAB 2 AUGMENTASI LINGGIR ALVEOLAR 2.1. Definisi……… 3

2.2. Proses resorpsi linggir alveolar………... 6

BAB 3 JENIS-JENIS BAHAN CANGKOK TULANG 3.1 Autograf………...……….. 11

3.2 Alograf……… 12

3.2.1 Freeze-Dried Bone Allograft (FDBA)……….. . 13

3.2.2 Demineralized Freeze-Dried Bone Allograft (DFDBA). ……... 13

3.2.2.1 Definisi……… 13


(9)

3.2.2.3 Keuntungan………... 17

3.2.2.4 Kombinasi DFDBA degan bahan lainnya………….. 18

3.3 Xenograf………... 20

3.4 Aloplastik……….. 20

BAB 4 TEKNIK PERAWATAN 4.1 Pemeriksaan praoperasi……… 22

4.1.1 Pemeriksaan Umum……….. 22

4.1.2 Pemeriksaan klinis……… 23

4.2 Prosedur operasi……… 24

4.3 Perawatan pascaoperasi………..……….. 27

4.4 Komplikasi……… 28

4.4.1 Perdarahan……… 28

4.4.2 Peradangan………... 29

4.4.3 Rasa sakit……….. 29

BAB 5 KESIMPULAN………. 30


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1 DFDBA untuk tulang kortikal menurut ukuran partikel (Oragraft®). … 16 2 Kriteria untuk bahan implan yang ideal ... 18


(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2 Crestal split technique untuk penempatan implan pada gigi anterior

maksila... 4

1 (a) Setelah pembukaan flap, kurang dari 3 mm lebar linggir alveolar diobservasi... 4

(b) Osteotomi dan pemisahan plat kortikal sisi bukal... 4

2 Distraksi osteogenesis... 5

3 Guided Bone Regeneration... 5

4 Gambaran radiografik penyembuhan luka ekstraksi... 8

4 (a) Sebelum ekstraksi gigi... 8

(b) Setelah dua minggu... . 8

(c) Setelah satu bulan... . 8

(d) Setelah dua bulan... . 8

(e) Setelah empat bulan... . 8

(f) Setelah Enam bulan... 8

(g) Setelah 8 bulan... 8

5 Penurunan tinggi linggir alveolar setelah ekstraksi dari kaninus dan premolar satu kiri bawah... 10

6 Dinding bukal soket gigi insisivus centralis kiri atas “kolaps” 2 bulan pasca ekstraksi... 10


(12)

7 Tulang kortikal yang diambil dari dagu... 13

8 blok tulang autogenous pada daerah retromolar ... 13

9 Kemasaan DFDBA dalam bentuk bubuk dan batang (Regenaform®)... 17

10 DFDBA dalam bentuk partikel (OralifeTM)... 18

11 Kemasan DFDBA dalam bentuk jarum suntik dan pasta (Regenafil®) ... 18

12 Membran kolagen resorbable………... 19

13 Hidroksiapatit... 22

14(a) Linggir alveolar mandibula pada regio posterior yang akan diaugmentasi... 26

(b) Refleksi flep mukoperiosteal... 26

(c) Penetrasi kortikal... 26

(d) Adaptasi bahan graf... 26

(e) Penempatan membran kolagen... 26

(f) Penjahitan... 26

15(a) Kehilangan gigi multipel gigi anterior mandibula... 27

(b) Insisi crest alveolar dengan pembukaan vertikal... 27

(c) Perforasi kortikal……….... 27

(d) Adaptasi bahan graf pada sisi yang akan diaugmentasi... 27

(e) Membrane collagen resorbable untuk menstabilkan bahan graf... 27


(13)

(f) Penjahitan primer dengan jahitan tilam terputus (mattress and

interrupted sutures)... 27

16 Linggir alveolar mandibula regio posterior 6 bulan pasca operasi ... 28

17 (a) Sisi graf setelah 6 bulan pascaoperasi………. 29

(b) Linggir siap untuk dipasang implan... 29

(c) Gambaran radiografik diambil 2 bulan pasca penempatan implan... 29


(14)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial Tahun 2011

Yulia Tirtayanti

Penggunaan Demineralized Freeze-Dried Bone Allograft (DFDBA) pada Augmentasi Linggir Alveolar

xi + 34 halaman

Setelah ekstraksi gigi, linggir alveolar umumnya akan mengalami penurunan volume dan perubahan morfologi khususnya pada tahun pertama setelah kehilangan gigi. Sebagai akibat dari fenomena tersebut, jaringan keras yang tersisa mungkin tidak adekuat untuk mendukung dental implan.

Untuk menghindari masalah tersebut dan memungkinkan dokter gigi untuk mengembalikan fungsi alami gigi dan estetis secara akurat, berbagai teknik telah dikembangkan, salah satunya yaitu dengan augmentasi linggir alveolar. Prosedur augmentasi linggir alveolar dirancang untuk memperluas linggir sebelum penempatan implan. Augmentasi linggir alveolar telah dilakukan dengan menggunakan berbagai teknik dan material yang berbeda. Material yang digunakan dalam augmentasi linggir alveolar antara lain autograf, alograf, xenograf, bahan pengganti tulang sintetis (aloplastik), bahan osteoaktif dan membran resorbable atau nonresorbable.

Demineralized Freeze-Dried Bone Allograft (DFDBA) merupakan bahan


(15)

keamanan dan kemampuan osteokonduktivitas osteoinduktivitasnya. Demineralized

Freeze-Dried Bone Allograft (DFDBA) dipercaya menginduksi pembentukan tulang

yang baru karena pengaruh protein penginduksi tulang yang disebut Bone

Morphogenetic Protein (BMP) yang timbul karena proses demineralisasi. Oleh

karena itu DFDBA dianggap bersifat osteoinduksi.


(16)

BAB 1 PENDAHULUAN

Resorpsi tulang alveolar merupakan fenomena yang umum terjadi khususnya pada tahun pertama setelah kehilangan gigi. Trauma, anomali perkembangan dan proses patologis ( akut dan kronis ) juga dapat menyebabkan resorpsi tulang. Sebagai akibat dari fenomena tersebut, jaringan keras yang tersisa mungkin tidak adekuat untuk mendukung dental implan. Jika implan ditempatkan pada tulang yang kurang memadai, pemulihan implan secara defenitif juga tidak memadai.1,4.

Untuk menghindari masalah tersebut dan memungkinkan dokter gigi untuk mengembalikan fungsi alami gigi dan estetis secara akurat, berbagai teknik telah dikembangkan, salah satunya yaitu dengan augmentasi linggir alveolar.1 Augmentasi linggir alveolar merupakan perawatan yang paling dapat diprediksi untuk menciptakan kontur tulang yang memadai untuk penempatan implan.2, 12 Prosedur augmentasi linggir alveolar dirancang untuk memperluas linggir sebelum penempatan implan. Berbagai prosedur pencangkokan telah dilakukan untuk mencangkok linggir yang edentulous, termasuk alograf, autograf atau xenograf dengan atau tanpa titanium yang diperkuat membran, ridge-split, distraksi osteogenesis, atau blok tulang alograf.3

Terapi dengan menggunakan cangkok tulang telah menjadi bagian yang integral dalam bidang kedokteran gigi.5 Walaupun bahan autograf dianggap sebagai standar dalam regenerasi defisiensi linggir alveolar, tetapi terdapat beberapa


(17)

kelemahan, terutama disebabkan karena autograf membutuhkan daerah operasi kedua untuk pengambilan tulang sehingga dapat menyebabkan morbiditas.1,2,11 Karena keterbatasan tersebut, bahan alograf digunakan sebagai alternatif.6 Alograf diambil dari seseorang untuk ditransplantasikan kepada orang lain.1,2,6,7 Bahan alograf telah digunakan dalam terapi jaringan periodontal sejak tiga dekade yang lalu. Alograf umumnya digunakan dalam dua bentuk, yaitu Freeze Dried Bone Allograft (FDBA) dan Demineralized Freeze Dried Bone Allograft (DFDBA).7

Tujuan penulisan ini adalah untuk menjelaskan hal - hal yang perlu diketahui oleh seorang dokter gigi mengenai penggunaan bahan DFDBA sebagai bahan cangkok tulang pada augmentasi linggir alveolar.

