Hubungan Pengetahuan Remaja Mengenai Infeksi Menular Seksual (IMS) dengan Perilaku Seks Bebas di SMA Swasta Darussalam Medan

(1)

Lampiran 1 JADWAL TENTATIF PENELITIAN

N o Aktivitas Penelitian September 2015 Oktober 2015 November 2015 Desember 2015

Januari Februari 2016

Maret 2016

April 2016

Mei Juni Juli Agustus

2016 2016 2016 2016 2016

Minggu Ke- 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1

Pengajuan judul penelitian

2 Menyusun

Bab 1 3 Menyusun

Bab 2 4 Menyusun

Bab 3 5 Menyusun

Bab 4 6 Menyerahkan proposal penelitian

7 Ujian sidang

proposal 8 Revisi proposal penelitian

9 Uji Validitas

& Reliabilitas 10 Pengumpulan

data 11 Analisa data

12 Pengajuan

sidang skripsi 13 Ujian sidang

skripsi 14 Revisi skripsi

15 Mengumpulka

n skripsi


(2)

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Hubungan Pengetahuan Remaja Mengenai Infeksi Menular Seksual (IMS) dengan Perilaku Seks Bebas di SMA Swasta Darussalam Medan Saya adalah mahasiswi Program Studi Ilmu Keperawatan di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Saat ini sedang melakukan penelitian tentang Hubungan Pengetahuan Remaja Mengenai Infeksi Menular Seksual (IMS) dengan Perilaku Seks Bebas di SMA Swasta Darussalam Medan.

Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Untuk keperluan tersebut saya mohon kesediaan saudara/i untuk menjadi responden dalam penelitian ini, selanjutnya saya mohon saudara/i mengisi kuesioner dengan jujur dan sesuai dengan pendapat saudara/i sendiri. Informasi yang saudara/i berikan hanya digunakan untuk mengembangkan ilmu keperawatan dan tidak dipergunakan untuk maksud lain.

Partisipasi saudara/i dalam penelitian ini bersifat sukarela. Saudara/i bebas untuk ikut atau tidak menjadi responden tanpa ada sanksi apapun. Jika saudara/i bersedia silahkan menandatangani lembar persetujuan ini.

Medan, Januari 2016

Peneliti Responden

( Elfi Mizani ) ( ) Lampiran 2


(3)

KUESIONER PENELITIAN No Responden : (diisi oleh peneliti)

A. Kuesioner Data Demografi Responden (Identias Responden)

Isilah data demografi dibawah ini dengan keadaan yang sebenarnya dan beri tanda silang ( x ) pada kolom yang telah disediakan.

Usia : ... Tahun Jenis Kelamin : ( ) laki-laki

( ) perempuan

Agama :

Kelas :

B. Kuesioner Pengetahuan Mengenai Infeksi Menular Seksual

Beri tanda silang ( x ) pada salah satu jawaban yang benar dan jika ingin memperbaiki jawaban yang dianggap salah maka beri tanda ( ӿ ).

1. Infeksi Menular Seksual (IMS) adalah ...

a. Penyakit yang diderita oleh pekerja seks komersial

b. Penyakit yang hanya bisa ditularkan melalui hubungan seksual

c. Penyakit yang dapat ditularkan dengan atau tanpa berhubungan seksual 2. Berikut ini yang termasuk penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS) adalah ...

a. Tuberkulosis (TBC) b. Sifilis (Raja Singa) c. Influenza

Lampiran 3


(4)

3. Manakah yang termasuk gejala IMS ... a. Mual dan muntah

b. Gatal dan kemerahan disekitar kelamin c. Sakit kepala

4. Faktor resiko terbesar penularan IMS adalah ...

a. Berhubungan seks dengan pasangan seksual tunggal b. Berhubungan seks dengan banyak pasangan seksual c. Berhubungan seks dengan aman

5. Pencegahan IMS bisa dilakukan dengan cara ... a. Menghindari bergonta-ganti pasangan seksual

b. Membersihkan alat kelamin sebelum berhubungan seksual c. Memakan obat sebelum melakukan hubungan seksual 6. IMS dapat ditularkan penderita kepada orang lain melalui ...

a. Berpegangan tangan dengan penderita IMS b. Terkena keringat penderita IMS

c. Dari ibu penderita IMS kepada bayinya yang ada dalam kandungan 7. Dampak yang terjadi apabila penderita IMS tidak diobati/ditangani dengan

benar adalah ... a. Kehamilan b. Kemandulan c. Flu dan batuk


(5)

C. Kuesioner Perilaku Seks Bebas

Berilah tanda silang ( x ) pada kolom yang ada disebelah kanan pada masing-masing butir pernyataan dengan pilihan sesuai dengan pilihan saudara/i. Jika ingin memperbaiki jawaban yang dianggap salah maka beri tanda ( ӿ ).

No Pertanyaan Ya Tidak

1. Apakah Anda dan pacar saling berciuman bibir/mulut dan lidah saat berpacaran ?

2. Apakah Anda dan pacar saling merangsang dari daerah leher ke bawah ?

3. Apakah Anda saling meraba alat kelamin pasangan saat pacaran ?

4.

Apakah Anda dan pacar saling menempelkan alat kelamin saat berpacaran dengan atau tanpa menggunakan pakaian ?

5. Apakah Anda dan pacar sekarang ataupun pacar sebelumnya pernah melakukan hubungan seksual ?


(6)

Lampiran 4


(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

Lampiran 6 Data dan Hasil Uji Reliabilitas Pengetahuan mengenai IMS

No. Resp Usia JK Kelas P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 Xi

1 15 PR X-1 1 1 1 1 1 1 1 7

2 15 LK X-1 1 1 1 1 1 1 1 7

3 15 PR X-1 1 1 1 1 1 1 1 7

4 16 PR X-1 1 1 1 1 1 1 1 7

5 15 LK X-1 1 1 1 1 1 1 1 7

6 15 PR X-1 1 1 1 1 1 1 1 7

7 15 LK X-1 0 1 1 1 1 0 1 5

8 15 PR X-2 0 1 1 1 1 1 1 6

9 15 PR X-2 0 1 1 1 1 1 1 6

10 15 LK X-2 0 1 1 1 1 1 0 5

11 15 LK X-2 1 1 1 1 1 1 1 7

12 15 LK X-2 1 1 1 1 1 1 1 7

13 15 LK X-2 0 0 1 0 0 0 1 2

14 15 PR X-2 1 1 1 1 1 1 1 7

15 15 PR X-2 1 1 1 1 1 1 1 7

16 16 PR XI-IPA 1 1 1 1 1 1 1 7

17 16 LK XI-IPA 1 1 1 1 1 1 1 7

18 15 LK XI-IPA 1 1 1 1 1 1 1 7

19 15 PR XI-IPA 1 1 1 1 1 1 1 7

20 16 PR XI-IPA 0 1 1 1 1 1 1 6

21 16 LK XI-IPA 1 1 1 1 1 1 1 7

22 16 LK XI-IPA 1 1 1 1 1 1 1 7

23 16 LK XI-IPA 0 1 1 1 1 1 1 6

24 16 LK XI-IPS 0 1 1 1 1 1 1 6

25 16 LK XI-IPS 1 1 1 1 1 1 1 7


(12)

