Tinjauan hukum Islam terhadap Penanggulangan Prostitusi di Cirebon : (analisis terhadap perda Kabupaten Cirebon no.1 tahun 2002 tentang prostitusi

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENANGGULANGAN
PROSTITUSI DI CIREBON
(Analisis Terhadap Perda Kabupaten Cirebon No. 1 Tahun 2002
Tentang Prostitusi)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Ge!ar Sarjana Hukum Islam (SHI)

: .··"'"""""'"'"""""9""""''''

'

|A]ZM[Njゥセ@

i

;'.tin h

'. :::

YNPQDセVL@


f}9

klas1li1k:1,;1 : ............................ °' .. ,, ........... .

Oleh:
Isti'amah
NIM : I 03043227993

KONSENTRASI PERBANDINGAN HUKUM
PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MADZHAB DAN HUKUM
FAKULTAS SYARI' AH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1429 H/2008 M

LEMBARPERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

I. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata I di Universitas Islam Negeri
(UIN) SyarifHidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang gunakan dalam penulisan ini telah saya camtumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UJN)
Syarif Hidayatullah Jaka11a.
3. Jika di Kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (U!N) Syarif
1-lidayatullah Jakarta

Jakaiia, 3 Juni 2008

lsti'amah

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENANGGULANGAN
PROSTITUSI DI CIREBON
(Analisis Terhadap Perda Kabupaten Cirebon No. 1 Tahun 2002
Tentang Prostitusi)
Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Syari'ah dan Hukum
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperole:h
Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)

Oleh:

Isti'amalli
NIM : 103043227993

Di Bawah Bimbingan,
Pembimbing I

Drs. Ase
a1ifuddin Hida at SH. MH
NIP. 150 68 573

c_セ@

Pembimbing II;


Ahmad Ilii!IJ·i Abd. Shomad, MA
NIP. 150 302 998

KONSENTRASI PERBANDINGAN HUKUM
PROGRAM STUD I PERBANDINGAN MADZHAB DAN HUKUM
FAKULTAS SYARI' AH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NE GERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1429 H/2008 M

PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi

yang

berjudul

TINJAUAN


HUKUM

ISLAM

TERHADAP

PENAGGULANGAN PROSTITUSI DI CIREBON (Analisis Terhadap Perda
Kabupaten Cirebon No. I Tahun 2002 Tentang Prostitusi) telah diujikan dalam
Sidang Munaqasyah Fakultas Syari'ah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 29 Mei 2008. Skripsi ini telah diterima
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sa1jana Program Strata Satu (S 1)
pad a Jurusan Perbandingan Madzhab dan Hukum (PMH).
Jakarta, 29 Mei 2008
Mengesahkan,
Dekan Fakult s Syari'ah dan Hukum

Prof. r. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM
NIP. 150 210 422

PANITIA UJIAN MUNAQASYAII

Ketua

: Dr. H. Ahmad Mukri Aji, MA
NIP. 150 220 554

Sekretaris

: H. Muhammad Taufiki, M.Ag
NIP. 150 290 159

Pembimbing I

.セ[ᄋ@

セ[ッゥスZBG@

a;,,,,csu., MH c

Pembimbing 11 : Ahmad Bisyri Abd. Shomad, MA
NIP. 150 302 998

Penguji I

: Enis Amalia, M.Ag
NIP. 150 289 264

Penguj i II

: Sri Hidayati, M.Ag

ゥセ@

J

CT-[)--.
( ......................... )
._

Mセ@ ( ..................... .,"... )
\


KATA PENGANTAR
Dengan Asma Allah, Pencipta semesta raya, muara segala damba dan
tambatan semua pinta, Dia-lah pemilik Rahmaniyah dan Rahimiyah. Karena itu
patutlah jika syukur dan puji teruntuk bagi-Nya, Tuhan penguasa sepanjang masa.
Dia-lah Robbi Tuhan kita, yang dengan taufik dan hidayah-Nya tersingkap segala
ketidak-berdayaan,

serta

dengan

'inayah-Nyalah

sehingga

penulis

mempu

menyelesaikan tugas mulia ini.

Setelah melalui proses yang panJang serta melelahkan, akhirnya penul is
mampu menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari, bahwa karya ini selesai bukan
sepenuhnya dari buah pikiran penulis sendiri, akan tetapi banyak pihak yang ikut
andil dalam penyusunan skripsi ini hingga akhirnya dapat terselesaikan, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Mereka yang dengan tulus meluangkan waktu
membantu penulis, meski hanya sekedar menuangkan aspirasi bagi penulis maupun
hanya sekedar memberi motivasi kepada penulis, tentu tanggung jawab ini akan
terasa berat, j ika tan pa kehadiran mereka.
Oleh karena itu, tidaklah berlebihan kiranya jika pada kesempatan ini penulis
menyampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga, khususnya kepada :
I. Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MH, MM. Selaku Dekan Fakultas
Syari'ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah banyak
memberikan bimbingan kepada mahasiswa Fakultas Syari'ah.
2. Dr. H. Ahmad Mukri Aji, MA. Selaku Ketua Jurusan Perbandingan Madzhab dan
Hukum

dan

H.


Muhammad

Taufiki,

M.Ag. Selaku

Sekretaris

Jurusan

Perbandingan Madzhab dan Hukum yang tidak pernah lelah memberikan arahan
dan motivasi kepada mahasiswa jurusan PMH, khususnya kepada penulis.
3. Bapak Ors. Asep Syarifuddin Hidayat, SH., MH. Selaku pembimbing I, dan
Bapak Ahmad Bisyri Abd. Shomad, MA. Selaku pembimbing II yang dengan
ketulusan keduanya membimbing dan memberikan pengarahan kepada penulis
walau di tengah kesibukannya, walaupun dengan keterbatasan waktu memberikan
arahan yang gamblang dan mudah dipahami oleh penulis hingga skripsi ini dapat
terselesa ikan.
4. Segenap Dosen di Fakultas Syari'ah dan Hukum yang dengan tulus telah
mendermakan ilmunya kepada penulis selama kuliah di kampus tercinta ini,

dengan segala rasa ta'dzim "semoga apa yang tel ah diajarkan menjadi al- 'I/mu

Yaefa' baik di dunia dan akhirat". Amin.
5. Pimpinan Perpustakaan Baik Pusat maupun Fakultas, se11a seluruh stafnya yang
telah memberikan pelayanan terbaiknya sehingga mempennudah penulis dalam
mencari buku referensi hingga skripsi ini cepat terselesaikan.
6. Sembah sujud dan ta'dzim dengan rasa bhakti penulis haturkan kepada Abah dan
Mimi tercinta, Abah Madnur dan Mimi Ulidah, yang tak pernah bosan mendidik
dan mendo'akan untuk keberhasilan anaknya ini. Terima kasih atas kasih sayang
yang telah abah dan mimi berikan selama ini. Kepada adik-adik penulis, Mahrus,
Maesaroh, Ma'arif Hamzah dan Fatihatus Syifa Nurfajri, yang selalu mendo'akan
untuk keberhasilan kakaknya, serta merekalah yang selalu menjadi inspirasi bagi
penulis. Juga kepada Bibi Masidah, Mang Ozi, Mang Awi, Mang Shoib, Uwa
Juhroh, Uwa Jariyah, KH. Yusuf dan Mang H. Taslim yang selalu memberi
rnotivasi dan dukungan kepada penulis dalarn rnenggapai cita .. cita.