Manfaat penulisan ini adalah untuk menambah pengetahuan dan wawasan dokter gigi dan mahasiswa kedokteran gigi mengenai prosedur operasi pada augmentasi linggir alveolar dengan menggunakan bahan DFDBA pada pasien yang mengalami resorpsi linggir alveolar sehingga nantinya dapat memberikan perawatan dental yang profesional dan dengan pedoman yang jelas.

Penulisan ini akan membahas tentang definisi, proses resorpsi linggir alveolar, jenis dan bentuk sediaan DFDBA, prosedur operasi serta perawatan pascaoperasi pada augmentasi linggir alveolar dengan menggunakan DFDBA.


(18)

BAB 2

AUGMENTASI LINGGIR ALVEOLAR

Setelah ekstraksi gigi, linggir alveolar umumnya akan mengalami penurunan tinggi dan perubahan morfologi. Dalam jangka panjang, akan terjadi kehilangan progresif dari kontur linggir alveolar sebagai akibat remodeling fisiologis dari tulang.8 Adanya perluasan dan pola resorpsi yang bervariasi antar individu menyebabkan terjadinya komplikasi prostodonti berupa kehilangan fungsi karena tulang yang mendukung implan inadekuat. 9,11

Kehilangan gigi dalam jangka panjang secara langsung berhubungan dengan pengurangan volume tulang pada pasien edentulus. Sementara itu, salah satu kebutuhan implan gigi adalah tersedianya jumlah tulang yang cukup adekuat untuk penempatan implan.9 Idealnya, tinggi linggir alveolar yang mendukung implan adalah minimal 7-10 mm dan lebar minimal 6 mm.10

2.1 Definisi

Augmentasi linggir alveolar adalah suatu prosedur bedah untuk memperbaiki bentuk dan ukuran linggir alveolar dalam persiapan untuk menerima dan mempertahankan prostesa gigi. Augmentasi linggir alveolar merupakan perawatan yang paling dapat diprediksi untuk menciptakan kontur tulang yang memadai untuk penempatan implan.2, 12

Augmentasi linggir alveolar telah dilakukan dengan menggunakan berbagai teknik dan material yang berbeda. Material yang digunakan dalam augmentasi linggir


(19)

alveolar antara lain autograf, alograf, xenograf, bahan pengganti tulang sintetis (aloplastik), bahan osteoaktif dan membran resorbable atau nonresorbable.2,8

Selain penggunaan bahan cangkok tulang, ada beberapa teknik yang memungkinkan pemanfaatan tulang yang terdapat pada tulang maksilofasial secara maksimal tanpa menggunakan bahan cangkok tulang, antara lain:2

1. Osteokondensasi, yaitu suatu teknik untuk membentuk kembali morfologi tulang alveolar pada maksila dengan memadatkan tulang dari berbagai arah dengan menggunakan condensing chisel atau plungers.

2. Crestal split technique, yaitu suatu teknik untuk memperluas linggir

alveolar dengan teknik osteotomi dengan menggunakan chisel untuk menghasilkan “greenstick fracture” pada dasar alveolus.

Gambar 1: Crestal split technique untuk penempatan implan pada gigi anterior maksila (A) setelah pembukaan flap, kurang dari 3 mm lebar linggir alveolar diobservasi,(B) Osteotomi dan pemisahan plat kortikal sisi bukal. <http://dental. columbia.edu/pubs/cdr2001.pdf> (13 Desember 2010).

3. Distraksi osteogenesis, yaitu teknik yang dikembangkan untuk augmentasi

yang terbatas pada crest alveolar untuk keperluan implan dengan menggunakan alat


(20)

yang akan mengekspansi rahang dari waktu ke waktu dan dilepas pada saat pemasangan implan.

Gambar 2: Distraksi osteogenesis (Chiapasco M, Zaniboni M, Rimondini L. Autogenous onlay bone grafts vs.alveolar distraction osteogenesis for the correction of vertically deficient edentulous ridges: a 2–4-year prospective study on humans. Clin Oral Impl Res 2007; 432–440)

4. Guide Bone Regeneration (GBR) yaitu suatu teknik dimana pertumbuhan

tulang diperoleh dengan mempertahankan ruang dan mencegah pertumbuhan jaringan lunak ke daerah yang akan dikembangkan dengan menggunakan resorbable atau

nonresorbable barrier membrane.

Gambar 3 : Guided Bone Regeneration menggunakan resorbable membrane <http:// 2011).


(21)

2.2 Proses Resorpsi Linggir Alveolar

Penyembuhan pada minggu-minggu awal setelah ekstraksi gigi telah dipelajari secara histologi pada hewan dan manusia. Ketika gigi dicabut, soket gigi yang kosong yang terdiri dari tulang kortikal (secara radiografik terlihat sebagai lamina dura) ditutupi oleh ligamen periodontal yang terputus, dengan sejumlah epitel mukosa yang tertinggal di bagian korona. Segera setelah ekstraksi soket gigi akan diisi dengan darah dari pembuluh darah yang terputus, yang mengandung protein dan sel-sel yang rusak. 13,14,15

Sel-sel yang rusak bersama dengan platelet memulai serangkaian peristiwa yang akan mengarah pada pembentukan jaringan fibrin, kemudian membentuk gumpalan darah atau koagulum dalam 24 jam pertama. Gumpalan ini bertindak sebagai matriks yang mengarahkan perpindahan sel mesenkimal dan growth factors. Neutrofil dan makrofag masuk ke daerah luka dan melawan bakteri serta sisa jaringan untuk mensterilkan luka. 13,14,15

Dalam beberapa hari koagulum mulai rusak (fibrinolisis). Setelah 2 sampai 4 hari jaringan granulasi secara bertahap menggantikan koagulum. Jaringan vaskular dibentuk antara akhir minggu pertama dan minggu kedua. Bagian marginal dari soket ekstraksi ditutupi oleh jaringan ikat muda yang kaya pembuluh darah dan sel inflamasi. 13,14,15

Dua minggu pascaekstraksi, pembuluh kapiler yang baru berpenetrasi ke pusat koagulum. Ligamen periodontal yang tersisa mengalami degenerasi dan menghilang. Epitel berprolifeasi melewati permukaan luka tetapi luka biasanya belum


(22)

tertutup terutama pada kasus gigi posterior. Pada soket yang kecil, epitelisasi dapat berlangsung sempurna. Tepi dari soket alveolar diresorpsi oleh osteoklas. Fragmen tulang nekrosis yang lepas dari pinggiran soket pada saat ekstraksi akan diresorpsi.16

