berbentuk kurva besar mulai dari bagian medial ke arah atap dan melengkung ke lateral lalu ke bawah dan menuju duktus nasofrontalis. Pada sinus etmoid dan
sfenoid tidak ada deskripsi yang jelas mengenai pola transpor mukosiliar Baroody, 2001.
2.2.3 Pemeriksaan fungsi mukosiliar
Pengukuran transpor mukosiliar secara in vivo dapat dilakukan dengan beberapa cara. Kecepatan kerja mukosiliar dapat diukur dengan mengikuti suatu
partikel yang larut di permukaan mukosa. Partikel ini akan bergerak bersama gumpalan mukus. Materi yang rasanya manis misal sakarin, akan bersatu dengan
cairan perisilia dan akan dirasakan penderita pada saat sampai di faring Walsh dan Korn, 2006; Ballenger, 2003; Marks, 2000. Tes sakarin adalah cara yang
sederhana untuk mengetahui fungsi mukosiliar. Tes sakarin pertama kali diperkenalkan oleh Andersen dkk. pada tahun 1974 yang kemudian dimodifikasi
oleh Rutland dan Cole. Tes ini memiliki kelebihan yaitu harga yang terjangkau, sederhana, mudah dikerjakan dan efektif untuk mengukur transpor mukosiliar
hidung. Tes ini dilakukan dengan menempatkan 0,5 mm sakarin pada anterior konka inferior kira-kira 1 cm dari bagian akhir untuk menghindari daerah dengan
metaplasia sel skuamosa. Tes dilakukan dalam posisi duduk, dengan kepala terfiksir 10˚ untuk menghindari partikel sakarin jatuh ke arah posterior. Subjek
yang dites tidak boleh makan, minum atau menelan untuk menghindari batuk dan bersin. Subjek juga diinstruksikan sebelumnya untuk tidak menggunakan obat-
obatan seperti obat anestesi, analgetik, barbiturat, penenang, antidepresi, alkohol
dan kopi selama kurang lebih 12 jam sebelum tes dilakukan Baby dkk., 2014; Valia dkk., 2008; Proenca dkk., 2011. Waktu kemudian diukur sampai terasa
sesuatu yang manis di mulut, yang normalnya memerlukan waktu 20 menit atau kurang. Apabila waktunya lebih dari satu jam, maka perlu dilakukan tes ulang
karena kemungkinan sakarinnya terjatuh dan pastikan penderita bisa mengecap rasa manis. Apabila tes sakarin menunjukkan pemanjangan waktu dari nilai
normal atau ada kecurigaan abnormalitas yang spesifik dari silia dapat dilakukan pemeriksaan silia secara langsung dengan mengambil contoh silia menggunakan
Rhinoprobe dan meneliti aktivitasnya menggunakan mikroskop fase kontras dengan sel fotometrik. Frekuensi dari gerak silia dapat diukur dengan real-time
analyzer dan dinyatakan dengan satuan Hertz atau Hz. Nilai normal dari frekuensi gerak silia adalah 12 sampai 15 Hz. Teknik pemeriksaan ini belum
banyak tersedia di sentra pelayanan kesehatan Ballenger, 2003; Marks, 2000. Selain tes sakarin, tes serupa yang dapat dilakukan untuk mengukur
transpor mukosiliar adalah tes yang menggunakan droplet biru metilen yang diteteskan di bagian depan hidung, kemudian dilakukan pengamatan orofaring
untuk melihat adanya sisa warna di orofaring. Warna biasanya akan tampak dalam 20 menit. Tes ini lebih objektif dibandingkan tes sakarin karena tes ini tidak
tergantung dari persepsi pasien meskipun kurang tepat karena orofaring tidak dapat diamati secara terus menerus selama 20 menit untuk mengamati munculnya
warna di orofaring Marks, 2000. Alternatif lain pemeriksaan transpor mukosiliar yang lain adalah dengan
menggunakan radioisotop. Pemeriksaan ini dilakukan dengan berdasarkan
pergerakan radioisotop yang diamati dengan menggunakan radioisotope scanner di daerah nasofaring. Teknik pemeriksaan ini juga memungkinkan kita untuk
mengukur pergerakan mukus yang dinyatakan dalam milimeter gerakan permenit. Pada orang dewasa yang sehat, rata-rata gerakan sebesar 9 mm menit.
Kekurangan dari tes ini adalah relatif mahal dan memerlukan waktu yang relatif lama Marks, 2000.
Apabila waktu transpor mukosiliar dan frekuensi gerak silia abnormal, maka sampel dapat diteliti dengan spatula atau melalui biopsi langsung untuk
diteliti dengan mikroskopi elektron, untuk menegakkan diagnosis seperti primary ciliary dyskinesia atau PCD. Selain itu, pemeriksaan kadar nitrit oksida juga
penting untuk mengetahui metabolisme silia. Pada PCD, kadar nitrit oksida menjadi penanda tidak langsung metabolisme silia yang mengalami
penurunan Ballenger, 2003;Walsh dan Korn, 2006.
2.2.4. Faktor - faktor yang mempengaruhi waktu transpor mukosiliar