Pengaruh penerapan metode sosiodrama terhadap minat belajar sejarah kebudayaan Islam di Mts Yatamu Pasawahan Kabupaten Cirebon
TERHADAP MINAT BELAJAR
SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM (SKI) SISWA
DI MTS YATAMU PASAWAHAN KABUPATEN CIREBON
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam
(S.Pd.I)
Disusun oleh:
SHIDIQ ANSHORI
NIM: 109011000274
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS
ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
(2)
(3)
(4)
(5)
Shidiq Anshori 109011000274, Dosen Pembimbing Siti Khadijah, MA, 2014, “Pengaruh Penerapan Metode Sosiodrama Terhadap Minat Belajar Sejarah Kebudayaan Islam Di Mts Yatamu Pasawahan Kabupaten Cirebon” Tahun Pelajaran 2013/2014 Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui minat belajar SKI siswa kelas VII kelas yang diberi perlakuan (ekperimen) dan kelas yang tidak diberi perlakuan (kontrol) (2) mengetahui pengaruh penggunaan metode sosiodrama (bermain peran) terhadap minat belajar SKI siswa kelas VII pada materi pokok Khulafaur Rasyidin.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII semester genap Mts Yatamu Pasawahan Kabupaten Cirebon tahun pelajaran 2013/2014. Sampel yang digunakan adalah siswa kelas VII-E sebagai kelas eksperimen, dan siswa kelas VII-F sebagai kelas kontrol. Pengambilan sampel dengan menggunakan teknik Purvosive Sampling. Dan metode yang digunakan adalah kuasi eksperimen. Pengambilan data menggunakan metode angket, observasi, dokumentasi dan wawancara. Instrument terlebih dahulu divalidasi untuk mengetahui kesahihannya. Analisis yang digunakan adalah deskriptif dan uji-t. uji prasyarat menggunakan (1) uji normalitas diperoleh data berdistribusi normal, (2) uji homogenitas diperoleh hasil bahwa sampel homogen.
Hasil analisis data menunjukan bahwa (1) pembelajaran dengan menggunakan metode sosiodrama (bermain peran) pada “Memahami Sejarah Perkembangan Islam pada Masa Khulafaurrasyidin” lebih mampu meningkatkan minat belajar SKI dibandingkan pembelajaran konvensional pada siswa kelas VII Mts Yatamu Pasawahan Tahun Pelajaran 2013/2014, ditujukan dengan hasil uji-t yang diperoleh t-hitung 23.747 sedangkan t tabelnya 2,024 maka t-hitung > t-tabel dengan signifikasi = 0,000 < = 0,05 sehingga Ho ditolak dan Ha diterima.
(2) Ada pengaruh yang signifikan antara Metode Sosiodrama (X) terhadap minat belajar SKI (Y). Dalam pengujian hipotesis, terbukti bahwa Metode Sosiodrama (X) berpengaruh terhadap minat belajar SKI (Y). Hal ini ditunjukkan pada angka probabilitas 0,000 < 0,05 dan t-hitung > t-tabel (nilai t di tabel Coeffisients) yaitu 4,212 > 3.551 maka pengaruh Metode Sosiodrama terhadap minat belajar SKI adalah signifikan.
Kata kunci: sosiodrama (bermain peran), minat
Shidiq Anshori (PAI)
(6)
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan Rahmat, taufik dan Hidayah-Nya, sehingga proses penulisan skripsi yang berjudul “PENGARUH PENERAPAN METODE SOSIODRAMA TERHADAP MINAT BELAJAR SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM DI MTS YATAMU PASAWAHAN
KABUTEN CIREBON”. dapat diselesaikan. Sholawat serta salam semoga tetap
tercurah kepada Rosulallah SAW, keluarganya dan sahabatnya serta para pengikutnya yang setia.
Selanjutnya, penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak mungkin dapat selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis sampaikan terimasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Ibu Nurlena Rifa’i.MA.P.hd dekan FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2. Dr. H. Madjid Khon, M.Ag ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam. 3. Ibu Marhamah, Lc, MA Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam 4. Ibu Siti Khadijah, MA pembimbing yang telah meluangkan waktu dan
mencurahkan pikirannya untuk memberikan arahan, bimbingan, motivasi, dan sabar dalam membimbing penulis sehingga terselesaikannya skripsi ini.
5. Bapak Prof. Abuddin Natta pembimbing akademik yang tak henti- hentinya memberikan motivasi, saran dan solusi dalam setiap masalah perkuliahan.
6. Semua dosen FITK khususnya dosen PAI yang telah mengajarkan dan menularkan banyak ilmu kepada saya seta banyak memberikan bimbingan dan motivasi.
(7)
selalu memberikan fasilitasnya.
8. Bapak H. Sofan, S.Ag kepala MTs Yatamu Pasawahan Kabupaten Cirebon dan segenap guru dan karyawan, atas kebijakan sarannya sehingga penelitian ini dapat dilaksanakan dengan baik. Serta Siswa-siswi MTs Yatamu Pasawahan yang telah bersedia dan bekerja sama dengan baik.
9. Teruntuk Ibunda Nursa’ah tercinta yang tak henti-hentinya memberikan banyak perhatian dan kasih sayang yang luar biasa besar dorongan serta do’a yang dipanjatkannya. Semua itu hanya Allah lah yang dapat membalaskan kebaikannya.
10. Kepada Almarhum Ayahanda Nasikin Mansyur yang saya rindukan, sosok ayah yang selalu mendidik anaknya untuk terus belajar, dan ini yang dapat ku persembahkan. Semoga Allah memberikan tempat terbaik disana. Amiin.
11. Kepada Bang Redi Kurniawan yang telah meluangkan waktunya berada dikosan untuk membimbing dan memberikan arahan dalam menyelesaikan skripsi ini.
12. Kepada Kader-kader Pimpinan Komisariat Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IMM Ciputat, Immawan dan Immawati IMM se-Cabang Ciputat yang selalu memberikan semangat dan motivasinya untuk selalu berfastabiqul khairat.
(8)
kehidupan ini.
Semoga sekecil apapun kebaikan yang kita lakukan menjadi bermanfaat bagi sesama baik di dunia maupun di akherat nanti, amin.
Jakarta, 22 Rajab, 1435 H/ 22 Mei 2014 M Penulis SHIDIQ ANSHORI
(9)
HALAMAN SAMPUL HALAMAN JUDUL
LEMBAR PERNYATAAN KARYA SENDIRI LEMBAR PERSETUJUAN/PENGESAHAN LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 5
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah... 5
D. Tujuan Penelitian ... 6
E. Kegunaan Penelitian... 6
BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) ... 7
B. Minat Belajar... 10
1. Pengertian minat belajar ... 10
2. Faktor yang mempengaruhi minat ... 11
3. Fungsi Minat dalam Belajar ... 13
4. Indikator minat belajar ... 14
C. Metode dan Teknik Pembelajaran Sosiodrama ... 15
D. Hasil Penelitian Yang Relevan... 21
E. Kerangka Berpikir ... 24
F. Hipotesis Penelitian... 25
(10)
B. Metode dan Desain Penelitian ... 26
C. Populasi dan Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ... 27
D. Teknik Pengumpulan data ... 28
E. Teknik Instrumen Penelitian ... 30
F. Uji Validitas Instrumen ... 37
G. Uji Reliabilitas Instrumen ... 38
H. Teknik Analisis Data ... 39
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 42
1. Sejarah Berdirinya Mts Yatamu Pasawahan ... 42
2. Kondisi Geografis Mts Yatamu Pasawahan ... 43
3. Visi dan Misi Sekolah ... 43
4. Struktur Organisasi ... 44
5. Keadaan Guru, Tata Usaha dan Siswa di Mts Yatamu Pasawahan ... 45
B. Deskripsi Kegiatan Penelitian ... 55
C. Pengujian Prasyarat Analisis dan Pengujian Hipotesis ... 55
1. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 55
2. Uji Normalitas ... 59
3. Uji Homogenitas ... 60
4. Uji Hipotesis ... 61
D. Temuan Penelitian ... 63
E. Analisis Hasil Penelitian ... 67
F. Pengujian Hipotesis... 79
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 93
B. Saran... 94 Daftar Pustaka
Lampiran-lampiran
(11)
Tabel 3.1 : Rancangan Penelitian ... 26
Tabel 3.2 : Skor Jawaban Pernyataan Positif dan Negatif ... 29
Tabel 3.3 : Kisi-kisi Instrumen Minat Belajar dan Metode Sosiodrama ... 31
Tabel 3.4 : Pedoman Observasi Minat Belajar dan metode sosiodrama ... 35
Tabel 4.1 : Struktur Organisasi MTs Yatamu Pasawahan. ... 44
Tabel 4.2 : Keadaan Guru Mts Yatamu Pasawahan... 46
Tabel 4.3 : Keadaan Tata usaha Mts Yatamu Pasawahan... 47
Tabel 4.4 : Keadaan siswa Mts Yatamu Pasawahan ... 48
Tabel 4.5 : Keadaan Sarana Mts Yatamu Pasawahan ... 49
Tabel 4.6 : Fasilitas / Perlengkapan Ruangan ... 50
Tabel 4.7 : Alat-alat Olahraga dan Kesenian ... 51
Tabel 4.8 : Hasil Uji Validasi Variabel Y ... 56
Tabel 4.9 : Hasil Uji Validasi Variabel X ... 57
Tabel 4.10 : Hasil Uji Reliabilitas ... 59
Tabel 4.11 : Hasil Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test ... 60
Tabel 4.12 : Uji Homogenitas Test of Homogeneity of Variances ... 61
Tabel 4.13 : Hasil Uji independent T-test ... 62
Tabel 4.14 : Independent Samples Test ... 62