26 16 LK XI-IPS 1 1 1 1 1 1 1 7

27 16 LK XI-IPS 0 1 1 1 1 1 1 6

28 16 PR XI-IPS 1 1 1 1 1 1 1 7

29 16 PR XI-IPS 0 1 1 1 1 1 1 6

30 16 PR XI-IPS 1 1 1 1 1 1 1 7

TOTAL 20 29 30 29 29 28 29 194

r KR 20 = [

] =

[

] = [

] = = 0,7223


(13)

Data dan Hasil Uji Reliabilitas Perilaku Seks Bebas

No. Resp Usia JK Kelas P1 P2 P3 P4 P5 Xi

1 15 PR X-1 0 0 0 0 0 0

2 15 LK X-1 0 0 0 0 0 0

3 15 PR X-1 0 0 0 0 0 0

4 16 PR X-1 0 0 0 0 0 0

5 15 LK X-1 0 0 0 0 0 0

6 15 PR X-1 0 0 0 0 0 0

7 15 LK X-1 0 0 0 0 0 0

8 15 PR X-2 0 0 0 0 0 0

9 15 PR X-2 0 0 0 0 0 0

10 15 LK X-2 0 0 0 0 0 0

11 15 LK X-2 1 0 0 0 0 1

12 15 LK X-2 0 0 0 0 0 0

13 15 LK X-2 1 1 1 1 0 4

14 15 PR X-2 0 1 0 0 0 1

15 15 PR X-2 0 0 0 0 0 0

16 16 PR XI-IPA 0 0 0 0 0 0

17 16 LK XI-IPA 0 0 0 0 0 0

18 15 LK XI-IPA 0 0 0 0 0 0

19 15 PR XI-IPA 0 0 0 0 0 0

20 16 PR XI-IPA 0 0 0 0 0 0

21 16 LK XI-IPA 0 0 0 0 0 0

22 16 LK XI-IPA 0 0 0 0 0 0

23 16 LK XI-IPA 0 0 0 0 0 0

24 16 LK XI-IPS 0 0 0 0 0 0

25 16 LK XI-IPS 0 0 0 0 0 0

26 16 LK XI-IPS 0 0 0 0 0 0

27 16 LK XI-IPS 0 0 0 0 0 0


(14)

28 16 PR XI-IPS 1 0 0 0 0 1

29 16 PR XI-IPS 0 0 0 0 0 0

30 16 PR XI-IPS 0 0 0 0 0 0

TOTAL 3 2 1 1 0 7

r KR 20 = [

] =

[

] = [

] = = 0,7977


(15)

Lampiran 7

Data Hasil Penelitian Pengetahuan mengenai Infeksi Menular Seksual (IMS)

usia JK kelas P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 Total Pengetahuan

15 lk X-1 0 0 1 1 1 1 0 4 Cukup

15 pr X-1 1 1 1 1 1 1 1 7 Baik

15 lk X-1 1 1 1 1 1 1 1 7 Baik

16 lk X-1 0 0 1 0 0 0 1 2 Kurang

16 lk X-1 1 1 1 1 1 1 1 7 Baik

15 pr X-1 1 1 1 1 1 1 1 7 Baik

15 lk X-1 1 1 1 1 1 1 1 7 Baik

15 pr X-1 1 1 1 1 1 1 1 7 Baik

15 pr X-1 1 1 1 1 1 1 1 7 Baik

15 lk X-1 0 1 1 1 1 1 1 6 Baik

15 lk X-1 1 1 1 1 1 1 1 7 Baik

15 lk X-1 1 1 1 1 1 1 1 7 Baik

15 pr X-1 1 1 1 1 1 1 1 7 Baik

15 pr X-1 0 1 0 1 1 1 1 5 Cukup

15 lk X-1 1 1 1 1 1 1 1 7 baik

15 lk X-1 1 1 1 1 1 1 1 7 baik

16 pr X-1 1 1 1 1 1 1 1 7 baik

16 pr X-1 0 1 1 0 1 0 0 3 cukup

15 pr X-1 0 1 1 1 1 0 1 5 cukup


(16)

15 pr X-1 1 1 1 1 1 1 1 7 baik

15 pr X-1 1 1 1 1 1 1 1 7 baik

15 lk X-1 1 1 1 1 1 1 1 7 baik

16 lk X-1 1 1 1 1 1 1 1 7 baik

15 lk X-1 1 1 1 1 1 1 1 7 baik

15 pr X-1 0 1 1 1 1 1 1 6 baik

15 pr X-1 1 1 1 1 1 1 1 7 baik

15 pr X-1 1 1 1 1 1 1 1 7 baik

15 pr X-1 0 1 0 1 1 1 1 5 cukup

15 pr X-1 1 1 1 1 1 1 1 7 baik

15 lk X-1 1 1 1 1 1 1 1 7 baik

15 lk X-1 1 1 1 1 1 1 1 7 baik

16 pr X-1 0 1 1 0 1 0 0 3 cukup

16 lk X-1 1 1 1 1 1 1 1 7 baik

15 lk X-2 0 1 1 1 1 0 1 5 cukup

15 lk X-2 0 1 1 1 1 0 0 4 cukup

15 pr X-2 0 1 1 1 1 1 0 5 cukup

15 pr X-2 0 0 1 1 1 1 0 4 cukup

16 pr X-2 1 1 1 1 1 1 1 7 baik

15 pr X-2 1 1 1 1 1 1 1 7 baik

15 pr X-2 0 0 1 0 0 0 1 2 kurang

15 lk X-2 1 1 1 1 1 1 1 7 baik

15 lk X-2 1 1 1 1 1 1 1 7 baik

15 pr X-2 0 1 1 1 1 0 1 5 cukup

15 lk X-2 0 1 1 1 1 0 0 4 cukup


(17)

