Analisis Pengaruh Struktur Aktiva Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Struktur Modal (Studi Kasus Pada PT. Multistrada Arah Sarana, Tbk Yang Terdaftar Di BEI)

(1)

(2)

ANALYSIS OF THE INFLUENCE STRUCTURE OF ASSETS AND SIZE EFFECT AGAINST CAPITAL STRUCTURE

(Case Study at PT Multistrada Arah Sarana, Inc. which is listed on the Stock Exchange)

SKRIPSI

Untuk memenuhi salah satu syarat sidang skripsi Guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

Disusun Oleh: Rika Tri Kumala Sari

21107155

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG


(3)

-LEMRAR PENGESAHAN

De\ n Fakultas Ekonomi

\ * ^SsM^-W.^UpJnk Narimawati. Dra.. SE . M Si \ Xsa^ * JnIP : '@127.34.02,015

^^rogram Studi Akimtaasi

NX.- K

/

Judul

ProgramStud? ' Jenjang

Falkutas

: AnalisisPengaruh SirakturAktivadanUkuran PerusahaanterhadapStrukturModal

: RikaTriKumalaSari : 21107155

: Akuntansi : Strata 1 : Ekonomi

Bandung, Maret 2012 Menyetujui,

Pembirnhlng

A f

U\

iiisPuspitawatiSE.M.Si.,Ak NIP :4127.34.03.008


(4)

v

(Studi Kasus pada PT Multistrda Arah Sarana, Tbk)

Penelitian ini dilakukan pada PT Multistrada Arah Sarana, Tbk. Yang bergerak dibidang Industri ban, yang memiliki berbagai macam produksi rokok antara lain Archilles, Strada, dan Corsa. Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui hubungan Struktur aktiva dan Ukuran perusahaan terhadap Struktur Modal Pada PT Multistrada Arah Sarana, Tbk baik secara parsial maupun simultan.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis dan verifikatif dengan pendekatan kuantitatif. Sampel yang digunakan dalam penelitian menggunakan teknik nonprobability sampling yaitu laporan keuangan tahunan PT Multistrada Arah Sarana, Tbk tahun 2004-2009 sebanyak 6 buah sampel. Untuk mengetahui hubungan Struktur Aktiva dan Ukuran perusahaan terhadap Struktur Modal menggunakan analisis korelasi. Untuk mengetahui pengaruh Struktur Aktiva dan Ukuran Perusahaan terhadap Struktur Modal digunakan analisis jalur (path analysis). Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan statistik uji F dan dua pihak dengan . Proses analisis statistik tersebut menggunakan program SPSS.18

for windows.

Hasil penelitian ini menjukkan bahwa variabel Struktur Aktiva dengan Ukuran perusahaan Struktur aktiva memiliki hubungan yang kuat dengan ukuran perusahaan pada PT Multistrada Arah Sarana, Tbk dengan arah negatif. Arah hubungan negatif antara struktur aktiva dengan ukuran perusahaan menunjukkan bahwa peningkatan ukuran perusahaan diikuti dengan penurunan struktur aktiva. Struktur aktiva secara parsial memberikan pengaruh yang signifikan terhadap struktur modal pada PT Multistrada Arah Sarana, Tbk. Ukuran perusahaan secara parsial tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap struktur modal pada PT Multistrada Arah sarana, Tbk. Secara simultan bahwa struktur aktiva dan ukuran perusahaan secara bersama-sama memberikan pengaruh yang signifikan terhadap struktur modal.


(5)

iv ABSTRACT

ANALYSIS OF THE INFLUENCE STRUCTURE OF ASSETS AND SIZE EFFECT AGAINST CAPITAL STRUCTURE

(Case Study at PT Mulistrada Arah Sarana, Inc.)

The research was conducted at PT Multistrada Arah Sarana, Tbk. Engaged in the tire industry, which has a wide range of cigarette production, among others Archilles, Strada and Corsa. The purpose of this study was to determine the relationship structure and size of company assets to the Capital Structure In PT Multistrada Arah Sarana, Tbk either partially or simultaneously.

The method used in this research is descriptive method of analysis and verification with quantitative approach. Samples used in this study using nonprobability sampling technique that is annual financial statement of PT Multistrada Arah Sarana, Tbk in 2004-2009 as many as 6 units of samples. To determine the relationship structure and size of company assets to the Capital Structure using correlation analysis. To determine the effect of asset structure and company size on capital structure used path analysis (path analysis). Testing the

hypothesis in this study using Ftest statistics and Fhitung two parties with

F_ (Count = 4.465). The process of statistical analysis used the program SPSS.18 for windows.

The results indicate of this study that the variable structure Assets by asset size structure of the company has a strong relationship with the size of the company PT Multistrada Arah Sarana, Tbk in the negative direction. The negative direction relationship between asset structure and firm size suggests that increasing the size of the company followed by a decline in asset structure. Asset structure is partially a significant influence on capital structure in PT Multistrada Arah Sarana, Tbk. Company size does not partially deliver a significant influence on capital structure in PT Multistrada Arah Sarana, Tbk. Simultaneously that the structure of assets and the size of the company together have a significant influence on capital structure.


(6)

vi Assalamu’alaikum Wr. Wb

Puji syukur Alhamdulilah Penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT serta shalawat dan salam kepada Nabi besar Muhammad Saw. Yang telah memberikan segala rahmat, anugrah, dan karunia, sehingga dengan izin-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyususnan skripsi untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh ujian sidang skripsi untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh ujian sidang Sarjana Ekonomi Universitas Komputer Indonesia dengan judul; “Analisis Pengaruh Struktur Aktiva Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Struktur Modal ” (Studi Kasus Pada PT Multistrada Arah Sarana Tbk). Dalam penyusunan skripsi ini penulis mengalami berbagai kendala, tetapi berkat adanya bimbingan, bantuan dan dukungan dari ibu Lilis Puspitawati, SE.,M.Si., Ak selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan bimbingan, arahan dan dorongan kepada penulis, dalam menyelesaikan laporan skripsi ini, maka laporan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya.

Penulisan skripsi ini tidak tidak akan terwujud tanpa bantuan dari berbagai pihak terutama kedua orang tua tercinta, mamah dan bapak. Atas kasih sayang, kesabaran serta ketulusan do’a, pengertian perhatian, dukungan serta dorongannya


(7)

vii

baik dari segi moril dan materil semoga Allah SWT senantiasa melindungi, menyayangi dan melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya.

Melalui kesempatan ini pula, dengan kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Dr . Ir. Eddy Suryanto Soegoto, Selaku Rektor Universitas Komputer Indonesia.

2. Prof. Dr. Umi Narimawati, Dra.,SE M.SI, Selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.

3. Sri Dewi Anggadini, S.E., M.Si., Ak, Selaku Ketua Program Studi Akuntansi dan juga Dosen penguji Skripsi yang penuh kesabaran memberikan bimbingan, masukan, dan dorongan dalam penulisan skripsi ini.

4. Surtikanti ,SE.,M.SI, Selaku Dosen Wali Akuntansi 4.

5. Staff Kesekretariatan Program Studi Akuntansi (Mba Senny dan Mba Dona).

6. Seluruh Staff Dosen Pengajar UNIKOM yang telah membekali penulis dengan pengetahuan.

7. Ramon, Selaku Kepala bagian Accounting pada PT Multistrada Arah Sarana, Tbk Kota Cikarang yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk melaksanakan Penelitian.

8. Erna Widyaningsih, Selaku pembimbing perusahaan yang telah memberikan pengarahan, bimbingan serta perhatian selama penulis melakukan Penelitian.


(8)

viii

batuannya yang sangat berharga dalam melakukan Penelitian.

10.Segenap Pimpinan dan Pegawai Kepala PT Multistrada Arah Sarana, Tbk Kota Cikarang yang telah memberikan waktu, tenaga dan bantuannya yang berharga untuk memberikan kesempatan kepada penulis dalam melakukan Penelitian.

11.Untuk Kakak-kakakku (Ratna, & Rani) dan Saudara Kembarku (Rike) yang selalu memberi dorongan dan motivasi kepada penulis dengan penuh ketulusan.

12.Untuk Ari Apriadi yang selalu senantiasa memberi dukungan pada penulis baik secara moril maupun materil.

13.Untuk teman-temanku, Yunita Indria Sari, Yunita Saragih, Nur, Dona, Firza, Wisnu, Tri, dan Nasrul yang selalu memberikan dukungan dalam segala hal. Terima kasih atas kebersamaannya selama ini.

14.Semua pihak yang tidak penulis sebutkan satu persatu atas bantuan dan dukungan yang tulus.

Di dalam penulisan laporan skripsi ini, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk kebaikan dan peningkatan kualitas diri penulis di kemudian hari. Dan tidak lupa penulis memohon maaf sedalam-dalamnya atas segala kekurangan dan kesalahan tersebut.


(9)

ix

Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga tulisan di dalam penyusunan skripsi ini dapat memberikan banyak manfaat baik bagi penulis pribadi maupun bagi seluruh pembaca khususnya para Mahasiswa/i Program Studi Akuntansi dan seluruh Mahasiswa/i Universitas Komputer Indonesia umumnya.

Bandung, Maret 2012 Penulis,


(10)

x

LEMBAR PENGESAHAN ………. i

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN………... ii

MOTTO ………. iii

ABSTRACT ……….. iv

ABSTRAK ………. v

KATA PENGANTAR……….. vi

DAFTAR ISI………. x

DAFTAR GAMBAR……… xiv

DAFTAR TABEL………. xv

DAFTAR SIMBOL……… xvi

DAFTAR LAMPIRAN………... xvii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2 Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah ... 10

1.2.1 Identifikasi Masalah ... 10

1.2.2 Rumusan Masalah ... 10

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 11

1.3.1 Maksud Penelitian ... 11

1.3.2 Tujuan Penelitian ... 11

1.4 Kegunaan Penelitian... 12

1.4.1 Bagi Penulis ... 12

1.4.2 Bagi Perusahaan ... 12

1.4.3 Bagi Peneliti Selanjutnya... 12

1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 12

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka ... 14


(11)

xi

2.1.1 Struktur aktiva ... 14

2.1.1.1 Pengertian Struktur aktiva ... 14

2.1.1.2 Metode pengukuran Struktur aktiva ... 15

2.1.2 Ukuran perusahaan ... 16

2.1.2.1 Tujuan Ukuran perusahaan ……… 19

2.1.2.2 Metode pengukuran Ukuran perusahaan….. 20

2.1.3 Struktur modal... . 23

2.1.3.1 Pengertian Struktur modal ... 23

2.1.3.2 Teori Struktur modal ... 24

2.1.3.2.1 Trade – Off Theory ... 25

2.1.3.2.2 Pecking – Order Theory ... 26

2.1.3.2.3 Agency Theory ... 28

2.1.3.2.4 Signaling Theory ... 28

2.1.3.2.5 Asymetric Information Theory ... 29

2.1.3.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi Struktur modal………. 31