Tebel 4.15 : Statistik Deskriptif Sebelum diberi Perlakuan ... 63
Tebel 4.16 : Statistik Deskriptif Setelah diberi Perlakuan ... 64
Tabel 4.17 : Deskriftive Statistik Variabel X dan Y ... 65
Tabel 4.18 : Metode Sosiodrama membuat saya semangat dalam belajar SKI... 67
Tabel 4.19 : Skor jawaban Metode Sosiodrama membuat saya tidak mengantuk saat belajar SKI ... 76 Tabel 4.20 : Metode Sosiodrama ternyata mampu mengajarkan cara
(12)
dihargai ... 68
Tabel 4.22 : Skor jawaban Merasa kesulitan ketika bermain peran... 69
Tabel 4.23 : Skor jawaban metode ini menurut saya hanya membuang buang waktu saja dan tidak ada manfaatnya ... 69
Tabel 4.24 : Skor jawaban senang terlibat bermain peran menegangkan dan mengasikan ... 79
Tabel 4.25 : Skor jawaban menjadi kompak dengan teman saat bermain peran ... 79
Tabel 4.26 : Skor jawaban Saya selalu berkerjasama dengan kelompok untuk menampilkan drama yang bagus. ... 70
Tabel 4.27 : Skor jawaban Dengan Metode Sosiodrama saya berusaha selalu tampil terbaik... 70
Tabel 4.28 : Skor jawaban Metode Sosiodrama membantu untuk aktif dalam proses pembelajaran... 71
Tabel 4.29 : Skor jawaban dibandingkan dengan pembelajaran SKI yang lalu, dengan Metode Sosiodrama ini saya lebih tertarik untuk mengikutinya ... 71
Tabel 4.30 : Skor jawaban belajar ski dengan sungguh sungguh ... 72
Tabel 4.31 : Skor jawaban Pelajaran SKI terkadang bikin mengantuk... 72
Tabel 4.32 : Skor jawaban selalu mengerjakan tugas dengan usaha maksimal... 73
Tabel 4.33 : Skor jawaban selalu memperhatikan dengan sungguh sungguh... 73
Tabel 4.34 : Skor jawaban Saya merasa semangat saat mempelajari SKI ... 74
Tabel 4.35 : Skor jawaban malas membaca buku SKI... 74
Tabel 4.36 : Skor jawaban senang jika guru SKI berhalangan hadir ... 75
Tabel 4.37 : Skor jawaban Pelajaran SKI disampaikan dengan menarik dan menyenangkan ... 75 Tabel 4.38 : Skor jawaban senang saat belajar mata pelajaran SKI
(13)
membosankan... 76
Tabel 4.40 : Skor jawaban Saya sering bercanda saat pelajaran SKI ... 77
Tabel 4.41 : Skor jawaban Saya belajar SKI dari awal hingga akhir dengan sungguh sungguh ... 77
Tabel 4.42 : Correlation ... 79
Tabel 4.43 : Uji Regressi Descriptive Statistics... 79
Tabel 4.44 : Correlations... 80
Tabel 4.45 : Variables Entered/Removedb ... 80
Tabel 4.46 : Model Summary... 80
Tabel 4.47 : ANOVAb ... 81
Tabel 4.48 : Coefficientsa ... 81
Tabel 4.49 : Hasil Test for Linearity ANOVA Table ... 84
Tabel 4.50 : Uji Normal P.Plot Of Residual ... 85
Tabel 4.51 : Scatterplot ... 86
Tabel 4.52 : ANOVAb ... 87
Tabel 4.53 : Model Summary... 88
Tabel 4.54 : Correlations... 89
Tabel 4.55 : Coefficientsa ... 90
Tabel 4.56 : Model Summary... 90
(14)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Lebih dari 2400 tahun yang lalu, Confucius mengeluarkan tiga pernyataan sederhana yang mengungkapkan betapa pentingnya belajar “Yang saya dengar, saya lupa. Yang saya lihat, saya ingat. Yang saya kerjakan, saya pahami1”. Tiga
pernyataan ini merupakan sebuah statment yang mengajarkan betapa pentingnya keterlibatan langsung dalam proses pembelajaran. Belajar sesungguhnya bukanlah semata kegiatan menghafal atau kegiatan seorang guru dengan serta merta menuangkan sesuatu dalam benak para siswanya, banyak hal yang kita ingat akan hilang dengan mudah, hanya dalam waktu beberapa jam saja, karena mempelajari bukanlah menelan semuanya. Untuk dapat mengingat apa yang telah diajarkan, siswa harus mengolahnya atau memahaminya sendiri. Ini berarti bahwa proses berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu sangat bergantung pada proses belajar yang dialami oleh siswa. Dalam hal ini guru memegang peran penting dalam mengontrol kegiatan pengajaran di kelas, didukung dengan sumber belajar lain seperti pengajaran melalui media, metode,
1 Irfan Dani, Teori Belajar, Pustaka Pandani, 2012-2014, (pustaka.pandani.web.id/2013/10/teori-belajar.htm?m=1) diakses senin, 27 Januari 2014
(15)
maupun pendekatan dalam pembelajaran2. Sehingga pengajar mampu membangkitkan minat dan motivasi siswa untuk belajar.
Berkaitan dengan ini, sebenarnya guru mengemban tugas dan tanggung jawab yang sangat berat untuk mengantarkan siswa pada arah dan tujuan yang telah ditentukan. Sebagai pendidik guru harus mampu menempatkan dirinya sebagai pengarah dan pembina serta pengembang kemampuan siswa. Guru harus mampu mengarahkan bakat dan kemampuan siswa dengan baik dan terarah. Ia juga harus berupaya membentuk kemampuan siswa agar menjadi manusia yang dewasa yang berkemampuan untuk menguasai ilmu pengetahuan, dan mengamalkannya untuk kesejahteraan hidupnya. Terlebih pelajaran sejarah yang secara garis besar menyampaikan informasi perkembangan peradaban manusia dari zaman ke zaman. Dalam pembelajaran sejarah, untuk mencapai relevansi antara proses pembelajaran di sekolah dengan proses sosioalisasi, guru dituntut untuk dapat menciptakan suasana belajar yang demokratis-kreatif dalam pembelajaran, yaitu suasana belajar yang melibatkan siswa aktif baik sebagai subjek maupun objek, sehingga siswa dapat meningkatkan kemampuannya sesuai dengan potensi yang ada pada dirinya.
Tetapi pada kenyataannya banyak sekolah yang belum mampu menerapkan pembelajaran demokratis-kreatif, salah satunya adalah di MTs Yatamu Pasawahan Kabupaten Cirebon, Dari hasil pengamatan yang peneliti lakukan suasana belajar demokratis-kreatif belum sepenuhnya dapat diciptakan. Salah satu penyebabnya adalah guru belum mampu melakukan pembelajaran yang bervariasi, strategi dan model yang digunakan dalam pembelajaran masih monoton, sehingga siswa hanya berposisi pasif menerima dan menyimpan data, fakta, teori atau informasi saja. Aktivitas belajar pada umumnya dilakukan hanya sebatas mendengarkan ceramah, membaca buku, serta mengerjakan latihan soal, hal tersebut menjadikan siswa merasa bosan dan tidak tertarik mengikuti kegiatan belajar mengajar. Materi hafalan yang cukup banyak membuat siswa merasa terbebani sehingga prestasi belajar siswa pun rendah, terutama untuk materi
2 Nana Sudjanadan Ahmad Rifa’I, Teknologi Pengajaran. (Bandung: Sinar Baru Al gesindo, 2007).h.113
(16)
sejarah. Kenyataan ini menunjukan bahwa pembelajaran sejarah selama ini selalu terpusat pada guru dan peran siswa hanya penerima informasi. Kondisi seperti ini terkesan monoton, karena tidak ada kreativitas siswa untuk mengembangkan kemampuan yang ada pada dirinya.
Pembelajaran SKI yang seperti ini cukup kontekstual dari sisi kebutuhan siswa untuk belajar mengembangkan dirinya, dan terkesan hanya sebagai kontribusi pengetahuan belaka, dengan penekanan sebatas pada ranah kognitif saja. Hal ini tentunya menjadi masalah dalam perkembangan belajar siswa, proses pun terlihat tidak efektif. Karena guru tidak memperhatikan kondisi siswanya. Guru hanya terpaku kepada metode yang membuat siswa bosan bahkan mengantuk saat mengikuti pelajaran sejarah di dalam kelas. Disinilah terlihat betapa pentingnya motivasi dalam belajar sehingga minat untuk mempelajari SKI pun tinggi dan tentunya dapat menciptakan hasil belajar yang memuaskan.
Untuk menyikapi masalah tersebut, diperlukan suatu metode pembelajaran yang membuat siswa menjadi tertarik dan merasa senang dengan aktivitas belajar yang dilakukannya. Strategi atau pendekatan apapun yang diterapkan yang paling penting adalah dapat menarik dan memotivsi siswa untuk giat belajar, sehingga minat untuk mempelajari SKI pun tinggi. tidak hanya sebatas pada ranah kognitif saja namun lebih kepada ranah afektif yang bisa membuat siswa bisa mengembangkan kualitas diri, mengembangkan kemampuan mental dan keberaniannya saat berbicara di depan kelas serta cara bersosialisasi dengan temannya.
Dalam hal ini, metode sosiodrama tepat untuk pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam. Metode sosiodrama mengajak siswa untuk bermain peran seseorang, sehingga aktivitas belajarpun menjadi lebih hidup dan siswa merasa tertarik dan senang dalam mengikuti pembelajaran. Rasa bosan dan merasa terbebani yang selama ini muncul ketika kegiatan belajar mengajar berlangsung akan hilang seiring dengan aktivitas belajar siswa yang menyenangkan. Selain itu siswa diharapkan dapat lebih memahami materi pelajaran mengenai sejarah dan
(17)
tokoh – tokoh sejarah islam yang mereka perankan. Dengan demikian minat belajar siswa akan meningkat.