15 lk X-2 0 1 1 1 1 1 0 5 cukup

15 pr X-2 0 0 1 1 1 1 0 4 cukup

16 pr X-2 1 1 1 1 1 1 1 7 baik

16 pr X-2 1 1 1 1 1 1 1 7 baik

15 pr X-2 0 0 1 0 0 0 1 2 kurang

15 pr X-2 1 1 1 1 1 1 1 7 baik

15 lk X-2 1 1 1 1 1 1 1 7 baik

15 pr X-2 1 1 1 1 1 1 1 7 baik

16 pr X-2 0 1 0 1 1 1 1 5 cukup

15 pr X-2 1 1 1 1 1 1 1 7 baik

15 lk X-2 0 1 1 1 1 1 1 6 baik

15 lk X-2 1 1 1 1 1 1 1 7 baik

15 lk X-2 0 1 1 1 1 0 1 5 cukup

15 lk X-2 1 1 1 1 1 1 1 7 baik

15 pr X-2 1 1 1 1 1 1 1 7 baik

15 pr X-2 1 1 1 1 1 1 1 7 baik

15 pr X-2 1 1 1 1 1 1 1 7 baik

16 pr X-2 1 1 1 1 1 1 1 7 baik

16 pr X-2 1 1 1 1 1 1 1 7 baik

15 lk X-2 1 1 1 1 1 1 1 7 baik

16 pr XI-IPA 1 1 1 1 1 1 1 7 baik

16 pr XI-IPA 1 1 1 1 1 1 1 7 baik

16 lk XI-IPA 1 1 1 1 1 1 1 7 baik

16 pr XI-IPA 1 1 1 1 1 1 1 7 baik

16 pr XI-IPA 1 1 1 1 1 1 1 7 baik


(18)

16 pr XI-IPA 1 1 1 1 1 1 1 7 baik

15 lk XI-IPA 0 1 1 1 1 1 1 6 baik

16 lk XI-IPA 1 1 1 1 1 1 1 7 baik

16 pr XI-IPA 1 1 1 1 1 1 1 7 baik

16 pr XI-IPA 1 1 1 1 1 1 1 7 baik

17 pr XI-IPA 1 1 1 1 1 1 1 7 baik

16 pr XI-IPA 0 1 1 1 1 1 1 6 baik

16 pr XI-IPA 1 1 1 1 1 1 1 7 baik

16 pr XI-IPA 1 1 1 1 1 1 1 7 baik

16 pr XI-IPA 1 1 1 1 1 1 1 7 baik

16 pr XI-IPA 1 1 1 1 1 1 1 7 baik

16 pr XI-IPA 1 1 1 1 1 1 1 7 baik

16 lk XI-IPA 0 1 1 1 1 0 1 5 cukup

16 lk XI-IPA 0 1 1 1 1 0 0 4 cukup

16 lk XI-IPA 0 1 1 1 1 1 0 5 cukup

16 lk XI-IPA 0 0 1 1 1 1 0 4 cukup

16 lk XI-IPA 1 1 1 1 1 1 1 7 baik

16 lk XI-IPA 1 1 1 1 1 1 1 7 baik

16 pr XI-IPA 1 1 1 1 1 1 1 7 baik

16 pr XI-IPA 1 1 1 1 1 1 1 7 baik

16 lk XI-IPA 1 1 1 1 1 1 1 7 baik

16 lk XI-IPA 1 1 1 1 1 1 1 7 baik

16 lk XI-IPA 1 1 1 1 1 1 1 7 baik

16 pr XI-IPA 1 1 1 1 1 1 1 7 baik

16 pr XI-IPA 1 1 1 1 1 1 1 7 baik


(19)

16 pr XI-IPA 1 1 1 1 1 1 1 7 baik

16 lk XI-IPS 1 1 1 1 1 1 1 7 baik

17 lk XI-IPS 1 1 1 1 1 1 1 7 baik

16 lk XI-IPS 0 1 1 0 1 0 0 3 cukup

16 lk XI-IPS 0 1 1 1 1 0 1 5 cukup

16 lk XI-IPS 1 1 1 1 1 1 1 7 baik

16 lk XI-IPS 1 1 1 1 1 1 1 7 baik

16 pr XI-IPS 0 1 0 1 1 1 1 5 cukup

16 pr XI-IPS 1 1 1 1 1 1 1 7 baik

16 pr XI-IPS 1 1 1 1 1 1 1 7 baik

16 lk XI-IPS 1 1 1 1 1 1 1 7 baik

16 pr XI-IPS 0 1 1 1 1 0 1 5 cukup

16 pr XI-IPS 1 1 1 1 1 1 1 7 baik

17 pr XI-IPS 1 1 1 1 1 1 1 7 baik

16 pr XI-IPS 0 1 1 1 1 1 1 6 baik

16 pr XI-IPS 1 1 1 1 1 1 1 7 baik

16 lk XI-IPS 1 1 1 1 1 1 1 7 baik

16 lk XI-IPS 0 1 1 1 1 1 1 6 baik

16 pr XI-IPS 1 1 1 1 1 1 1 7 baik

16 lk XI-IPS 1 1 1 1 1 1 1 7 baik

16 pr XI-IPS 0 1 1 1 1 1 1 6 baik

16 pr XI-IPS 1 1 1 1 1 1 1 7 baik

16 lk XI-IPS 0 1 1 1 1 1 1 6 baik

16 lk XI-IPS 0 1 1 1 1 1 0 5 cukup

16 lk XI-IPS 1 1 1 1 1 1 1 7 baik


(20)

16 lk XI-IPS 1 1 1 1 1 1 1 7 baik

16 lk XI-IPS 0 1 1 1 1 1 1 6 baik

16 lk XI-IPS 0 1 1 1 1 1 1 6 baik

16 pr XI-IPS 1 1 1 1 1 1 1 7 baik

16 pr XI-IPS 0 1 1 1 1 1 1 6 baik

16 pr XI-IPS 1 1 1 1 1 1 1 7 baik

16 pr XI-IPS 0 1 1 1 1 1 1 6 baik

total 85 119 122 120 123 110 112 791


(21)

Data Hasil Penelitian Perilaku Seks Bebas

usia JK kelas P1 P2 P3 P4 P5 Total Perilaku

15 lk X-1 1 0 0 0 0 1 melakukan

15 pr X-1 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan

15 lk X-1 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan

16 lk X-1 1 0 0 0 0 1 melakukan

16 lk X-1 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan

15 pr X-1 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan

15 lk X-1 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan

15 pr X-1 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan

15 pr X-1 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan

15 lk X-1 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan

15 lk X-1 1 0 0 0 0 1 melakukan

15 lk X-1 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan

15 pr X-1 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan

15 pr X-1 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan

15 lk X-1 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan

15 lk X-1 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan

16 pr X-1 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan

16 pr X-1 1 0 0 0 0 1 melakukan

15 pr X-1 1 0 0 0 0 1 melakukan

15 pr X-1 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan

15 pr X-1 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan

15 lk X-1 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan


(22)