Pada minggu ketiga, koagulum akan hampir terisi penuh oleh jaringan granulasi yang matang. Tulang trabekula muda yang berasal dari osteosid atau tulang yang belum terkalsifikasi terbentuk di seluruh tepi luka dari dinding soket. Tulang ini terbentuk dari osteoblas yang berasal dari sel pluripotensial ligamen periodontal yang bersifat osteogenik. Tulang kortikal dari soket alveolar mengalami remodeling sehingga terdiri dari lapisan yang padat. Tepi dari puncak alveolar akan diresorpsi oleh osteoklas. Pada saat ini, luka akan terepitelisasi secara sempurna.16

Pada minggu keempat, luka mengalami tahap akhir penyembuhan. Sementara itu deposisi dan resorpsi tulang terjadi pada soket.16 Antara minggu keempat dan kedelapan setelah ekstraksi, jaringan osteogenik dan tulang trabekular dibentuk dan diikuti oleh proses pematangan tulang. Proses remodeling akan berlanjut selama beberapa minggu. Tulang masih mengalami sedikit kalsifikasi, sehingga akan terlihat radiolusen pada gambaran radiografik.14 Pada gambaran radiografik, proses pembentukan tulang tidak terlihat menonjol hingga minggu ke enam pascaekstraksi.16

Meskipun deposisi tulang dalam soket akan berlangsung selama beberapa bulan, tinggi tulang tidak akan setingkat dengan tinggi tulang koronal dari gigi tetangga karena pembentukan tulang trabekular hanya mencapai tepi soket ekstraksi, sedangkan resorpsi tulang oleh osteoklas terjadi pada permukaan dari sisa linggir.


(23)

Inilah kombinasi yang menghasilkan porositas yang berbeda pada puncak dari sisa linggir tulang alveolar.14

Gambar 4 : Gambaran radiografik penyembuhan luka ekstraksi: (A) Sebelum ekstraksi gigi, (B) Setelah dua minggu, (C) Setelah satu bulan, (D) setelah dua bulan, (E) Setelah empat bulan (F) Setelah Enam bulan, (G) Setelah 8 bulan. (Rajesndran. Shafer’s textbook of oral phatology 6th ed. Elseiver :India, 2010:599-601)

A B

C D

E F


(24)

Resorpsi setelah kehilangan gigi menunjukkan suatu pola yang dapat diprediksi. Aspek labial dari crest alveolar merupakan sisi utama dari resorpsi, yang pertama kali mengalami pengurangan lebar dan kemudian tinggi tulang. Penelitian menunjukkan bahwa ada pengurangan tinggi dan lebar tulang sebagai hasil kombinasi dari resorpsi permukaan dengan hilangnya bundel tulang yang pada awalnya terletak dalam tulang alveolar dengan posisi yang tepat, berdekatan dengan ligamentum periodontal yang berisi sejumlah besar serat Sharpey's. Kehilangan tulang terjadi pada bidang vertikal dan horizontal.2,14,15

Penyembuhan soket pascaekstraksi gigi menunjukkan kemajuan yang lebih cepat pada maksila bila dibandingkan dengan mandibula karena jumlah pembuluh darah yang lebih banyak sehingga menyebabkan pola resorpsi tulang yang lebih cepat.2

Gambar 5: Penurunan tinggi linggir Gambar 6 : Dinding bukal soket gigi insisivus alveolar setelah ekstraksi dari kaninus centralis kiri atas “kolaps” dua bulan pasca dan premolar satu kiri bawah. (Rose LF, ekstraksi. Cangkok tulang dibutuhkan jika Rosenberg E. Bone grafts and growth pasien ingin memasang implan. (Rose LF, and differentiation factor for regenerative Rosenberg E. Bone grafts and growth and theraphy : a review. Prac Proced Aesthet differentiation factors for regenerative

Dent 2001; 13(9): 725-34). theraphy: a review. Prac Proced Aesthet Dent


(25)

BAB 3

JENIS-JENIS BAHAN CANGKOK TULANG

Terapi dengan menggunakan cangkok tulang telah menjadi bagian yang integral dalam bidang kedokteran gigi. Pada saat ini, pasien lebih sadar bahwa pencangkokan merupakan bagian dari perawatan dan mengharapkan fungsi dan estetik yang lebih baik. Kemajuan teknik cangkok tulang dan penggunaan bahan cangkok sebagai pengganti tulang saat ini memungkinkan untuk meningkatkan volume, lebar dan tinggi tulang pada daerah yang mengalami defisiensi dan memungkinkan penempatan implan pada posisi dan angulasi yang ideal, yang akan menghasilkan restorasi yang lebih dapat diterima dan diprediksi.5

Secara histologis, semua bahan graf tulang memiliki sifat mencakup salah satu atau beberapa hal di bawah ini, antara lain:2,3,5,17

1. Osteogenesis, yaitu mekanisme dimana tulang dibentuk langsung oleh osteoblas.

2. Osteokonduksi, graf bertindak sebagai pola dan pedoman dalam proses pembentukan serta deposisi tulang dari tulang yang ada tanpa mengambil bagian untuk pembentukan tulang itu sendiri.

3. Osteoinduksi, graf bertindak sebagai stimulus atau penginduksi pembentukan sel mesenkim menjadi osteoblas, yang akan meningkatkan pertumbuhan tulang.


(26)

3.1 Autograf

Cangkok tulang autogenus atau autograf, diperoleh dari pasien sendiri, umumnya dari bagian tubuh yang lain. Bila dibutuhkan dalam jumlah yang sedikit, autograf dapat diambil dari daerah maksilofasial sedangkan bila dibutuhkan dalam jumlah banyak, tulang dapat diambil pada bagian tubuh yang lain misalnya crest

iliaka, tibia, fibula atau skapula. 2,6,7,18-20 Cangkok tulang autograf merupakan “gold

standard” untuk semua teknik rekonstruksi tulang kraniofasial karena memberikan

hasil yang paling baik dan dapat diprediksi.2,11,19

Adapun bentuk cangkok tulang autogenus yang dapat diambil antara lain: kanselus, kortikal dan kanselokortikal. Cangkok tulang kanselus terdiri dari tulang medular dan sumsum tulang. Tipe cangkok tulang ini mempunyai persentase transplantasi sel hidup yang tertinggi. Selain itu, karena struktur partikel dan permukaannya yang luas, tulang kanselus mengalami revaskularisasi lebih cepat sehingga menghasilkan persentase sel yang bertahan lebih tinggi dari pada prosedur transplantasi.8,20

Sebaliknya cangkok tulang kortikal merupakan tulang lamelar. Tipe sel utama yang berpindah pada pada jenis cangkok tulang ini adalah osteosit. Osteosit jarang bertahan pada transplantasi karena membutuhkan waktu yang relatif lama untuk revaskularisasi.20


(27)

Gambar 7: Tulang kortikal yang diambil dari dagu. Gambar 8:Blok tulang autogenous pada daerah

<ht http:// www. kjm.keio.ac.jp/past

/09 / robert-gougaloff- autograft.jpg>( 22 Oktober /54/4/172.pdf> (6 Oktober 2010)

2010)