2.1.3.4 Komponen-komponen Struktur modal …… 33

2.1.3.5 Struktur modal yang Optimum ……… 37

2.1.4 Keterkaitan antar Variabel Penelitian………. 39

2.1.4.1 Hubungan Struktur aktiva dengan Ukuran perusahaan ... 39

2.1.4.2 Hubungan Struktur aktiva dengan Struktur modal……… 40

2.1.4.3 Hubungan Ukuran perusahaan dengan Struktur modal………. 42

2.1.4.4 Hubungan Struktur aktiva dengan Ukuran perusahaan terhadap Struktur modal.. 43

2.2 Kerangka Pemikiran………...…. 44

2.3 Hipotesis ... 51

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian ... 52


(12)

xii

3.2.3 Sumber dan Teknik Penentuan Data ... 61

3.2.3.1 Sumber Data ... 61

3.2.3.2 Teknik penentuan Data ... 63

3.2.4 Teknik Pengumpulan Data ... 65

3.2.5 Rancangan Analisis dan Uji Hipotesis ... 65

3.2.5.1 Rancangan Analisis ... 65

3.2.5.2 Pengujian Hipotesis ……… 69

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 78

4.1.1 Gambaran Umum PT Multstrada Arah Sarana, Tbk .. 78

4.1.2 Visi dan Misi Perusahaan………... 80

4.1.3 Struktur Organisasi PT Multstrada Arah Sarana, Tbk.. 80

4.1.4 Job Description PT Multstrada Arah Sarana, Tbk ... 82

4.1.5 Aktivitas Perusahan PT Multstrada Arah Sarana, Tbk.. 87

4.2 Pembahasan Penelitian ... 93

4.2.1 Perkembangan Struktur Aktiva, Ukuran Perusahaan dan Struktur Modal pada PT Multistrada Arah Sarana, Tbk ... 93

4.2.1.1 Perkembangan Struktur Aktiva pada PT Multistrada Arah Sarana, Tbk ... 94

4.2.1.2 Perkembangan Ukuran Perusahaan pada PT Multistrada Arah Sarana , Tbk ... 99

4.2.1.3 Perkembangan Struktur Modal pada PT Multistrada Arah Sarana,Tbk ... 105

4.2.2 Pengaruh Struktur Aktiva dan Ukuran Perusahaan Terhadap Struktur Modal Pada PT Multistrada Arah Sarana,Tbk……….. 110


(13)

xiii

4.2.2.2 Perhitungan Koefisien Jalur ... 117

4.2.2.3 Koefisien Determinasi ... 119

4.2.2.4 Pengujian Hipotesis ... 122

4.2.2.5 Keterbatasan Hasil Penelitian ………. 130

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 131

5.2 Saran ... 132

DAFTAR PUSTAKA ……… 134


(14)

1

1.1 Latar belakang Penelitian

Pada era globalisasi menjadikan persaingan bisnis antar perusahaan semakin ketat. Setiap perusahaan dituntut untuk senantiasa menjalankan kegiatan operasi dengan efisien dan efektif agar dapat memiliki keunggulan daya saing. Menghadapi kondisi demikian, setiap perusahaan dituntut untuk mampu membaca dan melihat situasi yang terjadi sehingga dapat melakukan pengelolaan fungsi-fungsi manajemen dengan baik di bidang pemasaran, produksi, sumber daya manusia dan keuangan dengan baik agar dapat lebih unggul dalam persaingan (Herman, 2010).

Suatu keputusan yang diambil manajer dalam suatu pembelanjaan harus dipertimbangkan secara teliti sifat dan biaya dari sumber dana yang akan dipilih karena masing-masing sumber dana tersebut memiliki konsekuensi finansial yang berbeda. Sumber dana perusahaan adalah semua perkiraan yang terdapat pada sisi pasiva neraca, mulai dari utang dagang hingga laba ditahan. Kesemuanya itu lebih dikenal sebagai struktur keuangan (Bambang Riyanto, 2001:38).

Struktur keuangan adalah cara bagaimana perusahaan membiayai aktivanya dan dapat dilihat pada seluruh sisi pasiva dari neraca yang terdiri dari hutang jangka pendek, hutang jangka panjang dan modal pemegang saham. Jadi,


(15)

2

struktur modal suatu perusahaan hanya sebagian dari struktur keuangannya (Weston dan Copeland,1996)

Kebutuhan akan modal sangat penting dalam membangun dan menjamin kelangsungan perusahaan selain faktor pendukung lainnya. Modal dibutuhkan setiap perusahaan, oleh karena itu, perusahaan harus menentukan berapa besarnya modal yang dibutukan untuk memenuhi atau membiayai usahanya. Kebutuhan akan modal tersebut dapat dipenuhi dari berbagai sumber dan mempunyai jenis yang berbeda-beda. Modal terdiri atas ekuitas (modal sendiri) dan hutang (debt), perbandingan hutang dan modal sendiri dalam struktur finansial perusahaan disebut struktur modal (Husnan, 1998).

Dalam kegiatan usahanya pemilik perusahaan melimpahkan tanggung jawab kepada pihak lain yaitu manajer. Salah satu keputusan penting yang dihadapi manajer (keuangan) dalam kaitannya dengan kelangsungan operasi perusahaan adalah keputusan pendanaan atau keputusan struktur modal, yaitu keputusan keuangan yang berkaitan dengan komposisi utang, saham preferen dan saham biasa yang harus digunakan oleh perusahaan (Yuke dan Hadri, 2005). Manajer harus mampu menghimpun modal baik yang bersumber dari dalam perusahaan maupun dari luar perusahaan secara efisien, dalam arti keputusan pendanaan tersebut mampu meminimalkan biaya modal yang harus ditanggung perusahaan (Yuke dan Hadri, 2005). Biaya modal yang timbul dari keputusan pendanaan tersebut merupakan konsekuensi yang secara langsung timbul dari keputusan yang diambil manajer. Ketika manajer menggunakan hutang, biaya


(16)

modal yang timbul adalah sebesar biaya bunga yang dibebankan oleh kreditur. Sedangkan jika manajer menggunakan dana internal atau dana sendiri akan timbul

opportunity cost dari dana atau modal sendiri yang digunakan.

Ditinjau dari asalnya menurut Bambang Riyanto (2001:214), sumber dana dapat dibedakan menjadi sumber dana perusahaan intern dan sumber dana perusahaan ekstern. Dana intern adalah dana yang dibentuk atau dihasilkan sendiri dalam perusahaan yaitu laba yang ditahan dan akumulasi depresiasi. Dana

ekstern adalah dana dari para kreditur dan pemilik, peserta atau pengambil bagian dalam perusahaan. Metode pemenuhan kebutuhan akan dana dengan cara ini disebut metode pembelanjaan dengan hutang (debt financing). Sedangkan dana

intern adalah dari pemilik, peserta pengambil bagian dalam perusahaan akan menjadi modal sendiri perusahaan tersebut. Metode pemenuhan dana dengan cara ini disebut metode pembelanjaan modal sendiri (equity financing).

Pengertian struktur modal itu sendiri adalah bauran (proporsi) pendanaan permanen jangka panjang perusahaan yang ditunjukkan oleh hutang, ekuitas saham preferen dan saham biasa (Van Horne dan Wachowicz, 1997). Sedangkan pengertian struktur modal menurut Bambang Riyanto (2001) adalah perimbangan atau perbandingan antar jumlah hutang jangka panjang dengan modal sendiri.

Oleh karena itu, struktur modal di proxy dengan Debt to Equity Ratio

(DER), yang merupakan perbandingan antara total hutang terhadap modal sendiri. Pemakaian proxy dimaksudkan untuk mempermudah pengukuran karena faktor tersebut tidak dapat diukur secara langsung (R. Agus Sartono dan Ragil Sriharto,


(17)

4

1999). Pengukuran variabel DER sebagai di proxy dari struktur modal sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mutaminah (2003), Se Tin (2004), Dyah Sih Rahayu (2005).

Menurut McCue dan Ozcan (1992:333) terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi struktur modal dalam suatu perusahaan, faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal dipengaruhi struktur aktiva, pertumbuhan aktiva, profitabillitas, risiko, ukuran perusahaan, pajak, struktur kepemilikan perusahaan, system pembayaran dari konsumen, dan kondisi pasar.

Struktur aktiva merupakan proporsi aktiva perusahaan yang terdiri dari aktiva lancar dan aktiva tetap dalam menjalankan kegiatan operasionalnya. Aktiva lancar merupakan aktiva yang bersifat jangka pendek, sedangkan Aktiva tetap merupakan aktiva yang mempunyai sifat jangka panjang dan dijadikan jaminan dalam memperoleh utang (Syamsudin, 2001). Setiap perusahaan akan mempunyai struktur aktiva yang berbeda antara jenis perusahaan yang satu dan lainnya. Hal tersebut disebabkan setiap perusahaan mempunyai sifat yang berbeda dalam menjalankan kegiatan operasinya. Pentingnya struktur aktiva bagi perusahaan adalah untuk menunjang kegiatan operasi perusahaan tersebut. Perusahaan yang bergerak dalam bidang industri akan lebih banyak mempunyai aktiva tetap dibandingkan dengan perusahaan jasa atau perusahaan dagang. Pengukuran struktur aktiva diketahui dengan membandingkan total aktiva tetap dan total aktiva yang dimiliki perusahaan. Total aktiva tetap diketahui dengan menjumlahkan rekening-rekening aktiva tetap berwujud perusahaan seperti tanah, gedung, mesin dan peralatan, kendaraan dan aktiva tetap berwujud lainnya


(18)

kemudian dikurangi akumulasi penyusutan aktiva tetap. Aktiva tetap mempunyai sifat tahan lama dam mempunyai nilai penyusutan selama periode waktu tertentu.

Ukuran perusahaan adalah menunjukkan besar kecilnya suatu perusahaan yang dapat dilihat dari nilai kekayaan yang dimiliki perusahaan yang ditunjukkan oleh total aktiva, jumlah penjualan, rata-rata tingkat penjualan dan rata-rata total aktiva (Ferri and Jones dalam Cristina Yolan dan Dwi Martini (2005). Besar Ukuran perusahaan dapat dinyatakan dalam total aktiva, penjualan, dan kapitalisasi pasar. Semakin besar total aktiva, penjualan, kapitalisasi pasar maka semakin besar pula ukuran perusahaan itu. Ukuran perusahaan adalah rata-rata besarnya total aktiva yang dimiliki oleh suatu perusahaan selama periode tertentu (Yunika dan Suharlan, 2009:37). Total aktiva dipilih sebagai proxy ukuran perusahaan dengan mempertimbangkan bahwa nilai aktiva relative lebih stabil dibandingkan dengan nilai market capitalized dan penjualan (Wuryatiningsih, 2002 dalam Sudarmadji, 2007).

Pada umumnya perusahaan dibedakan menjadi tiga kategori, yaitu perusahaan kecil, perusahaan menengah, dan perusahaan besar. Kategori perusahaan tersebut didasarkan pada nilai kekayaan perusahaan. Perusahaan kecil yaitu perusahaan yang mempunyai total aktiva maksimal bersekitar Rp. 200.000.000. Perusahaan menengah yaitu perusahaan yang mempunyai aktiva di atas Rp. 200.000.000, sampai dengan maksimal Rp. 10 Milyar. Perusahaan besar adalah perusahaan yang memiliki kekayaan di atas Rp. 10 Milyar, yang di atur dalam ketentuan Bapepam No.11/PM/1997. Perusahaan yang mempunyai ukuran besar memiliki kebutuhan dana yang besar untuk membiayai aktivitas perusahaan


(19)

6

dan salah satu alternatif pemenuhan kebutuhan dana tersebut adalah dengan menggunakan hutang (Soliha dan Taswan, 2002).