16 lk X-1 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan

15 lk X-1 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan

15 pr X-1 1 0 0 0 0 1 melakukan

15 pr X-1 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan

15 pr X-1 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan

15 pr X-1 1 0 0 0 0 1 melakukan

15 pr X-1 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan

15 lk X-1 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan

15 lk X-1 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan

16 pr X-1 1 0 0 0 0 1 melakukan

16 lk X-1 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan

15 lk X-2 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan

15 lk X-2 1 0 0 0 0 1 melakukan

15 pr X-2 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan

15 pr X-2 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan

16 pr X-2 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan

15 pr X-2 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan

15 pr X-2 1 0 0 0 0 1 melakukan

15 lk X-2 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan

15 lk X-2 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan

15 pr X-2 0 1 0 0 0 1 melakukan

15 lk X-2 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan

15 lk X-2 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan

15 pr X-2 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan

16 pr X-2 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan


(23)

16 pr X-2 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan

15 pr X-2 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan

15 pr X-2 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan

15 lk X-2 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan

15 pr X-2 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan

16 pr X-2 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan

15 pr X-2 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan

15 lk X-2 1 0 0 0 0 1 melakukan

15 lk X-2 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan

15 lk X-2 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan

15 lk X-2 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan

15 pr X-2 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan

15 pr X-2 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan

15 pr X-2 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan

16 pr X-2 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan

16 pr X-2 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan

15 lk X-2 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan

16 pr XI-IPA 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan

16 pr XI-IPA 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan

16 lk XI-IPA 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan

16 pr XI-IPA 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan

16 pr XI-IPA 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan

16 pr XI-IPA 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan

15 lk XI-IPA 0 1 0 0 0 1 melakukan

16 lk XI-IPA 1 0 0 0 0 1 melakukan


(24)

16 pr XI-IPA 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan

16 pr XI-IPA 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan

17 pr XI-IPA 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan

16 pr XI-IPA 1 0 0 0 0 1 melakukan

16 pr XI-IPA 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan

16 pr XI-IPA 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan

16 pr XI-IPA 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan

16 pr XI-IPA 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan

16 pr XI-IPA 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan

16 lk XI-IPA 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan

16 lk XI-IPA 1 0 0 0 0 1 melakukan

16 lk XI-IPA 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan

16 lk XI-IPA 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan

16 lk XI-IPA 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan

16 lk XI-IPA 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan

16 pr XI-IPA 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan

16 pr XI-IPA 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan

16 lk XI-IPA 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan

16 lk XI-IPA 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan

16 lk XI-IPA 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan

16 pr XI-IPA 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan

16 pr XI-IPA 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan

16 pr XI-IPA 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan

16 lk XI-IPS 1 0 0 0 0 1 melakukan

17 lk XI-IPS 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan


(25)

16 lk XI-IPS 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan

16 lk XI-IPS 0 1 0 0 0 1 melakukan

16 lk XI-IPS 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan

16 lk XI-IPS 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan

16 pr XI-IPS 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan

16 pr XI-IPS 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan

16 pr XI-IPS 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan

16 lk XI-IPS 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan

16 pr XI-IPS 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan

16 pr XI-IPS 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan

17 pr XI-IPS 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan

16 pr XI-IPS 1 0 0 0 0 1 melakukan

16 pr XI-IPS 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan

16 lk XI-IPS 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan

16 lk XI-IPS 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan

16 pr XI-IPS 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan

16 lk XI-IPS 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan

16 pr XI-IPS 1 0 0 0 0 1 melakukan

16 pr XI-IPS 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan

16 lk XI-IPS 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan

16 lk XI-IPS 1 0 0 0 0 1 melakukan

16 lk XI-IPS 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan

16 lk XI-IPS 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan

16 lk XI-IPS 1 0 0 0 0 1 melakukan

16 lk XI-IPS 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan


(26)

16 pr XI-IPS 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan

16 pr XI-IPS 1 0 0 0 0 1 melakukan

16 pr XI-IPS 0 0 0 0 0 0 tidak melakukan

16 pr XI-IPS 1 0 0 0 0 1 melakukan

total 21 3 0 0 0 24


(27)

Lampiran 8 DAFTAR TABEL UJI STATISTIK

Uji Normalitas

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent pengetahuan 126 100.0% 0 .0% 126 100.0% perilaku 126 100.0% 0 .0% 126 100.0%

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig. pengetahuan .394 126 .000 .643 126 .000 perilaku .495 126 .000 .479 126 .000 a. Lilliefors Significance Correction

Uji Spearman

Correlations

pengetahuan Perilaku Spearman's rho pengetahuan Correlation Coefficient 1.000 -.541**

Sig. (2-tailed) . .000

N 126 126

perilaku Correlation Coefficient -.541** 1.000 Sig. (2-tailed) .000 .

N 126 126

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).


(28)

Tabel frekuensi

Usia

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 15 52 41.3 41.3 41.3

16 71 56.3 56.3 97.6

17 3 2.4 2.4 100.0

Total 126 100.0 100.0

JK

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid lk 56 44.4 44.4 44.4

pr 70 55.6 55.6 100.0

Total 126 100.0 100.0

Kelas

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid X-1 33 26.2 26.2 26.2

X-2 31 24.6 24.6 50.8

XI-IPA 31 24.6 24.6 75.4

XI-IPS 31 24.6 24.6 100.0 Total 126 100.0 100.0


(29)

Tabel Frekuensi Pengetahuan

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent usia * pengetahuan 126 100.0% 0 .0% 126 100.0% jk * pengetahuan 126 100.0% 0 .0% 126 100.0% kelas * pengetahuan 126 100.0% 0 .0% 126 100.0%

usia * pengetahuan Crosstabulation

pengetahuan

Total baik cukup kurang

usia 15 Count 37 13 2 52

% within usia 71.2% 25.0% 3.8% 100.0%

16 Count 58 12 1 71

% within usia 81.7% 16.9% 1.4% 100.0%

17 Count 3 0 0 3

% within usia 100.0% .0% .0% 100.0%

Total Count 98 25 3 126

% within usia 77.8% 19.8% 2.4% 100.0%

jk * pengetahuan Crosstabulation

pengetahuan

Total baik cukup kurang

jk lk Count 42 13 1 56

% within jk 75.0% 23.2% 1.8% 100.0%

pr Count 56 12 2 70

% within jk 80.0% 17.1% 2.9% 100.0%

Total Count 98 25 3 126


(30)