Sebuah study baru University of Alberta di kanada mengungkapkan, membuat gerakan tangan ketika bicara bisa membantu kita mengingat apa yang kita akan katakan dan menemukan kata-kata terbaik untuk mengatakannya. Saat berada dalam situasi dimana kita harus mengungkapkan sesuatu yang penting, gerakan membantu anda mengakses ingatan dan bahasa.3 Maka sosiodrama
merupakan metode efektif dimana siswa melakukan aktivitas langsung dengan memerankan peranannya masing-masing sebagai internalisasi nilai-nilai yang dapat serta berpengaruh bagi karakter siswa.
Dari uraian di atas. Penulis tertarik untuk membahas dalam skripsi ini yang berjudul “PENGARUH PENERAPAN METODE SOSIODRAMA TERHADAP MINAT BELAJAR SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM DI MTS YATAMU PASAWAHAN KABUTEN CIREBON”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas dan untuk memudahkan dalam menentukan kaitannya dengan permasalahan lain, maka dapat diidentifikasikan beberapa pokok permasalahan sebagai berikut :
1. Model pembelajaran yang dilakukan masih monoton
2. Aktivitas belajar pada umumnya dilakukan hanya sebatas mendengarkan ceramah, membaca buku serta mengerjakan latihan soal.
3. Materi hafalan yang cukup banyak, membuat siswa merasa terbebani sehingga minat belajar siswa masih belum Nampak pada saat pembelajaran SKI
4. Kurangnya keterlibatan siswa dalam kegiatan belajar mengajar.
5. Siswa merasa bosan dan kurang tertarik mengikuti kegiatan belajar mengajar.
3 Anggota IKPI, Whole Brain Training For Physical Intelligent, menggunakan seluruh otak
untuk melejitkan kecerdasan Fisik dan Mendengarkan Tubuh untuk memecahkan masalah,
(18)
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Mengingat begitu luas dan kompleksnya permasalahan dalam skripsi ini, maka penulis membatasi permasalahannya sebagai berikut :
a. Pada model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah pembelajaran dengan menggunakan metode sosiodrama (bermain peran) pada materi “Memahami Sejarah Perkembangan Islam Pada Masa Khulafaurrasyidin” di kelas VII semester genap tahun ajaran 2013/2014 dan hasil yang di ukur adalah pengeruh pelaksanaan metode sosiodrama terhadap minat belajar Sejarah Kebudayaan Islam.
2. Rumusan Masalah
Dengan memperhatikan uraian dan pembatasan masalah di atas, maka penulis merumuskan masalah:
a. Apakah terdapat perbedaan antara minat belajar Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) siswa kelas yang menggunakan metode sosiodrama dengan kelas yang menggunakan pembelajaran konvensional?
b. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara pelaksanaan metode sosiodrama terhadap minat belajar SKI siswa kelas VII MTs Yatamu Pasawahan Kabupaten Cirebon?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui dan menganalisis perbedaan minat belajar Sejarah Kebudayaan Islam siswa antara kelas yang menggunakan metode sosiodrama dengan kelas yang menggunakan pembelajaran konvensional.
2. Untuk mengetahui Adakah pengaruh yang signifikan antara pelaksanaan metode sosiodrama pada pembelajaran SKI terhadap minat belajar Siswa kelas VII Mts Yatamu Pasawahan Kabupaten Cirebon.
(19)
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Diharapkan mampu menjadi salah satu karya tulis ilmiah yang mampu memberikan wawasan pengetahuan mengenai pengaruh penerapan metode sosiodrama terhadap minat belajar sejarah kebudayaan islam siswa. Serta menjadi bahan refrensi bagi mahasiswa/i yang sedang mengerjakan skripsi. 2. Manfaat Praktis
Bagi penulis penelitian ini sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan studi (Sarjana Pendidikan Islam/S.Pd.I) pada program studi Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Negeri Syariaf Hidayatullah Jakarta.
(20)
BAB II KAJIAN TEORI
A. Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI)
Belajar adalah suatu proses yang dialami siswa untuk mengembangkan suatu gagasan atau pengetahuan, oleh karena itu proses belajar mengajar harus dapat memberikan kesemapatan kepada siswa untuk dapat berpartisipasi secara aktif, kegiatan tersebut dapat melalui siswa, seperti bertanya, menjelaskan, dan sebagainya.
Sejarah secara etimologis berasal dari kata arab “syajarah” yang mempunyai arti “pohon kehidupan” dan yang kita kenal didalam bahasa ilmiyah yakni History, dan makna sejarah mempunyai 2 konsep yaitu: pertama, konsep sejarah yang memberikan pemahaman akan arti objektif tentang masa lampau. Kedua, sejarah menunjukan maknanya yang subjektif, karena masa lampau tersebut telah menjadi sebuah kisah atau cerita.
Sejarah kebudayaan (peradaban) Islam diartikan sebagai perekembangan atau kemajuan kebudayaan Islam dalam perspektif sejarahnya, dan peradaban Islam mempunyai berbagai macam pengetian lain diantaranya: pertama, sejarah peradaban Islam merupakan kemajuan dan tingkat
(21)
kecerdasan akal yang di hasilkan dalam satu periode kekuasaan Islam mulai dari periode nabi Muhammad Saw sampai perkembangan kekuasaan Islam sekarang. Kedua, sejarah peradaban Islam merupakan hasil hasil yang dicapai oleh ummat Islam dalam lapangan kesustraan, ilmu pengetahuan dan kesenian. Ketiga, sejarah perdaban Islam merupakan kemajuan politik atau kekuasaan Islam yang berperan melindungi pandangan hidup Islam terutama dalam hubungannya dengan ibadah-ibadah, penggunaan bahasa, dan kebiasaan hidup bermasyarakat.
Sedangkan SKI adalah singkatan dari Sejarah Kebudayaan Islam yang merupakan sebuah mata pelajaran pendidikan agama Islam yang diarahkan untuk mengenal, memahami, menghayati sejarah Islam, yang kemudian menjadi dasar pandangan hidupnya (way of life) melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, keteladan, penggunaan pengalaman dan pembiasaan.
1. Prinsip Belajar Sejarah Kebudayaan Islam (SKI)
Pada prinsipnya pembelajaran sejarah islam, peneliti berpegang teguh pada ayat Al-Qur’an surah Al-Maidah ayat 27-31 dalam menerapkan metode sosidrama ini yaitu sebagai berikut:
(22)
Artinya :
Dan ceritakanlah (Muhammad) kepada mereka tentang kisah kedua putra Adam,(Qobil dan Habil) ketika keduanya mempersembahkan kurban, maka (kurban) salah seorang dari mereka berdua (Habil) diterima dan yang lain (Qobil) tidak diterima. Dia (Qabil) berkata,“Sungguh, aku pasti membunuhmu!", Dia (Habil) berkata, Sesungguhnnya Allah hanya menerima (amal) dari orang yang bertakwa. (27)
Sungguh jika engkau (Qabil) menggerakan tanganmu kepadaku untuk membunuhku, aku tidak akan menggerakan tanganku kepadamu untuk membunuhmu. Aku takut kepada Allah Tuhan seluruh alam.(28)
Sesungguhnya aku ingin agar engkau kembali dengan (membawa) dosa (membunuh)ku dan dosamu sendiri, Maka engkau akan menjadi penghuni neraka, dan Itulah balasan bagi orang-orang yang zalim. (29)
Maka hawa nafsu (Qabil) mendorongnya untuk membunuh saudaranya, kemudian dia pun (benar-benar) membunuhnya, Maka jadilah ia termasuk orang-orang yang rugi.(30)
Kemudian Allah mengutus seekor burung gagak menggali tanah untuk diperlihatkan keadanya (Qabil) bagaimana dia seharusnya menguburkan mayat saudaranya. Qabil berkata, “Oh, celaka aku! Mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, sehingga aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini?” maka jadilah dia termasuk orang yang menyesal.1 (31)
Cerita diatas merupakan cerita yang benaradanya. Tidak ada kebohongan di dalamnya. Ayat di atas menjelaskan kepada kita bahwa kriminalitas terjadi sejak dahulu kala. Hal ini terbukti putra Nabi Adam As telah melakukan kejahatan pembunuhan terhadap saudaranya sendiri. Dan sampai saat ini kejahatan-kejahatan yang serupa masih ada dan merajalela di duniaini. Dengan demikian tidak sulit bagi kita untuk mendemonstrasikan tingkah laku tersebut sebagai upaya pembelajaran.
1 Prof. Dr. Rosihon Anwar, dkk. 2012. Al-Qur’an dan Terjemahan. (Jakarta: Tim-Al- Mizan Publishing House) h.113
(23)
Dalam ayat di atas juga diterangkan bahwa kita berkewajiban untuk menceritakn kisah-kisah itu dengan yang sebenarnya, karena sesuai dengan keterangan dalam surat yusuf ayat 111 dan surah Al-A’raf ayat 176, bahwa setiap kisah itu mengandung pelajaran-pelajaran yang berarti bagi umat manusia, khususnya umat islam yang mau menggunakan akalnya untuk berfikir.
Qs. Yusuf ayat 111 sebagai berikut:
Artinya: “ Sungguh pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang yang mempunyai akal. (Al-Qur’an) itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya, menjelaskan segala sesuatu, dan (sebagai) petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman”. (QS. Yusuf:111)2
Artinya: “… Maka Ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir” (Qs Al-A’raf ayat 176)3
Pada pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI), banyak sekali kisah-kisah atau permasalahan yang terjadi pada masa lalu yang bisa di dramatisasikan oleh siswa. Dengan metode sosiodrama dapat melatih siswa untuk aktif berinteraksi dan mengajak siswa mengalami peristiwa sejarah masa lampau dengan cara memerankannyadalam bentuk peragaan singkat sehingga para pemain lebih mendalami dan memaknai peran sehingga siswa seolah-olah mengalami pristiwa tersebut.