...
7. Segenap para guru yang pernah mengajar dan mendidik penulis, di Pesantren
Daarut-Tauhid, Cirebon, KH. lbnu Ubaidillah, KH. Husain, KH. Ahsin Sakho. Di
Pon-Pes Sunan Pandan Aran, Yogya, Mbah Mufid (Alm), KH. Mu'tashim billah
dan seluruh asatidz. Di Majlis Dzikir Assamawat Syaikh Kiai Sa'adih al-Batawi.
Semoga apa yang pernah diajarkan kepada penulis mejadi ilmu yang bennanfaat.
Amin.
8. Terkhusus bagi Suami tercinta, Ka' Budi Santoso, yang selalu memberikan
motivasi dan perhatiannya kepada penulis dalam menyelesaian skripsi ini, serta
yang selalu mendukung dalam mengejar cita-cita (/ love you forever). Juga
kepada Pak Ahsin Mahrus yang senantiasa meluangkan waktu menasehati serta
membimbing penulis, walau sedang di Negeri orang.
9. Teman-teman seperjuangan di PH angkatan 2003, khususnya Neni, Narti, Unun,
Ayang, Memey, lim, Real, Sadath, Qodir, Rozak, Alif, Ratomi, serta tamanteman lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan semuanya. Terima kasih atas
kebersamaan selama di bangku kuliah.
I 0. Teman-teman di HT!, ka' Syiddah, Ana, ka Eli. Di !nhutani Ari, Umi, Nur, Sari,
Anam, Misbah. Juga terkhusus kepada Zakiyah, Rohmah, Wiwin, Teh Faiz dan
Nelly, ka Nila, Bang Ahmad, yani, Eka, Nurul, ka Neni, ka Ai, mbak Tati, Nurul
Tega!, Pak Edi Danu, ka Hasyim, ka Awang, ka Imam, ka Muhtar, Mas Agus
Purnomo, Mas Agus Rifa'i Mang Tasina Sekeluarga dan Kadnadi. Terima kasih
kebersamaan yang kalaian berikan selama ini, aku tidak akan melupakan kalian
semua.
11. Keluarga Besar KMSGD, H!QMAH, PMII Syari'ah dan Hukum, Flat Bahasa, serta
keluarga besar Lanselung. Semoga bermanfaat pengalaman yang kalian berikan.

12. Terakhir, kepada semua pihak yang telah banyak membantu penulis, baik yang
membantu secara langsung maupun sekedar saran, penulis tidak akan melupakan
jasa kalian semua, semoga yang Maha Rahman mambalas segala ketulusan kalian.
Demikianlah untaian terima kasih ini, tiada yang dapat penulis lakukan
kepada mereka yang telah berjasa, kecuali menghaturkan terima kasih seagungagungnya serta iringan do'a semoga Allah Swt membalas dengan segala kebaikan .
Harapan terakhir semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para
pembaca pada umumnya. Akhirnya, kepada-Nya lah kita mohon hidayah dan
ampunan.

Jakarta, 23 Jumadil Tsani 1429 H
27 J U N I
2008 M

Penulis

DAFTARISI

KATA PENGANTAR .....................................................................................

v

DAFTAR ISi ...................................................................................................

IX

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masai ah ............................................. .

BAB II

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... . .. . .. .. . . . .. . . . .. . . . .......

7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...... ... ...... .. . ...... .. . .. .........

7

D. Metodologi Penelitian . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . ....

8

E. Sistematika Penulisan . .. .. .. . . .. . . .. . .. . .. . .. .. . ... . . . . .. . .. ... .. . .. .

I0

PROSTITUSI DI CIREBON DAN PENANGGULANGANNYA

A. Definisi Prostitusi .. . .. . ... . .. ... ... ... ... ... .. . .. .. .. . .. .......... ....

13

B. Prostitusi Menu rut Hukum Islam .. . . .. .. .. . . . . . .. .. .. .. . ... . . . . .....

17

C. Dasar Hukum Larangan Prostitusi Menu rut Hukum Islam ... .. .

21

D. Sanksi Bagi Pelaku Tindak Pidana Prostitusi Menurut 1-lukum
Islam.....................................................................

26

E. Dampak Praktek Prostitusi Terhaclap Kehiclupan Masyarakat .. .

32

BAB III PERDA KABUPATEN CIREBON NO. 1 TAHUN 2002
TENT ANG PROST IT US!

A. Faktor Penyebab Timbulnya Prostitusi di Cirebon . . . . .. ... .. . . ...

40 .

B. Latar Belakang Lahirnya

Perda Kabupaten Cirebon No. I

Tahun 2002 Tentang Prostitusi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ..

44

C. Sanksi Bagi Pelaku Tindak pidana Prostitusi Menurut Perda

Kabupaten Cirebon No. I Tahun 2002 Ten tang Prostitusi . . . . . . .

BAB

IV

TINJAUAN

HUKUM

ISLAM

TERHA]l)AP

48

PERDA

KABUPATEN CfREBON NO. 1 TAHUN 2002 TENTANG
PROSTITUSI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ..

53

A. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Sanksi Pidana yang diatur
dalam Perda Kabupaten Cirebon No. I Tahun 2002 Tentang
Prostitusi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . .. .. . . .. .. .. . . .. ..

54

B. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Perda Kabupaten Cirebon
No. 0 I Tahun 2002 Tentang Prostitusi . .. . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . ...

BAB

70

V PENUTUP
A. Kesimpulan . .. . . .. . . .. . . .. . . .. . . . .. .. . .. . . . . . .. .. . . . . . .. . .. . .. ... ... .. ..

79

B. Saran-saran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ..

80

DAFT AR PUST AKA .. .. . .. .. .. . . .. ... .. .. .. .. .. .. .. . .. . .. . .. . .. . . . . .. .. . . .. .. .. .. .. .