jk * pengetahuan Crosstabulation

pengetahuan

Total baik cukup kurang

jk lk Count 42 13 1 56

% within jk 75.0% 23.2% 1.8% 100.0%

pr Count 56 12 2 70

% within jk 80.0% 17.1% 2.9% 100.0%

Total Count 98 25 3 126

% within jk 77.8% 19.8% 2.4% 100.0%

kelas * pengetahuan Crosstabulation

pengetahuan

Total baik cukup kurang

kelas X-1 Count 26 6 1 33

% within kelas 78.8% 18.2% 3.0% 100.0%

X-2 Count 19 10 2 31

% within kelas 61.3% 32.3% 6.5% 100.0%

XI-IPA Count 27 4 0 31

% within kelas 87.1% 12.9% .0% 100.0%

XI-IPS Count 26 5 0 31

% within kelas 83.9% 16.1% .0% 100.0%

Total Count 98 25 3 126

% within kelas 77.8% 19.8% 2.4% 100.0%

P1

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid salah 41 32.5 32.5 32.5

benar 85 67.5 67.5 100.0

Total 126 100.0 100.0


(31)

P2

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid salah 7 5.6 5.6 5.6

benar 119 94.4 94.4 100.0 Total 126 100.0 100.0

P3

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid salah 4 3.2 3.2 3.2

benar 122 96.8 96.8 100.0 Total 126 100.0 100.0

P4

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid salah 6 4.8 4.8 4.8

benar 120 95.2 95.2 100.0 Total 126 100.0 100.0

P5

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid salah 3 2.4 2.4 2.4

benar 123 97.6 97.6 100.0 Total 126 100.0 100.0


(32)

P6

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid salah 16 12.7 12.7 12.7

benar 110 87.3 87.3 100.0 Total 126 100.0 100.0

P7

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid salah 14 11.1 11.1 11.1

benar 112 88.9 88.9 100.0 Total 126 100.0 100.0

Pengetahuan total

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid baik 98 77.8 77.8 77.8

cukup 25 19.8 19.8 97.6

kurang 3 2.4 2.4 100.0

Total 126 100.0 100.0

Tabel Frekuensi Perilaku

perilaku

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid melakukan 24 19.0 19.0 19.0

tidak melakukan 102 81.0 81.0 100.0

Total 126 100.0 100.0


(33)

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent usia * perilaku 126 100.0% 0 .0% 126 100.0% jk * perilaku 126 100.0% 0 .0% 126 100.0% kelas * perilaku 126 100.0% 0 .0% 126 100.0%

usia * perilaku Crosstabulation

perilaku

Total melakukan tidak melakukan

usia 15 Count 10 42 52

% within usia 19.2% 80.8% 100.0%

16 Count 14 57 71

% within usia 19.7% 80.3% 100.0%

17 Count 0 3 3

% within usia .0% 100.0% 100.0%

Total Count 24 102 126

% within usia 19.0% 81.0% 100.0%

jk * perilaku Crosstabulation

perilaku

Total melakukan tidak melakukan

jk lk Count 12 44 56

% within jk 21.4% 78.6% 100.0%

pr Count 12 58 70

% within jk 17.1% 82.9% 100.0%

Total Count 24 102 126

% within jk 19.0% 81.0% 100.0%


(34)

kelas * perilaku Crosstabulation

perilaku

Total melakukan tidak melakukan

kelas X-1 Count 8 25 33

% within kelas 24.2% 75.8% 100.0%

X-2 Count 4 27 31

% within kelas 12.9% 87.1% 100.0%

XI-IPA Count 4 27 31

% within kelas 12.9% 87.1% 100.0%

XI-IPS Count 8 23 31

% within kelas 25.8% 74.2% 100.0%

Total Count 24 102 126

% within kelas 19.0% 81.0% 100.0%

Statistics

p1 p2 p3 p4 p5 prilaku_tot

N Valid 126 126 126 126 126 126

Missing 0 0 0 0 0 0

p1

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid tidak melakukan 105 83.3 83.3 83.3

melakukan 21 16.7 16.7 100.0

Total 126 100.0 100.0


(35)

p2

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid tidak melakukan 123 97.6 97.6 97.6

melakukan 3 2.4 2.4 100.0

Total 126 100.0 100.0

p3

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid tidak melakukan 126 100.0 100.0 100.0

p4

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid tidak melakukan 126 100.0 100.0 100.0

p5

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid tidak melakukan 126 100.0 100.0 100.0

Prilaku total

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid melakukan 24 19.0 19.0 19.0

tidak melakukan 102 81.0 81.0 100.0

Total 126 100.0 100.0


(36)

Lampiran 10 TAKSASI DANA

PROPOSAL

1. Biaya rental dan print proposal Rp. 100.000

2. Biaya internet Rp. 100.000

3. Fotocopy sumber-sumber tinjauan pustaka Rp. 50.000 4. Pembelian buku sumber tinjauan pustaka Rp. 100.000

5. Fotocopy perbanyak proposal Rp. 50.000

6. Survey awal Rp. 50.000

PENGUMPULAN DATA

1. Izin penelitian Rp. 50.000

2. Transportasi Rp. 100.000

3. Fotocopy kuesioner dan persetujuan responden Rp. 50.000

ANALISA DATA DAN PENYUSUNAN LAPORAN

1. Biaya rental dan print Rp. 50.000

2. Penjilidan Rp. 50.000

3. Fotocopy laporan penelitian Rp. 50.000

BIAYA TAK TERDUGA Rp. 100.000


(37)

TOTAL Rp. 900.000

Lampiran 11 DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Elfi Mizani

Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 24 Agustus 1994 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Jln Penerbangan I No 13 Komplek Perhubungan, Padang Bulan Medan

Email : elfi.mizani@ymail.com Riwayat Pendidikan :

1. SD Dharma Wanita Medan Tahun 2000-2006

2. SMP Negeri 1 Timang Gajah NAD Tahun 2006-2009

3. SMA Negeri 4 Pekanbaru Tahun 2009-2012

4. S1 Fakultas Keperawatan USU Tahun 2012- sekarang


(38)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Azwar, S. (2004). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Belajar. BKKBN. (2010). Penyiapan Kehidupan Berkeluarga Bagi Remaja. Jakarta. Departemen Kesehatan RI. (2007). Panduan Tatalaksana Klinis Infeksi HIV pada

orang Dewasa dan Remaja Edisi Kedua. Diakses pada tanggal 27 September 2015 dari http://spiritia.or.id.

Dinkes Surabaya. (2013). IMS diketahui untuk dihindari. Diakses pada tanggal 27 September 2015 dari http://dinkes.surabaya.go.id.

