14
b. Faktor Ekstern meliputi: objek, orang, kelompok, dan hasil-hasil kebudayaan yang dijadikan sasaran dalam mewujudkan bentuk
perilakunya.
2.2 Seksual Bebas
2.2.1 Definisi seksual bebas Free sex
atau seks bebas menurut Sarwono dalam Saraswati, dkk, 2000 mendefinisikan sebagai perilaku hubungan suami istri tanpa ikatan apa-apa, selain
itu suka sama suka, bebas dalam seks. Dapat juga diartikan bagaimana cara berpacaran , pengetahuan tentang alat kelamin dan cara memikat hati pria atau
wanita. Hal ini berarti seks: bebas untuk bertukar pasangan dalam berhubungan seksual: hidup bersama diluar nikah dan hubungan yang bebas tanpa nikah.
Seks bebas adalah hubungan seksual yang dilakukan sebelum adanya hubungan resmi sebagai suami istri yang meliputi beberapa yaitu mulai dari
menunjukkan perhatian dari lawan jenis, pacaran, kemudian melakukan lips kissing
ciuman bibir, genetalia simulation melakukan rangsangan pada alat genetal, petting saling menempelkan alat kelamin tanpa penetrasi, kemudian
berlanjut pada hubungan seksual Wijanarko, 1999. Disamping hubungan sosial biasa, di antara wanita dan pria itu bisa terjadi
hubungan khusus yang sifatnya erotis, yang disebut sebagai relasi seksual. Dengan relasi seksual ini kedua belah pihak menghayati bentuk kenikmatan dan
puncak seksual atau orgasme, jika dilakukan dalam hubungan yang normal sifatnya Kartono dalam Liana, 2007.
Universitas Sumatera Utara
15
Saraswati 2002, menjelaskan bahwa perilaku seks bebas adalah hubungan seks secara bebas dan merupakan tindakan hubungan seksual yang
tidak bermoral, terang-terangan dan tanpa malu-malu sebab didorong oleh hawa nafsu seks yang tidak terintegrasi, tidak matang, dan tidak wajar. Menurut
Depkes 2012 juga mengatakan bahwa Perilaku seksual adalah perilaku yang dilakukan sepasang individu karena adanya dorongan seksual dalam bentuk
penetrasi kedalam vagina. Djubaidah 2001 mengatakan bahwa perilaku seks adalah perilaku yang didasari oleh dorongan seks atau kegiatan mendapatkan
kesenangan organ seksual. 2.2.2 Tahapan terjadinya perilaku seksual bebas
Menurut Hurlock dalam Liana 2007 perilaku seksual dengan lawan jenis dimulai dari tahap berciuman, bercumbu ringan, bercumbu berat dan
bersenggama. Sedangkan menurut Thomburg dalam Liana 2007 perilaku seksual tercermin dalam tahapan sebagai berikut :
a. Berpegangan tangan
b. Berpelukan c. Berciuman
d. Bercumbu e. Bersenggama
f. Bersenggama dengan berganti pasangan.
Universitas Sumatera Utara
16
2.2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual bebas Menurut Sarwono 2012 hal-hal yang berpengaruh terhadap perilaku
seksual bebas pada remaja adalah : a. Faktor Internal, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri remaja.
Perubahan - perubahan hormonal yang meningkatkan hasrat seksual remaja. Peningkatan hasrat seksual ini membutuhkan penyaluran dalam
bentuk tingkah laku seksual tertentu. b. Faktor Eksternal, yaitu faktor yang berasal dari luar remaja.
1 Penundaan usia perkawinan, baik secara hukum maupun norma sosial
yang menuntut persyaratan yang makin tinggi untuk perkawinan pendidikan, pekerjaan, persiapan mental, dan lain-lain.
2 Norma agama yang berlaku melarang perilaku seksual yang bisa
mendorong remaja melakukan senggama, seperti berpegangan tangan, berciuman, sendirian dengan pasangan ditempat sepi.
3 Adanya penyebaran informasi dan rangsangan seksual melalui media
massa yaitu dengan adanya teknologi canggih seperti VCD, Internet, majalah, TV, video. Remaja cenderung ingin tahu dan ingin mencoba-coba
serta meniru dengan apa yang dilihat dan didengarnya, khususnya karena remaja pada umumnya mengetahui masalah seksual secara lengkap dari o
rang tuanya. 4
Orang tua, ketidaktahuan orang tua maupun sikap yang masih mentabukan pembicaraan seks dengan anak tidak terbuka terhadap anak, bahkan
cenderung membuat jarak dengan anak tentang masalah ini akibatnya
Universitas Sumatera Utara
17
pengetahuan remaja tentang seksualitas sangat kurang. Peran orang tua dalam pendidikan anak sangatlah penting, terutama pemberian
pengetahuan tentang seksualitas. 5
Di pihak lain, tidak dapat diingkari adanya kecendrungan pergaulan yang makin bebas antara pria dan wanita dalam masyarakat sebagai akibat
berkembangnya peran dan pendidikan wanita sehingga kedudukan wanita makin sejajar dengan pria.