83

LAMP IRAN

BA.BI
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pada masa globalisasi dan infonnasi ini, perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi berjalan sangat cepat, seiring dengan perkembangan tersebut
kehidupan masyarakat sekarang ini banyak mengalami' perubahan, baik cara
hidup, cara pergaulan dan cara berbusana maupun ha! yang lain. Diakui atau tidak
bahwa kemajuan zaman di samping membawa nilai-nilai kemakmuran dalam
kehidupan masyarakat juga menimbulkan kemerosotan pada nilai-nilai moral
dalam kehidupan masyarakat bahkan akan menimbulkan keresahan bagi
lingkungan.
Sementara itu bagi orang yang tidak bisa mernbawa dirinya dalam
mengimbangi cepatnya roda pembangunan dan teknologi yang semakin
berkembang sejalan dengan berkembangnya norma-norma kehidnpan masyarakat,
akibatnya ia akan mudah terbawa arus dalam lingkungan pergaulan yang tidak
terkontrol, terutama lingkungan dan perkembangan teknologi yang banyak
membawa perubahan pada nilai-nilai kehidupan masyarakat, serta terhadap
keluarga dan budi pekerti.
Dari pandangan hidup yang ultra modern ini mengakibatkan merosotnya
penghargaan terhadap nilai Agama yang merupakan pegangan mulia bagi setiap
insan, salah satu dampak dari adanya glo balisasi adalah nilai-nilai dalam

2

kehidupan masyarakat telah memudar sedikit demi sedikit. Disadari atau tidak
bahwa dalam kehidupan masyarakat itu pasti mempunyai suatu norma atau tata
aturan kehidupan yang harus dijunjung tinggi, dalam artian bahwa naluri setiap
manusia yang bermasyarakat tentu mempunyai tujuan 1mtuk hidup tenang nan
damai dan selalu berusaha untuk memperbaiki kehidupan dan akan mengatasi
masalah-masalah yang menghalangi tujuan tersebut, di antaranya masalah itu
ialah masalah penyakit sosial, masyarakat tentu akan bierusaha menanggulangi
masalah penyakit sosial ini, salah satunya adalah pelacuran, karena bagaimanapun
dalam kenyataannya di tengah-tengah masyarakat praktek pelacuran atau
prostitusi dapat menimbulkan berbagai akibat negatif yang membahayakan dan
meresabkan masyarakat, seperti menghancurkan rmnah tangga, terjadinya tindak
pidana kejahatan dan lain sebagainya.
Pelacuran bukan hanya sebuah gejala individual akan tetapi sudah menjadi
gejala sosial dari penyimpangan seksualitas yang normal dan juga Agama. 1
Karena pelacuran bukan hanya memiliki dampak terhadap individual-individual
pelaku dan pemakai jasa ini secara personal, akan tetapi juga memiliki dampak
terhadap masyarakat umum, sekaligus pelacuran ini jelas-jelas merupakan sebuah
tindakan yang benar-benar melanggar aturan Agama.
Dalam Agama Islam, masalah pelacuran atau perzinaan, ini merupakan
suatu yang sangat penting sehingga mendapat perhatian secara khusus dalam

'Terence H, Hull, Endang Sulistianingsih, Gavin W. J, Pelacuran di Indonesia (Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan, 1997), him. 3

3

-------·

penanggulangannya,

dalam

al-Qur'an

disebutkan

dengan

ungkapan yang sangat diplomatis:

Artinya: "Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah
perbuatan yang sangat keji dan merupakan suatu jalan yang buruk".
(QS. Al-lsra' : 32).
Hal ini sebagai bentuk pelarangan yang benar-benar sangat dilarang dalam Islam,
karena memang dampaknya sangat besar terhadap pelaku, bahkan akan berimbas
kepada masyarakat luas.
Dalam

menanggulangi

pelacuran dan

sebagai

langkah preventif

(pencegahan) dari perzinaan, Islam memberikan ketentnan bahwa pelaku zina
dikenakan hukuman, dan dalam hukumaunya dibedakan dalam dua jenis menurut
pelakunya, yaitu Zina Muhshon (pelaku zina yang sudah berkeluarga) dikenakan
hukuman rajam, sedangkan Zina ghairu muhshon (belum berkeluarga) dikenakan
hukuman dera sebanyak seratns kali ditambah pengasingan selama satu tahun.
Sekilas hukurnan ini memang kelihatan kejam, tapi justru ini akan memberikan
efek jera terhadap pelaku dan demi menyelarnatkan bagi yang lain dari perbuatan
zina ini.
Mendengar masalah protitusi, pelacuran, perzmaan, asusila dan lain
sebagainya seakan-akan semua mata tertuju ke daerah yang dianggap sebagai
daerah yang berpotensi besar untnk dijadikannya sebagai sarang pelaku prostitusi,
misalnya kawasan Pantura. Ketika pasca dilakukan rehabilitasi terhadap Kramat

4

Tunggak, Jakarta Utara yang dulunya adalah sebuah kawasan dimana rumah
remang-remang (tempat pelacuran) dapat dijumpai harnpir di seluruh pelosok
daerah tersebut, kini kawasan tersebut telah di sulap meajadi kawasan Islamic
Centre, Kramat Jaya. Setelah Kramat Jaya terbebas dari prostitusi seolah-olah
kawasan Pantura menjadi incaran kecurigaan orang, karena dianggap bahwa
kawasan ini merupakan kawasan yang sangat strategis, dimana lain lintas antar
provinsi yang dapat menghubungkan kota-kota besar, yaitu kota Jakarta dengan
kota-kota besar di Jawa Tengah dan Jawa Timur, sehingga Pantura merupakan
tempat yang cocok dan nyaman untuk tempat persinggahan, apalagi letaknya
dekat dengan pesisir pantai laut Jawa. Dengan demikian tidak menutup
kemungkinan praktek-praktek pelacuran akan bermunculan, bahkan tempattempat prostitusi akan mudah didapatkan disana, dari alasan-alasan tersebut maka
kawasan pantura merupakan kawasan yang dianggap rawan akan tempat
prostitusi, apalagi kalau dihubungkan dengan banyaknya aliran musik yang
terkenal dengan mengmnbar goyangarmya, konon muncul dari kawasan pantura
ini, seperti nyanyian goyang dombret, kucing garong dan lain sebagainya,
sebingga dengan dugaan seperti itu kawasan Pantura dianggap sebagai salah satu
tempat di mana praktek prostitusi mudah dijumpai.
Semua orang boleh beranggapan seperti itu namun kenyataanya apakah
seperti itu? Apakah tidak ada tindakan dari pemerintah setempat? Dalam ha! ini
Pemerintah Daerah Cirebon yang termasuk salah satu Daerah. di kawasan Pantura.
Sudah beberapa tahun yang lalu, sejak tahun 2002 Pemerintah Daerah Cirebon

5

telah mengupayakan penanggulanga11 prostitusi dalam bentuk Peraturan Daerah,
yakni dengan mengeluarkan Perda Nomor I Tahun 2002 tentang Iarangan
prostitusi.
Tepatnya pada tanggal 13 Maret 2002, Pemerintah Kabupaten Cirebon
memberlakukan Perda Nomor 1 Tahun 2002 tentang Iarangan Prostitusi. Dengan
disahkannya Perda itu maka siapapun dilarang menyediakan, mengadakan, dan
melakukan perbuatan prostitusi. Bagi pelanggar ketentuan-ketentuan Perda
Kabupaten Cirebon No. 1 Th 2002 ini akan dikenakan ancaman pidana bagi
pelakunya, yaitu pidana kurungan selama-lamanya 6 (enam) bulan dan atau denda
sebanyak-banyaknya Rp. 5.000.000,00 (lima juta rupiah). Setelah peraturan
tersebut diberlakukan, apakah praktek prostitusi di Cirebon itu mulai hilang
ataukah malah sebaliknya, yaitu semakin marak, sebagaimana anggapan banyak
orang.
Namun dengan dikeluarkannya Perda Kabupaten Cirebon No. 1 Th 2002
tentang prostitusi ini diharapkan dapat mengurangi ma:raknya tempat-tetnpat
prostitusi di Cirebon yang akhirnya akan dapat menghapus keberadaan praktek
prostitusi di Cirebon demi terciptanya keamanan, kesopanan dan ketertiban susila .
serta menjadikan Kabupaten Cirebon yang berakhlakul ka:rimah dan bebas dari
perbuatan asusila itu.
Diberlakukannya Perda Kabupaten Cirebon No. 1 Th 2002 tentang
prostitusi ini ternyata disambut baik oleh masyarakat Cirebon, yang sudah lama
diresahkan oleh keberadaan praktek prostitusi, kurang lebih saat ini ada 9