PT Multistrada Arah Sarana, Tbk yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia bergerak di bidang sektor produksi ban mobil maupun motor yaitu Archillese,

Corsa, dan Strada. Perusahaan pada umumnya termasuk PT Multistrada Arah Sarana, Tbk memperoleh modal didasari pada penilaian ekonomis dari para investor. Perusahaan hendaknya menyediakan informasi mengenai kondisi keuangannya untuk keperluan investor dan pihak yang membutuhkannya. Salah satu informasi tersebut adalah laporan keuangan yang telah di audit oleh pihak akuntan publik, dengan adanya informasi ini para investor juga dapat memilih profil perusahaan yang satu dengan yang lainnya. (Karlina,2010)

Berikut tabel tingkat rata-rata pada PT. Multistrada Arah Sarana, Tbk dari tahun 2004 sampai dengan 2009, di bawah ini:

Tabel 1.1

Rata-rata Struktur modal, Ukuran perusahaan, dan Struktur modal Pada PT Multistrada Arah Sarana, Tbk

Periode 2004-2009 Tahun Struktur Aktiva

(%)

Ukuran Perusahaan (Rupiah)

Struktur Modal (%)

2004 85,6 794,257 150,6

2005 75,6 1,083,291 94,7

2006 81,9 1,433,688 98,7

2007 68,0 1,799,172 39,7

2008 68,2 2,379,024 74,3

2009 70,7 2,536,045 73,7

Data ICMD yang sudah diolah pada 2010

Pada Tabel di atas dapat kita lihat fenomena dari hasil pencapaian rata-rata produksi yang telah dikeluarkan selama eksport ataupun import pendapatan per tahun dari tahun 2004 sampai dengan 2009. Pada tahun 2009 Struktur aktiva


(20)

mengalami peningkatan yaitu sebesar 70,7%, sedangkan dilihat dari struktur modal mengalami penurunan yaitu sebesar 73,7% daripada tahun sebelumnya. Seharusnya apabila struktur aktiva meningkat maka struktur modal juga meningkat, namun yang terjadi pada PT Multistrada Arah Sarana, Tbk justru terjadi sebaliknya, dimana pada saat struktur aktiva meningkat justru struktur modalnya menurun. Artinya ketika perusahaan meningkatkan nilai investasinya pada aktiva tetap, justru jumlah hutangnya makin menurun.

Hal tersebut perusahaan yang menghasilkan keuntungan lebih (Profitable) akan mempunyai struktur modal yang rendah daripada perusahaan yang kurang menghasilkan keuntungan (Less Profitable), karena perusahaan yang menghasilkan keuntungan lebih mampu mendanai investasinya dengan laba ditahan (Retained Earning) dari kegiatan operasional perusahaan, cadangan, dan penyusutan. Makin besar sumber intern yang berasal dari laba ditahan/ cadangan, akan memperkuat posisi keuangan dalam menghadapi kesulitan keuangan diwaktu-waktu mendatang, misalnya dapat digunakan untuk melunasi hutang perusahaan, untuk membiayai ekspansi atau untuk digunakan menambah modal kerja. Disamping sumber intern dalam memenuhi kebutuhan dana, suatu perusahaan dapat pula menyediakan dari sumber eksternal. Teori tersebut sejalan dengan Pecking Order Theory.

Menurut penelitian terdahulu yang telah diteliti sebelumnya, Modiglliani dan Miller (1958). Agus Sartono (2001:230) mengemukakan bahwa struktur modal dijadikan sebagai bahan perdebatan karena adanya berbagai teori yang berbeda menghasilkan rekomendasi yang berbeda bahkan berlawanan dalam


(21)

8

proses pengambilan keputusan.Para pakar ekonomi keuangan mengidentifikasikan seperangkat kekuatan yang kompleks yang dapat mempengaruhi struktur modal perusahaan.

Brighman dan Houston yang dialih bahasakan oleh Ali Akbar Yulianto (2006:39) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal anatra lain stabilitas penjualan, struktur aktiva, leverage operasi, tingkat pertumbuhan, profitabilitas, pajak, pengendalian, sikap manajemen, sikap pemberi pinjaman, dan lembaga penilai peringkat, kondisi pasar, kondisi internal perusahaan dan fleksibilitas keuangan. Bambang Riyanto (2008:297) mengemukakan bahwa faktor-faktor utama yang mempengaruhi struktur modal antar lain tingkat bunga, stabilitas dari earning, susunan dari aktiva, kadar risiko dari aktiva, besarnya jumlah modal yang dibutuhkan, keadaan pasar modal, sifat manajemen, dan suatu perusahaan.

Struktur aktiva sebagai faktor yang mempengaruhi struktur modal kebanyakan perusahaan industri dimana sebagian besar daripada modalnya tertanam dalam aktiva tetap akan mengutamakan pemenuhan modalnya dari modal yang permanen yaitu modal sendiri, sedang hutang hanya sebagai pelengkap (Saidi, 2004).

Menurut Ariyanto (2002) dalam Indrawati dan Suhendro (2006), besar kecilnya perusahaan akan berpengaruh terhadap struktur modal, semakin besar perusahaan maka akan semakin besar pula kesempatan melakukan investasi dan memperoleh akses ke sumber dana. Ukuran perusahaan terhadap kebijakan


(22)

struktur modal yang dilakukan Hendri dan Sutapa (2006), Yuke dan Hadri (2005) dan Kartini dan Tulus (2008) mendapatkan hasil bahwa ukuran perusahaan mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap struktur modal. Tetapi hasil ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Laili Hidayati, et al (2001) yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap strukur modal.

Dari fenomena uraian diatas penulis tertarik untuk mengetahui seberapa besar faktor-faktor yang dianggap dapat mempengaruhi struktur modal di pasar modal. Dimana faktor-faktor tersebut adalah struktur aktiva dan Ukuran perusahaan. Untuk itu penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul

“ANALISIS PENGARUH STRUKTUR AKTIVA DAN UKURAN

PERUSAHAAN TERHADAP STRUKTUR MODAL (Studi kasus pada perusahaan PT Multistrada Arah Sarana Tbk yang terdaftar di BEI periode 2004-2009) ”.


(23)

10

1.2 Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah 1.2.1 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian tersebut di atas, mengacu kepada fenomena yang akan diidentifikasikan adalah sebagai berikut :

1. Pada tahun 2009 struktur aktiva pada PT.Multistrada Arah Sarana, Tbk mencapai lebih besar sedangkan struktur modal lebih kecil

2. Dilihat dari fenomena antara Struktur modal dengan struktur aktiva ada beberapa teori yang menyatakan pendapat yang berbeda-beda mengenai hal tersebut

1.2.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi fenomena masalah yang telah diuraikan di atas, peneliti merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana hubungan struktur aktiva dan ukuran perusahaan pada perusahaan PT Multistrada Arah Sarana, Tbk yang terdaftar di BEI 2. Bagaimana pengaruh struktur aktiva dan ukuran perusahaan terhadap

Struktur modal secara parsial terhadap PT Multistrada Arah Sarana, Tbk yang terdaftar di BEI

3. Bagaimana pengaruh Struktur aktiva dan Ukuran Perusahaan terhadap Struktur modal secara simultan terhadap PT Multistrada Arah Sarana, Tbk yang terdaftar di BEI


(24)

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud dilakukan penelitian ini adalah untuk mencari, mengumpulkan dan menganalisis data dan informasi yang berhubungan dengan masalah yang diteliti pada suatu perusahaanPT. Multistrada Arah Sarana, Tbk yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2004-2009, agar dapat mengetahui hubungan pengaruh struktur aktiva dan ukuran perusahaan terhadap struktur modal.

1.3.2 Tujuan dari penelitian

1. Untuk mengetahui hubungan struktur aktiva dan ukuran perusahaan terhadap struktur modal pada suatu perusahaan PT. Multistrada Arah Sarana, Tbk yang terdaftar di BEI

2. Untuk mengetahui pengaruh ukuran perusahaan struktur aktiva dan ukuran perusahaan terhadap struktur modal secara parsial pada PT. Multistrada Arah Sarana, Tbk yang terdaftar di BEI

3. Untuk mengetahui pengaruh struktur aktiva dan ukuran perusahaan terhadap struktur modal secara simultan pada PT. Multistrada Arah Sarana, Tbk yang terdaftar di BEI


(25)

12

1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Bagi Penulis

Untuk meningkatkan pengetahuan dan pengalaman serta pemahaman mengenai teori kebijakan struktur modal, ukuran perusahaan, dan struktur aktiva.

1.4.2 Bagi Perusahaan

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perusahaan dalam mengambil suatu kebijakan perusahaan yang akan mempengaruhi Struktur modal dalam keputusan pendanaan bagi perusahaan.

1.4.3 Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber informasi dan tambahan referensi menurut yang berhubungan dengan Struktur aktiva dan Ukuran perusahaan terhadap Struktur modal pada suatu perusahaan PT. Multistrada Arah Sarana, Tbk yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian 1.5.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini penulis lakukan pada perusahaan manufaktur yang bergerak di bidang produk ban yaitu PT Multistrada Arah Sarana, Tbk yang bertempat di Cikarang Jl Raya Lemahabang Km.58,3.


(26)

1.5.2 Waktu Penelitian

Tabel 1.2

Pelaksanaan Penelitian

No Schedule

Bulan

September Oktober November Desember Januari Febuari 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Persiapan

a. Penyusunan

UP b. Bimbingan

c. Pendaftaran

Seminar UP d. Seminar UP e. Perbaikan

2

Pengumpulan

Data

3

Pengolahan

Data

4

Penyusunan Laporan dan

Bimbingan

5

Pendaftaran Ujian Sidang

Akhir

6

Ujian Sidang


(27)

14 BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Struktur Aktiva

Struktur aktiva mencerminkan dua komponen aktiva secara garis besar dalam komposisinya yaitu aktiva lancar dan aktiva tetap. Aktiva lancar adalah uang kas dan aktiva –aktiva lain yang dapat direalisasikan menjadi uang kas atau dikonsumsi dalam suatu periode akutansi yang normal. Sedangkan aktiva tetap adalah berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dibangun lebih dahulu yang digunakan dalam operasi perusahaan, tidak termasuk untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan mempunyai masa.

2.1.1.1 Pengertian Struktur Aktiva

Menurut Syamsudin (1994:8) menyatakan bahwa :

“Struktur aktiva adalah penentuan berapa besar alokasi untuk masing-masing komponen aktiva, baik dalam aktiva lancar maupun dalam aktiva tetap.”

Sedangkan, menurut Bambang Riyanto (2008:22) menyatakan :

“Struktur aktiva adalah perimbangan atau perbandingan baik dalam artian absolute maupun dalam artian relatif antar aktiva lancar dan aktiva tetap”.