Diskes Provinsi Bali. (2014). Infeksi Menular Seksual (IMS) dan Infeksi Saluran Reproduksi (ISR). Diakses pada tanggal 27 September 2015 dari http://www.diskes.baliprov.go.id.

Ditjen PP & PL Kemenkes RI. (2014). Situasi HIV AIDS. Diakses pada tanggal 27 September 2015 dari http://www.depkes.go.id.

Djuanda Adhi. (2007). Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Edisi kelima. Jakarta: Balai Penerbit FK UI.

Fitriani. (2011). Hubungan Pendidikan Seks dengan Perilaku Seksual pada Remaja di SMA Prayatna 1 Medan. Diakses pada tanggal 19 Juli 2016 dari http://repository.usu.ac.id/.

Hadi, et al. (2008). Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Remaja Jakarta tentang Seks Aman dan Faktor yang Berhubungan. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Pembangunan Nasional.


(39)

Hendrawan. P. (2013). 64 Juta Remaja Galau Rentan Seks Bebas. Diakses pada tanggal 5 November 2015 dari http://nasional.tempo.co.id.

Hermawan. (2014). Hubungan Pengetahuan Infeksi Menular Seksual dengan Perilaku Seksual Remaja pada siswa kelas XI SMA Negeri 5 Surakarta.

Diakses pada tanggal 19 Juli 2016 dari

http://digilib.stikeskusumahusada.ac.id/

Hidayat. A.A.A. (2007). Metode Penelitian Keperawatan dan Tekhnik Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika.

Hurlock, E. B. (2004). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan, Edisi 6. Jakarta: Erlangga.

Hutahaean. (2015). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Seksual di SMA Negeri 17 Medan. Diakses pada tanggal 19 Juli 2016 dari http://repository.usu.ac.id/.

Indonesia Medicine. (2013). Berbagai Penyakit Menular Seksual Yang Selalu Mengancam. Diakses pada tanggal 5 November 2015 dari http://mediaindon esiasehat.com.

Lestari, C. I. (2008). Penyakit dan Infeksi Menular Seksual. Diakses pada tanggal 5 November 2015 dari http://cintalestari.worldpress.info.com.

MAYOCLINIC. (2014). Diseases and Conditions Sexually transmitted diseases (STDs). Diakses pada tanggal 5 November 2015 dari http://www.mayoclinic. org.

Nasution. (2007). Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.


(40)

Notoatmodjo, S. (2007). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Notoatmodjo , S. (2010). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nursalam. (2008). Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu keperawatan. Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.

Pinem, S. (2009). Kesehatan Reproduksi & Kontrasepsi. Jakarta: Trans Info Media.

Portibi DNP. (2014). IMS Penyumbang Terbesar Kasus HIV/AIDS. Diakses pada tanggal 5 November 2015 dari http://www.portibidnp.com.

Potter P.A & Perry A.G. (2009). Fundamentals of nursing fundamental keperawatan 1, Ed.7. Jakarta :Salemba Medika.

Pratama. (2013). Hubungan antara Pengetahuan tentang Kesehatan Reproduksi dengan Sikap Seksual Pranikah Remaja di Kelurahan Danguran Kabupaten Klaten. Diakses pada tanggal 18 Juli 2016 dari http://eprints.ums.ac.id/. Prihyugiarto. (2008). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap terhadap Perilaku

Seksual Pra nikah pada Remaja di Indonesia. Jurnal Ilmiah Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi, Tahun II, No. 2. Puslitbang KB dan Kesehatan Reproduksi: BKKBN

Putrie. (2012). Tingkat Pengetahuan Remaja tentang HIV/AIDS pada Siswa Kelas XI IPS di SMA PGRI 1 Karangmalen Sragen. Diakses pada tanggal 18 Juli 2016 dari http://digilib.stikeskusumahusada.ac.id/.

Saraswati. (2002). Perilaku seks bebas pada Remaja. Jakarta: Rhineka Cipta.


(41)

Sarwono, S. W. (2011). Psikologi Remaja edisi revisi. Jakarta: PT Raya Grafindo Persada

SDKI. (2012). Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2012 Kesehatan Reproduksi Remaja. Jakarta: Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Badan Pusat Statistik Kementerian Kesehatan MEASURE DHS ICF International.

Simanjuntak, B. (2002). Pengantar Psikologi. Perkembangan. Bandung: Tarsito. Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Syahputra. (2011). Gambaran Pengetahuan Siswi SMK Negeri 1 Medan tentang Infeksi Menular Seksual. Diakses pada tanggal 18 Juli 2016 dari http://repository.usu.ac.id/.

Unicef Indonesia. (2012). Ringkasan Kajian Respon terhadap HIV & AIDS. Diakses pada tanggal 5 November 2015 dari http://www.unicef.org.

Utama, H. (2007). Infeksi Menular Seksual. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Wedananta & Putri. (2014). Hubungan antara Jenis Kelamin dan Status Sosialekonomi Keluarga terhadap Seks Pranikah pada Remaja SMA/Sederajat di Wilayah Kerja Puskesmas Sukawati pada tahun 2014. Diakses pada tanggal 19 Juli 2016 dari http://unud.ac.id.

Widyastuti. I. (2011). 52% Remaja Medan Terlibat Seks. Diakses pada tanggal 6 November 2015 dari http://komisikepolisianindonesia.com.

Wong, et., al. (2008). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Volume 1 edisi 6. Jakarta: EGC.


(42)

World Health Organization. (2013). Sexually transmitted infections (STIs). Diakses pada tanggal 6 November 2015 dari http://www.who.int.

Yullan & Parmadi. (2009). Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang Kesehatan Reproduksi dengan Perilaku Seksual Beresiko pada Remaja di SMK Negeri 4 Yogyakarta. Diakses pada tanggal 19 Juli 2016 dari https://skripsistikes.com


(43)

BAB III

KERANGKA KONSEP 3.1 Kerangka Konsep

Kerangka konsep dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan remaja mengenai Infeksi Menular Seksual (IMS) dengan perilaku seks bebas di SMA Swasta Darussalam Medan, seperti yang tergambar dalam skema kerangka konsep berikut ini.