Menurut Hurlock dalam Liana 2007, ada beberapa faktor yang mempengaruhi remaja terhadap perilaku seks bebas antara lain:
a. Meningkatnya libido seksualitas Perubahan hormonal pada remaja yang dapat meningkatkan hasrat seksual.
Peningkatan hasrat seksual. Peningkatan hasrat seksual ini membutuhkan penyaluran dalam bentuk perilaku seksual tertentu. Bila remaja salah
dalam menyalurkan
hasrat tersebut
dapat terjadi perilaku seks bebas yang mengakibatkan kehamilan pada remaja perempuan.
b. Penundaan usia kawin Penyaluran ini tidak bisa segera dilakukan karena adanya penundaan usia
perkawinan secara hukum oleh karena adanya UU tentang perkawinan yang menetapkan batas usia menikah yaitu sedikitnya usia 16 tahun untuk
wanita dan 19 tahun untuk pria. c. Tabu-larangan
Sementara usia perkawinan ditunda, norma-norma agama tetap berlaku dimana seseorang dilarang untuk melakukan seks bebas atau seks
Universitas Sumatera Utara
18
pranikah, bahkan larangan berkembang lebih jauh kepada tingkah laku lain seperti berciuman dan masturbasi. Bagi remaja yang tidak dapat menahan
diri akan terdapat kecendrungan untuk melanggar larangan tersebut. d. Kurangnya informasi tentang seks
Kecendrungan pelanggaran makin meningkat oleh karena adanya penyebab informasi dan rangsangan seks melalui media massa menjadi
tidak terbendung lagi. Remaja yang sedang berada dalam periode ini ingin tahu dan ingin mencoba segala sesuatu akan meniru apa yang dilihatnya
dan didengarnya, khususnya karena remaja belum pernah mengetahui masalah seksual secara lengkap.
e. Komunikasi antara orangtua dan anak Orang tua sendiri, baik karena ketidaktahuannya akan pentingnya
pendidikan seks kepada anak maupun karena sikapnya yang masih menabukan pembicaraan mengenai masalah seksual dengan anak
cenderung akan membuat jarak dengan anak dalam masalah yang saat ini. Anak juga akan merasa malu bila akan bertanya tentang masalah seks
kepada orangtuanya dan mereka akan mencari tahu dari orang lain. f.
Pergaulan yang semakin bebas Karena adanya kecendrungan pergaulan yang makin bebas antara pria dan
wanita dalam masyarakat sebagai akibat berkembangnya peran dan pendidikan wanita sehingga kedudukan wanita makin sejajar dengan pria.
Universitas Sumatera Utara
19
g. Wilayah tempat tinggal Perubahan di kota yang lebih cepat dari di desa. Cepatnya arus informasi
yang diterima juga dapat mempengaruhi banyaknya informasi yang salah juga masuk ke kota.
h. Jenis kelamin
Laki-laki lebih terbuka, lebih serba boleh, lebih ekstrim dalam pendapatnya tentang seksualitas, sedangkan wanita lebih malu-malu, dan
lebih tidak tahu menahu. 2.2.4 Penyalahgunaan obat-obatan
Menurut Ayyubamin 2011, Obat adalah adalah bahan atau zat yang berasal dari tumbuhan, hewan,mineral maupun zat kimia tertentu yang
dapat digunakan untuk mengurangi rasa sakit, memperlambat proses
penyakit dan
atau menyembuhkan penyakit.Secara harfiah obat terbagi 2 yaitu Obat yang legal dan obat ilegal terlarang. Salah satu dari obat terlarang yang populer di
masyarakat yaitu NARKOBA. Narkoba adalah singkatan dari narkotika dan obat bahan berbahaya. Selain “narkoba” istilah lain yang diperkenalkan khususnya
oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia adalah Napza yang merupakan singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif.