2 Ibid, h.249 3 Ibid, h.174
(24)
Target peneliti dalam penelitian eksperimen ini adalah siswa dapat mendalami dan memerankan peran dari suatu peristiwa sejarah. Pristiwa tersbut akan peneliti batasi sebatas pada pkok bahasan tentang
“Memahami Sejarah Perkembangan Islam pada Masa
Khulafaurrasyidin” jadi peneliti berharap siswa dapat memerankan peran seolah-olah mereka berada pada masa tersebut dan mendapatkan makna dari peristiwa tersebut.
B. Minat Belajar
1. Pengertian Minat Belajar
Minat merupakan suatu landasan yang paling meyakinkan demi keberhasilan suatu proses belajar. Jika seseorang siswa memiliki rasa ingin belajar, ia akan cepat dapat mengerti dan mengingat apa yang ia pelajari, minat adalah tenaga penggerak yang terpercaya bagi proses belajar.4
Menurut Muhibbin Syah, minat adalah kecendrungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan besar terhadap sesuatu.5
Menurut Witherington seperti yang dikutip oleh Suharismi Arkunto, minat adalah kesadaran seseorang terhadap obyek, seseorang atau situasi tertentu yang ada hubungan dengan dirinya dianggap dengan dirinya dianggap suatu yang sadar.6
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa minat merupakan motif yang menunjukan kesadaran seseorang untuk memperhatikan obyek/situasi karena disangkut paut dengan kepentingan dirinya. Dalam hal ini minat lebih menekankan pada perasaan, yaitu perasaan tertarik akan suatu obyek tertentu yang dapat memberikan kesenangan. Minat juga merupakan suatu landasan yang paling banyak
4 Kurt Singer, Membina Hasrat Belajar Di Sekolah, Terjemah, Bergman Sitorus, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 1978), hal. 78
5Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2011) cet, Ke-17, h. 133
(25)
meyakinkan demi keberhasilan suatu proses belajar.7 Demikian juga dalam belajar Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) disekolah, maka seseorang hendaknya mempunyai minat terhadap pelajaran sejarah. Minat siswa merupakan faktor utama untuk mempengaruhi keaktifan belajar. Jika seseorang siswa memiliki keinginan belajar sejarah dengan minat yang tinggi dapat diharapkan hasilnya akan lebih baik dibandingkan dengan seseorang yang minatnya rendah.
Minat sebagai salah satu faktor internl psikologis yang mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar, minat tidak muncul dengan sendirinya, akan tetapi banyak faktor yang menyebabkan minat dalam diri siswa itu timbul terhadap beberapa mata pelajaran yang diajarkan oleh guru bidang studi.
2. Faktor Yang Mempengaruhi Minat Belajar
Salah satu objek yang dapat merangsang minat siswa dalam belajar adalah guru. Guru yang berhasil membina kesediaan belajar siswa berarti telah melakukan hal-hal penting yang dilakukan demi kepentingan murid-muridnya. Adapun minat yang dapat menunjang belajar adalah minat kepada mata pelajaran juga kepada guru yang mengajar apabila siswa tidak minat kepada mata pelajaran atau kepada gurunya maka siswa tidak akan mau belajar. Timbulnya minat belajar adanya tarik dari luar dan dari sanubari. Minat belajar yang besar cenderung menghasilkan prestasi yang tinggi, sebaliknya minat yang kurang akan menghasilkan prestasi yang rendah.8
Secara garis besar timbulnya minat dalam belajar pada diri seseorang dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu faktor internal dan eksternal.
7 Kurt Singr, op.cit, h.78
(26)
a. Faktor internal
1) Jasmaniah
Faktor jasmaniah sangatlah penting dalam melakukan kegiatan pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI), agar seseorang dapat belajar dengan baik haruslah mengusahakan kesehatan badannya tetap terjamin.
2) Psikologis
Faktor-faktor psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat mempengaruhi proses belajar. Beberapa faktor psikologis yang utama mempengaruhi proses belajar adalah kecerdasan siswa, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kelelahan.
b. Faktor Eksternal
1) Keluarga (cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, latar belakang kebudayaan).
2) Sekolah (metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, tugas rumah).
3) Masyarakat (kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat).
3. Fungsi minat dalam belajar
Belajar merupakan aktivitas manusia yang secara terus-menerus dilakukan selama manusia tersebut masih hidup. Morgan menyatakan belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.9 Oleh
9 Muhammad Thobroni Dan Arif Mustofa, Belajar Dan Pembelajaran: Pengembangan
Wacana Dan Praktik Pembelajaran Dalam Pembangunan Nasional, (Jogjakarta : Ar-Ruzz
(27)
karena itu Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan atau pengalaman.
Dalam proses pembelajaran, unsure kegiatan belajar memegang peranan vital. Oleh karena itu, penting sekali bagi setiap guru memahami sebaik-baiknya tentang proses belajar peserta didik agar dapat memberikan bimbingan dan menyediakan lingkungan belajar yang tepat dan serasi bagi peserta didik. Kaitannya dengan minat guru dalam pembelajaran terutama pada mata pelajaran SKI harus bisa memberikan suatu inovasi yang baru untuk menarik minat siswa agar proses pembelajaran berjalan sesuai dengan tujuan.
Minat berfungsi sebagai pendorong keinginan seseorang, penganut hasrat dan sebagai penggerak dalam berbuat yang berasal dari dalam diri seseorang untuk melakukan suatu dengan tujuan dan arah tingkah laku sehari-hari. Diantara fungsi minat, yaitu sebagai berikut :10
a. Mendorong manusia untuk berbuat, yaitu sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energy.
b. Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai.
c. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang sesuai guna mencapai tujuan.
4. Indikator Minat Belajar
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, indikator adalah suatu alat pemantau yang dapat memberikan petunjuk atau keterangan.11
Ada beberapa indikator minat12 yang dapat dikenal atau dilihat
melalui proses belajar siswa diantaranya:
h.84
10 Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawali Press, 2001), 11Kamus Besar Bahasa Indonesia, (http://kbbi.web.id/indikator), diakses kamis 05/06/2014
(28)
a. Kesukaan
Pada umumnya individu yang suka pada sesuatu disebabkan karena adanya minat. biasanya apa yang paling disukai mudah sekali untuk diingat. Sama halnya dengan siswa yang berminat pada suatu mata pelajaran tertentu akan menyukai pelajaran itu. Kesukaan ini tampak dari kegairahan dan inisiatifnya dalam mengikuti pelajaran tersebut. Kegairahan dan inisiatif ini dapat diwujudkan dengan berbagai usaha yang dilakukan untuk menguasai ilmu pengetahuan yang terdapat dalam mata pelajaran tersebut dan tidak merasa lelah dan putus asa dalam mengembangkan pengetahuan dan selalu bersemangat, serta bergembira dalam mengerjakan tugas ataupun soal yang berkaitan dengan pelajaran yang diberikan guru di sekolah.
b. Ketertarikan,
Seringkali dijumpai beberapa siswa yang merespon dan memberikan reaksi terhadap apa yang disampaikan guru pada saat proses belajar mengajar di kelas. Tanggapan yang diberikan menunjukkan apa yang disampaikan guru tersebut menarik perhatiannya, sehingga timbul rasa ingin tahu yang besar.
c. Perhatian
Semua siswa yang mempunyai minat terhadap pelajaran tertentu akan cenderung memberikan perhatian yang besar terhadap pelajaran itu. Melalui perhatiannya yang besar ini, seorang siswa akan mudah memahami inti dari pelajaran tersebut.
d. Keterlibatan
Keterlibatan yakni keterlibatan, keuletan, dan kerja keras yang tampak melalui diri siswa menunjukkan bahwa siswa tersebut ada
12Kamriantiramli, Faktor-Faktor Yang Membangkitkan Minat Belajar, https://kamriantiramli.wordpress.com/tag/faktor-faktor-yang-membangkitkan-minat-belajar/, diakses pada, Rabu, 04/06/2014.
(29)
keterlibatannya dalam belajar di mana siswa selalu belajar lebih giat, berusaha menemukan hal-hal yang baru yang berkaitan dengan pelajaran yang diberikan guru di sekolah. Dengan demikian, siswa akan memiliki keinginan untuk memperluas pengetahuan, mengembangkan diri, memperoleh kepercayaan diri, dan memiliki rasa ingin tahu.
C. Metode dan Teknik Pembelajaran Sosiodrama
Metode secara harfiah berarti “cara”. Dalam pemakaian yang umum, metode diartikan sebagai cara melakukan suatu kegiatan atau cara melakukan suatu pekerjaan dengan menggunakan fakta dan konsep-konsep secara sistematis.13
Menurut Syaiful Bahri Djamarah, metode adalah suatu cara yang digunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar, metode digunakan oleh guru dan penggunaan bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai setelah pelajaan berakhir.14
Metode mengajar menurut J.J Hasibuan dan Moedjiono adalah bagian dari perangkat alat dan cara dalam pelaksanaan suatu strategi belajar mengajar. Strategi belajar mengajar merupakan sarana atau alat untuk mencapai tujuan belajar15.
Berdasarkan pendapat-pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa metode merupakan suatu cara dalam menyampaikan tujuan atau dalam pembelajaran. Metode pembelajaran dapat didefinisikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Metode pembelajaran yang tidak tepat guna akan menjadi penghalang kelancaran jalannya proses belajar mengajar sehingga banyak
13 Muhibbin Syah, Op.cit , h.198
14 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), cet Ke-3, h. 46
15 J.J. Hasibuan dan Moedjiono, Proses Belajar Mengajar, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2004) cet-10, h.3
(30)
waktu dan tenaga yang terbuang sia-sia. Oleh karena itu metode yang diterapkan guru baru berhasil, jika mampu dipergunakan untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Semakin baik metode pembelajaran yang sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, semakin baik pula hasil belajar yang akan dicapai.