Skema 3.1 Kerangka konseptual penelitian hubungan pengetahuan remaja mengenai Infeksi Menular Seksual (IMS) dengan perilaku seks bebas di SMA Swasta Darussalam Medan

3.2 Defenisi Operasional Variabel Defenisi

Operasional Alat Ukur

Cara Ukur

Hasil

Ukur Skala Pengetahuan Remaja Mengenai Infeksi Menular Segala sesuatu yang diketahui siswa/siswi SMA Swasta Kuesioner pengetahuan mengenai Infeksi Menusual Mengguna kan skala berbentuk pilihan berganda

 0 – 2 = pengeta huan kurang  3 - 5 =

Ordinal Pengetahuan Remaja

Mengenai Infeksi Menular Seksual (IMS):

1. Defenisi

2. Jenis dan Gejala 3. Penyebab 4. Cara penularan 5. Pencegahan 6. Dampak

Perilaku Seks Bebas : 1. Berciuman 2. Bercumbu

3. Berhubungan seksual


(44)

Seksual (IMS) Darussalam Medan mengenai Infeksi Menular Seksual (IMS) yang meliputi : pengertian infeksi menular seksual, jenis, penyebab, cara penularan, gejala, dan pencegahan. (IMS). Kuesioner terdiri dari 7 pertanyaan (multiple choice). Dengan bobot nilai jawaban yang benar akan diberi nilai 1 dan jawaban yang salah diberi nilai 0 pengeta huan cukup  6 - 7 = pengeta huan baik

Perilaku Seks Bebas Segala tingkah laku siswa/siswi SMA Swasta Darussalam Medan yang didorong oleh hasrat seksual baik dengan lawan jenis maupun sesama jenis yang dapat Kuesioner perilaku seks bebas. Terdiri dari 5 pertanyaan. Mengguna kan skala Guttman dengan alternatif jawaban “Ya” dan “Tidak” dengan bobot nilai jawaban “Ya” diberi nilai

 ≥ 1 =

Melaku kan  < 1 =

Tidak Melaku kan

Ordinal


(45)

diamati secara langsung maupun tidak langsung.

1 dan jawaban

“Tidak”

diberi nilai 0

3.3 Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah adanya hubungan pengetahuan remaja mengenai Infeksi Menular Seksual (IMS) dengan perilaku seks bebas di SMA Swasta Darussalam Medan.


(46)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain peneltian deskriptif korelasi, yaitu untuk memperoleh gambaran hubungan pengetahuan remaja tentang infeksi menular seksual dengan perilaku seks bebas di SMA Swasta Darussalam Medan. Penelitian ini menggunakan metode cross sectional study yaitu pengumpulan data dilakukan dalam waktu yang bersamaan.

4.2 Populasi, Sampling dan Tehnik Sampling 4.2.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa/siswi SMA Swasta Darussalam Medan pada tahun ajaran 2015/2016, kelas X sampai kelas XI dengan populasi sebanyak 184 orang.

4.2.2 Sampel

Penentuan besarnya jumlah sampel dari populasi yang telah diketahui dapat ditentukan dengan menggunakan rumus (Nursalam, 2008).

n =

Keterangan:

n : besar sampel N : besar populasi

d : tingkat kesalahan yang dipilih (d = 0,05) Sehingga jumlah sampel yang akan diambil adalah :


(47)

n =

= 126,027397 = 126 orang 4.2.3 Teknik Sampling

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini Proportional Stratified Random Sampling. Pengambilan sampel secara proporsi digunakan apabila didalam populasi terdapat kelompok-kelompok subjek dan antara satu kelompok dengan kelompok yang lain tampak adanya strata atau tingkatan (Arikunto, 2010). Dalam penelitian ini terdapat diambil 4 tingkatan yaitu kelas X-1, kelas X-2, kelas XI-IPA dan kelas XI-IPS. Adapun besar atau jumlah pembagian sampel untuk masing-masing kelas didapatkan dengan menggunakan rumus menurut Sugiyono (2012) :

n1 = Keterangan:

n1 : Banyaknya sampel di setiap kelas n : Banyaknya sampel penelitian N : Banyaknya populasi seluruh kelas N1 : Banyaknya populasi disetiap kelas

Tabel 4.2.3 Proporsi Sampel Penelitian

No Kelas N1 n1

1 X-1 48 33

2 X-2 46 31

3 XI-IPA 45 31

4 XI-IPS 45 31

Jumlah 184 126


(48)

Setelah didapatkan banyaknya sampel yang diambil untuk mewakili masing-masing kelas, sampel tersebut akan dipilih dengan cara diundi. Peneliti akan membuat gulungan-gulungan kertas kecil sebanyak jumlah populasi setiap kelas kemudian sebagian kertas akan ditulis tanda silang dan siswa/siswi diminta untuk mengambil satu gulungan kertas, bila siswa/siswi mendapatkan gulungan kertas berisi tanda silang berarti dialah yang terpilih menjadi responden.

4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.3.1 Lokasi Penilitan

Lokasi pelaksanaan penelitian ini adalah di SMA Swasta Darussalam Medan.

4.3.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dimulai sejak peneliti menentukan judul, menulis proposal hingga seminar hasil yaitu dari bulan September 2015 sampai dengan Mei 2016. 4.4 Pertimbangan Etik

Pelaksanaan penelitian ini dilakukan setelah mendapat izin dari Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara kemudian diikuti dengan permohonan izin kepada Kepala Sekolah SMA Swasta Darussalam Medan untuk dijadikan sebagai tempat penelitian. Responden yang menjadi subjek penelitian ini terlebih dahulu diberikan informasi tentang penelitian dan memberikan lembar persetujuan (informed consent) kepada calon responden. Responden berhak ikut serta atau menolak berpartisipasi dalam penelitian ini tanpa dikenakan sangsi dan tidak berpengaruh pada penilaian sekolah. Peneliti juga memberi perlindungan terhadap hak responden yang didalamnya termasuk menjamin kerahasiaan identitas


(49)

responden dengan cara tidak mencantumkan nama pada formulir kuesioner. Seluruh jawaban yang diberikan responden hanya digunakan untuk kepentingan penelitian dan akan dimusnahkan setelah data tidak diperlukan lagi.

4.5 Instrumen Penelitan

Instrumen yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah Kuisioner yang diadopsi dan dimodifikasi oleh peneliti. Kuisioner disusun secara tertutup dan berisikan pertanyaan yang harus dijawab responden.

Instrumen penelitian ini terdiri dari 3 macam kuesioner :

1. Kuesioner data demografi siswa/i (identitas siswa/i) di SMA Swasta Darussalam Medan yang meliputi usia, jenis kelamin dan kelas. Kuesioner ini digunakan hanya untuk melihat distribusi demografi dari responden saja dan tidak dianalisis.