(28)

Menurut Munawir (2002:14) menyatakan :

“Aktiva lancar adalah uang kas dan aktiva lainnya yang dapat diharapkan untuk dicairkan atau ditukarkan menjadi uang tunai, dijual atau dikonsumsi dalam periode berikutnya, paling lama satu tahun atau dalam perputaran kegiatan perusahaan yang normal”

Adapun aktiva yang harus disediakan untuk beroperasinya perusahaan secara permanen adalah golongan aktiva tetap.Aktiva tetap adalah kekayaan yang dimiliki perusahaan yang fisiknya Nampak (konkrit) (Munawir, 2002:17). Syarat lain untuk dapat diklasifikasikan sebagai aktiva tetap selain aktiva itu dimiliki perusahaan, juga harus digunakan dalam operasi yang bersifat permanen (aktiva tersebut mempunyai umur kegunaan jangka panjang atau tidak akan habis dipakai dalam suatu periode kegiatan perusahaan). Di lain pihak, aktiva yang harus disediakan untuk beroperasinya perusahaan adalah golongan aktiva tetap. Aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam keadaan siap pakai dibangun lebih dahulu yang digunakan dalam operasi perusahaan, tidak dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan mempunyai lebih dari satu tahun (Standar Akuntansi Keuangan (SAK), 2002:16.2).

2.1.1.2 Metode pengukuran Struktur Aktiva

Struktur aktiva diketahui dengan membandingkan total aktiva tetap dan total aktiva yang dimiliki perusahaan. Total aktiva tetap diketahui dengan menjumlahkan rekening-rekening aktiva tetap berwujud perusahaan seperti tanah, gedung, mesin dan peralatan, kendaraan dan aktiva tetap berwujud lainnya kemudian dikurangi akumulasi penyusutan aktiva tetap. Aktiva tetap mempunyai


(29)

16

sifat tahan lama dam mempunyai nilai penyusutan selama periode waktu tertentu. Perusahaan yang memiliki struktur aktiva tinggi berarti perusahaan tersebut memiliki aktiva tetap yang lebih besar dibandingkan dengan aktiva lainnya dalam menjalankan kegiatan operasi perusahaan.Struktur aktiva yaitu penentuan seberapa besar jumlah alokasi untuk masing–masing komponen aktiva lancar maupun dalam aktiva tetap.

Struktur aktiva dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut:

(Syamsudin, 1994:8) Menurut Lusiana (2006:45) menyatakan bahwa metode struktur aktiva ini diproksi dengan rasio antara aktiva tetap dengan total aktiva yang dimiliki perusahaan pada akhir tahun tertentu. Rasio standar dari struktur aktiva adalah bersekitar 50%.

2.1.2 Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan merupakan tolak ukur bagi suatu perusahaan untuk menentukan kapasitas perusahaan yang dimilikinya, apakah termasuk perusahaan besar atau kecil. Ukuran perusahaan dapat diukur dengan melihat keseluruhan total aktiva yang dimiliki perusahaan tersebut.

Struktur aktiva = Total Aktiva tetap x 100% Total aktiva


(30)

Menurut Ferri and Jones dalam Cristina Yolan dan Dwi Martani (2005), menyatakan bahwa:

“Ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan, dapat ditunjukkan oleh total aktiva, jumlah penjualan, rata-rata tingkat penjualan dan rata-rata total aktiva.”

Menurut (Hart dan Oulton, 1996:112) dalam Juniarti dan Carolina (2005), pengertian ukuran perusahaan adalah sebgai berikut:

“Ukuran perusahaan merupakan salah satu alat untuk mengukur besar kecilnya perusahaan. Karyawan, aktiva, penjualan, market value, dan value added adalah beberapa ukuran umum untuk menentukan besar kecilnya suatu perusahaan”.

Perusahaan selalu menginginkan perolehan laba bersih setelah pajak karena bersifat menambah modal sendiri. Dengan kata lain, laba bersih dapat diperoleh jika jumlah penjualan lebih besar daripada jumlah biaya operasi. Agar diperoleh laba bersih yang sesuai dengan jumlah yang diinginkan, maka perencanaan dan pengendalian menjadi hal yang sangat penting dilakukan oleh pihak manajemen. Perusahaan yang berada pada pertumbuhan penjualan yang tinggi membutuhkan dukungan modal yang semakin besar, demikian juga sebaliknya, pada perusahaan yang tingkat pertumbuhan penjualannya rendah kebutuhan terhadap modal juga semakin kecil. Akan tetapi, jika dana dari sumber intern sudah tidak mencukupi, maka tidak ada pilihan lain bagi perusahaan untuk menggunakan dana yang berasal dari luar perusahaan, baik utang maupun dengan mengeluarkan saham baru.

Perusahaan yang besar cenderung memiliki sumber permodalan yang lebih banyak dan memiliki kemungkinan untuk bangkrut yang lebih kecil, sehingga


(31)

18

lebih mampu untuk memenuhi kewajiban finansialnya. Dengan kata lain, perusahaan besar cenderung memiliki utang atau menggunakan dana eksternal dalam jumlah yang lebih besar.

Menurut Bambang Riyanto (2008:299-300), suatu perusahaan yang besar yang sahamnya tersebar sangat luas, setiap perluasan modal saham hanya akan mempunyai pengaruh yang kecil terhadap kemungkinan hilangnya atau tergesernya pengendalian dari pihak yang dominan terhadap perusahaan bersangkutan. Sebaliknya, perusahaan yang kecil, dimana sahamnya tersebarhanya di lingkungan kecil, penambahan jumlah saham akan mempunyai pengaruh yang besar terhadap kemungkinan hilangnya kontrol pihak dominan terhadap perusahaan yang bersangkutan. Dengan demikian, maka perusahaan yang besar akan lebih berani mengeluarkan saham baru dalam memenuhi kebutuhan untuk membiayai pertumbuhan yang didasarkan pada penjualan, dibandingkan dengan perusahaan yang kecil.

Menurut Eugene F. Brigham dan Joel F. Houston (2001:117-119), dalam Hadri dan Yuke (2005) mengemukakan bahwa:

“Ukuran perusahaan yaitu rata–rata total penjualan bersih untuk tahun yang bersangkutan sampai beberapa tahun.”

Sedangkan menurut Yunika dan Suherman (2007:37) mengemukakan bahwa:

“Ukuran perusahaan adalah rata-rata besarnya total aktiva yang dimiliki oleh suatu perusahaan selama periode tertentu”


(32)

Menurut Machfoedz dalam Asuhan Rembulan (2008:65) mengenai ukuran perusahaan adalah sebagai berikut

“Ukuran perusahaan adalah suatu skala dimana dapat diklasifikasikan besar kecilnya perusahaan menurut berbagai cara. Antra lain:Total aktiva, log size, nilai pasar saham, dan lain-lain. Pada dasarnya, ukuran perusahaan hanya terbagi dalam tiga kategori, yaitu:perusahaan besar, perusahaan menengah, perusahaan kecil. Penentuan ukuran perusahaan ini didasarkan pada total asset perusahaan”.

Dari berbagai definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa ukuran perusahaan merupakan ukuran dari besar atau kecilnya suatu perusahaan yang dapat dilihat dari berbagai skala, yaitu dapat diklasifikasikan besar kecilnya perusahaan dengan berbagai cara, antara lain total aktiva, log size, nilai pasar saham, dan stabilitas penjualan. (Hol dan Wijst, 2006).

2.1.2.1 Tujuan Ukuran Perusahaan

Menurut Ferry dan Jones dalam Sujianto (2001), tujuan ukuran perusahaan menyatakan :

“Tujuan Ukuran Perusahaan, yaitu (1) Untuk memperoleh sumber pendanaan dari berbagai sumber yang sudah diakses, (2) Untuk memperoleh probabilitas dalam persaiangan industry, (3) Untuk meningkatkan pertumbuhan penjualan perusahaan agar total aktiva perusahaan juga meningkat.”

Sedangkan menurut Wuryatiningsih (2002), tujuan ukuran perusahaan menyatakan bahwa:

“Tujuan Ukuran Perusahaan adalah meningkatkan penjualan dan kapitalisasi pasar, memperbanyak modal yang ditanam, meningkatkan perputaran uang dalam perusahaan.”


(33)

20

2.1.2.2 Metode pengukuran Ukuran perusahaan

Dalam penelitian ini, ukuran perusahaan dinilai dengan aktiva perusahaan selama satu tahun tertentu. Besar kecilnya perusahaan dapat diukur dengan total aktiva/besar harta perusahaan dengan menggunakan total aktiva (Hartono, 2000:254). Total Aset dapat dipakai sebagai wakil pengukur (proxy) besarnya perusahaan (Elton dan Gruber, 1994 dalam Hartono,2000). Total aktiva dipilih sebagai proxy ukuran perusahaan dengan mempertimbangkan bahwa nilai aktiva

relative lebih stabil dibandingkan dengan nilai market capitalized dan penjualan (Wuryatiningsih, 2002 dalam Sudarmadji, 2007). Hal ini didukung oleh Zulhawati (2001), Manao dan Nur (2001) dalam Saputra (2004) yang menggunakan total aktiva sebagai proksi ukuran perusahaan dalam penelitiannya.

Selanjutnya menurut Ronald Clapham (2007:12) dalam Harlina (2010) menyatakan bahwa, ukuran perusahaan yang biasa dipakai untuk menentukan tingkatan perusahaan adalah :

1. Tenaga kerja, merupakan jumlah pegawai tetap dan honorer yan terdaftar atau bekerja di perusahaan pada suatu saat tertentu.

2. Tingkat penjualan, merupakan volume penjualan pada suatu perusahaan pada suatu periode tertentu, misalnya satu tahun.

3. Total utang ditambah dengan nilai pasar saham biasa perusahaan yang merupakan jumlah utang dan nilai pasar saham biasa perusahaan pada suatu atau suatu tanggal tertentu.

Sedangkan pengelompokkan ukuran perusahaan atas dasar total asset dan tingkat penjualan menurut UU No. 20 tentang UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah) pada tabel 2.1 adalah sebagai berikut:


(34)

Tabel 2.1

Kriteria Ukuran Perusahaan Menurut Total Assets dan Tingkat Penjualan Skala Perusahaan

Kriteria

Total Assets Tingkat Penjualan/tahun Perusahaan Besar  RP 10 Milyar  Rp 50 Milyar

Perusahaan Menengah

 Rp 10 Milyar - Rp 500 Juta

 Rp 50 Milyar- Rp 2,5 Milyar

Perusahaan Kecil  Rp 500 Juta –Rp 50 Juta

 Rp 2,5 Milyar – 300Juta

Perusahaan Mikro Rp 50 Juta Rp 300 Juta

Sumber: data diolah dari UU No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah

Ukuran perusahaan yang didasarkan pada total asset yang dimiliki oleh perusahaan yang diatur dalam Ketentuan Bapepam No. 11/PM/1997, menyatakan

“Perusahaan menengah atau kecil adalah perusahaan yang memiliki jumlah kekayaan (total assets) tidak lebih dari 100 milyar rupiah.”

Dengan adanya ketentuan tersebut, maka dapat dikatakan bahwa perusahaan yang memiliki asset lebih dari 100 milyar rupiah ke atas dikelompokkan ke dalam industri menengah dan besar.