6

Kecamatan di Kabupaten Cirebon terdapat tempat-tempat prostitusi. Di antaranya
Palimanan, Terminal Cargo, Pasar Minggu Palimanan, Gegesik, Plumbon,
Arjawinangun, Cileduk Tatimunya, Losari, Weru, Plered, Cipema Cirebon, dan
cenderung yang dianggap rnwan sebagai tempat berkeliaran para pelaku prostitusi
adalah Terminal. 2 Dari itu masyarakat Cirebon berharap penyakit sosial yang ada
di daerah mereka segara hilang karena memang sangat meresahkan terutama bagi
generasi muda.
Melihat dari kenyataan-kenyataan yang sudah di jelaskan di atas, penulis
menganggap bahwa masalah ini merupakan masalah yang sangat penting dan
menarik untuk dikaji, sehingga penulis tertarik untuk membahas dan menganalisa
PERDA Cirebon No. I Th 2002 khususnya tentang prostitusi sebagai upaya
Pemda Cirebon menanggulangi masalah Asusila (prostitusi) sekaligus meninjau
peraturan tersebut dengan hukum Islam. Maka penulis mencoba membahasnya
dalam bentuk penelitian yang berjudul Tinjauan Hukum Islam Terhadap
Penanggulangan Prostitusi Di Cirebon (Analisis Terlrndap Perda Kabnpaten
Cirebon No. 1 Tahun 2002 Tentang Prostitusi). Dengan harapan masalah
prostitusi ini segera bisa diatasi dan tidak berdampak pada kehidupan masyarakat,
yang mana pada saat ini kesusilaan merupakan masalah yang Urgen untuk
diperhatikan.

2 J(usairi, Kepala Seksi U1nt1111 Satpol PP. J(ab. Cirebon, Jt'au·anc:ara Pribadi, Cirebon,

15 .lanuari 2008.

7

B. Pembatasan dan Perumusan Masalab
Agar pembahasau dalam skripsi ini lebih terarah dan jelas pokok
permasalahannya, maka penulis membatasinya hauya pada seputar kajian masalah
prostitusi tentaug latar belakaug lahirnya Perda Kabupaten Cirebon No. I tahun
2002, tujuannya sanksinya dau pandangan hukum Islam terhadap Perda
Kabupaten Cirebon No. I tahun 2002 tentang prostitusi tersebut. Selaajutnya
untnk memudahkau dalam penulisau skripsi ini, penulis malakukan kualifikasi
bahasan dan masalah dalam satu spesifikasi berdasarkan tingkat kebutuhan yang
menopang dalam penyusunan tulisan ini, yaitu dengan rnembuat rumusan masalah
sebagai berikut:
I. Apa yang melatarbelakangi lallirnya Perda Kabupaten Cirebon No. I tahun
2002 tentang prostitusi dan apa pula tujuannya?
2. Apa sauksi yang diberikau bagi mereka yang melauggar Perda Kabupaten
Cirebon No. I tahun 2002 tentang prostitusi ?
3. Bagiamana pandangan Hukum Islam mengenai upaya penan;sgulangan
prostitusi yang tertuaug dalam Perda Kabupaten Cirehon No. J tahun 2002
tentang prostitusi ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Dengan melakukan penelitiau sehubungan dengau judul diatas, penulis
bertujuan untuk :
!. Untuk mengetahuai latar belakang dan tujuan dibuat/diberlakukannya Perda

Kabupaten Cirebon No. I tahun 2002 tentang prostitusi.

8

2. Untuk mengetahui bentuk sanksi yang diberikan oleh Pemerintah Daerah
Cirebon bagi mereka yang melanggar peraturan daerah tersebut.
3. Untuk mengetahui bagaimana tirtjauan hukum Islam terhadap Perda Cirebon
No. I tahun 2002 tentang Prostitusi.
Adapun manfaat yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah :
I . Sebagai media yang bisa memberikan informasi bagi masyarakat yang ingin
mengetahui efektivitas peraturan yang tertuang dalam Perda Kabupaten
Cirebon No. I tahun 2002 tentang prostitusi sebagai upaya Pemerintah Daerah
Cirebon menanggulangi gejala penyakit sosial (prostitusi).
2. Menambah khasanah kepustakaan Islam sehingga menjadi informasi dalam
bentuk bacaan yang bermanfaat untuk mengetahui bagaimana tinjauan huknm
Islam terhadap Undang·undang atau peraturan yang dibuat oleh Pemerintah
Daerah.
D. Metode Penulisan

Untuk pengumpulan data dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan
metode sebagai berikut :
I. Metode Pendekatan
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan kqjian normatif yaitu
pendekatan yang didasarkan pada kaidah-kaidah yang terdapat dalam
peraturan perundang-undangan, dengan memuat deskripsi masalah yang
diteliti berdasarkan tirtjauan pustaka yang dilakukan secara cermat dan
mendalam

9

2. Jenis Penelitian
Adapun jenis penelitian ini adalah jenis kualitatif, yakni deskripsi
berupa kata-kata, ungkapan, norma atau aturan-aturan yang diteliti, karena
penelitian ini dilakukan untuk mengukur dan menilai sebuah peundangundangan di Indonesia dalam hal ini Peraturan Daerah Kabupaten Cirebon,
sehingga penelitian ini digolongkan kepadajenis penelitian Kualitatif
3. Tehnik Pengumpulan Data
Tehnik yang digunakan untuk mengumpulkan data bersifat library

research guna memperoleh landasan teoritis yang dipero leh dari literatur dan
referensi yang berkaitan dengan tema yang akan dibahas. Selain itu untuk
memperkaya data sekaligus untuk melihat bagaimana urgensi perda ini
terhadap penaggulangan prostitusi tersebut, juga akan digunakan telmik
Interview atau wawancara yaitu suatu cara untuk mengumpulkan data dengan
mengadakan komunikasi/tanya jawab secara langsung dengan pihak terkait,
dalam hat ini penulis akan mencoba mewawancari pihak Pamong Praja
maupun tokoh masyarakat mengenai tanggapannya terhadap diberlakukannya
perda tersebut.

Dengan demikian data yang diguna'kan untuk menunjang

penelitian ini adalah :
a. Data Primer meliputi penmdang-undangan, yaitu Perda Kabupaten
Cirebon No. I Th. 2002 tentang Prostitusi serta al .. Qur'an dan al-Hadits
yang merupakan sumber hukum Islam. Serta data yang didapat dari hasil
wawancara. Bahwa data yang diperoleh tentang jumlah pelanggaran pada
tahun 2006 sebanyak 24 orang, sedangkan pada tahun 2007 sebanyak 31
orang.

