BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
Manusia dalam hidupnya memandang dunia sebagai sebuah kerangka acuan untuk dapat mengerti tentang masing-masing pengalaman yang dilalui.
Pandangan khas orang Jawa realitasnya tidak dapat dibagi-bagi dalam berbagai bidang yang saling terpisah tanpa ada hubungan satu sama lain, melainkan
dipandang sebagai satu kesatuan. Pada dasarnya orang Jawa tidak penah membedakan antara sikap religius dan bukan religius, menganggap ineteraksi
sosial sekaligus merupakan sikap terhadap alam dan sebaliknya, sikap terhadap alam mempunyai relevansi terhadap sosial.
Suatu nilai budaya, walaupun suatu konsepsi yang abtrak, juga bisa mempengaruhi tindakan manusia secara langsung. Disamping itu nilai budaya
juga bisa menyebabkan menimbulkan pola-pola cara pikir yang tertentu pada diri individu yang bersangkutan. Ada nilai budaya yang menganggap penting konsepsi
bahwa dalam kehidupan masyarakat itu amat tergantung pada sesamanya, dan karena itu orang harus selalu ingat terhadap sesamanya.
Semua agama tidak terkecuali sedikit banyak mendorong terbentuknya simbol-simbol. Simbol tersebut merupakan pengembangan ide, bentuk, dan gaya
yang mempunyai nilai instrumental dalam kegiatan keagamaan. Untuk menjadi sebuah hasil seni, gaya menjadi sangat esensial. Kadang-kadang agama tidak
hanya berpengaruh pada bentuk, tetapi juga pada unsur seni.
11
Berkaitan dengan tradisi Bersih Desa Ceprotan di Desa Sekar Kecamatan Donorojo Kabupaen Pacitan, meskipun masyarakat telah menerima pengaruh
budaya dari luar terutama pengaruh Islam, namun mereka masih mempertahankan dan menjunjung tinggi warisan budaya nenek moyangnya. Hal ini terlihat dengan
jelas dalam kehidupan mereka sehari-hari, mereka masih melakukan berbagai bentuk ritus religius seperti melakukan upacara selamatan, membakar kemenyan,
membuat sesaji pada hari-hari tertentu yang dianggap keramat. Tradisi mempunyai tata nilai dan tata ukuran yang memadukan dan
mengikat kehidupan masyarakat. Hasil penelitian Kamadi 1995: 64 menyatakan bahwa:
Pada dasarnya upacara bersih desa tersebut merupakan tindakan masyarakat dalam hubungannya dengan kepercayaan yang mereka anut. Mereka
percaya bahwa kekuatan roh yang mendiami sumber mata air Sekar dapat melindungi
keselamatannya. Adanya
kepercayaan tersebut
akan berpengaruh juga pada pola pikir masyarakat.
Semantara itu hasil penelitian Sumaryono 2003: 71 membuktikan bahwa: 1.
Masyarakat Jawa yang tinggal di daerah pedesaan dalam kehidupannya masih diwarnai dengan beranekaragam tradisi yang bersifat religius
masyarakat maupun non religius. Dan tradisi tersebut adalah merupakan peningkatan budaya nenek moyang yang diwariskan secara turun
temurun.
2. Dalam tradisi tersebut pada dasarnya terkandung nilai-nilai luhur yang
merupakan suatu pedoman, mengatur dan memberi arah bagi setiap orang dalam hubungannya dengan sesama manusia dengan Tuhan dan
dengan alam lingkungannya. 3.
Walaupun masyarakat Desa Sekar telah memeluk agama Islam, namun dalam pelaksanaan upacara bersih desa Ceprotan masih dipengaruhi
oleh unsur-unsur kepercayaan animisme dan dinamisme, Hindu, Budha, dan Islam.
4. Upacara bersih desa di Desa Sekar pada hakekatnya merupakan
tindakan masyaraka dalam hubungannya dengan kepercayaan yang mereka anut, yaitu percaya kekuatan roh yang mendiami sumber Sekar
dapat melindunginya.
5. Upacara bersih desa Sekar tampak dirasakan adanya kerjasama dan
gotong royong sesama warga. Hal tersebut merupakan sarana untuk mempererat kerukunan hidup sehingga tercipta suatu suasana kesatuan
dan kesatuan.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dapat diketahui bahwa setiap upacara- upacara terdapat simbol-simbol yang mempengaruhi makna sakral. Kekuatan
suatu tradisi akan tetap bertahan jika mitos masih tetap melekat pada upacara tersebut. Berdasarkan pada latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk meneliti
suatu tradisi Ceprotan pada pelaksanaan upacara bersih Desa di Desa Sekar Kecamatan Donorojo Kabupaten Pacitan, karena pembahasan spesifik yang
mengungkapkan suatu budaya lokal khususnya yang berkaitan dengan pemahaman, partisipasi, mengenai tradisi Ceprotan pada pelaksanaan upacara
bersih Desa, serta aspek pendidikan nilai yang terdapat tradisi Ceprotan tersebut, sepanjang belum pernah dilakukan.
B. Kerangka Teoritik