Selain guru harus memilih metode yang tepat dan sesuai dengan tujuan pembelajaran, guru juga harus memahami kedudukan metode yang merupakan salah-satu komponen yang ikut ambil bagian bagi keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk diimplementasikan strategi pembelajaran, yakni metode ceramah, metode Tanya jawab, metode diskusi, metode demonstrasi dan eksperimen, metode drill (latihan), metode resitasi, metode karyawisata, metode kerja kelompok, dan metode sosiodrama.
Strategi pembelajaran erat hubungannya dengan teknik pembelajaran. Teknik pembelajaran adalah implementasi dari metode pembelajaran yang secara nyata berlangsung didalam kelas, tempat terjadinya proses pembelajaran.16
Teknik pembelajaran dapat diumpamakan sebagai hubungan antara strategi dan taktik, dan juga dapat diartikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Contohnya, penggunaan metode diskusi, perlu digunakan teknik yang berbeda pada kelas yang siswanya tergolong aktif dan kelas yang siswanya tergolong pasif. Demikian pula penggunaan metode ceramah pada kelas yang jumlah siswanya relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya secara teknis akan berbeda dengan penggunaan metode ceramah pada kelas yang jumlah siswanya lebih sedikit. Dalam hal ini, gurupun dapat berganti-ganti teknik meskipun dalam koridor metode yang sama.
16 Suyono, dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran teori dan Konsep Dasar, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya Offset, 2012) cet ke-3, h. 20
(31)
Maka, metode pembelajaran dan teknik pembelajaran memiliki perbedaan. Metode pembelajaran lebih bersifat procedural yang berisi tahapan-tahapan tertentu, sedangkan teknik adalah cara yang digunakan dan bersifat implementatif.
1. Metode Sosiodrama
Sosiodrama adalah model pembelajaran bermain peran untuk memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan fenomena sosial, mengapa dikatakan model pembelajaran social? Karena pendekatan pembelajaran yang termasuk dalam kategori model ini menekankan hubungan individu dengan masyarakat atau orang lain. Model dalam kategori ini difokuskan pada peningkatan kemampuan individu dalam berhubungan dengan orang lain, terlibat dalam proses demokratis dan bekerja secara produktif dalam masyarakat.17
Model ini, pertama, dibuat berdasarkan asumsi bahwa sangatlah mungkin menciptakan analogi otentik ke dalam suatu situasi permasalahan kehidupan nyata. Kedua, bahwa bermain peran dapat mendorong siswa mengekspresikan perasaannya dan bahkan melepaskan. Ketiga, bahwa proses psikologis melibatkan sikap, nilai, dan keyakinan (belief) kita serta mengarahkan pada kesadaran melalui keterlibatan spontan yang disertai analisis. Model ini dipelopori oleh George shaftel.18
Jika diartikan secara harfiah, sosiodrama terdiri dari dua kata, yaitu “sosio” yang artinya masyarakat dan “drama” artinya keadaan seseorang atau suatu kejadian dalam kehidupan manusia yang mengandung konflik kejiwaan, pergolakan clash atau benturan antara dua orang atau lebih. Metode sosiodrama adalah bentuk metode mengajar dengan mendramakan atau memerankan tingkah laku didalam hubungan sosial
17 Hamzah B.Uno, Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengejar Yang
Kreatif dan Efektif , (Jakarta; Bumi Aksara, 2012) h.25
(32)
dengan tujuan memberi pemahaman dan penghayatan serta mengembangkan kemampuan siswa untuk memecahkannya.19
Menurut pendapat Syaiful Bahri dan Aswan Zain metode sosiodrama adalah mendramatisasikan tingkah laku dalam hubungannya dengan masalah sosial.20
Martinis yamin, mengatakan metode sosiodrama atau bermain peran adalah metode yang melibatkan interaksi atas dua siswa atau lebih tentang suatu topik atau situasi siswa melakukan peran masing-masing sesuai dengan tokoh yang ia lakoni, mereka berinteraksi sesama mereka melakukan peran terbuka.21
Berdasarkan dari beberapa dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa metode sosiodrama merupakan metode pembelajaran yang melibatkan interaksi antar siswa tentang suatu topik dimana siswa memainkan peran seseorang atau mendramatisasikan tingkah laku sesuai dengan tokoh yang dilakoni, sesuai dengan hubungan sosial antar manusia.
Guru menggunakan teknik ini dalam proses belajar mengajar memiliki tujuan agar siswa dapat memahami perasaan orang lain; dapat tepo seliro dan toleransi. Kita mengetahui sering terjadinya perselisihan dalam pergaulan hidup antar kita; dapat disebabkan karena salah paham. Maka dengan sosiodrama mereka dapat menghayati peranan apa yang dimainkan, mampu menempatkan diri dalam situasi orang lain yang dikehendaki guru. Ia bisa belajar watak orang lain, cara bergaul dengan orang lain, cara mendekati dan berhubungan dengan orang lain dalam situasi seperti itu mereka harus bisa memecahkan masalahnya.22
Metode maupun strategi pembelajaran yang guru gunakan dalam setiap kali pertemuan dikelas bukanlah asal pakai, tetapi setelah
19 Roestiyah N.K., Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta; Bina Aksara Jakarta, 1985) h.90 20Syaiful Bahri Djamarah, Aswan Zain, op.cit, h. 88
21 Martinis Yamin, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi. (Jakarta : Gaung Persada Press, 2006) h. 15
(33)
melakukan seleksi yang berkesesuaian dengan perumusan tujuan pembelajaran. Tujuan yang diharapkan dengan penggunaan metode sosiodrama (bermain peran) antara lain adalah:
a. Agar siswa dapat menghayati dan menghargai perasaan orang lain. b. Dapat belajar bagaimana membagi tanggung jawab.
c. Dapat belajar bagaimana mengambil keputusan dalam situasi kelompok secara sepontan.
d. Merangsang kelas untuk berpikir dan memecahkan masalah.
Petunjuk pelaksanaan metode ini agar berhasil dan efektif, maka perlu mempertimbangkan langkah-langkahnya ialah23:
a. Persiapan Simulasi
Menetapkan topik atau masalah serta tujuan yang hendak dicapai oleh simulasi.
1) Guru memberikan gambaran masalah dalam situasi yang akan disimulasikan.
2) Guru menetapkan pemain yang akan terlibat dalam simulasi, peranan yang harus dimainkan oleh para pemeran, serta waktu yang disediakan.
3) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya khususnya pada siswa yang terlibat dalam pemeranan simulasi. b. Pelaksanaan Simulasi
1) Simulasi mulai dimainkan oleh kelompok pemeran. 2) Para siswa lainnya mengikuti dengan penuh perhatian.
3) Guru hendaknya memberikan bantuan kepada pemeran yang mendapat kesulitan.
23 Surya Dharma, Strategi Pembelajaran dan Pemilihannya,(Jakarta: Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jendral Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional 2008), h. 23
(34)
4) Simulasi hendaknya dihentikan pada saat puncak. Hal ini dimaksudkan untuk mendorong siswa berpikir dalam menyelesaikan masalah yang sedang disimulasikan.
c. Penutup
1) Melakukan diskusi baik tentang jalannya simulasi maupun materi ceritayang disimulasikan.Guru harus mendorong agar siswa dapat memberikan kritik dan tanggapan terhadap proses pelaksanaan simulasi.
2) Merumuskan kesimpulan.
Tindakan yang dilakukan guru setelah kelompok memerankan sosiodrama (bermain peran) didepan kelas maka akhiri dengan diskusi kelas untuk bersama-sama memecahkan masalah yang ada dalam sosiodrama.
Dari petunjuk penggunaan metode sosiodrama diatas, masih banyak petunjuk lain untuk dapat menerapkan metode ini, ada yang mengungkapkan secara sederhana dan ada juga yang menjelaskan secara terperinci petunjuk-petunjuk tersebut. Namun pada prinsipnya petunjuk-petunjuk itu adalah sama. Dan dalam penerapannya, dapat dikembangkan tersendiri oleh yang bersangkutan.
D. Hasil Penelitian Yang Relevan
Ada beberapa penelitian yang telah membahas dan meneliti mengenai metode sosiodrama antara lain :
1. Peni Rizki Yaturrohman (04441010) Mahasiswi Jurusan Pendidikan
Kimia, Fakultas Sains Dan Teknologi, Uniersitas Islam Negeri Sunan Kali Jaga Yogyakarta dalam skirpsinya yang Berjudul Pengaruh Penerapan Metode Sosiodrama (Bermain Peran) Terhadap Peningkatan Minat dan Prestasi Belajar Kimia Siswa Kelas X Man Klaten. Dengan hasil penelitin menunjukan bahwa dengan menggunakan metode sosiodrama dapat meningkatkan minat belajar siswa pada pelajaran kimia
(35)
daripada metode latihan soal (drill) pada siswa kelas X Man Klaten Tahun ajaran 2008/2009, ditunjukan dengan hasil uji-t yang diperoleh t hitung 4,347 ≥ t table dengan signifikansi = 0,000 ≤ a = 0,05.
Persamaan yang ada pada skripsi ini adalah sama-sama meneliti tentang minat belajar siswa dan penggunaan metode pembelajaran yang sama yaitu bermain peran, dan metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen. Perbedaan yang terdapat pada skripsi ini yakni pelajaran dan tempat penelitian yang berbeda dan juga metode dalam pengumpulan data. Meskipun tidak langsung merujuk pada pelajaran sejarah kebudayaan islam, akan tetapi aplikasi metode bermain peran yang dikaji dalam penelitian tersebut memiliki kesamaan dengan pembahasan penelitian penyusunan yaitu menggunakan metode bermain peran. Dan hasil dari skripsi Peni tersebut menunjukan bahwa adanya peningkatan minat belajar siswa dengan menggunkan metode sosiodrama (bermain peran).