Sedangkan menurut Drs. R. Agus Sartono, M.B.A (2001;249) mengemukakan tentang ukuran perusahaan seperti berikut:

“Skala Perusahaan adalah perusahaan besar yang sudah well-established

akan lebih mudah memperoleh modal di pasar modal dibanding dengan perusahaan kecil. Karena kemudahan akses tersebut berarti perusahaan besar memiliki fleksibilitas yang lebih besar pula.Bukti empiris menyatakan bahwa skala perusahaan berhubungan positif denngan ratio antara utang dengan nilai buku ekuitas atau debt to book value of equity


(35)

22

Perusahaan dengan ukuran yang lebih besar memiliki akses yang lebih besar untuk mendapat sumber pendanaan dari berbagai sumber, sehingga untuk memperoleh pinjaman dari krediturpun akan lebih mudah karena perusahaan dengan ukuran besar memiliki probabilitas lebih besar untuk memenangkan persaingan atau bertahan dalam industri. Pada sisi lain, perusahaan dengan skala kecil lebih fleksibel dalam menghadapi ketidakpastian, karena perusahaan kecil lebih cepat bereaksi terhadap perubahan yang mendadak. Oleh karena itu, memungkinkan perusahaan besar tingkat leveragenya akan lebih besar dari perusahaan yang berukuran kecil.

Berdasarkan banyaknya peneliti-penelitian terdahulu mengenai ukuran perusahaan, maka dengan demikian penulis memilih:

(Yunika dan Suherman, 2007:37) Ukuran perusahaan diukur dengan total aktiva yang dimiliki oleh suatu perusahaan selama periode tertentu. Total aktiva dipilih sebagai proxy ukuran perusahaan dengan mempertimbangkan bahwa nilai aktiva relative lebih stabil dibandingkan dengan nilai market capitalized dan penjualan.


(36)

2.1.3 Struktur Modal

Dalam neraca perusahaan (balance sheet) yang terdiri dari sisi aktiva yang mencerminkan struktur kekayaan dan sisi pasiva sebagai struktur keuangan. Struktur modal sendiri merupakan bagian dari struktur keuangan yang dapat diartikan sebagai pembelanjaan permanen yang mencerminkan perimbangnan antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri

2.1.3.1 Pengertian Struktur Modal

Modal menurut Munawir (2001:19)menyatakan bahwa :

“hak atau bagian yang dimiliki oleh pemilik perusahaan yang ditujukan dalam pos modal (modal saham), surplus dan laba yang ditahan atau kelebihan aktiva yang dimiliki oleh perusahaan terhadap seluruh hutang-hutangnya”.

Sumber dari modal adalah apa yang dapat dilihat berupa hutang lancar, hutang jangka panjang dan modal sendiri. Modal menggambarkan hak pemiliik atas perusahaan, yang timbul sebagai akibat penanaman (investasi) yang dilakukan oleh pemilik atau para pemilik.

“Struktur modal adalah bauran (atau proporsi) pendanaan permanen jangka panjang perusahaan yang diwakili oleh hutang, saham preferen, dan ekuitas saham biasa”, dikemukakan oleh Van Horne dan Wachowicz yang dialih bahasakan oleh Deni Fitriasari dan Deny Arnos Kwary(2007:232).Sumber pembiayaan jangka panjang perusahaan dapat diperoleh baik dari sumber internal maupun eksternal. Keputusan untuk memilih sumber pembiayaan merupakan


(37)

24

keputusan bidang keuangan yang sangat penting bagi perusahaan.“Rasio hutang jangka panjang terhadap modal sendiri (long time debt to equity ratio) menggambarkan struktur modal perusahaan dan rasio hutang terhadap modal akan menentukan besarnya leverage keuangan yang digunakan perusahaan”dikemukakan oleh Weston dan Copeland yang dialih bahasakan oleh Jaka Wasana dan Kibrandoko (1997:22).

Menurut Bambang Riyanto (2006:22) menyatakan bahwa :

“Struktur modal adalah pembelanjaan permanen dimana mencerminkan perimbangan antara utang jangka panjang dengan modal sendiri”.

Struktur modal merupakan salah satu keputusan keuangan yang kompleks karena berhubungan dengan variabel keputusan lainnya.

2.1.3.2 Teori Struktur Modal

Penentuan struktur modal banyak dipengaruhi oleh berbagai macamfaktor. Konsep teori berkaitan dengan pembahasan dan penelitian masalah tersebut sangat banyak dan bermacam-macam cara pandangnya terhadap masalah dan cara pemecahannya. Teori-teori tersebut perlu diimplementasikanke dalam praktek maupun kasus-kasus tertentu yang berkaitan. Bertolak dari hal inilah mulai diteliti apakah ada penyimpangan-penyimpangan di dalamukuran yang wajar ataukah tidak wajar.


(38)

2.1.3.2.1 Trade – Off Theory

Menurut oleh Hartono (2003:112)menyatakan :

“Model trade-off mengasumsikan bahwa struktur modal perusahaan merupakan hasil trade-off dari keuntungan pajak dengan menggunakan hutang dengan biaya yang akan timbul sebagai akibat penggunaan hutang tersebut”,

Menurut oleh Suad Husnan (2000:67) menyatakan bahwa :

Esensi trade-off theory dalam struktur modal adalah menyeimbangkan manfaat dan pengorbanan yang timbul sebagai akibat penggunaan hutang.Sejauh manfaat lebih besar, tambahan hutang masih diperkenankan.”

Apabila pengorbanan karena penggunaan hutang sudah lebih besar, maka tambahan hutang sudah tidak diperbolehkan. Trade-off theory telah mempertimbangkan berbagai faktor seperti corporate tax, biaya kebangkrutan,

dan personal tax dalam menjelaskan mengapa suatu perusahaan memilih struktur

modal tertentu, Kesimpulannya adalah penggunaan hutang akan meningkatkan nilai perusahaan tetapi hanya pada sampai titik tertentu. Setelah titik tersebut, penggunaaan hutang justru menurunkan nilai perusahaan, dikemukakan oleh Hartono (2003:20).


(39)

26

Walaupun model trade-off theory tidak dapat menentukan secara tepat struktur modal yang optimal, namun model tersebut memberikan kontribusi penting dikemukakan oleh Hartono (2003:35), yaitu :

1) Perusahaan yang memiliki aktiva yang tinggi, sebaiknya menggunakan sedikit hutang.

2) Perusahaan yang membayar pajak tinggi sebaiknya lebih banyak menggunakan hutang dibandingkan perusahaan yang membayar pajak rendah.

2.1.3.2.2 Pecking Order Theory

Teori ini dikenalkan pertama kali oleh Donaldson pada tahun 1961, sedangkan penamaan pecking order theory dilakukan oleh Myers pada tahun 1984. Teori ini disebut pecking order karena teori ini menjelaskan mengapa perusahaan akan menentukan hieraki sumber dana yang paling disukai. Menurut Brealey and Myers, 1991 dalam Suad Husnan(2000:101)Secara ringkas teori tersebut menyatakan bahwa;

1) Perusahaan menyukai internal financing (pendanaan dari hasil operasi perusahaan).

2) Perusahaan mencoba menyesuaikan rasio pembagian deviden yang ditargetkan dengan berusaha menghindari perubahan pembayaran deviden secara drastis.

3) Kebijakan deviden yang relatif segan untuk diubah, disertai dengan fluktuasi profitabilitas dan kesempatan investasi yang tidak bisa diduga, mengakibatkan bahwa dana hasil operasi kadang-kadang melebihi kebutuhan dana untuk investasi, meskipun pada kesempatan yang lain, mungkin kurang. Apabila dana hasil operasi kurang dari kebutuhan investasi, maka prusahaan akan mengurangi saldo kas atau menjual sekuritas yang dimiliki.

4) Apabila pendanaan dari luar (external financing) diperlukan, maka perusahaan akan menerbitkan sekuritas yang paling “aman” terlebih


(40)

dahulu yaitu dimulai dengan penerbitan obligasi, kemudian diikuti oleh sekuritas yang berkarakteristik opsi (seperti obligasi konversi), baru akhirnya apabila masih belum mencukupi, saham baru diterbitkan.

Menurut Laili Hidayati, et al (2001)menyatakan :

“Implikasi pecking order theory adalah perusahaan tidak menetapkan struktur modal optimal tertentu, tetapi perusahaan menetapkan kebijakan prioritas sumber dana”

Pecking order theory menjelaskan mengapa perusahaan-perusahaan yang

profitable (menguntungkan) umumnya meminjam dalam jumlah yang sedikit. Hal

tersebut bukan karena perusahaan mempunyai target debt ratio yang rendah, tetapi karena memerlukan external financing yang sedikit. Sedangkan perusahaan yang kurang profitable cenderung mempunyai hutang yang lebih besar karena dana internal tidak cukup dan hutang merupakan sumber eksternal yang lebih disukai. Penggunaan dana eksternal dalam bentuk hutang lebih disukai daripada modal sendiri karena dua alasan; pertama, pertimbangan biaya emisi dimana biaya emisi obligasi akan lebih murah daripada biaya emisi saham baru. Hal ini disebabkan karena penerbitan saham baru akan menurunkan harga saham lama. Kedua, manajer khawatir penerbitan saham baru akan ditafsirkan sebagai kabar buruk oleh para pemodal, dan membuat harga saham akan turun, hal ini disebabkan antara lain oleh kemungkinan adanya ketidaksamaan informasi antara pihak manajemen dengan pihak pemodal yang dikemukakan oleh Suad Husnan (2000:35).


(41)

28

2.1.3.2.3 Agency Theory

Teori ini dikemukakan oleh Michael C. Jensen dan William H. Meckling pada tahun 1976.

Menurut Mamduh M. Hanafi (2003:87) mengemukakan:

“Menurut pendekatan ini, struktur modal disusun sedemikian rupa untuk mengurangi konflik antar berbagai kelompok kepentingan”,

Manajemen merupakan agen dari pemegang saham, sebagai pemilik perusahaan. Para pemegang saham berharap agen akan bertindak atas kepentingan mereka sehingga mendelegasikan wewenang kepada agen. Untuk dapat melakukan fungsinya dengan baik, manajemen harus diberikan imbalan dan pengawasan yang memadai.

2.1.3.2.4 Signaling Theory

Isyarat atau signal adalah suatu tindakan yang diambil manajemen perusahaan yang memberi petunjuk bagi investor tentang bagaimana manajemen memandang prospek perusahaan. Peusahaan dengan prospek yang menguntungkan akan mencoba menghindari penjualan saham dan mengusahakan setiap modal baru yang diperlukan dengan cara-cara lain, termasuk penggunaan hutang yang melebihi target strkutur modal yang normal. Perusahaan dengan prospek yang kurang menguntungkan akan cenderung untuk menjual sahamnya, yang berarti mencari investor baru untuk berbagi kerugian. Pengumuman emisi saham oleh suatu perusahaan umumnya merupakan suatu isyarat (signal) bahwa manajemen memandang prospek perusahaan tersebut suram.


(42)

Menurut Brigham dan Houston(2001) dialih bahasakan oleh Saidi (2004) menyatakan :

“Apabila suatu perusahaan menawarkan penjualan saham baru, lebih sering dari biasanya, maka harga sahamnya akan menurun karena menerbitkan saham baru berarti memberikan isyarat negatif yang kemudian dapat menekan harga saham sekalupin prospek perusahaan cerah”.

2.1.3.2.5 Asymetric Information Theory

Pada saat yang lain seorang manajer ada kemungkinan memiliki suatu informasi tentang prospek kedepan dari perusahaannya berbeda dengan cara investor dari perusahaan tersebut, teori inipun dikemukakan oleh Brighman & Houston (2011:185) dalam Bambang Riyanto (2011:30) menyatakan bahwa :

“informasi Asimetris situasi dimana investor dan manajer memiliki informasi yang berbeda (lebih baik) tentang prospek perusahaan dibandingkan dengan dimiliki para investor.”