Cangkok tulang kanselokortikal terdiri dari sebagian tulang kortikal dengan bagian utamanya adalah tulang kanselus. Keuntungan utama dari tipe cangkok tulang ini adalah tidak hanya terdiri dari sel osteoblastik yang hidup tetapi juga integritas struktural yang dibutuhkan untuk menjembatani diskontinuitas cacat tulang. Kekurangan dari blok tulang kortikokanselus adalah revaskularisasi yang lambat dari bagian tulang kortikal dari cangkok tulang, yang terkadang menghasilkan pengurangan daya tahan dari bagian tulang kanselus juga.20 Kerugian utama dari cangkok tulang autogenus adalah dibutuhkan daerah operasi kedua dan terjadinya morbiditas pada saat pengambilan tulang.2,7,11

3.2 Alograf

Alograf merupakan bahan cangkok tulang yang ditransplantasikan dari seseorang kepada orang lain dalam spesies yang sama. 1,2,6,7 Bahan alograf telah digunakan dalam terapi periodontal pada tiga dekade terakhir. Alograf yang banyak digunakan adalah Freeze Dried Bone Allograft (FDBA) dan Demineralized Freeze


(28)

Beberapa kontroversi muncul mengenai Freeze-Dried Bone Allograft (FDBA) atau Demineralized Freeze-Dried Bone Allograft (DFDBA) yang lebih baik dalam regenerasi jaringan. Kesuksesan telah ditunjukkan oleh kedua bahan tersebut dari laporan kasus, tetapi DFDBA dianggap lebih baik karena adanya proses demineralisasi.14

3.2.1 Freeze-Dried Bone Allograft (FDBA)

Freeze-Dried Bone Allograft (FDBA) bersifat osteokonduksi. FDBA

bertindak sebagai perencah (scaffold) untuk pertumbuhan tulang alami. FDBA akan diserap dan digantikan oleh tulang yang baru.2

3.2.2 Demineralized Freeze-Dried Bone Allograft (DFDBA)

Demineralized Freeze-Dried Bone Allograft (DFDBA) dipercaya

menginduksi pembentukan tulang yang baru karena pengaruh protein penginduksi tulang yang disebut Bone Morphogenetic Protein (BMP) yang timbul karena proses demineralisasi. Oleh karena itu DFDBA bersifat osteoinduksi.2

3.2.2.1 Definisi

DFDBA adalah suatu bahan cangkok tulang alograf, di mana tulang dibuat dengan ukuran partikel tertentu dan didemineralisasi dengan cara direndam dalam larutan asam sehingga mengeluarkan mineral-mineral pada tulang dan Bone

Morphogenetic Protein (BMP) yang secara teoritis bersifat osteoinduktif.14

Protein-protein yang ada pada tulang akan menginduksi pembentukan tulang yang baru bila graf kontak dengan tulang pada daerah resipien. Makin dekat bahan graf berkontak


(29)

dengan tulang maka kemungkinan menginduksi pembentukan tulang yang baru juga makin tinggi.1 Jaringan tulang diambil di bawah kondisi yang dikontrol dengan ketat, dari kadaver donor yang telah dipilih dengan teliti dan dites untuk memastikan bahwa jaringan donor asepsis serta bebas dari kondisi patologis yang dapat ditularkan.17

DFDBA terdiri dari matriks tulang. Di dalam matriks tulang terdapat faktor-faktor pertumbuhan yaitu:21

1. Bone Morphogenic Protein (BMP) berperan dalam osteo induksi,

merangsang sel-sel masenkim menjadi osteoblas.

2. Insulin-like Growth Factor (IGF-1 dan IGF-2) merangsang sintesa kolagen

tipe 1 dan matriks tulang rawan.

3. Transforming Growth Factor beta (TGF beta) meningkatkan proliferasi

osteoblas dan kondrosit, meningkatkan sintesa proteoglikan, menurunkan sintesa kolagen, menghambat interleukin 1 yang merangsang degradasi kondrosit pada

growth-plate.

4. Acidic dan basidic Fibroblast Growth Factor (aFGF dan bFGF)

meningkatkan produksi kolagen.

5. Platelet-Derived Growth Factor (PDGF) mengikat sel-sel inflamasi,


(30)

3.2.2.2 Bentuk dan Kemasan

Pada dasarnya DFDBA diambil dari simpanan bank tulang yang telah mengikuti pedoman dari American Association of Tissue Banks (AATB) dimana tulang yang akan dicangkok telah melewati berbagai proses termasuk sterilisasi. Pedoman AATB ini dibuat untuk menjaga kualitas kontrol dan memenuhi standar keamanan. Pedoman ini juga dibuat oleh U.S. Food and Drug Administration untuk bahan implan yang diproduks i dan biomaterial yang telah dihilangkan bahan kontaminan residunya selama proses sterilisasi dengan ethylen oxide (ETO). Sterilisasi dengan ETO harus dilakukan pada tulang yang akan disimpan di bank tulang.7 DFDBA menjalani screening rutin untuk HIV, hepatitis dan agen infeksius lainnya kemudian dilakukan proses untuk memverifikasi osteikonduktifitas pada setiap sampel.5

DFDBA tersedia dalam bentuk bubuk, batangan, putty dalam kemasaan jarum suntik, putty dalam kemasaan tube dan lempengan yang fleksibel. Partikel-partikel yang berukuran 125 hingga 1000 mikron memiliki potensi osteogenik yang lebih tinggi daripada partikel yang berukuran di bawah 125 mikron. Ukuran partikel yang optimal berkisar antara 100 hingga 300 mikron. Perbedaan ukuran ini mungkin diakibatkan adanya variasi antara luas permukaan dan kepadatan sediaan. Partikel DFDBA yang kecil dapat merangsang respon makrofag dan dengan cepat direabsorbsi dengan sedikit atau tidak ada formasi tulang baru. Bank tersebut menyediakan DFDBA dalam bidang kedokteran gigi yang biasanya memiliki


(31)

berbagai macam bentuk partikel dari 250 hingga 750 mikron, yang merupakan ukuran yang paling banyak tersedia.5,7,22

Tabel 1. DFDBA untuk tulang kortikal menurut ukuran partikel (Oragraft®)22

KODE BARANG UKURAN UKURAN PARTIKEL

DGC 1/20 0,25 cc 250-710 mikron

DGC 1/10 0,50 cc 250-710 mikron

DGC 1/8 0,70 cc 250-710 mikron

DGC ¼ 1,20 cc 250-710 mikron

DGC 2,50 cc 250-710 mikron

DGC5 ( serpihan kanselus) 5 cc 1-4 mm

KANSELUS YANG TERDEMINERALISASI

DCAN5 ( serpihan kanselus) 5 cc 1-4 mm

Gambar 9: Kemasaan DFDBA dalam bentuk bubuk dan batang (Regenaform®) <http://.www.exac.com/products/ dental - biologics/regenaform>(23 Agustus 2010)


(32)

Gambar 10: DFDBA dalam bentuk partikel (OralifeTM) <http://. www. exac. com/ products / dental- biologics/ regenaform>(23 Agustus 2010)

Gambar 11: Kemasan DFDBA dalam bentuk jarum suntik dan pasta ( Regenafil®) http://. www. exac. com/ products / dental - biologics/ regenaform (23 Agustus 2010).