2. Ruzainah (108015000028) mahasiswi Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. dalam skripsinya yang berjudul Peningkatan Hasil Belajar Dengan Metode Sosiodrama Pada Mata Pelajaran IPS Materi Penyimpangan Sosial. Dengan hasil penelitin menunjukan bahwa dengan menggunakan metode sosiodrama dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS, dengan hasil penelitian yang menunjukan bahwa terdapat peningkatan hasil rata-rata hasil belajar siswa dari 72,58 pada siklus I dan 86,02 pada siklus II, hal ini menunjukan adanya peningkatan rata-rata hasil belajar siswa, meningkat pada jumlah 13,44%.
Persamaan yang ada pada skripsi ini adalah penggunaan metode pembelajaran yang sama yaitu menggunakan metode sosiodrama (bermain peran). Perbedaan yang terdapat pada skripsi Ruzainah ini yakni meneliti tentang hasil belajar siswa dan juga metode penelitian
(36)
yang berbeda yakni menggunakan metode penelitian tindakan kelas (classroom action research), dan perbedaan pada mata pelajaran juga tempat penelitian yang berbeda. Dan hasil dari skripsi Ruzainah tersebut menunjukan bahwa adanya peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunkan metode sosiodrama (bermain peran).
Penelitian tentang minat belajar siswa juga pernah dilakukan salah satunya oleh:
1. Sarmanah (809018300712) mahasiswi Program Studi PGMI jurusan Kependidikan Islam, Univeristas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, dalam skripsinya yang berjudul Upaya Peningkatan Minat belajar Siswa Melalui Metode Kerja Kelompok Pembelajaran IPS Kelas II di MI Al-Wathoniyah 12, dengan hasil penelitian pada siklus I titik ukur minat belajar siswa menunjukan dari 65,42% metode kerja kelompok hanya mencapai 51,43% maka dilakukan tindakan berikutnya pada siklus ke II menunjukan minat belajar siswa 86,93%, metode kerja kelompok 79,17%.
Persamaan yang ada pada skripsi ini adalah sama-sama meneliti tentang minat belajar siswa. Perbedaan yang terdapat pada skripsi ini yaitu metode pembelajaran yang berbeda yakni menggunakan metode kerja kelompok, juga metode penelitian yang berbeda yaitu menggunakan metode penelitian tindakan kelas (classroom action research), dan perbedaan pada mata pelajaran juga tempat penelitian yang berbeda. Dan hasil dari skripsi Sarmanah tersebut menunjukan bahwa adanya peningkatan minat belajar siswa melalui metode kerja kelompok.
2. Rahmatunisa (103011026730) Mahasiswi Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. dalam skripsinya Pengaruh Pelaksanaan Metode Demonstrasi pada Pembelajaran Fiqih Terhadap Minat Belajar siswa kelas VII di MTS Al-Falah Kebon Jeruk Jakarta Barat. Dengan hasil hipotesis
(37)
pertama (hipotesis alternatif) terdapat pengaruh signifikan antara pelaksanaan metode demonstrasi pada pembelajaran fiqih terhadap minat belajar siswa. Artinya ada korelasi positif dengan kecendrungan yang kuat dan sangat tinggi.
Persamaan yang ada pada skripsi ini adalah sama-sama meneliti tentang minat belajar siswa. Perbedaan yang terdapat pada skripsi ini yaitu metode pembelajaran yang berbeda yakni menggunakan metode demonstrasi, juga metode penelitian yang berbeda yaitu menggunakan metode penelitian Deskriptif analisis, dan perbedaan pada mata pelajaran yaitu mata pelajaran fiqih juga tempat penelitian yang berbeda. Dan hasil dari skripsi Rahmatunisa tersebut menunjukan bahwa adanya peningkatan minat belajar siswa melalui metode demonstrasi.
E. Kerangka Berfikir
Secara etimologi, kata sejarah berasal dari bahasa Arab “syajarah” artinya pohon. Sejarah sangat penting untuk pendidikan dan pembelajaran masyarakat. Dalam sejarah terdapat tokoh dengan berbagai kharisma dan keteladanannya yang patut kita contoh. Dalam sejarah juga ada berbagai peristiwa yang layak dipelajari untuk perjuangan bagi perjalanan manusia berikutnya.
Sejarah menceritakan kepada kita peristiwa yang sungguh terjadi dan cerita itu harus di susun sehingga menjadi cerita yang berarti. Melihat dari pengertian sejarah tersebut, tidak sedikit guru yang memberikan materi sejarah hanya dengan bercerita atau ceramah saja. Ditambah jika pembawaan guru dalam menyampaikan materi sejarah ini hanya menggunakan satu metode saja, hal tersebut dapat menjadikan siswa merasa bosan dan tidak tertarik mengikuti kegiatan belajar mengajar. Dan juga materi sejarah ini membutuhkan materi hafalan yang cukup banyak hal ini juga membuat siswa merasa terbebani sehingga minat dan prestasi belajar siswa pun rendah.
(38)
Dalam proses belajar mengajar banyak hal yang perlu diperhatikan terutama yaitu metode yang digunakan oleh guru. Metode adalah suatu cara yang disusun secara sistematis yang dapat dipilih dan digunakan oleh seorang guru untuk menyajikan materi pelajaran dan mengatur efektifitas siswa dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Agar suatu lembaga pendidikan dapat menghasilkan anak didik yang berkualitas, maka dapat ditempuh dengan berbagai cara salah-satunya dengan penggunaan metode mengajar yang tepat dalam pelaksanaan proses belajar mengajar. Untuk menggunakan metode mengajar yang tepat, peran pelaksana metode, sebab guru harus menguasai cara pelaksanaan metode yang dipilihnya.
Seorang guru SKI dapat menerapkan dan menggunakan metode sosiodrama. Metode sosiodrama adalah metode mengajar dengan mendramakan atau memerankan tingkah laku didalam hubungan sosial dengan tujuan memberi pemahaman dan penghayatan serta mengembangkan kemampuan siswa untuk memecahkannya. Tujuan dari metode Sosiodrama (bermain peran) itu sendiri adalah mengupayakan semua siswa turut aktif berperan dan berkomuinikasi dalam pembelajaran, mampu berkerjasama dengan baik, tidak malu dan merasa percaya diri dalam memerankan tokoh, bisa menjiwai peruangan para tokoh sehingga dapat mengambil nilai-nilai moral yang diperankannya dan dapat memecahkan permasalahan yang terjadi.
Secara teoritis dengan adanya rangsangan melalui pemberian metode sosiodrama (bermain peran) itu baik, maka motivasi dan minat belajar siswa pun meningkat dan hasilnya pun akan membaik. Sebaliknya, jika pelaksanaan metode sosiodrama (bermain peran) ini jelek/gagal maka dapat dipastikan minat belajar SKI siswa akan menurun dan ini mempengaruhi pula pada asil belajarnya.
(39)
F. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah dugaan sementara atau jawaban sementara atas permasalahan penelitian dimana memerlukan data untuk menguji kebenaran dugaan tersebut.24 Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah :
Ha : Adanya pengaruh penerapan metode sosiodrama terhadap minat belajar SKI siswa
H0 : Tidak adanya pengaruh penerapan metode sosiodrama terhadap minat belajar SKI siswa
24 Ronny kountur, Metode Penelitian Untuk Penulisan Skripsi dan Tesis (Jakarta : penerbit PPM Anggota IKPI, 2003) cet-1, h.93
(40)
BAB III
METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di MTs. Yatamu Pasawahan Jalan Raya Pasawahan No. 06 Kecamatan Susukan Lebak Kabupaten Cirebon. Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada semester II (genap) tahun ajaran 2013/2014. Yaitu dimulai pada tanggal 06 maret sampai tanggal 24 Maret 2014.
B. Metode dan Desain Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimen. Metode ini memiliki kelas kontrol, tetapi tidak berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen. Metode ini dilakukan pada kelompok yang homogen, yaitu dengan membagi dua kelompok pengamatan. Kelompok pertama adalah kelompok yang diberi perlakuan pembelajaran dengan menggunakan metode sosiodrama dan kelompok yang kedua diberikanan perlakuan menggunakan pembelajaran konvensional (Ceramah, Diskusi dan Tanya jawab).
Desain penelitian tersebut digambarkan sebagai berikut :
(41)
Tabel 3.1 Rancangan Penelitian
Kelompok Sampel Perlakuan Sampel
( R ) E O1 X1 O2
( R ) K O3 X2 O4
Keterangan :
E : Kelompok Eksperimen K : Kelompok kontrol
O1 : Sampel sebelum diberi perlakuan pada kelas eksperimen
X1 : Perlakuan yang diberikan kepada kelas eksperimen
O2 : Sampel setelah diberi perlakuan pada kelas eksperimen
O3 : Sampel sebelum diberi perlakuan kelas kontrol
X1 : Perlakuan yang diberikan kepada kelas kontrol
O4 : Sampel setelah diberi perlakuan pada kelas kontrol
Menguji signifikasi perbaningan nilai (O1 : O2) dan (O3 : O4)
merupakan pengujian hipotesis komparatif sampel berpasangan. Anggota pada sampel O1 sama dengan anggota sampel O2, begitupun anggota pada
sampel O3 sama dengan anggota pada sampel O4 yang merupakan
pengamatan setelah ada perlakuan.1
C. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat dua Variabel, yaitu:
1. Variabel bebas (X) : Metode Sosiodrama (bermain peran) Pada Pembelajaran SKI
2. Variabel terikat (Y) : Minat Belajar SKI
h.31
(42)
D. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
1. Populasi Penelitian
Populasi adalah suatu kumpulan menyeluruh dari suatu obyek yang merupakan perhatian peneliti.2.
Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII MTs Yatamu Pasawahan Kabupaten Cirebon yang ada pada semester genap tahun ajaran 2013/2014 yang terbagi kedalam 6 kelas, masing-masing kelas terdiri dari VII-A 40 siswa, VII-B 40 siswa, VII-C 40 siswa, VII-D 40 siswa, VII-E 40 siswa, dan VII-F 39 siswa. Sehingga populasi sebanyak 239 siswa.