Bertitik tolak pada 2 teori tersebut, dapat diambil suatu kesimpulan bahwa baik para manajer dan investor bila memiliki informasi tentang prospek perusahaannya yang sangat cerah maka sebaiknya tidak melakukakan pendanaan malalui penawaran saham baru, tapi sebaliknya informasi tentang prospek perusahaannya yang kurang baik maka setidaknya melakukan pendanaan melalui penawaran saham baru.

Dalam penelitian ini struktur modal diukur dalam skala rasio yaitu Debt to


(43)

30

lebih banyak memanfaatkan hutang dibandingkan dengan modal sendiri. Artinya, semakin besar Debt to Equity Ratio mencerminkan solvabilitas perusahaan semakin rendah sehingga kemampuan perusahaan untuk membayar hutangnya rendah, hal ini berarti bahwa risiko perusahaan (financial risk) relatif tinggi. Adanya risiko yang tinggi menyebabkan investasi pada suatu saham akan kurang menarik, akibatnya harga saham akan turun.

Menurut Robert Ang (1997) rasio ini menunjukkan komposisi dari total hutang terhadap total ekuitas. Semakin tinggi DER menunjukkan komposisi total hutang semakin besar di banding dengan total modal sendiri, sehingga berdampak semakin besar beban perusahaan terhadap pihak luar (kreditur). Untuk mengembangkan perusahaan dalam mengahadapi persaingan, maka diperlukan adanya suatu pendanaan yang bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Sumber-sumber pendanaan perusahaan dapat diperoleh dari dalam perusahaan (internal) dan dari luar perusahaan (eksternal). Pada prakteknya dana-dana yang dikelola perusahaan harus dikelola dengan baik, karena masing-masing sumber dana tersebut mengandung kewajiban pertanggung jawaban kepada pemilik dana. Proporsi antara modal sendiri (internal) dengan modal pinjaman (eksternal) harus diperhatikan, sehingga dapat diketahui beban perusahaan terhadap para pemilik modal tersebut. Dalam manajemen keuangan proporsi antara jumlah dana dari luar lazim disebut sebagai struktur pendanaan atau struktur modal (capital structure) perlu dilakukan analisis dari banyak faktor dengan mempertimbangkan kondisi keuangan perusahaan. Sumber dana dari pihak luar diperoleh dari pinjaman atau utang (baik hutang jangka pendek maupun


(44)

hutang jangka panjang): sedangkan sumber dana dari pihak internal diperoleh dari modal saham (equity) dan laba tak dibagi (retained earning).

Oleh karena itu, struktur modal di proxy dengan Debt to Equity Ratio (DER), yang merupakan perbandingan antara total hutang terhadap modal sendiri. Pemakaian

proxy dimaksudkan untuk mempermudah pengukuran karena faktor tersebut tidak dapat diukur secara langsung (R. Agus Sartono dan Ragil Sriharto, 1999:77).

Adapun rumus untuk menghitung debt to equity ratio (DER) adalah sebagai berikut:

(R. Agus Sartono dan Ragil Sriharto, 1999:77).

Berdasarkan pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa debt to equity ratio (DER) merupakan perbandingan antara total utang dengan modal sendiri.

2.1.3.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal

Seorang manajer keuangan harus mampu mengambil kebijakan yang tepat dalam hal pendanaan. Tugas manajer keuangan dihadapkan pada adanya siklus dalam pendanaan, dalam arti terkadang perusahaan lebih baik menggunakan dana yang bersumber dari utang, tetapi terkadang perusahaan menggunakan dana yang bersumber dari modal sendiri (equity). Oleh karena itu, manajer keuangan di dalam operasinya perlu berusaha untuk memenuhi suatu sasaran tertentu mengenai perimbangan antara utang dengan modal sendiri tersebut, yang tercemin dalam struktur modal perusahaan sehingga perlu diperhitungkan berbagai faktor yang mempengaruhinya.

DER = Total Utang x 100% Modal sendiri


(45)

32

Menurut Agus Sartono (2010:248), faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal perusahaan adalah:

1. Tingkat penjualan. Perusahaan dengan penjualan yang relatif stabil berarti memiliki aliran kas yang relatif stabil pula, maka dapat menggunakan hutang lebih besar daripada perusahaan dengan penjualan yang tidak stabil.

2. Struktur aset. Perusahaan yang memiliki aset tetap dalam jumlah besar dapat menggunakan hutang dalam jumlah besar. Hal ini disebabkan karena dari skalanya perusahaan besar akan lebih mudah mendapatkan akses ke sumber dana dibandingkan dengan perusahaan kecil. Kemudian, besarnya asset tetap dapat dijadikan sebagai jaminan atau kolateral utang perusahaan.

3. Tingkat pertumbuhan perusahaan. Semakin cepat pertumbuhan perusahaan, maka semakin besar kebutuhan dana untuk pembiayaan ekspansi. Semakin besar kebutuhan untuk pembiayaan masa mendatang, maka semakin besar keinginan perusahaan untuk menahan laba.

4. Profitabilitas. Dengan laba ditahan yang besar, perusahaan akan lebih senang menggunakan laba ditahan sebelum menggunakan utang.

5. Variabel laba dan perlindungan pajak. Variabel ini sangat erat kaitannya dengan stabilitas penjualan. Jika variabilitas atau volatibilitas laba perusahaan kecil, maka perusahaan mempunyai kemampuan yang lebih besar untuk menanggung beban tetap dari utang.

6. Skala perusahaan. Perusahaan besar yang sudah well-established akan lebih mudah memperoleh modal di pasar modal dibanding dengan perusahaan kecil. Karena kemudahan akses tersebut berarti perusahaan besar memiliki fleksibilitas yang lebih besar pula.

7. Kondisi intern perusahaan dan ekonomi makro. Sebagai contoh, perusahaan membayar deviden sebagai upaya untuk meyakinkan pasar tentang prospek perusahaan, dan kemudian menjual obligasi. Strategi itu diharapkan dapat meyakinkan investor bahwa prospek perusahaan baik. Dengan kata lain, agar menarik minat investor dalam hal pendanaan. Sedangkan menurut Eugene F. Brigham dan Joel F. Houston (2001:39-41), dalam Herman (2009) menyatakan bahwa:

“Faktor-faktor yang mempunyai pengaruh terhadap struktur modal perusahaan adalah stabilitas penjualan, struktur aktiva, leverage operasi, tingkat pertumbuhan, profitabilitas, pajak, pengendalian manajemen, sikap manajemen, sikap pemberi pinjaman dan lembaga penilai peringkat, keadaan pasar, kondisi internal perusahaan, dan fleksibilitas keuangan”.


(46)

Adapun menurut Bambang Riyanto (2008:297), mengemukakan bahwa:

“Faktor-faktor utama yang berpengaruh terhadap struktur modal adalah tingkat bunga, stabilitas dari “earning”, susunan dari aktiva, kadar risiko

dari aktiva, besarnya jumlah modal yang dibutuhkan, sifat manajemen, dan besarnya suatu perusahaan”.

Dari berbagai faktor yang mempengaruhi tersebut, penulis membatasi penelitian ini, dengan mengambil faktor yang diduga paling berpengaruh terhadap struktur modal suatu perusahaan, yaitu struktur aktiva, dan ukuran perusahaan.

2.1.3.4 Komponen-komponen Struktur Modal

Menurut Bambang Riyanto (2008:240), struktur modal suatu perusahaan secara umum terdiri atas beberapa komponen, yaitu:

1. Modal Sendiri

Modal sendiri pada dasarnya adalah modal yang berasal dari pemilik dan tertanam di dalam perusahaan untuk waktu yang tidak tentu lamanya. Oleh karena itu, ditinjau dari sudut likuiditas merupakan dana jangka panjang yang tidak tentu waktunya. Modal sendiri ialah keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Komponen dari modal sendiri di dalam suatu perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT) terdiri dari:

a) Modal Saham

Saham adalah tanda bukti pengambilan bagian atau peserta dalam suatu perseroan terbatas. Jenis-jenis modal saham terdiri dari:

1. Saham Biasa (Common Stock). Pemegang saham biasa akan mendapat dividen pada akhir tahun pembukuan, jika perusahaan tersebut mendapat keuntungan.


(47)

34

2. Saham Preferen (Preferred Stock). Pemegang saham preferen mempunyai keistimewaan tertentu dibanding pemegang saham biasa. Pertama, dividen dari saham preferen diambil terlebih dahulu barulah disediakan untuk pemegang saham biasa. Kedua, apabila perusahaan dilikuidasi, maka dalam pembagian kekayaan saham preferen didahulukan daripada saham biasa.

3. Saham Preferen Kumulatif (Cummulative Preferred Stock). Jenis saham ini pada dasarnya adalah sama dengan saham preferen. Perbedaannya hanya terletak pada adanya hak kumulatif pada saham preferen kumulatif. Dengan demikian pemegang saham kumulatif apabila tidak menerima deviden selama beberapa waktu karena adanya kerugian, pemegang saham jenis ini dikemudian hari apabila perusahaan mendapatkan keuntungan berhak menuntut deviden yang tidak dibayarkan di waktu yang lalu.

b) Cadangan

Menurut Bambang Riyanto (2008:242), cadangan dimaksudkan sebagai cadangan yang dibentuk dari keuntungan yang dibentuk oleh perusahaan selama beberapa waktu yang lampau atau dari tahun yang berjalan (reserve that are

surplus). Tidak semua cadangan termasuk dalam pengertian modal sendiri.

Cadangan yang termasuk dalam modal sendiri antara lain: 1. Cadangan ekspansi.

2. Cadangan modal kerja. 3. Cadangan selisih kurs.


(48)

4. Cadangan untuk menampung hal-hal atau kejadian-kejadian yang tidak diduga sebelumnya.

c) Laba Ditahan

Laba ditahan adalah keuntungan yang diperoleh oleh suatu perusahaan yang tidak dibayarkan sebagai deviden. Dengan kata lain, laba ditahan adalah keuntungan yang diperoleh perusahaan yang tidak dibagikan sebagai deviden.

2. Utang Jangka Panjang

Menurut Bambang Riyanto (2008:238), mengemukakan bahwa:

“Modal asing atau utang jangka panjang adalah utang yang jangka waktunya adalah panjang, umumnya lebih dari sepuluh tahun.”

Utang jangka panjang ini pada umumnya digunakan untuk membelanjai perluasan perusahaan (ekspansi) atau modernisasi dari perusahaan, karena kebutuhan modal untuk keperluan tersebut meliputi jumlah yang besar. Jenis atau bentuk-bentuk utama dari utang jangka panjang ini antara lain:

1. Pinjaman Obligasi. Obligasi adalah pinjaman uang jangka panjang, dimana debitur mengeluarkan surat pengakuan utang yang mempunyai nominal tertentu. Jenis-jenis obligasi antara lain adalah:

1) Obligasi Biasa (Bonds). Obligasi biasa adalah obligasi yang bunganya tetap dibayar oleh debitur dalam waktu-waktu tertentu, dengan tidak memandang apakah debitur memperoleh keuntungan atau tidak. Biasanya coupon (bunga obligasi) dibayar dua kali setiap tahunnya. 2) Obligasi Pendapatan (Income Bonds). Income bonds adalah jenis


(49)

36

debitur atau perusahaan yang mengeluarkan surat obligasi tersebut mendapat keuntungan. Tetapi kreditur memiliki hak kumulatif, artinya apabila pada suatu tahun perusahaan menderita kerugian sehingga tidak dibayarkan bunga, dan apabila ditahun kemudiannya perusahaan mendapat keuntungan, maka kreditur berhak untuk menuntut bunga dari tahun yang tidak dibayar itu.