3.2.2.3 Keuntungan

Demineralized Freeze-Dried Bone Allograft (DFDBA) memiliki beberapa

keuntungan, antara lain:

1. DFDBA dapat langsung digunakan sehingga tidak membutuhkan daerah operasi kedua untuk pengambilan tulang.5,7


(33)

2. DFDBA memiliki seluruh kriteria sebagai bahan cangkok yang ideal, antara lain: availabilitas, prediktabilitas, biokompatibilitas, osteoinduktivitas, osteokonduktivitas, keefektifan harga dan keamanan.23

Tabel 2. Kriteria untuk bahan implan yang ideal23

Sumsum

tulang Tulang intra oral DFDBA Bio-oss Aloplastik

Osteoinduktif +++ + ++ -- --

Osteokonduktif +++ ++ ++ ++ +

Osteogenetik +++ + ++ -- --

Induksi sementum yang baru

+++ + ++ ++ --

Keamanan + +++ +++ +++ +++

Stabil pada posisi +++ + ++ +++ ++

Penempatan +++ +++ ++ +++

Suplai yang adekuat

++ +++ ++++ +++

3.2.2.4 Kombinasi DFDBA dengan Bahan Lainnya

Untuk meningkatkan kualitas, DFDBA dapat dikombinasikan dengan bahan lain. Penelitian yang dilakukan oleh Bowers dkk menunjukkan DFDBA dapat memberikan hasil regeneratif yang baik pada manusia yaitu DFDBA yang dikombinasikan dengan osteogenin (sejenis protein tulang morfogenik-3) yang


(34)

meningkatkan terjadiya formasi perlekatan baru di luar regeneratif DFDBA itu sendiri. Menurut Bowes dkk, DFDBA yang dikombinasi dengan mediator biologis (osteogenin) dapat meningkatkan kemampuan regeneratif dari DFDBA saat diaplikasikan pada manusia.24

Penggunaan alograf yang dikombinasi dengan membran barier secara klinis menunjukkan keuntungan klinis yang lebih baik. Laporan kasus lainnya menunjukkan bahwa kombinasi DFDBA dengan barier polymer di dalam jaringan dapat menambah tingkat perlekatan dan pengurangan kedalaman probing pada penyakit periodontal.2

Gambar 12: Membran kolagen resorbable <http://www.implant.co.za/zimmer_biomend.html> (19 Januari 2011).

DFDBA juga dapat dikombinasikan dengan Enamel Matrix Derivate (EMD) yang merupakan sejenis mediator biologis. Boyan dkk menyatakan bahwa terdapat hubungan sinergis osteoinduksi aktif antara DFDBA dengan EMD. Keuntungan DFDBA sebagai space maintenance dan stabilisasi gumpalan darah pada penggunaan bahan cangkok DFDBA akan lebih menonjol apabila dengan menggunakan EMD, dimana pengerutan flep dapat mengurangi “space” yang dibutuhkan untuk regenerasi. EMD merupakan bahan cangkok tulang yangmemiliki aktivitas biologis yang baik dimana studi sebelumnya menunjukkan terjadi variasi osteoinduktif pada DFDBA yang berhubungan dengan umur donor, jumlah kalsium yang tersisa, ukuran


(35)

partikel dan jenis pemrosesannya. Shigeyama dkk menunjukkan bahwa memproses DFDBA dapat menghilangkan kemampuan induksi sampingannya. Karena DFDBA merupakan bahan osteokonduktif yang baik, EMD diperlukan untuk terjadinya aktivitas biologis untuk regenerasi.24

3.3 Xenograf

Cangkok tulang xenogenik terdiri dari jaringan tulang yang diambil dari satu spesies dan dipindahkan ke daerah resipien dari spesies lain. Bahan cangkok tulang ini dapat diambil dari tulang mamalia atau cangkang kerang. Xenograf hanya bersifat osteokonduksi. Xenograf populer digunakan pada tahun 1950-an dan 1960-an. Akibat tingginya potensi antigen, tipe dari cangkok tulang ini tidak lagi digunakan secara luas kecuali pada pada perawatan periodontal tertentu.2,20

3.4 Aloplastik

Aloplastik merupakan bahan cangkok sintetis yang diproses untuk digunakan secara klinis dalam regenerasi tulang. Ada tiga tipe bahan aloplastik yang digunakan saat ini yaitu hidroksiapatit, keramik dan polimer.2,13

Hidroksiapatit terbagi atas 2 jenis berdasarkan kemampuannya untuk diserap. Poreus hidroksiapatit dapat meningkatkan pertumbuhan jaringan fibrovaskular yang akan menstabilkan bahan cangkok. Salah satu penggunaan hidroksiapatit adalah kecenderungan terjadinya migrasi granular dan resorpsi yang tidak sempurna.2

Trikalsium fosfat (TCP), bioglass dan kalsium sulfat juga digunakan sebagai bahan pengganti tulang buatan. Secara klinis salah satu kerugian TCP adalah tingkat


(36)

bioresorpsi yang tidak dapat diprediksi. Degradasinya tidak selalu bersamaan dengan deposisi tulang.2

Gambar 13: Hidroksiapatit

Bioactive glass memliki kemampuan untuk berikatan dengan tulang secara

kimia. Bioactive glass bersifat osteoinduksi. Bioactive glass untuk replikasi akar telah diperkenalkan untuk memperbaiki bentuk linggir alveolar yang mengalami resorpsi.2


(37)

BAB 4

TEKNIK PERAWATAN

Dalam mempersiapkan rencana perawatan untuk melakukan augmentasi, harus dilakukan pemeriksaan praoperasi sedemikian rupa sehingga dapat memberikan gambaran yang jelas tentang apa yang harus dilakukan. Untuk menentukan apakah seorang pasien memerlukan tindakan bedah, terutama sekali harus dipertimbangkan motivasi penderita. Kemudian dilakukan pemeriksaan umum, klinis dan radiologis serta perencanaan biaya selama perawatan berjalan. Hubungan yang baik harus tercipta antara pasien dan ahli bedah, hal ini sangat dibutuhkan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan yang dapat merugikan masing-masing pihak.25

4.1 Pemeriksaan Praoperasi

Pemeriksaan praoperasi yang dilakukan antara lain pemeriksaan umum meliputi riwayat penyakit, pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan psikologis serta pemeriksaan klinis.

4.1.1 Pemeriksaan Umum

Pemeriksaan umum pada pasien sangat penting karena dapat menentukan rencana perawatan yang akan dilakukan. Pemeriksaan umum pasien meliputi :25

1. Riwayat penyakit

Riwayat penyakit pasien perlu dipertimbangkan oleh tim bedah untuk menghindari terjadinya komplikasi pada penggunaan anastesi dan tindakan bedah itu sendiri. Resiko yang akan timbul oleh karena dua hal tersebut perlu didiskusikan


(38)

terlebih dahulu dengan pasien dan dibuat pernyataan persetujuan atau yang dikenal dengan informed consent. Pemeriksaan riwayat penyakit juga tidak kalah penting untuk mengetahui penyakit-penyakit pasien yang tidak secara langsung akan mempengaruhi tingkat keberhasilan dari hasil perawatan.

2. Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan laboratorium biasanya dilakukan 7-10 hari sebelum pembedahan. Pemeriksaan ini berguna untuk memastikan kondisi tubuh pasien apakah sudah cukup baik dan siap untuk menjalani pembedahan.