10

b. Data Skunder terdiri dari buku-buku hukum, media cetak, artikel maupun
data dari internet (website) yang ada korelasinya dengan materi yang
menjadi pokok masalah yang akan dibahas dalam skripsi ini.
4. Telmik Analisis Data
Setelah data tersebut terkumpul, penulis akan menyajikan dan
menganalisanya secara deskriptif komperatif, dimaksudkan untuk memberikan
gambaran secara jelas, sistematis, objektif dan kritis yang dipaparkan antara
hukum Islam dan hukum positif mengenai fakta-falcta yang bersifat normatif
tentang permasalahan yang dibahas, dengan berusalia menyajikan bahan yang
relevan dan mendukung.
5. Tehnik Penulisan
Adapun tehnik penulisan skripsi ini mengacu pada buku pedoman
penulisan skripsi Fakultas Syari'ah dan Hukum UIN syarif Hidayatullah
Jakarta tahun 2007.

E. Sistematika Penulisan
Untuk mernpermudah pembahasan skripsi ini, maka penulis menyusun
skripsi ini dengan siste111atika penulisan yang terdiri Hrna bab, yaitu :
Bab

I : Pendahuluan
Terdiri dari latar belakang rnasalah, pembatasan dan perumusan
masalah, tujuan dan rnanfaat penelitian, rnetode penelitian dan
siste111atika penulisan.

11

Bab II: Mernuat tentang Definisi prostitusi secara umum, kernudian dipaparkan
pengertian prosrptitusi rnenurut hukurn Islam, lalu di sajikan tentang
dasar hukurn dari pelarangan prostitusi rnemrrut hukum Islam, setelah
itu dibahas juga tentang sanksi bagi pelaku tindak pidana prostitusi
menurnt hukurn Islam, kemudian dilihat bagairnana dampak prostitusi
itu terhadap kehidupan masyarakat.
Bab III: Dalam bab ini akan di uraikan tentang faktor penyebab timbulnya
prostitusi di Cirebon, kemudian juga akan di paparkan tentang latar
belakang lahirnya Perda Kabupaten Cirebon No. 1 Th. 2002 tentang
Prostitusi, setelah itu barn kemudian diuaraikan tentang sauksi bagi
pelaku tindak pidana prostitusi menurut Perda Kabupaten Cirebon No. 1
Tahun 2002 tentang prostitusi.
Bab IV: Dalarn bab ini penulis akan mengupas secara tajam tentang bagairnana
tinjauan hukurn Islam terhadap sanksi pidana yang diatur dalam Perda
Kabupaten Cirebon No. 1 Tahun 2002 tentang prostitusi dengan
rnenggunkan rnetode komperatif, disamping itu penulis juga akan
mernbahas tentang bagaimana tinjauan hukwn Islam teradap Perda
Kabupaten Cirebon No. 01 Tahun 2002 Tentang Prostitusi, sehingga
akan nampak jelas bagairnana peran Perda Kabupaten Cirebon No. 01
tahun 2002 tersebut dalam penanggulangan prostitusi di Cirebon.

12

Bab V : Merupakan bab terakhir yang berisikan kesirnpulan yang merupakan
pemadatan dari pembahasan skripsi ini, kemudian dilanjutkan dengan
saran-saran yang konstruktif.

BAB II
PROSTITUSI MENURUT HUKUM ISLAM

A. Definisi Prostitusi
Prostitusi sebagairnana pernaparan Frans Salesman, secara etimologis
berasal dari kata bahasa latin yaitu pro-stituare atau prosstaure yang berarti
memberikan

atau

membiarkan

diri

berbuat zina,

melakukan

pelacuran,

persundalan, pergundikan. Sehingga secara harfiah prostitusi dapat dideskripsikan
sebagai tingkah laku bebas tanpa kendali dan cabul karena adanya pelampiasan
nafsu seks dengan lawan jenis tanpa mengenal batas kesopanan (manusiawi) dan
mendapatkan bayaran 1• Adapun secara terminologis, prostitusi atau pelacuran
adalah penyediaan seksual yang dilakukan oleh laki-laki atau perempuan untuk
mendapat uang atau kepuasan. 2
Prostitusi menurut W.A. Banger dalam tulisannya Maatschappelijke
Oorzaken der Prostitutie menulis definisi: "Prostitusi ialah gejala kemasyarakatan

dimana wanita menjual diri melakukan perbuatan-perbuatan seksual sebagai mata
pencaharian". Pada definisi ini jelas dinyatakan adanya peristiwa penjualan diri
sebagai profesi atau mata pencaharian sehari-hari dengan jalan melakukan relasirelasi seksual. Menurut sarjana P.J. De Bruine Van Amstel menyatakan bahwa
prostitusi adalah penyerahan diri dari wanita kepada banyak laki-laki dengan

1

Frans

Salesman,

"Prostitusi",

artikel

diakses

pada

3

April

2007

dari

b.lln://ww\v. wordpress.com
セ@ Robert P. 1Vlasland, Jr. Dnvid Estridge, Apu yang lngin Diketahui Rernaja Tentang Seks,

(Jakarta: Bumi Aksara, 1987), h. 134.

14

pembayaran. 3 Sedangkan prostitusi menurut Perda Kabupaten Cirebon NO. 1
Tahun 2002 Tentang Prostitusi ialah hubungan seksual di luar nikah dengan
imbalan uang atau hadiah-hadiah sebagai suatu transaksi perdagangan. 4
Definisi di atas mengemukakan adanya unsur--unsur ekonomis dan
penyerahan diri wanita yang dilakukan secara berulang-ulang atau terus-menerus
dengan banyak laki-laki.
G. May dalam bukunya Encyclopedia of Social Science menuliskan
masalah prostitusi yang menekankan masalah barter atau perdagangan secara
tukar-menukar, yaitu menukarkan pelayanan seks dengan bayaran uang, hadiah
atau barang berharga lainnya. Juga mengemukakan promiskuitas, hubungan seks
bebas dan kekacauan emosional, melakukan hubungan seks tanpa emosi, tanpa
perasaan cinta kasih atau afeksi. Pihak pelacur mengutamakan motif-motif
komersil, atau alasan-alasan keuntungan materil. Sedang pihak laki-laki
mengutamakan pemuasan nafsu-nafsu seksual. Baik May maupun ensiklopedia
AMERICANA memberikan batasan "promiscuity dan promiscuous unchastity"
sebagai tingkah laku tuna susila yang professional. 5
Selanjutnya,

Kartini

Kartono

dalam

bukunya

"Patologi

Sosial"

mengemukakan definisi pelacuran sebagai berikut: 6
' W.A. Banger, De Maatschappelijke Oorzaken der Prostitutie, Verspreide Geschr!ften,
dell 11. Amsterdam, 1950. (terjemahan B. Simanjutak. Mimbar Demokrasi, Bandung, April 1967).
4