2.2.4.1 Jenis-jenis Narkoba 1
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik
sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau
perubahan kesadaran, hilangnya rasa nyeri dan dapat menimbulkan
Universitas Sumatera Utara
20
ketergantungan Undang-Undang No. 22 tahun 1997. Yang termasuk jenis narkotika adalah:
a Untuk Tanaman papaver, opium mentah, opium masak candu, jicing,
jicingko, opium obat, morfina, kokaina, ekgonina, tanaman ganja, dan damar ganja.
b Untuk Garam-garam dan turunan-turunan dari morfina dan kokaina, serta
campuran-campuran dan sediaan - sediaan yang mengandung bahan tersebut di atas.
c Untuk Garam-garam dan turunan-turunan dari morfina dan kokaina, serta
campuran-campuran dan sediaan - sediaan yang mengandung bahan tersebut di atas.
2 Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang
berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan pada aktivitas mental dan perilaku Undang - Undang
No. 51997. Zat yang termasuk psikotropika antara lain: Untuk Sedatin atau pil BK, Rohypnol, Magadon, Valium, Mandarax, Amfetamine.
3 Bahan Adiktif berbahaya lainnya adalah bahan-bahan alamiah, semi sintetis maupun sintetis yang dapat dipakai
sebagai pengganti morfina atau kokaina yang dapat mengganggu sistim syaraf
pusat, seperti:Alkohol yang mengandung ethyl etanol, bahan pelarut berupa zat organik karbon yang menghasilkan
efek yang sama dengan yang
Universitas Sumatera Utara
21
dihasilkan oleh minuman yang beralkohol atau obat anaestetik jika aromanya dihisap. Contoh: lemperekat, aceton, ether, dsb.
Penyalahgunaan narkoba juga berpengaruh pada tubuh dan mental- emosional para pemakaianya. Jika semakin sering dikonsumsi, apalagi
dalam jumlah berlebih maka akan merusak kesehatan tubuh, kejiwaan dan fungsi sosial
di dalam masyarakat. Pengaruh narkoba pada remaja bahkan dapat berakibat lebih fatal, karena menghambat perkembangan kepribadianya.
Penyalahgunaan narkoba merupakan suatu pola penggunaan yang bersifat patologik dan harus menjadi perhatian segenap pihak. Meskipun sudah terdapat
banyak informasi yang menyatakan dampak negatif yang ditimbulkan oleh penyalahgunaan dalam mengkonsumsi narkoba, tapi hal ini belum memberi angka
yang cukup signifikan dalam mengurangi tingkat penyalahgunaan narkoba. Terdapat 3 faktor alasan yang dapat dikatakan sebagai “pemicu” seseorang
dalam penyalahgunakan narkoba. Ketiga faktor tersebut adalah faktor diri, faktor lingkungan, dan faktor kesediaan narkoba itu sendiri.
2.2.4.2 Dampak penyalahgunaan Narkoba Dampak penylahgunaan narkoba pada seseorang sangat tergantung pada
jenis narkoba yang dipakai, kepribadian pemakai dan situasi atau kondisi pemakai. Secara umum, dampak kecanduan narkoba dapat terlihat sebagai berikut
ini : 1.
Dampak Fisik: Gangguan pada system syaraf neurologis seperti: kejang- kejang,
gangguan kesadaran, dan susah tidur. Gangguan pada jantung dan
Universitas Sumatera Utara
22
pembuluh darah seperti: infeksi akut otot jantung dan gangguan
peredaran darah. Gangguan pada kulit dermatologis seperti: alergi. Gangguan pada paru-paru pulmoner seperti: penekanan fungsi
pernapasan dan kesukaran bernafas. Sering sakit kepala, mual-mual dan muntah, murus-murus, suhu tubuh meningkat, pengecilan hati dan sulit
tidur. Bagi pengguna narkoba melalui jarum suntik, khususnya pemakaian jarum suntik secara bergantian, risikonya adalah tertular
penyakit seperti hepatitis B, C, dan HIV yang hingga saat ini belum ada obatnya. Penyalahgunaan narkoba bisa berakibat fatal ketika terjadi Over
Dosis yaitu konsumsi narkoba melebihi kemampuan tubuh untuk menerimanya. Over dosis bisa menyebabkan kematian.
2. Dampak Psikis:
Lamban kerja, ceroboh kerja, sering tegang dan gelisah Hilang kepercayaan diri, apatis, pengkhayal, penuh curiga, Agitatif, menjadi
ganas dan tingkah laku yang bruta, Sulit berkonsentrasi, perasaan kesal dan tertekan, Cenderung menyakiti diri, perasaan tidak aman, bahkan
bunuh diri. 3.
Dampak Sosial: Gangguan mental, anti-sosial dan asusila, dikucilkan oleh lingkungan,
Merepotkan dan menjadi beban keluarga, Pendidikan menjadi terganggu, masa depan suram.