3. Kondisi sosiopsikologis

Seringkali kondisi sosiopsikologis pasien terabaikan pada saat pemeriksaan pra bedah, pada hal ini memiliki peranan yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan perawatan. Perlu diketahui apa yang menjadi motivasi pasien untuk menjalani perawatan bedah dan hasil seperti apa yang diinginkan dari perawatan tersebut.

Terdapat dua hal mendasar yang menyebabkan ketidakpuasan pasien terhadap hasil perawatan, yaitu kelalaian tim bedah dalam memberikan penjelasan secara jelas dan lengkap mengenai kemungkinan-kemungkinan hasil perawatan, serta harapan pasien yang berlebihan terhadap hasil perawatan.25

4.1.2 Pemeriksaan Klinis

Rangkaian diagnosa bedah untuk augmentasi linggir disusun bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang apa yang akan dilakukan dan hasil apa yang akan diperoleh dari perawatan bedah. Pemeriksaan klinis ini dilakukan sehingga dapat


(39)

dipilih jenis perawatan yang akan dilakukan sehingga dapat mencapai stabilitas perawatan dan hasil yang lebih memuaskan.25

Anatomi jaringan lunak disekitar tulang perlu diperhitungkan sebelum perawatan bedah. Keadaan tulang setelah pembedahan diharapkan dapat mempunyai keseimbangan fisiologis dengan jaringan lunak agar otot-otot di sekitar rongga mulut tidak mengalami distorsi.25

4.2 Prosedur Bedah

Prosedur bedah dilakukan dengan anestesi lokal. Insisi dibuat pada bukal, lingual atau palatal linggir masih dalam gingiva keratin. Insisi divergen vertikal hanya dilakukan bila diperlukan untuk melepaskan ketegangan pada flap. Flap mukoperiosteal dibuka. Tulang kortikal dilubangi dengan menggunakan round bur no.2 dengan handpiece berkecepatan tinggi. Kedalaman penetrasi hanya sampai plat kortikal. Hal ini dilakukan untuk memungkinkan angioneogenesis ke sisi pencangkokan dan menambah retensi bahan graf ke tulang.26,27

DFDBA dalam bentuk bubuk direndam dalam air dan dipanaskan pada suhu 43-49ºC selama 10-15 menit. Bahan cangkok dipindahkan dari air kemudian dibentuk dan diadaptasikan ke sisi tulang yang akan dicangkok. Saat didinginkan pada suhu ruang, bahan graf akan mengeras sehingga memungkinkan untuk mempertahankan bentuk dari augmentasi yang diinginkan. Membran kolagen resorbable dapat digunakan untuk menstabilkan bahan graf. Flap dijahit hingga menutupi sisi pencangkokan secara pasif. Diseksi flap dapat dilakukan untuk memperluas flap yang akan menutupi sisi pencangkokan. 27


(40)

Gambar 14 : (A) Linggir alveolar mandibula pada regio posterior yang akan diaugmentasi, (B) Refleksi flap mukoperiosteal, (C) Tulang kortikal dilubangi, (D) Adaptasi bahan graf, (E) Penempatan membran kolagen (F)Penjahitan. (Santiago RA. Ridge augmentation using DFDBA and cortical cancellous chips in a thermoplastic matrix ( regenaform™). Thesis. Florida:University of Florida, 2006: 11-3).

A B

C D


(41)

Gambar 15 : (A) Kehilangan gigi multipel gigi anterior mandibula, (B) Insisi crest alveolar dengan pembukaan vertikal. Insisi dimulai dari distal gigi kaninus kiri dan distal kaninus kanan, (C) tulang kortikal dilubangi, (D) Adaptasi bahan graf pada sisi yang akan diaugmentasi, (E)Membrane collagen resorbable digunakan untuk menstabilkan bahan graf, (F) Penjahitan . (Santiago RA. Ridge augmentation using DFDBA and cortical cancellous chips in a thermoplastic matrix ( regenaform™). Thesis. Florida:University of Florida, 2006: 15-7).

A B

C D

E


(42)

4.2 Perawatan Pascaoperasi

Setelah operasi, pasien dapat diberi obat-obatan yaitu antibiotik, antiinflamasi, analgesik dan multi vitamin. Pasien diinstruksikan diet lunak selama 2 minggu. Pasien berkumur dengan antiseptik kumur setiap habis makan selama seminggu. Jahitan dibuka pada hari ke 5-7. Kontrol dijadwalkan setelah 1 bulan, 3 bulan, 5 bulan dan 6 bulan. Implan dapat dipasang setelah 5-7 bulan pascaoperasi.27

Gambar 16 : Linggir alveolar mandibula regio posterior enam bulan pascaoperasi. ( Santiago RA. Ridge augmentation using DFDBA and cortical cancellous chips in a thermoplastic matrix (regenaform™) . Thesis. Florida : University of Florida, 2006:13).


(43)

Gambar 17: (A) Sisi graf enam bulan pascaoperasi, (B) Linggir siap untuk dipasang implan, (C) Pemasangan implan , (D) Gambaran radiografik diambil dua bulan pasca penempatan implan. (Santiago RA. Ridge augmentation using DFDBA and cortical cancellous chips in a thermoplastic matrix ( regenaform™). Thesis. Florida:University of Florida, 2006: 17-8).

4.4 Komplikasi

Prosedur pencangkokan tidak terlepas dari kemungkinan terjadinya komplikasi. Komplikasi yang mungkin terjadi antara lain perdarahan , peradangan dan rasa sakit.28,29

4.3.1 Perdarahan

Perdarahan ringan dapat terjadi pada setiap prosedur operasi yang membutuhkan pembukaan flap. Hal ini dapat dicegah dengan pembuatan insisi yang baik dan teknik penjahitan yang tertutup rapi pada insisi pembukaan vertikal yang

A B


(44)

merupakan sisi yang paling sering mengalami perdarahan serta penekanan segera setelah operasi.29

4.3.2 Peradangan

Untuk mencegah peradangan, hal yang dapat dilakukan adalah penggunaan antibiotik untuk mengontrol bakteri. Selain itu debris yang tersisa di bawah flap akan mengurangi kemampuan penyembuhan dari jaringan sehingga dibutuhkan irigasi yang baik pada daerah operasi.29

4.3.3 Rasa Sakit

Beberapa penelitian menunjukkan keefektifan dari pemberian analgesik terutama pada satu jam pertama pascaoperasi. Tujuan utamanya adalah sebagai pencegahan sebelum rasa sakit terjadi. Hal ini membutuhkan pemahaman dalam pemilihan analgesik yang tepat. Setiap pasien memiliki reaksi yang berbeda terhadap rasa sakit. Hal ini dapat ditanyakan langsung kepada pasien sebelum operasi mengenai analgesik yang biasa digunakan oleh pasien tersebut, misalnya pada operasi lain.29


(45)

BAB 5 KESIMPULAN

Setelah ekstraksi gigi, linggir alveolar umumnya akan mengalami penurunan volume dan perubahan morfologi. Dalam jangka panjang, akan terjadi kehilangan progresif dari kontur linggir alveolar sebagai akibat remodeling fisiologis dari tulang. Sebagai akibat dari fenomena tersebut, jaringan keras yang tersisa mungkin tidak adekuat untuk mendukung dental implan karena salah satu kebutuhan implan gigi adalah adanya jumlah tulang yang tersedia cukup adekuat untuk penempatan implan.