Lembaran Daerah Kabupaten Cirebon Nomor 05 tahun 2002 Seri Edisi 4 Peraturan
Daerah Kabupaten Cirebon Nomor 0 I Tahun 2002 Tentang Larangan Perjudian, Prostitusi dan
rY1inuman Keras.
5

G. May, Encyclopedia of Social Science, dalam Kartini Kartono, Pato/ogi Sosia/,
(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005) Jil. l, Edisi 2, h. 215-216.
6

2, h. 216.

f(artini J(artono, Patv!ogi Sosial, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2005) Ji!. 1, Edisi

15

I. Prostitusi adalah bentuk penyimpangan seksual, dengan pola-pola organisasi
impuls/dorongan seks yang tidak wajar dan tidak lerintegrasi dalam bentuk
pelampiasan

nafsu-nafsu

seks

tanpa

kendali

dengan

banyak

orang

(promiskuitas), disertai eksploitasi dan komersialisasi seks yang impersonal
tanpa afeksi sifatnya.
2. Pelacuran merupakan peristiwa penjualan diri (persundalan) dengan jalan
memperjualbel ikan badan, kehormatan, dan kepribadian kepada banyak orang
untuk memuaskan nafsu-nafsu seks dengan imbalan pembayaran.
3. Pelacuran ialah perbuatan perempuan atau laki-laki yang menyerahkan
badannya untuk berbuat cabul secara seksual dengan mendapatkan upah.
Prostitusi/pelacuran menurut Kiai Bahrudin, Pimpinan Pondok Pesantren
Al-Ma'unah, Kepuh, Pasar Minggu, Cirebon, ialah perbuatan keji yang
hubungannya dengan penyaluran syahwat baik dengan sejenis maupun dengan
Jawan jenis.7 Menurut Teddy Suhroto (Kepala Ketertiban Satpol PP. Kab.
Cirebon), ia mengemukakan bahwa prostitusi adalah masyarakat yang berbuat
mencari penghasilan dengan menjual seks. 8 Lain lagi menurut pemaparan Kusairi
(Kepala Seksi Ketertiban Umum Satpol PP. Kab. Cirebon), prostitusi adalah
termasuk perselingkuhan atau hubungan seksual di luar nikah. 9
7

K. Bahrudin, Pimpinan Pondok Pesantren Al-Ma'unah, Kepuh, Pasar Minggu, Cirebon,
Wawancara Pribadi, Cirebon, 15 Januari 2008.
8

Wmvancara

9

Kusairi, Kepala Seksi Umu1n Satpol PP. Kab. Cirebon. Wmvancara Pribadi, Cirebon, 15

Teddy Subroto, Kepala Bidang Ketertiban Satpol PP. Kab. Cirebon,
Pribadi, Cirebon, 15 Januari 2008.

Januari 2008.

16

Pelacuran menurut Soedjono adalah pelacur merupakan gejala sosial yang
seolah langgeng, faktor penentunya justru terletak pada sifat-sifat alami manusia
khususnya segi seksual biologis dan psikologis, sedangkan faktor lainnya hanya
bersifat faktor pendamping yang akan memperlancar atau dapat menghambat
pertambahan jumlah pelacuran. 10 Pengertian pelacuran menurut konsep kaum
objektif adalah kegiatan penyimpangan prilaku karena telah melanggar normanorma sosial.

11

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa pelacuran berasal
dari kata lacur yang berarti malang, celaka, sial, gaga!, atau buruk laku. Pelacur
adalah wanita yang melacur sundal, wanita tuna susila. Pelacur adalah perihal
menjual diri sebagai pelacur, penyundalan. 12
Pendapat Davis beragumenntasi bahwa unsur pembayaran dalam bentuk
tertentu juga ditemukan dalam pranata sosial lain seperti pernikahan dan
pe1tunangan. Komponen yang membedakan unsur ーイッュゥウォオエ。セ@

yang harus

ditonjolkan dalam definisi pelacuran. Cara pandang ini diperluas oleh Polsky yang
mendifinisikan pelacuran sebagai pemberian "seks di luar pernikaan sebagai
pekerjaan". 13

0

Soedjono, Pelacuran Ditinjau Dari Hu/cum dan Kenyataan Da/am Masyarakat,
(Bandung: Karya Nusantara, 1977), h. 44.
'

11

Ibid h. 45.

12

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka, 1987), h. 550.
13

Tahnh-Dam Truong, Parhvisata dan Pe/acuran di Asia Tenggara, Terjemahan: Moh.

Arif, (Jakarta: LPJES, 1992 ), h. 15.

17

Definisi tentang pelacuran menunjukkan bahwa unsur pembayaran atau
penerimaan upah harus ada dalam konsep pelacuran. Namun, unsur pembayaran
atau penerimaan upah yang merupakan unsur ekonomis bukanlah satu-satunya
unsur dalam penentuan konsep tentang pelacuran. Para ilmuan bersepakat
mengenai adanya unsur ekonomis tersebut dalam konsep tentang pelacuran, tetapi
mereka berbeda pendapat terutama mengenai batas-batas sosial dalam pelacuran.
B. Prostitusi Meuurut Hokum Islam

Dalam kamus lnggris-lndonesia kata Prostitution diartikan dengan
Pelacuran, Persundalan dan ketunasusilaan. 14 Sedangkan dalam kamus al-Maurid
kata kerja Prostitute diartikan dengan ( _;,...,)
dengan ( セ@
berzina H[セwiI@

dalam kamus Al-Munawwir kata

- ..>P-:! ) dengan arti berzina dan ism failnya adalah perempuan yang
disinonimkan dengan ( :\.,uljll), (._,.,.,._,..II) dan kata bigha ( o\.i.;ll ),

disinonimkan dengan kata al-Zina. 15
Dari makna di atas perbedaan makna antara prostitusi dengan perzinaan
hemat penulis adalah setiap prostitutor adalah pezina dan setiap pezina belum
belum tentu prostitutor. Maksudnya setiap praktek protil:usi bertujuan komersil
dengan meraup upah, sedangkan pezina tidak selalu bertujuan materil. Dalam AlQur'an istilah prostitusi diindikasikan dengan menggunakan tenninology al-Bigha
( o\.i.;ll ), dalam surat an-Nur ayat 33:
14

Hasan Sadily dan John M. Echols, Kamus Inggris- Indonesia, (Jakarta: Gramedia,

1990).
15

Al-Ba'la al-Baqi, al-Maurid (Beirut: Daar al-'flm. 1977\.