2. Sampel Penelitian
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang hendak diteliti.3
Sampel penelitian ini adalah siswa kelas VII sebanyak 2 kelas, yaitu kelas VII-E sebagai kelas eksperimen dan kelas VII-F sebagai kelas kontrol.
3. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel diambil dilakukan dengan Purvosive Sampling yakni pengambilan data berdasarkan ciri-ciri atau sifat-sifat yang ada dalam populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Kriteria tersebut dalam penelitian ini adalah mengambil dua kelas yang nilai rata-ratanya sama atau hampir sama pada nilai ulangan harian sebelumnya.
E. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, teknik yang dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Dokumentasi
Dokumentasi yaitu mencari sumber data-data tertulis dilapangan yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Dokumentasi ini
2 Ronny Kountur, Metode Penelitian Untuk Penulisan Skripsi dan Tesis,(Jakarta: Penerbit PPM Anggota Ikpai, 2003) Cet. 1, h.137
3 Suharismi Arkkunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta:Rineka Cipta, 2010) h. 174
(43)
digunakan untuk memperoleh data nilai rata-rata SKI siswa yang berupa nilai ulangan harian atau raport siswa guna menentukan kelas yang akan digunakan sebagai sampel kelas ekperimen dan kontrol. Selain itu dokumentasi juga digunakan untuk memperoleh data mengenai profil sekolah dan identitas siswa dengan melihat dokumen yang sudah ada disekolah. Dan juga mendokumentasikan proses pembelajaran menjadi foto-foto penelitian.
2. Angket
Angket atau kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinyam atau hal-hal yang ia ketahui.4 Teknik penyebaran angket ini bermaksud untuk memperoleh data mengenai minat belajar siswa terhadap pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dengan menggunakan metode sosiodrama (bermain peran). Angket yang digunakan adalah angket berstruktur atau tertutup artinya jawaban pertanyaan sudah disediakan sehingga responden tinggal memilih. Angket yang digunakan sebagai instrumen untuk dapat mengukur motivasi seseorang setelah mempelajari sesuatu. Dalam pengumpulan data peneliti menggunakan skala minat (skala linkert) yaitu terdiri dari pernyataan yang akan dipilih oleh responden, untuk apakah didukung atau ditolak dibagi menjadi dua kategori yaitu pernyataan positif dan negatif.
Tabel 3.2
Skor Jawaban Pernyataan Positif dan Negatif Pada Sekala Linkert
No Pernyataan Kategori
SS S TS STS
1 Pernyataan positif 4 3 2 1 2 Pernyataan negative 1 2 3 4
(44)
Keterangan :
SS : Sangat Setuju S : Setuju TS : Tidak Setuju STS : Sangat Tidak Setuju 3. Observasi
Metode observasi adalah metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang diselidiki5. Observasi ini dijadikan sebagai data
pendukung untuk memperoleh data mengenai minat belajar SKI siswa kelas VII dengan menggunakan metode sosiodrama. Observasi dilakukan dengan mengamati objek penelitian secara langsung di MTs Yatamu Psawahan. Observasi yang dilakukan adalah observasi non partisipatif pengamat tidak ikut serta dalam kegiatan yang berlangsung, dia hanaya berperan mengamati kegiatan. Dalam hal ini yang menjadi observer adalah guru kelas yang kelasnya diberi perlakuan. pedoman observasi disusun dalam bentuk skala. Untuk tiap butir kegiatan atau perilaku yang diamati telah dipersiapkan rentang skala, skala yang digunakan berbentuk skala deskriptif (Sangat Setuju, Setuju, Tidak Setuju, Sangat Tidak Setuju)
4. Wawancara
Interview yang sering juga disebut dengan wawancara atau kuesioner lisan, adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara (interviewer) untuk memperoleh informasi dari terwawancara (interviewee).6 Wawancara ini ditujukan guru kelas
yang menjadi observer dan siswa yang telah mengikuti proses pembelajaran. Tujuan dilakukan wawancara yaitu untuk mengetahui
5 Supardi, M.d, Metodologi Penelitian (Mataram: PT Yayasan Cerdas Press. 2006), h.158 6 Suharismi Arkunto, Op.Cit, h.198
(45)
sejauh mana minat belajar siswa terhadap bidang Studi Sejarah Kebudayaan Islam (SKI).
F. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket, observasi dan wawancara. Instrument angket diberikan kepada siswa untuk memperoleh informasi tentang minat belajar siswa sebelum dan sesudah siswa tersebut diberi perlakuan pembelajaran.
Tabel 3.4
Kisi-kisi Angket Minat Belajar dan Metode Sosiodrama
No Varia
bel Indikator
Pernyataan Angket Nomor
item
Positif (+) Negatif (-)
1 Minat
belajar
Kesukaan
1. Saya senang saat belajar mata pelajaran SKI disekolah
1. Saya merasa terkadang pelajaran SKI membosankan
14, 16,
Ketertarikan
1. Pelajaran SKI disampaikan dgn menarik & menyenangkan 2. Saya tertarik
mempelajari SKI karena materinya menyangkut tentang kepemimpinan
1. Saya senang jika guru SKI berhalangan hadir
15, 8, 7
Perhatian
1. Saya memperhatikan dengan bersungguh- sungguh jika guru menjelaskan
2. Pelajaran SKI kadang membuat saya mengantuk 3. Saya suka
tidak konsentrasi
4, 2, 4, 17, 18
(46)
saat belajar SKI 4. Terkadang
saya
mengobrol dan tidak
memperhatika n guru yang sedang menjelaskan 5. Saya sering
bercanda saat pelajaran SKI
Keterlibatan
1. Apa yang saya pelajari dalam pembelajaran SKI bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari 2. Saya suka membaca
buku SKI dirumah diwaktu senggang 3. Saya bertanya kepada
guru jika ada yang tidak dimengerti saat belajar
4. Saya belajar SKI
dengan bersungguh- sungguh
5. Saya mengerjakan tugas dengan usaha maksimal 6. Saya merasa semangat
saat mempelajari SKI 7. Saya belajar SKI dari
awal hingga akhir dengan
bersungguh-1. Saya malas membaca buku SKI
9, 10, 11, 12, 1, 19, 3, 5, 12
(47)
sungguh.
8. Saya belajar dirumah terlebih dahulu sebelum materi pelajaran SKI dipelajari disekolah 9. saya berusaha dgn
sungguh-sungguh dlm belajar SKI agar memperoleh nilai yg bagus
2 Meotode Sosiodra ma
Kesukaan
1. Metode sosiodrama membuat
pembelajaran SKI menjadi
menyenangkan
1. Merasa kesulitan ketika
bermain peran 2. Metode ini
menurut saya hanya membuang- buang waktu saja dan tidak ada
manfaatnya
21, 27, 28,
Ketertarikan
2. Dibandingkan dengan pembelajaran SKI yang lalu, dengan metode sosiodrama ini saya lebih tertarik untuk mengikutinya. 3. Belajar dengan
metode ini membuat saya lebih dihargai
(48)
Perhatian
1. Metode sosiodrama membuat saya tidak mengantuk saat belajar SKI 2. Metode sosiorama
melatih saya untuk konsentrasi
25, 26,
Keterlibatan
1. Metode sosiodrama membuat saya menjadi lebih berani 2. Metode sosiodrama
membuat saya semangat dalam belajar SKI
3. Saya senang terlibat bermain peran yang menegangkan & mengasikan
4. Saya menjadi kompak dengan teman saat bermain peran. 5. Saya berkerjasama
dgn kelompok untuk menampilkan drama yg bagus.
6. Dengan metode sosiodrama saya berusaha untuk tampil menjadi yang terbaik 7. Metode ini sangat
membantu saya untuk dapat aktif dalam proses pembelajaran.
8. Metode sosiodrama membuat perhatian siswa terpecah-pecah 24, 22, 29, 30, 31,32, 33, 35
(49)
Instrumen observasi dilakukan untuk memperoleh informasi secara langsung keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran dikelas.
Tabel 3.3
Instrument Observasi Minat Belajar dan Metode Sosiorama
No Pernyataan Jawaban Keterangan
SS S TS STS
1. Siswa belajar IPS dengan bersungguh-sungguh 2. Banyaknya siswa yang
mengantuk pada saat pembelajaran SKI
3. Siswa mengerjakan tugas yang diberikan guru dengan usaha maksimal
4. Siswa merasa bosan pada saat proses pembelajaran
5. Siswa suka tidak konsentrasi saat belajar
6. Pelajaran SKI disampaikan secara menarik dan
menyenangkan
7. Siswa memperhatikan dengan sungguh-sungguh ketika guru menjelaskan
8. Siswa sering mengobrol saat pembelajaran berlangsung 9. Siswa berusaha dengan
bersungguh-sungguh dalam belajar SKI agar memperoleh nilai yang bagus
10. Banyak siswa yang bercanda pada saat pembelajaran SKI 11. Siswa senang dalam belajar
SKI
12. Siswa bersemangat dalam belajar IPS
13. Siswa belajar IPS dari awal hingga akhir dengan
(50)
bersungguh-sungguh. 14. Siswa aktif bertanya saat
pembelajaran
15. Siswa terdorong mempelajari SKI karena materinya
menyangkut tentang kepemimpinan
16. Metode sosiodrama membuat pembelajaran SKI
menyenangkan
17. Metode soiodrama membuat siswa semangat dalam belajar SKI
18. Siswa suka belajar sambil bermain
19. Metode sosiodrama membuat tidak mengantuk saat belajar SKI
20. Siswa merasa kesulitan dalam melakukan drama didepan kelas
21. Metode sosiodrama membuat siswa menjadi lebih berani 22. Metode sosiodrma melatih siswa untuk konsentrasi saat belajar
23. Siswa senang terlibat dalam permainan peran yang menegangkan dan mengasyikan
24. Metode sosiodrama (Bermain peran) membuat siswa belajar dengan cara kerjasama
Instrumen wawancara dilakukan kepada siswa untuk memperoleh informasi langsung kepada siswa tentang minat belajar. Adapun pedoman wawancara terlampir.