Augmentasi linggir alveolar adalah suatu prosedur bedah untuk memperbaiki bentuk dan ukuran linggir alveolar dalam persiapan untuk menerima dan mempertahankan prostesa gigi. Augmentasi linggir alveolar telah dilakukan dengan menggunakan berbagai teknik dan material yang berbeda. Material yang digunakan dalam augmentasi linggir alveolar antara lain autograf, alograf, xenograf, bahan pengganti tulang sintetis (aloplastik), bahan osteoaktif dan membran resorbable atau

nonresorbable.

Bahan autograf dianggap sebagai standar dalam regenerasi defisiensi linggir alveolar, tetapi terdapat beberapa kelemahan, terutama disebabkan autograf membutuhkan daerah operasi kedua yang dapat menyebabkan morbiditas pada saat pengambilan tulang. Karena keterbatasan tersebut, bahan alograf dikembangkan sebagai alternatif. Alograf diambil dari seseorang untuk ditransplantasikan kepada orang lain.


(46)

Demineralized Freeze-Dried Bone Allograft (DFDBA) merupakan bahan

alograf yang paling sering digunakan dan dipercaya menginduksi pembentukan tulang yang baru karena pengaruh protein penginduksi tulang yang disebut Bone

Morphogenetic Protein (BMP) yang timbul karena proses demineralisasi. Oleh

karena itu DFDBA dianggap bersifat osteokonduksi dan osteoinduksi.

DFDBA tersedia dalam bentuk bubuk, batangan, putty dalam kemasaan jarum suntik, putty dalam kemasaan tube dan lempengan yang fleksibel. DFDBA memiliki beberapa keuntungan, yaitu dapat langsung digunakan sehingga tidak membutuhkan daerah operasi kedua untuk pengambilan tulang dan memiliki seluruh kriteria sebagai bahan cangkok yang ideal, antara lain: availabilitas, prediktabilitas, biokompatibilitas, osteoinduktivitas, osteokonduktivitas, keefektifan harga dan keamanan.


(47)

DAFTAR RUJUKAN

1. Lupovici JA. Histologic and clinical results of DFDBA with lecithin carrier used

in dental implant applications: three case reports. Prac Proced Aesthet Dent

2009; 21(4): 223-30.

2. Al-Ghamdi SH, Mokeem AS, Anil S. Current concepts in alveolar bone

augmentation: a critical appraisal. The Saudi Dent J 2007;19(2):74-85.

3. McAllister SB, Haghighat K. Bone augmentation technique. J Periodontol 2007;78(3): 377-89.

4. Bartee KB. Extraction site reconstruction for alveolar ridge preservation part 1:

rationale and materials selection. J Oral Implantol 2001; 27(4):187-91.

5. Hoexter DL. Bone regeneration graft materials. J Oral Implantol 2002;28(6):3-7. 6. Rose LF, Rosenberg E. Bone grafts and growth and differentiation factors for

regenerative theraphy: a review. Prac Proced Aesthet Dent 2001; 13(9): 725-34.

7. Anonymous. Tissue banking of bone allografts used in periodontal regeneration.

J Periodontol 2001; 72:834-8.

8. Ballaji SM. Textbook Oral & maxillofacial surgery. New Delhi : Elsevier, 2007 : 510-511,669.

9. Drago C. Implant restorations. 2nd ed. Jerman: Blackwell, 2007:64-6.

10. Vossoughinia F, Wang P, Kaufman E. Ridge augmentation utilizing the split

crest technique for implant placement in the anterior maxilla. Columbia Dent

Rev 2001; 6 : 9-12.


(48)

12. Anonymous. <http://medicaldictionary.thefreedictionary.com/alveolar+ridge+ augmentation>(21 November 2010).

13. Ochs WM, Tucker RM. Principles of surgery. In : Peterson LJ. Contemporary

oral and maxillofacial surgery. 4th ed. Saint Louis : Mosby, 2003 : 672-95.

14. Salas M. Alveolar ridge preservation at different anatomical locations clinical

and histological evaluation of treatment outcome. Thesis. Ohio: The Ohio State

University, 2009: 2-12.

15. Kingsmill VJ. Post-extraction remodelling of the adult mandibule. Crit Rev Oral Biol Med 1999;10(3):384-404.

16. Rajesndran. Shafer’s textbook of oral phatology 6th ed. Elseiver :India, 2010: 599-601.

17. Fedi FP, Vernino RA, Gray LJ. Silabus periodonti. Amaliya. Terjemahan. Jakarta: EGC, 2000:167-9.

18. Booth WP, Schendel AS, Hausamen JE. Maxillofacial surgery, Vol 1. 2nd ed. China : Churcill Livingstone Elsevier, 2007 : 542-6.

19. Brugnami F, Caleffi C. Prosthetically driven implant placement, how to achieve

the appropriate implant site development. 2005.

<http://www.kjm.keio.ac.jp/past/54/4/172.pdf> (20 Oktober 2010).

20. Urken ML. Reconstruction of the mandible and maxilla. In : Cummings CW et all. Otolaryngology head & neck surgery, Vol 2. 4 th ed. Philadelphia : Elsevier Mosby, 2005 : 1618-24.


(49)

21. Gunawan D, Abbas B. Laporan kasus pemakaian tulang demineralisasi steril. J Indonesian Dent Assoc, 2002; (3): 51-6.

22. Tissue spesialist. Product catalog 2008.

23. Cohen SE. Atlas of cosmetic and reconstructive periodontal surgery. 3rd ed. Massachusets: BC Decker Inc, 2007: 141-9

24. Rosen PS, Reynolds PA. A retrospective case series compairing the use of

Demineralized Freeze-Dried Bone Allograft and Freeze-Dried Bone Allograft combined with enamel matrix for the treatment of advanced osseous lessions. J

Periodontol 2002;73(8): 942-9.

25. Harahap N, Nazruddin. Ortodonti III. Medan: Laboratorium Ortodonti FKG USU, 1990:73-90.

26. Gehrig SJ, Willmann ED. Foundations of periodontics for the dental hiegienist. Maryland: Lippincott Williams & Wilkins, 2003:296.

27. Santiago RA. Ridge augmentation using DFDBA and cortical cancellous chips

in a thermoplastic matrix ( regenaform™). Thesis. Florida: University of Florida,

2006: 9-18.

28. Booth WP, Schendel AS, Hausamen JE. Maxillofacial surgery, Vol 2. 2nd ed. China : Churcill Livingstone Elsevier, 2007 : 1062-70.

29. Bailey JM. Conservative surgical crown lengthening. In : Koerner KR. Manual


(1)

merupakan sisi yang paling sering mengalami perdarahan serta penekanan segera setelah operasi.29

4.3.2 Peradangan

Untuk mencegah peradangan, hal yang dapat dilakukan adalah penggunaan antibiotik untuk mengontrol bakteri. Selain itu debris yang tersisa di bawah flap akan mengurangi kemampuan penyembuhan dari jaringan sehingga dibutuhkan irigasi yang baik pada daerah operasi.29

4.3.3 Rasa Sakit

Beberapa penelitian menunjukkan keefektifan dari pemberian analgesik terutama pada satu jam pertama pascaoperasi. Tujuan utamanya adalah sebagai pencegahan sebelum rasa sakit terjadi. Hal ini membutuhkan pemahaman dalam pemilihan analgesik yang tepat. Setiap pasien memiliki reaksi yang berbeda terhadap rasa sakit. Hal ini dapat ditanyakan langsung kepada pasien sebelum operasi mengenai analgesik yang biasa digunakan oleh pasien tersebut, misalnya pada operasi lain.29


(2)

BAB 5 KESIMPULAN

Setelah ekstraksi gigi, linggir alveolar umumnya akan mengalami penurunan volume dan perubahan morfologi. Dalam jangka panjang, akan terjadi kehilangan progresif dari kontur linggir alveolar sebagai akibat remodeling fisiologis dari tulang. Sebagai akibat dari fenomena tersebut, jaringan keras yang tersisa mungkin tidak adekuat untuk mendukung dental implan karena salah satu kebutuhan implan gigi adalah adanya jumlah tulang yang tersedia cukup adekuat untuk penempatan implan.