18

Artinya: " Dan janganlah kamu paksa budak-budak wanitamu untuk melakukan
pe!acuran, sedangkan mereka sendiri menginginkan kesucian, karena
kamu hendak mencari keuntungan duniawi". (QS: an-Nur: 33).
Pesan ayat ini adalah larangan bagi muslim mencari kekayaan lewat jalur yang
haram yaitu prostitusi.
Zina berasal dari kata

_,..;j -_,lj; -_,..;j

yang artinya berzina, berbuat

zina. Kata 01j yang jamaknya olij (apabila yang berzina laki-laki), dan kata セャェ@
yang kata jamaknya _,il_,j (apabila yang berzina perempuan). 15 Secara garis besar,
pengertian zina menurut hukum Islan1 sebagaimana yang diungkapkan oleh
Muhammad Ali as-Sabuni bahwa zina menurut arti bahasa adalah persetubuhan
yang diliaranikan. Dan zina menurut syar'i ialah persetubuhan yang dilakukan oleh
seorang laki-laki dengan seorang perempuan melalui (pada) vagina di luar nikah
dan bukan nikah subhat. 16
Beberapa defmisi lain tentang ziI1a yang dikemukakan oleh berbagai ulama
madzhab menunjukkan pengertian yang hampir sama. Hanya saja ada yang sedikit

15

Mahmud Yunus, Kamus Bahasa Arab-Indonesia, (Jakarta: PT. Hida Karya Agung,

2002), h. 230.
16

Muhammad Ali as-Sabuni, Rawai'ul Bayan Tafsir Ayaat al-Ahkam min al-Qur'an,
(Beirut: Daar al-Fikr, tt.), Jil. II, h. 8.

19

berbeda, sepe1ii ulama Hanabilah dan ulama zidiyah yang menambahkan jimak
melalui dubur. 18
Sebagaimana yang dikutip oleh Abdul Qodir 'Audah dalam kitabnya Al-

Tasyri' al-Jinai al-Islami Muqoronan bi al-Qonun al-Wad'i tentang pendapat para
ulama madzhab dalam mendifinisikan zina, ialah sebagai berikut: 19
I. Pendapat Malikiyah.

Artinya: "Zina adalah persetubuhan yang dilakukan oleh orang mukallaf
terhadapfarji (vagina) manusia (wanila) yang bukan miliknya secara
disepakati dan dilakukan dengan kesengajaan".
2. Pendapat Hanafiyah.

Artinya: "Zina adalah persetubuhan yang dilakukan oleh seorang laki-laki
lerhadap wanila yang bukan miliknya dan lidak syubhat memilikinya
pada qubul (vagina wanita tersebut).
3. Pendapat Syafi'iyah.

Artinya: "Zina adalah memasukkan dzakar ke dalam fmji yang diharamkan
karena za111ya, bukan karena syubhat don menurut tabi'atnya
menimbulkan syahwat.
4. Pendapat Hanabilah.

18

Muhammad Abduh Malik, Prilaku Zina Pandangan Hukum Islam dan KUHAP,
(Jakarta: PT. Bulan Bintang, 2003), Cet. I, h. 25.
19

Abdul Qodir 1Audah, Al-Tasyri' a/-Jinai al-/slan1i Muqoronan bi al-Qonun a/-Wad'i,

(Beirut: Muassasah al·Risalah, 1992), Cet. XI, h. 349,

20

Artinya:

"Zina adalah melakukan perbuatan keji (persetubuhan yang
diharamkan), baik terhadap qubul maupun dubur.

5. Pendapat Dzahiriyah.

Artinya: "Zina adalah persetubuhan yang dilakukan terhadap orang yang tidak
halal memandang ke seluruh tubuhnya, serta mengetahui akan
keharamannya (melakukan zina), atau zina adalah persetubuhan
yang di haramkan karena zatnya.
6. Pendapat Zidiyah

Artinya: "Zina adalah memasukkan kemaluan laki-laki (dzakar) ke dalamfarji
(vagina wanita) yang masih hidup yang haram atasnya (laki-laki),
baik terhadap qubul maupun dubur tanpa ada .1yubhat.
Dari beberapa definisi tersebut di atas, yang akan dipergunakan sebagai
pegangan selanjutnya, adalah definisi yang dikemu.kakan o!eh Muhan1IT1ad Ali AsSabuni karena lebih sesuai dengan pandangan umun111ya para ularna.
Se!ain itu, dari definisi zina yang dikernu.kakan oleh para ularna tersebut,
dapat diketahui bahwa unsur-unsur jarinlah itu ada dua, yaitu:
1. Persetubuhan yang diharamkan.

Persetubuhan yang dianggap zina adalah persetubuhan di dalarn farji.
Ukurannya adalah apabila kepala kernaluan telah rnasu.k ke dalarn farji
walaupun sedikit. Juga dianggap sebagai zina sekalipun ada penghalang antara

21

dzakar dan farji, selama penghalangnya tipis yang tidak menghalangi perasaan
dan kenikrnatan bersenggama.
Apabila persetubuhan tidak memenuhi ketentuan-ketentuan tersebut
maka tidak dianggap sebagai zina yang dikenai hukuman had, melainkan hanya
tergolong kepada perbuatan maksiat yang diancam dengan hukuman ta'zir,
walaupun perbuatannya itu merupakan pendahuluan dari zina. Contoh seperti
mufakhadzah (memasukkan penis di antara dua paha), sex oral dan sentuhan di

luar farji. Demikian pula perbuatan maksiat lain yang merupakan pendahuluan
dari zina dikenai hukuman ta'zir, contohnya, ciuman, pelukan, bersunyi-sunyi
dengan yang bukan muhrim. Larangan-Iarangan ternebut tercalrnp dalam
frrman Allah SWT surat al-Isra' ayat 32 :

.(iY : dr-)'1). セ@

cl'

,

セlNI@

,.,.,.,.

"'

/

..-

,.

;G.;...L; ulS"' セQ@
,

,,

,

_)jll ャケセ@

0

,.

"J)

Artinya: "Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah
perbuatan yang sangat keji dan merupakan suatu jalan yang buruk''.
(QS. Al-lsra': 32).

2. Adanya kesengajaan atau niat yang melawan hukum ('-1'\.J,.I _ra-W'!
....
,..

,..



....
,,

,

r:!'.<

'! '.

. ,,My.I J>b:. cZャセ@

o.)l,Y y ' .ill1 --Y' rJ.

eiu..,.. d" ' ;:::->." rJ. セ@

GJ.>.
y..

Muhammad bin 'Ilan asy-Syafi'i al-Asy'ari al-Makki as-Siddiqy, Dali/ a/-Falihin Ii
Turuq Riyadh a/-Shalihin,(t.k.: Daar al-Fikr, t.t.), Ji!. IV, h. 481.

24

.JLo
v ,,

Jh ):j4 セi@
,..

,, ,,

,,

. セ@
Y•

,.

セ@

:JJ1

j;.;,. :ti セ@

.(.-Lo .y.I olJJ) •

If

セ}ij@

> O セ@

ャェセ@
_,

":
> ",..

,..

:UL. :i.J_,,,. セT@
t:<

,..

,..

r

J
>

o'1J

セ@

.Ji1
OIP ,.

_._.

j_o .Ji1
J

o o ,,,..

:.,..;;:JIJ a.:...., '-:--!-faJ

.....

v

Artinya : " Bakar bin Khalqf yakni Abu Bisrin menceritakan kepada kami dari
Yahya bin Sa'id, dari Sa'id bin Abi Arubah dari Qatadah, dari Yunus
bin Juber dari Khutan bin Abdillah dari Ubadah bin Shamit r.a bahwa
Rasu/ullah Saw bersabda : "Ambillah dariku yang Allah telah jadikan
jalan bagi mereka, yaitu mereka yang berniat zina telah diberi jalan
(hukuman), jejaka dan perawan (yang melakukan zina) hukumannya
adalah jilid seratus kali dan buanglah asingkanlah se/ama satu tahun.
Sedangkan duda dan janda (yang pernah kawin) hukuman mereka
adalahjilid seratus kali dan rajam". (HR. Ibnu Majah).