(51)
Penelit
nggunak an rumu
=
uc t mom
∑
ent, yaitu
(∑ )(∑ )
s
(
o
) ( ∑ ) ( ) (∑ )
G. Uji Validasi Instrumen
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas yang tinggi.7 Valid berarti instrument tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur.8 Sebaliknya
instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah. Sebelum instrument digunakan untuk mengumpulkan data maka terlebih dahulu instrument tersebut harus dinyatakan valid, sehingga data hasil penelitian dapat dicapai.
ian ini menggunakan uji validitas instrument angket dengan me pr d
Keterangan :
{ ∑ } { ∑ }
r
xy = Koefisien korelasiN = Banyak Siswa
X = Skor butir soal instrument Y = Skor total
XY = Jumlah hasil perkalian antara skor X dan skor Y X2 = kuadrat skor butir soal
Y2 = kuadrat skor total
(dihitung dengan menggunakan program SPSS 16.0)
H. Uji Reliabilitas Instrumen
Reabilitas menunjukan pada suatu pengertian bahwa suatu instrument cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik.9 Teknik yang digunakan untuk menentukan reliabilitas angket dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan rumus alpha Crombach, yaitu :
7 Suharismi Arkunto, Op.Cit, h.211
8 Sugiyono, Statistika Untuk Penelitian,(Bandung : Alfabeta, 2013) Cet ke-22, h.348 9 Suharismi Arkunto, Op.Cit, h.221
(52)
n
S
s
i
r
11 =k
1-
∑
s
2 i ∑ x2 – ∑ x 2 k-1 2t
dengan
S = n keterangan
r11 = Reliabilitas instrument
2 = Jumlah varians skor tiap-tiap butir angket
S 2 = Varians angket t
k = banyak butir angket yang valid
∑x = jumlah skor seluruh siswa pada tiap-tiap butir angket
∑ x2 = jumlah kuadrat skor seluruh siswa pada tiap-tiap butir angket
n = Banyak siswa
(dihitung dengan menggunakan program SPSS 16.0)
I. Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan cara peneliti dalam mengolah data yang terkumpul sehingga mendapat sebuah kesimpulan dari penelitian yang dilaksanakan.
Analisis data adalah proses pengelompokan, mengatur urutan data, mengorganisasikannya kedalam suatu pola kategori guna menyingkat temuan data sehingga mudah untuk dibaca.10
Selanjutnya, di dalam penelitian ini menganalisis data dengan menggunakan uji-t, namun sebelum uji-t terlebih dahulu dilakukan uji normalitas sebagai syarat dilakukan analisis data.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data berditribusi normal atau tidak. Teknik dalam uji normalitas ini menggunakan uji Kolmogrov Smirnov.
(53)
Konsep dasar dari uji normalitas Kolmogorov Smirnov adalah dengan membandingkan distribusi data (yang akan diuji normalitasnya) dengan distribusi normal baku. Distribusi normal baku adalah data yang telah ditransformasikan ke dalam bentuk Z-Score dan diasumsikan normal. Jadi sebenarnya uji Kolmogorov Smirnov adalah uji beda antara data yang diuji normalitasnya dengan data normal baku. Seperti pada uji beda biasa, jika signifikansi di bawah 0,05 berarti terdapat perbedaan yang signifikan, dan jika signifikansi di atas 0,05 maka tidak terjadi perbedaan yang signifikan. Penerapan pada uji Kolmogorov Smirnov adalah bahwa jika signifikansi di bawah 0,05 berarti data yang akan diuji mempunyai perbedaan yang signifikan dengan data normal baku, berarti data tersebut tidak normal. Lebih lanjut, jika signifikansi di atas 0,05 maka berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara data yang akan diuji dengan data normal baku, artinya bahwa data yang kita uji
normal, karena tidak berbeda dengan normal baku. 11
2. Uji Hipotesis
Sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui Adanya perbedaan minat belajar SKI siswa yang signifikan antara kelas eksperimen (yang menggunakan metode sosiodrama) dengan kelas kontrol (pembelajaran konvensional), teknik statistik parametrik yang digunakan adalah, dengan rumus Independent T test untuk menguji hipotesis apakah terdapat perbedaan minat belajar SKI siswa kelas ekperimen (yang menggunakan metode sosiodrama) dan kontrol (yang menggunakan metode sosiodrama).
Adapun rumus independent T test sebagai berikut ; Thitung = x1-x2
Sx1-x1
11 Anwar Hidayat, “Uji Normalitas dengan Kolmogorov Smirnov”. http://statistikian.blogspot.com/2012/09/uji-normalitas-dengan-kolmogorov-smirnov.html, diakses pada Senin, 19/05/2014
(54)
Keterangan :
X1 = rata-rata kelompok 1
X2 = rata-rata kelompok 2
Sx1-x1 = Standar Error kedua kelompok
3. Regresi Linear Sederhana
Dan untuk mengetahui pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat. Dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi linear sederhana, analisis ini dipergunakan untuk mengetahui pengaruh antara satu buah variabel bebas terhadap satu buah variabel terikat.12
Regresi linear sederhana didasarkan pada hubungan fungsional ataupun kausal satu variabel indenpenden (metode sosiodrama) dengan satu variabel dependen13 (minat belajar SKI). Adapun rumus yang
digunakan adalah sebagai berikut: Y’ = a + bX
Keterangan:
Y’ = Variabel dependen (nilai yang diprediksikan) X = Variabel independen
a = Konstanta (nilai Y’ apabila X = 0)
b = Koefisien regresi (nilai peningkatan ataupun penurunan)
12 Ahmad Kurnia, “Manajemen Penelitian - Regresi Linear”, http://skripsimahasiswa.blogspot.com/2010/10/regresi-linear.html, diakses pada Senin 19/05/2014
(55)
BAB IV
HASIL PENELITIAN A. Desksripsi Data
1. Sejarah Berdirinya MTs Yatamu Pasawahan
Madrasah Tsanawiyah Tarbiyatul Muta’alimin atau yang lebih kita kenal MTs YATAMU Pasawahan awal berdirinya dirintis oleh KH. Abdul Rosyid. Seorang ulama, sesepuh dan tokoh yang sangat dihormati, bukan hanya oleh masyarakat desa Pasawahan dan sekitarnya tetapi juga oleh masyarakat wilayah lain di kabupaten Cirebon. Pada tanggal 14 Agustus 1975, MTs Yatamu Pasawahan mulai dirintis. Setelah satu tahun merintis, baru pada tahun 1976 MTs Yatamu resmi beroperasi dan berlanjut sampai sekarang. Sebagai penyelengaranya adalah Yayasan Tarbiyatul Muta’alimin Ds. Pasawahan. Sebuah Yayasan Pendidikan yang dibentuk oleh KH. Abdul Rosyid bersama empat orang tokoh lainnya, yang berakta Notaris nomor : 1451.
Berdirinya MTs Yatamu Pasawahan merupakan pengembangan dari lembaga pendidikan yang sudah ada, khususnya pendidikan di Pondok Pesantren yang ada di Desa Pasawahan. Untuk menyelaraskan dan
1 Kantor Tata Usaha (TU), Data Profil MTs Yatamu Pasawahan Desa Pasawahan
Kecamatan Susukan Lebak Kabupaten Cirebon 2013-2014. 42
(1)
Variables Entered/Removedb
Model Variables Entered RemovedVariables Method
1 Metode_sosiodra
ma_Xa .Enter
a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable: Minat_belajar_SKI_Y Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson
1 .564a .318 .300 1.355 2.239
a. Predictors: (Constant), Metode_sosiodrama_X b. Dependent Variable: Minta_belajar_SKI_Y_E
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression Residual Total
32.594 1 32.594 17.743 .000a
69.806 38 1.837
102.400 39
a. Predictors: (Constant), Metode_sosiodrama_X b. Dependent Variable: Minat_belajar_SKI_Y
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant)
Metode_sosiodrama_X
17.452 6.733
2.592 .013
.624 .148 .564 4.212 .000
a. Dependent Variable: Minat_belajar_SKI_Y
Residuals Statisticsa
Minimum Maximum Mean Std. Deviation N
Predicted Value 44.30 47.42 45.80 .914 40
Residual -4.550 3.074 .000 1.338 40
Std. Predicted Value -1.639 1.776 .000 1.000 40
Std. Residual -3.357 2.268 .000 .987 40
(2)
(3)
Test Of Linearity
MEANS TABLES=Minat_belajar_SKI_Y BY Metode_sosiodrama_X /CELLS MEAN COUNT STDDEV
/STATISTICS LINEARITY.
[DataSet1] H:\fd\skripsiiii\SKRIPSI AKHIR\fix\data variabel x-y.sav
Case Processing Summary Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
Minat_belajar_SKI_Y *
Metode_sosiodrama_X 40 100.0% 0 .0% 40 100.0%
Report Minat_belajar_SKI_Y Metode_
sosiodra
ma_X Mean N Std. Deviation
43 44.20 5 1.095
44 45.33 6 1.751
45 45.50 10 1.900
46 45.89 9 .782
47 46.71 7 1.254
48 48.00 3 .000
Total 45.80 40 1.620
ANOVA Table Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Minat_belajar_SKI_Y * Between (Combined) Metode_sosiodrama_X Groups Linearity
Deviation from Linearity Within Groups Total
35.449 5 7.090 3.600 .010
32.594 1 32.594 16.552 .000
2.855 4 .714 .363 .834
66.951 34 1.969
102.400 39
Measures of Association
R R Squared Eta Eta Squared
Minat_belajar_SKI_Y *
(4)
FOTO-FOTO KEGIATAN BELAJAR SKI
(5)
FOTO-FOTO KEGIATAN BELAJAR SKI
(6)