Universitas Sumatera Utara
23
2.2.5 Dampak melakukan hubungan seksual bebas 1.
Aspek Medis Dari aspek medis melakukan hubungan seksual pranikah memiliki banyak
konsekuensi, sebagai berikut : a. Kehamilan yang tidak diinginkan KTD pada usia muda. Mudanya usia
ditambah lagi minimnya informasi tentang “bagaimana seorang perempuan bisa hamil”, mempertinggi kemungkinan terjadinya kasus
kehamilan yang tidak diinginkan. Menurut data PKBI, 37.700 perempuan mengalami kehamilan yang tidak diinginkan. Dari jumlah itu, 30,0
adalah masih remaja, 27,0 belum menikah, 12,5 masih berstatus pelajar atau mahasiswa dan sisanya adalah ibu rumah tangga Rahmawati,
2009. b. Aborsi
Dengan status mereka yang belum menikah maka besar kemungkinan kehamilan tersebut tidak dikehendaki dan aborsi merupakan salah satu
alternatif yang kerap diambil oleh remaja. Setiap tahun terdapat sekitar 2,6 juta kasus aborsi Indonesia, yang berarti setiap jam terjadi 300 tindakan
pengguguran janin dengan resiko kematian ibu. c. Meningkatkan
resiko terkena kanker rahim
Hubungan seksual yang dilakukan sebelum usia 17 tahun membuat resiko terkena penyakit kanker mulut rahim menjadi empat hingga lima kali lipat
lebih tinggi Adiningsih, 2004.
Universitas Sumatera Utara
24
d. Terjangkit Penyakit Menular Seksual PMS Penyakit Menular Seksual adalah penyakit yang dapat ditularkan dari
seseorang kepada orang lain melalui hubungan seksual. Seseorang beresiko tinggi terkena PMS bila melakukan hubungan seksual dengan
berganti-ganti pasangan baik melalui vagina, oral maupun anal. Bila tidak diobati dengan benar, penyakit ini dapat berakibat serius bagi kesehatan
reproduksi, seperti terjadinya kemandulan, kebutaan pada bayi yang baru lahir bahkan kematian. Ada banyak macam penyakit yang bisa
digolongkan sebagai PMS. Di Indonesia yang banyak ditemukan saat ini adalah
gonore GO, sifilis raja singa, herpes kelamin, clamidia,
trikomoniasis vagina, kutil kelamin hingga HIVAIDS Windhu, 2009. 2.
Aspek Sosial-Psikologis Dari aspek psikologis, melakukan hubungan seksual pranikah akan
menyebabkan remaja memiliki perasaan dan kecemasan tertentu, sehingga bisa mempengaruhi kondisi kualitas sumber daya manusia remaja di masa yang akan
datang. Kualitas Sumber Daya Manusia SDM remaja ini adalah : a. Kualitas
mentalis. Kualitas mentalis remaja perempuan dan laki-laki yang terlibat perilaku
seksual pranikah akan rendah bahkan cenderung memburuk. Mereka tidak memiliki etos kerja dan disiplin yang tinggi, karena dibayangi masa
lalunya. Cepat menyerah pada nasib, tidak sanggup menghadapi tantangan dan ancaman hidup, rendah diri dan tidak sanggup berkompetisi.
Universitas Sumatera Utara
25
b. Kualitas kesehatan reproduksi. Hal ini erat kaitannya dengan dampak medis karena kondisi fisik
perempuan khususnya. Sedangkan laki –l aki akan memiliki kesehatan yang
rendah. c. Kualitas keberfungsian keluarga.
Seandainya mereka
menikah dengan
cara terpaksa, akan mengakibatkan kurang dipahaminya peran-peran baru yang disandangnya dalam
membentuk keluarga yang sakinah. d. Kualitas ekonomi keluarga.
Kualitas ekonomi yang dibangun oleh keluarga yang menikah karena terpaksa, tidak akan memiliki kesiapan dalam pemenuhan kebutuhan
ekonomi keluarga.
e. Kualitas pendidikan.
Remaja yang terlibat perilaku seksual bebas, kemudian menikah, tentunya akan memiliki keterbatasan terhadap pendidikan formal.
f. Kualitas partisipasi dalam pembangunan.
Karena kondisi fisik, mental dan sosial yang kurang baik, remaja yang terlibat
perilaku seksual bebas, tidak dapat berpartisipasi dalam
pembangunan Iriani, 2005.
Universitas Sumatera Utara
26
2.3 Remaja