Augmentasi linggir alveolar adalah suatu prosedur bedah untuk memperbaiki bentuk dan ukuran linggir alveolar dalam persiapan untuk menerima dan mempertahankan prostesa gigi. Augmentasi linggir alveolar telah dilakukan dengan menggunakan berbagai teknik dan material yang berbeda. Material yang digunakan dalam augmentasi linggir alveolar antara lain autograf, alograf, xenograf, bahan pengganti tulang sintetis (aloplastik), bahan osteoaktif dan membran resorbable atau nonresorbable.

Bahan autograf dianggap sebagai standar dalam regenerasi defisiensi linggir alveolar, tetapi terdapat beberapa kelemahan, terutama disebabkan autograf membutuhkan daerah operasi kedua yang dapat menyebabkan morbiditas pada saat pengambilan tulang. Karena keterbatasan tersebut, bahan alograf dikembangkan sebagai alternatif. Alograf diambil dari seseorang untuk ditransplantasikan kepada


(3)

Demineralized Freeze-Dried Bone Allograft (DFDBA) merupakan bahan alograf yang paling sering digunakan dan dipercaya menginduksi pembentukan tulang yang baru karena pengaruh protein penginduksi tulang yang disebut Bone Morphogenetic Protein (BMP) yang timbul karena proses demineralisasi. Oleh karena itu DFDBA dianggap bersifat osteokonduksi dan osteoinduksi.

DFDBA tersedia dalam bentuk bubuk, batangan, putty dalam kemasaan jarum suntik, putty dalam kemasaan tube dan lempengan yang fleksibel. DFDBA memiliki beberapa keuntungan, yaitu dapat langsung digunakan sehingga tidak membutuhkan daerah operasi kedua untuk pengambilan tulang dan memiliki seluruh kriteria sebagai bahan cangkok yang ideal, antara lain: availabilitas, prediktabilitas, biokompatibilitas, osteoinduktivitas, osteokonduktivitas, keefektifan harga dan keamanan.


(4)

DAFTAR RUJUKAN

1. Lupovici JA. Histologic and clinical results of DFDBA with lecithin carrier used in dental implant applications: three case reports. Prac Proced Aesthet Dent 2009; 21(4): 223-30.

2. Al-Ghamdi SH, Mokeem AS, Anil S. Current concepts in alveolar bone augmentation: a critical appraisal. The Saudi Dent J 2007;19(2):74-85.

3. McAllister SB, Haghighat K. Bone augmentation technique. J Periodontol 2007;78(3): 377-89.

4. Bartee KB. Extraction site reconstruction for alveolar ridge preservation part 1: rationale and materials selection. J Oral Implantol 2001; 27(4):187-91.

5. Hoexter DL. Bone regeneration graft materials. J Oral Implantol 2002;28(6):3-7. 6. Rose LF, Rosenberg E. Bone grafts and growth and differentiation factors for

regenerative theraphy: a review. Prac Proced Aesthet Dent 2001; 13(9): 725-34. 7. Anonymous. Tissue banking of bone allografts used in periodontal regeneration.

J Periodontol 2001; 72:834-8.

8. Ballaji SM. Textbook Oral & maxillofacial surgery. New Delhi : Elsevier, 2007 : 510-511,669.

9. Drago C. Implant restorations. 2nd ed. Jerman: Blackwell, 2007:64-6.

10. Vossoughinia F, Wang P, Kaufman E. Ridge augmentation utilizing the split crest technique for implant placement in the anterior maxilla. Columbia Dent Rev 2001; 6 : 9-12.


(5)

12. Anonymous. <http://medicaldictionary.thefreedictionary.com/alveolar+ridge+ augmentation>(21 November 2010).

13. Ochs WM, Tucker RM. Principles of surgery. In : Peterson LJ. Contemporary oral and maxillofacial surgery. 4th ed. Saint Louis : Mosby, 2003 : 672-95. 14. Salas M. Alveolar ridge preservation at different anatomical locations clinical

and histological evaluation of treatment outcome. Thesis. Ohio: The Ohio State University, 2009: 2-12.

15. Kingsmill VJ. Post-extraction remodelling of the adult mandibule. Crit Rev Oral Biol Med 1999;10(3):384-404.

16. Rajesndran. Shafer’s textbook of oral phatology 6th ed. Elseiver :India, 2010: 599-601.

17. Fedi FP, Vernino RA, Gray LJ. Silabus periodonti. Amaliya. Terjemahan. Jakarta: EGC, 2000:167-9.

18. Booth WP, Schendel AS, Hausamen JE. Maxillofacial surgery, Vol 1. 2nd ed. China : Churcill Livingstone Elsevier, 2007 : 542-6.

19. Brugnami F, Caleffi C. Prosthetically driven implant placement, how to achieve the appropriate implant site development. 2005. <http://www.kjm.keio.ac.jp/past/54/4/172.pdf> (20 Oktober 2010).

20. Urken ML. Reconstruction of the mandible and maxilla. In : Cummings CW et all. Otolaryngology head & neck surgery, Vol 2. 4 th ed. Philadelphia : Elsevier Mosby, 2005 : 1618-24.


(6)

21. Gunawan D, Abbas B. Laporan kasus pemakaian tulang demineralisasi steril. J Indonesian Dent Assoc, 2002; (3): 51-6.

22. Tissue spesialist. Product catalog 2008.

23. Cohen SE. Atlas of cosmetic and reconstructive periodontal surgery. 3rd ed. Massachusets: BC Decker Inc, 2007: 141-9

24. Rosen PS, Reynolds PA. A retrospective case series compairing the use of Demineralized Freeze-Dried Bone Allograft and Freeze-Dried Bone Allograft combined with enamel matrix for the treatment of advanced osseous lessions. J Periodontol 2002;73(8): 942-9.

25. Harahap N, Nazruddin. Ortodonti III. Medan: Laboratorium Ortodonti FKG USU, 1990:73-90.

26. Gehrig SJ, Willmann ED. Foundations of periodontics for the dental hiegienist. Maryland: Lippincott Williams & Wilkins, 2003:296.

27. Santiago RA. Ridge augmentation using DFDBA and cortical cancellous chips in a thermoplastic matrix ( regenaform™). Thesis. Florida: University of Florida, 2006: 9-18.

28. Booth WP, Schendel AS, Hausamen JE. Maxillofacial surgery, Vol 2. 2nd ed. China : Churcill Livingstone Elsevier, 2007 : 1062-70.

29. Bailey JM. Conservative surgical crown lengthening. In : Koerner KR. Manual of minor oral surgery for the general dentist. Jerman: Blackwell, 2006:133.