3) Obligasi Yang Dapat Ditukarkan (Convertible Bonds). Convertible

bonds adalah obligasi yang memberikan kesempatan kepada

pemegang surat obligasi tersebut untuk menukarkannya dengan saham dari perusahaan yang bersangkutan. Dengan demikian, maka jenis obligasi ini memungkinkan pemegangnya untuk mengubah statusnya, yaitu dari kreditur menjadi pemilik.

2. Utang Hipotik (Mortgage)

Utang hipotik adalah pinjaman jangka panjang dimana pemberi uang (kreditur) diberi hak hipotik terhadap suatu barang tidak bergerak, supaya bila pihak debitur tidak memenuhi kewajibannya, barang itu dapat dijual dan dari hasil penjualan tersebut dapat digunakan untuk menutup tagihannya.

Besaran jumlah utang jangka panjang akan berpengaruh terhadap baik dan buruknya struktur modal. Menurut Bambang Riyanto (2008:297), suatu perusahaan yang mempunyai struktur modal yang tidak baik, dimana mempunyai utang yang sangat besar akan memberikan beban yang berat pada perusahaan yang bersangkutan.


(50)

Berkaitan dengan uraian tersebut, apabila hasil pengembalian yang didanai dari utang tersebut tidak cukup memadai, maka beban bunga perusahaan menjadi terlalu berat bahkan ketersediaan aktiva sebagai aktiva yang harus disediakan untuk operasi perusahaan akan berkurang karena harus dijual untuk menutupi utangnya. Hal ini akan mempengaruhi tingkat profitabilitas perusahaan. Bertitik tolak dari pemikiran tersebut dapat disimpulkan, bahwa jika proporsi utang jangka panjang dalam struktur modal semakin besar, maka akan semakin besar pula risiko yang harus dihadapi oleh perusahaan, yaitu kemungkinan terjadinya ketidakmampuan perusahaan untuk membayar kembali utang jangka panjang beserta bunganya pada saat jatuh tempo.

2.1.3.5 Struktur Modal Yang Optimum

Pengambilan keputusan tentang sumber pendanaan yang tepat, yang terdiri dari utang dan modal sendiri yang digunakan untuk membiayai aktiva perusahaan, sangat penting bagi perusahaan untuk mencapai keseimbangan finansial.Menurut Bambang Riyanto (2008:14) suatu perusahaan dikatakan dalam keadaan keseimbangan finansial, apabila perusahaan tersebut selama menjalankan fungsinya tidak menghadapai gangguan finansial, yang disebabkan adanya ketidakseimbangan antara jumlah modal yang tersedia dengan jumlah modal yang dibutuhkan. Keputusan dalam pemenuhan kebutuhan dana terkait dengan penentuan jenis (kualitas) sumber dana yang akan digunakan, apakah perusahaan akan menggunakan sumber ekstern yang berasal dari utang obligasi atau pinjaman hipotik, atau menggunakan sumber dana dari modal sendiri. Oleh karena itu, perlu


(51)

38

adanya keseimbangan yang optimal antara kedua sumber dana tersebut. Dalam keadaan bagaimanapun juga, perusahaan jangan mempunyai jumlah utang yang lebih besar daripada jumlah modal sendiri jangan lebih besar dari 50%, sehingga modal yang dijamin (utang) tidak lebih besar dari modal yang menjadi jaminannya (modal sendiri) (Lusiana 2006). Bertitik tolak dari teori tersebut, struktur modal yang optimal dapat dicapai apabila jumlah utang tidak melebihi modal sendiri yang dimiliki perusahaan, atau paling tidak komposisinya 1:1 atau 50% utang jangka panjang, dan 50% modal sendiri. Karena besarnya biaya modal dan risiko yang dihadapi dari pendanaan ekstern tergantung pada proporsi masing-masing sumber dana beserta biaya dari masing-masing-masing-masing dari sumber dana tersebut. Dalam hal ini, struktur modal yang optimum diharapkan mampu meningkatkan nilai perusahaan melalui harga saham.Harga saham berkaitan dengan deviden yang diharapkan. Perusahaan dengan laba yang tinggi, mampu membayar deviden yang lebih tinggi, jadi selama tingkat utang yang lebih tinggi menaikan laba per lembar saham, maka leverage dapat menaikan harga saham. Struktur modal yang dapat memaksimumkan nilai perusahaan atau harga saham adalah struktur modal yang terbaik. Dalam kaitannya dengan struktur modal ini, nilai perusahaan dapat diukur dengan harga saham atau biaya modal yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam memperoleh sumber dana yang bersangkutan. Menurut Eugene F. Brigham dan Joel F. Houston (2001:45), dalam Sartono (2004) mengemukakan bahwa:

“Struktur modal yang optimal suatu perusahaan adalah kombinasi dari utang dan ekuitas yang memaksimumkan harga saham perusahaan.”


(52)

Adapun menurut Bambang Riyanto (2008:294), menyatakan bahwa: “Struktur modal yang optimum adalah struktur modal yang dapat meminimumkan biaya penggunaan modal rata-rata (average cost of capital).”

Menurut Lukas Setia Atmaja (2008:275), mengemukakan bahwa:

“Struktur modal yang optimal akan menyeimbangkan risiko dan keuntungan perusahaan.”

Menurut Lawrence J. Gitman (2009:546) dibahasakan oleh Indah Nur (2009), menerangkan bahwa struktur modal optimum adalah dimana meminimalkan biaya modal rata-rata, tetapi dengan nilai perusahaan yang maksimal.

Dari berbagai pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa struktur modal yang optimum adalah dimana struktur modal yang dapat menyeimbangkan keuntungan perusahaan dengan meminimumkan biaya penggunaan modal rata-rata, akan tetapi dapat memaksimumkan nilai perusahaan.

2.1.4 Keterkaitan Antar Variabel

2.1.4.1Hubungan Sruktur aktiva dengan Ukuran perusahaan

Struktur aktiva terdiri dari aktiva lancar (jangka pendek) dan aktiva tetap.(jangka panjang). Strktur aktiva membandingkan antara aktiva tetap dan total aktiva. Total aktiva tetap diketahui dengan menjumlahkan rekening-rekening aktiva tetap berwujud perusahaan seperti tanah, gedung, mesin dan peralatan, kendaraan dan aktiva tetap berwujud lainnya kemudian dikurangi akumulasi


(53)

40

penyusutan aktiva tetap. Aktiva tetap mempunyai sifat tahan lama dam mempunyai nilai penyusutan selama periode waktu tertentu. Perusahaan yang memiliki struktur aktiva tinggi berarti perusahaan tersebut memiliki aktiva tetap yang lebih besar dibandingkan dengan aktiva lainnya dalam menjalankan kegiatan operasi perusahaan. Perusahaan yang mempunyai aktiva tetap jangka lebih besar, maka perusahaan tersebut akan banyak menggunakannya, dengan harapan aktiva tersebut dapat digunakan untuk menutupi tagihannya. Selain itu, perusahaan yang besar memiliki kebutuhan dana yang besar pula, dan salah satu alternatif pemenuhan dana tersebut adalah pendanaan ekternal.

Menurut Bambang (1995:298) menyatakan bahwa :

“Kebanyakan perusahaan industri dimana sebagian besar daripada modalnya tertanam dalam aktiva tetap, akan mengutamakan pemenuhan modalnya dar modal yang permanen, yaitu modal sendiri, sedang hutang sifatnya sebagai pelengkap. Hal ini dihubungkan dengan adanya aturan struktur financial konservatif horinsontal yang menyatakan bahwa besarnya modal sendiri hendaknya paling sedikit dapat menutup jumlah aktiva tetap plus aktiva lainnya yang sifatnya permanen. Dan perusahaan yang sebagian besar aktivanya terdiri atas aktiva lancar dan akan mengutamakan kebutuhan dananya dengan hutang.”

Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa, apabila struktur aktiva berpengaruh terhadap ukuran perusahaan, semakin besar maka aktiva yang dijadikan jaminan dalam memperoleh pinjaman, perusahaan tersebut menggunakan aktiva utang karna memudahkan dalam soal pendanaan.

2.1.4.2Hubungan Sruktur aktiva dengan Struktur modal

Struktur aktiva yang baik, akan menambah kepercayaan pihak luar dalam melakukan pendanaan terhadap perusahaan. Karena struktur aktiva yang sesuai


(54)

sering dijadikan jaminan kredit oleh banyak perusahaan. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Eugene F. Brigham dan Joel F. Houston (2001:39) dalam Bhaduri ( 2002:34), yaitu:

“Perusahaan yang aktivanya sesuai untuk dijadikan jaminan kredit cenderung lebih banyak menggunakan banyak utang”

Sedangkan menurut Syamsudin (2001:9) menyatakan bahwa :

“Struktur aktiva adalah penentuan berapa besar alokasi untuk masing-masing komponen aktiva, baik dalam aktiva lancar maupun dalam aktiva tetap”.

Struktur aktiva yang baik, akan menambah kepercayaan pihak luar dalam melakukan pendanaan terhadap perusahaan. Karena struktur aktiva yang sesuai sering dijadikan jaminan kredit oleh banyak perusahaan. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Agus Sartono (2010:248), yang mengemukakan bahwa:

“Struktur modal dipengaruhi oleh faktor-faktor penting yaitu tingkat penjualan, struktur asset, tingkat pertumbuhan perusahaan, profitabilitas, variabel laba dan perlindungan pajak, skala perusahaan, dan kondisi intern perusahaan dan ekonomi makro”.

Berdasarkan teori di atas, maka dapat disimpulkan bahwa struktur aktiva memiliki keterkaitan terhadap struktur modal. Semakin tinggi struktur aktiva, maka semakin tinggi perusahaan untuk dapat menjamin utang jangka panjang yang dipinjamnya dan sebaliknya, semakin rendah struktur aktiva suatu perusahaan, maka semakin rendah pula kemampuan perusahaan dalam


(55)

42

pembayaran kewajiban utangnya. Dengan kata lain, terdapat pengaruh yang positif antara struktur aktiva dengan struktur modal.

2.1.4.3 Hubungan Ukuran perusahaan dengan Struktur modal

Ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan. Besar kecilnya perusahaan dapat ditinjau dari lapangan usaha yang dijalankan. Penentuan besar kecilnya skala perusahaan dapat ditentukan berdasarkan total penjualan, total aktiva, rata-rata tingkat penjualan, dan rata-rata total aktiva.

Semakin besar ukuran perusahaan yang dimiliki perusahaan berarti semakin besar aktiva dijadikan jaminan untuk memperoleh utang sehingga struktur modal meningkat.

Menurut Napa dan Mulyadi (1996) dalam Mardiana (2005) menyatakan bahwa :

“Bahwa perusahaan yang lebih besar akan lebih mudah memperoleh pinjaman dibandingkan perusahaan kecil. Oleh karena itu dapat memungkinkan untuk perusahaan besar, tingkat leveragenya akan lebih besar dari perusahaan yang berukuran kecil“.