4. Dasar hukum yang menyebutkan tentang penggolonganperbuatan zinakepada
perbuatan dosa-dosa besar:

Artinya : "Dan (terhadap) para wanita yang mengerjakan perbuatan keji,
hendaklah ada empat orang saksi di antara kamu (yang menyaksikan),
kemudian apabila mereka telah memberi persaksian maka kurunglah
mereka (wanita-wanita itu) dalam rumah sampai mereka menemui
ajalnya, atau sampai Allah memberi jalan yang lain kepadanya". (QS.
An-Nisa' :15)

20

Al-Hafidz Abi Abdillah Muhammad bin Yazid al-Kizwini, Sunan lbnu Majah, (Bai rut:
Daar al-Fikr, 1995), Juz. II, h.55.

25

Artinya: "Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan lain beserta Allah dan
tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali
dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barang siapa yang
melakukan demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan)
dosa(nya). (yakni) akan dilipatgandakan adzab untuknya pada hari
kiamat dan dia akan kekal dalam adazb itu, dalam keadaan terhina".
(QS. Al-Furqan : 68).

,,,.

,..

0

!

!JJJj µ1 :JL;
n

'? セi@

,I

.(4#- セI@

t

セ@

"'.J.

Ji.; Lセ@
. AjセgN@

,,.,..

セ@



Y.,j iセ@

セQ}@

,.,

@

il!I ⦅jpセ@

::ii'? セi@



,,

!

1)1 :

Ji.; '?

...

;1JI セ@

,



,,JL< Lセi@

Artinya : "Dari Abdullah bin Mas'ud, katanya, seorang laki-laki bertanya kepada
Rasulullah Saw, dosa apa yang paling besar di sisi Allah? Jawab
beliau: menyekutukan Allah, padahal dia yang menciptakannya,
kemudian ia bertanya lagi, kemudian apa lagi? Jawab Rasulullah Saw;
membunuh anakmu disebabkan kamu takut alwn ditumpangi ,makan,
kemudian apalagi? Jawab beliau; berzina dengan istri tetangga". (HR
Muttafaq 'Alaih).
Dasar hukum tentang zina tersebut di atas diturunkan oleh Allah, betapa
perbuatan zina itu sangat dilarang dalam kehidupan manusia, karena merupakan
perbuatan yang keji, selain itu dampak dari perbuatan zina itu sangat banyak.
Da1an1 ha! perbuatan zina, Allah SWT juga telah menetapkar1 hukum dan hukuman
atas perbuatan zina secara berangsur-angsur. Dalan1 surat makiyah Allah SWT
menegaskan terlebih dahulu bahwa perbuatan zina itu adalah suatu perbuatan keji,
karena itu Allah SWT melarang manusia mendekati dan melakukan perbuatan
zina. Setelah itu dalam surat madaniyah Allah SWT menetapkan sanksi hukuman
21

'

::,?I

Abu al-Husain Muslim Ibnu al-Hajjaj al-Qusyairiy al-Naisaburiy, Shohih Muslim, (Bairut:
Daar al-Fikr, 1995), Juz. II, h. 6

26

terhadap pelaku zina dan setelah itu pula Nabi Muhammad Saw dalam haditsnya
menetapkan hukuman tambahan bagi pelaku zina yang sudah menikah.
D. Sanksi Bagi Pelaku Tindak Pidana Prostitusi Menu111t Hokum Islam
Sebagaimana yang disebutkan di atas, bahwa dasar hukum yang
menjelaskan tentang sanksi perbuatan zina tidak dijelaskan secara rinci, di dalam
surat An-Nur ayat (2), tentang sanksi perbuatan zina, masih global, yaitu
Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina maka deralah tiap-tiap seorang
dari keduanya seratus kali. Namun dalam hadits Nabi Saw yang diriwayatkan oleh
Ibnu Majah, Rasulullah Saw menjelaskan lebih rinci tentang sanksi terhadap
pelaku perbuatan zina. Yaitu jejaka dan perawan (yang melakukan zina)
hukumannya adalah jilid seratus kali dan diasingkan (penjara) selama satu tahun.
Sedangkan duda dan janda (yang pernah kawin) hukuman mereka adalah jilid
seratus kali dan rajam.
Pada dasamya sanksi terhadap perbuatan zina terbagi menjadi dua, Yaitu:
1. Hukuman di Akhirat

Setiap perbuatan, apalagi yang tern1asuk dalam perbuatan dosa besar pasti
akan mendapatkan balasan dari Allah di akhirat kelak, zina merupakan
perbuatan yang sangat keji dan tergolong dosa yang paling besar setelal1
pembunuhan. Memang di dalam Al-Qur'an tidak disebutkan bahwa apa adzab
yang akan ditimpakan oleh Allah terhadap pelaku zina di akhirat nanti, tapi

27

yang jelas dia akan dilipatgandakan adzab untuknya pada hari kiamat dan dia
akan kekal dalam adzab itu, dalam keadaan terhina.
2. Hukuman di Dunia
Bagi pelaku dosa besar seperti zina ini, maka patutlah mendapatkan
hukuman di dunia, sebagai akibat yang dilakukannya dari perbuatan keji,
kalaulah memang dia lepas dari hukuman di dunia, di akhirat tidak akan bisa
lolos dari siksa api neraka yang sangat pedih
Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam al-Qur'an dan hadits Nabi Saw
seperti disebutkan di atas, bahwa sanksi di dunia terhadap pelaku zina bisa
disimpulkan sebagai berikut:
a. Hukuman Fisik
Tentang hukuman fisik ini tidak harus sama, dalam ru1ian
hukumannya dibedakan menurut pelakunya, sudah menikah ataukah masih
lajang. Bagi pelaku zina yang masil1 lajang Oejalca dan perawan), dalam
istilah fiqlmya disebut zina ghairu muhsail, maka hukumannya sebagai
berikut:
I). Hukuman Cambuk
Sebagaimana disebutkan dalam surat An-Nur ayat 2 di atas
bahwa hukuman pelaku zina baik laki-laki maupun perempuan berupa
seratus kali crunbuk, dijelaskru1 lagi bahwa tidak boleh merasa kasihan
dalam melaksanakan hukuman. Ini berarti hulrnman ini tidak bisa
ditawar-tawar lagi. Jadi hukumail tidak bisa diganti dengan hukuman

28

yang lain ataupun dengan denda bahkan tidak boleh dikurangi maupun
diringankan baik kualitas ataupun kuantitas hukumannya.
2). Hukurnan Pengasingan
Mengenai masalah hukuman pengasingan ini, masih terdapat
perbedaan pendapat di kalangan ulama. Namun dalam ha! ini sudah
ditegaskan oleh Ibnu Munzir, yang mengatakan bahwa Nabi Saw
bahkan bersumpah dengan nama Allah ( .(ill GMZjセ@

セ@