Ukuran perusahaan menjadi hal yang cukup berpengaruh ketika perusahaan ingin menggunakan pendanaan eksternal. Mengingat sebagian besar kreditor melihat indikator ukuran perusahaan ini dalam hal penyaluran pendanaan. Selain itu, perusahaan yang besar memiliki kebutuhan dana yang besar pula, dan salah satu alternatif pemenuhan dana tersebut adalah pendanaan ekternal. Dalam penelitian ini, ukuran perusahaan diukur dengan rata-rata total aktiva yang dimiliki oleh suatu perusahaan selama periode tertentu (Yunika dan Suherman, 2007:37).


(56)

Berdasarkan teori di atas, maka dapat disimpulkan bahwa ukuran perusahaan memiliki keterkaitan terhadap struktur modal. Semakin besar ukuran suatu perusahaan, maka semakin besar kemampuan perusahaan untuk dapat melakukan pendanaan eksternal. Dan sebaliknya, semakin kecil ukuran suatu perusahaan, maka semakin rendah pula kemampuan perusahaan untuk dapat melakukan pendanaan eksternal. Dengan kata lain, terdapat pengaruh yang positif antara ukuran perusahaan dengan struktur modal.

2.1.4.3Hubungan Sruktur aktiva dengan Ukuran perusahaan terhadap Struktur modal

Struktur aktiva, dan ukuran perusahaan merupakan faktor yang mempengaruhi struktur modal suatu perusahaan.Mengingat keseluruhan variabel tersebut merupakan faktor dominan yang langsung berkaitan dengan internal perusahaan sehingga mempunyai efek yang langsung terhadap posisi finansial perusahaan.

Struktur aktiva yang baik, sering menjadi alternatif jaminan ketika perusahaan memiliki utang.Dalam hal ini, perusahaan yang memiliki aktiva tetap dalam jumlah besar, dapat menggunakan utang dalam jumlah besar pula.sehingga struktur aktiva berbanding lurus dengan struktur modal. Dengan kata lain, semakin tinggi struktur aktiva, maka akan semakin besar pula struktur modal suatu perusahaan.


(57)

44

Ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang ditunjukkan oleh total aktiva, total penjualan, rata tingkat penjualan, dan rata-rata total aktiva. Ketika perusahaan ingin melakukan pendanaan eksternal, sering kali kreditor melihat ukuran perusahaan sebagai indikator dalam pemenuhan dana, mengingat perusahaan besar akan lebih mampu memenuhi kewajibannya. Perusahaan-perusahaan besar cenderung lebih mudah untuk memperoleh pinjaman dari pihak ketiga, karena kemampuannya mengakses pihak lain atau jaminan yang dimiliki berupa asset bernilai lebih besar dibanding perusahaan kecil.

Keseluruhan pernyataan di atas, sesuai dengan teori dan dikemukakan oleh:

Menurut Bambang Riyanto (2008:297), menyatakan bahwa:

“Faktor-faktor utama yang mempengaruhi struktur modal suatu perusahaan adalah tingkat bunga, stabilitas dari “earning”, susunan dari

aktiva, kadar risiko dari aktiva, besarnya jumlah modal yang dibutuhkan, keadaan pasar modal, sifat manajemen, dan besarnya suatu perusahaan”. Berdasarkan berbagai pernyataan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa struktur aktiva, dan ukuran perusahaan memiliki pengaruh terhadap struktur modal.

2.2 Kerangka Pemikiran

Pada umumnya semua perusahaan yang didirikan mempunyai suatu tujuan atau sasaran yang sama yaitu mencapai keberhasilan dalam mempertahankan hidup perusahaan untuk lebih maju lagi dan mandapatkan laba serta tumbuh dan berkembang pesat. Keputusan penting yang dihadapi oleh manajer keuangan


(58)

dalam kaitannya dengan kelangsungan operasi perusahaan adalah keputusan pendanaan atau keputusan struktur modal yaitu suatu keputusan keuangan dengan komposisi hutang dan modal sendiri yang akan digunakan.

Menurut Van Horne dan Wachowicz yang dialihkan oleh Deni Fitriasari dan Deny Arnos Kwary (2007:232) mengemukakan bahwa ;

“Struktur modal adalah bauran (atau Proporsi) pendanaan permanen jangka panjang perusahaan yang diwakili oleh utang, saham preferen, dan ekuitas saham biasa.Setiap komponen dari struktur modal akan mempunyai biaya tertentu, sehingga diperlukan struktur modal yang optimal dan dapat menimumkan biaya modal.”

Manajer perusahaan harus mampu menghimpundana dengan baik yang bersumber dari dalam maupun luar perusahaan secara efisien, dalam arti keputusan pendanaan tersebut merupakan keputusan pendanaan yang mampu meminimalkan biaya modal yang harus ditanggung oleh perusahaan. Biaya modal yang timbul dari keputusan yang diterapkan. Ketika manajer perusahaan menggunakan hutang, maka biaya modal yang timbul adalah sebesar biaya bunga yang dibebankan oleh kreditur, sedangkan jika manajer menggunakan dana internal akan timbul opportunity cost dari dana atau modal sendiri yang digunakan.

Menurut Brigham dan Houston yang dialih bahasakan oleh Ali Akbar Yulianto (2006:39) mengemukakan :

“Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal, faktor-faktor yang mempengaruhi strutktur modal diantaranya stabilitas penjualan, leverage operasi, struktur aktiva, profitabilitas, tingkat pertumbuhan, pajak, pengendalian, sifat manajemen, sikap pemberi pinjaman, keadaan pasar modal, kondisi internal perusahaan, dan fleksibilitas keuangan”.


(1)

Berdasarkan

dari

perkembangan

grafik

tersebut

bahwa

ukuran

perusahaan

PT

Multistrada

Arah

Sarana,

Tbk

semakin

meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2010 tertinggi diperoleh

mencapai

Rp. 3,038,412

, dikarenakan meningkatnya SDM, penjualan

produksi adanya peningkatan 27%. Sedangkan penurunan pada tahun

2004 yaitu

Rp. 794,257

disebabkan karena perusahaan masih dalam

tahap perkembangan di pasar modal.


(2)

Berdasarkan

dari

perkembangan

grafik

tersebut

bahwa

struktur modal PT Multistrada Arah Sarana, Tbk cenderung mengalami

fluktuasi walapun tidak adanya fluktuasi secara signifikan. Struktur

modal tertinggi

adalah pada tahun 2004 sebesar 1.506 karena

perusahaan lebih cenderung menggunakan utang dalam menjalankan

aktivitasnya daripada menggunakan modal sendiri, sedangkan terendah

terjadi pada tahun 2007 sebesar 0.397 disebakan oleh mengurangi

penggunaaan utang , dan lebih besar menggunakan modal sendiri.


(3)

ANALISA KORELASI

Dihitung koefisien korelasi antar variabel

Hubungan struktur aktiva dengan ukuran perusahaan

rX1X2 = -0.640

Hubungan struktur aktiva dengan struktur modal

rX1Y = 0.904

Hubungan ukuran perusahaan dengan struktur modal


(4)

ANALISA KORELASI

Dihitung koefisien Determinasi

Melalui koefisien jalur yang telah diperoleh, selanjutnya dihitung koefisien determinasi yaitu besar kontribusi/pengaruh struktur aktiva, dan ukuran perusahaan terhadap struktur modal secara bersama-sama.

Dapat diketahui melalui nilai koefisein determinasi dapat diketahui bahwa secara bersama-sama struktur ativa dan ukuran perusahaan memberikan kontribusi (pengaruh) sebesar 81.8% terhadap struktur modal pada PT Multistrada Arah Sarana, Tbk sisanya 18.1% merupakan faktor lain antara lain risiko bisnis, profitabilitas, tingkat likuiditas, dan kepemilikan menejerial dan Leverage.


(5)

 Struktur aktiva memiliki hubungan yang kuat dengan ukuran perusahaan pada PT Multistrada Arah Sarana, Tbk dengan arah negatif. Arah hubungan negatif antara struktur aktiva dengan ukuran perusahaan menujukkan bahwa peningkatan ukuran perusahaan diikuti dengan penurunan struktur aktiva.

 Struktur aktiva secara parsial memberikan pengaruh yang signifikan terhadap struktur modal pada PT Multistrada Arah Sarana, Tbk. Secara parsial struktur aktiva secara parsial memberikan kontribusi sebesar 83,99% terhadap struktur modal pada PT Multistrada Arah Sarana, Tbk. Jadi struktur aktiva memberikan berpengaruh yang sangat besar terhadap struktur modal pada PT Multistrada Arah Sarana, Tbk. Namun ukuran perusahaan secara parsial tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap struktur modal pada PT Multistrada Arah Sarana, Tbk. Secara parsial ukuran perusahaan hanya memberikan pengaruh sebesar -2,17% terhadap struktur modal pada PT Multistrada Arah Sarana, Tbk.

 Secara bersama-sama struktur aktiva dan ukuran perusahaan memberikan kontribusi (pengaruh) sebesar 81,8% terhadap struktur modal pada PT Multistrada Arah Sarana, Tbk. Kemudian hasil pengujian menunjukkan bahwa struktur aktiva dan ukuran perusahaan secara bersama-sama memberikan pengaruh yang signifikan terhadap struktur modal pada PT Multistrada Arah Sarana, Tbk.


(6)

Dokumen yang terkait

Pengaruh Struktur Aktiva, Profitabilitas, Ukuran Perusahaan dan Likuiditas Perusahaan Terhadap Struktur Modal (Studi Kasus Pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007-2012)

0 5 132

PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, PROFITABILITAS, LIKUIDITAS DAN STRUKTUR AKTIVA TERHADAP STRUKTUR MODAL PERUSAHAAN (STUDI PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI PERIODE 2010-2014)

0 6 21

PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, PROFITABILITAS, LIKUIDITAS DAN STRUKTUR AKTIVA TERHADAP STRUKTUR MODAL PERUSAHAAN (STUDI PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI PERIODE 2010-2014)

0 8 134

Pengaruh Struktur Modal, Ukuran Perusahaan, Pertumbuhan Perusahaan dan Struktur Aktiva terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Properti dan Real Estate yang Terdaftar di BEI

1 6 82

PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, STRUKTUR AKTIVA, DAN PROFITABILITAS TERHADAP STRUKTUR MODAL PERUSAHAAN Pengaruh Ukuran Perusahaan, Struktur Aktiva, dan Profitabilitas Terhadap Struktur Modal Perusahaan Food and Beverage Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 6 14

Pengaruh Struktur Modal, Ukuran Perusahaan, Pertumbuhan Perusahaan dan Struktur Aktiva terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Properti dan Real Estate yang Terdaftar di BEI

0 0 11

Pengaruh Struktur Modal, Ukuran Perusahaan, Pertumbuhan Perusahaan dan Struktur Aktiva terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Properti dan Real Estate yang Terdaftar di BEI

0 0 2

Pengaruh Struktur Modal, Ukuran Perusahaan, Pertumbuhan Perusahaan dan Struktur Aktiva terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Properti dan Real Estate yang Terdaftar di BEI

0 0 10

Pengaruh Struktur Modal, Ukuran Perusahaan, Pertumbuhan Perusahaan dan Struktur Aktiva terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Properti dan Real Estate yang Terdaftar di BEI

0 0 14

Pengaruh profitabilitas, struktur aktiva, dan ukuran perusahaan terhadap struktur modal pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di bei - Perbanas Institutional Repository

0 10 12