2. Kuesioner pengetahuan mengenai Infeksi Menular Seksual (IMS). Kuesioner terdiri dari 7 pertanyaan yang diadopsi peneliti dari tinjauan pustaka di bab 2 dengan jawaban pilihan berganda (multiple choice). Jawaban yang benar akan diberi nilai 1 dan jawaban yang salah diberi nilai 0. Nilai tertinggi yang diperoleh adalah 7 dan terendah adalah 0. Berdasarkan rumus statistika (Hidayat, 2007):

p =

Dimana p merupakan panjang kelas dengan rentang sebesar 7 (selisih nilai tertinggi dan nilai terendah) dan banyak kelas ada 3 (pengetahuan kurang, sedang dan baik), maka didapatkan panjang kelas sebesar p = 2,33 atau p = 2 dan nilai terendah adalah sebagai batas bawah atau batas kelas interval


(50)

pertama. Hasil data pengukuran pengetahuan remaja terhadap IMS dikategorikan atas interval sebagai berikut :

0 – 2 = pengetahuan kurang 3 – 5 = pengetahuan cukup 6 – 7 = pengetahuan baik

3. Kuesioner perilaku seks bebas. Terdiri dari 5 pertanyaan yang diadopsi dan dimodifikasi peneliti dari teori Simanjuntak (2002) dengan menggunakan skala Guttman dengan pilihan jawaban “Ya” dan “Tidak”. Skala ini digunakan agar responden menberikan jawaban yang tegas. Apabila responden menjawab “Ya” diberi nilai 1 dan apabila responden menjawab

“Tidak” diberi nilai 0. Hasil data pengukuran perilaku seks bebas remaja dikategorikan atas interval sebagai berikut :

≥ 1 = Melakukan

< 1 = Tidak Melakukan 4.6 Validitas dan Reliabilitas 4.6.1 Validitas

Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi (content validity) yang dilakukan oleh ahli dibidangnya yaitu dosen Fakultas Keperawatan USU ibu Siti Zahara Nasution, S.Kp., MNS. Hal ini dilakukan dengan mengajukan kuesioner dan proposal penelitian kepada penguji validitas lalu ahli diminta untuk mengamati secara cermat semua item dalam tes yang hendak divalidasi. Kemudian mengoreksi semua item yang telah dibuat. Pada akhir perbaikan, ahli diminta untuk memberikan pertimbangan tentang bagaimana tes


(51)

tersebut menggambarkan cakupan isi yang akan diukur. Pertimbangan ahli tersebut juga menyangkut apakah semua aspek yang hendak diukur telah dicakup melalui item pertanyaan dalam tes (Sukardi, 2009). Pernyataan yang tidak valid akan langsung diganti oleh peneliti sesuai dengan petunjuk dari ahli validitas. Terdapat dua buah kuesioner yaitu kuesioner pengetahuan mengenai Infeksi Menular Seksual (IMS) yang terdiri dari 7 pertanyaan dan kuesioner perilaku seks bebas yang terdiri dari 5 pertanyaan.

4.6.2 Reliabilitas

Menurut Sugiyono (2013), instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama akan menghasilkan data yang sama.

Uji reliabilitas dalam penelitian ini di ujikan kepada 30 di SMA Muhammadiyah 2 Medan. Kemudian jawaban responden akan dihitung dengan rumus KR 20 karena instrumen yang diberikan menggunakan skor dikotomi yaitu bila jawaban benar akan dibeli nilai 1 dan bila salah akan diberi nilai 0.

Adapun rumus KR 20 menurut Sugiyono (2012) adalah

r KR 20 =

[

]

r KR 20 = Koefisien korelasi dengan KR 20 k = Jumlah butir soal

p = Proporsi jawaban benar

q = Proporsi jawaban salah ( q = 1 – p ) s2 = Varians skor total


(52)

Menurut Arikunto (20010), koefisien korelasi berada antara 0 – 1. Suatu

instrumen penilaian dikatakan reliabel jika koefisien korelasinya ≥ 0,6, makin

tinggi koefisien korelasi makin reliabel instrumen tersebut.

Hasil uji reliabilitas untuk kuesioner pengetahuan remaja mengenai Infeksi Menular Seksual (IMS) adalah 0,72 dan hasil uji reliabilitas untuk perilaku seks bebas remaja adalah 0,79. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kuesioner pengetahuan remaja mengenai Infeksi Menular Seksual (IMS) dan kuesioner perliku seks bebas adalah reliabel.

4.7 Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data dimulai setelah peneliti mengajukan permohonan izin untuk melakukan penelitian kepada pihak Fakultas Keperawatan USU. Setelah mendapat izin dari akademik, peneliti mengantar surat izin tersebut kepada Kepala Sekolah SMA Swasta Darussalam Medan.

Setelah mendapat izin dari Kepala Sekolah SMA Swasta Darussalam Medan, peneliti mulai menentukan, menyusun dan menyiapkan instrumen penelitian yang akan digunakan dan kemudian melakukan uji intstrumen dengan uji validitas dan reliabilitas. Kemudian peneliti meminta kesediaan beberapa orang siswa/siswi dari masing-masing kelas sebagai subjek dalam penelitian. Apabila responden setuju untuk menjadi subjek penelitian, peneliti mengajukan surat persetujuan menjadi responden untuk ditanda tangani.

Peneliti menjelaskan cara pengisian kuesioner kepada responden. Peneliti mengingatkan responden untuk mengisi kuesioner sesuai yang diketahui dan dialami dengan jujur serta mengingatkan untuk mengisi semua pertanyaan yang


(53)

ada dilembar kuesioner. Pengisian kuesioner diberikan waktu selama 15 menit. Setelah semua responden selesai mengisi kuesioner, maka seluruh data dikumpulkan dan selanjutnya akan dilakukan pengolahan data dan analisa data. 4.8 Analisa Data

4.8.1 Pengolahan Data

Menurut Notoatmodjo (2010), setelah data terkumpul maka langkah yang dilakukan berikutnya adalah pengolahan data. Tahap – tahap proses pengolahan data ialah :

1. Editing

Hasil wawancara, angket, atau pengamatan dari lapangan harus dilakukan penyuntingan (editing) terlebih dahulu. Secara umum editing adalah merupakan kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian formulir atau kuesioner.

2. Coding

Kuesioner yang telah diedit atau disunting selanjutnya dilakukan pengkodean atau coding yaitu mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan.

3. Memasukkan Data (Entry Data) atau Processing

Data, yakni jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang dalam bentuk kode (angka atau huruf) dimasukkan ke dalam program atau software komputer.

4. Pembersihan Data (Cleaning)

Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai dimasukkan, perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan adanya


(54)

kesalahan kode, ketidaklengkapan dan sebagainya, kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi.

4.8.2 Analisa Data 1. Analisis Univariate

Analisis univariate dilakukan untuk mendeskripsikan data demografi yang meliputi usia, jenis kelamin dan kelas; data pengetahuan mengenai IMS yang meliputi pengetahuan kurang, sedang dan baik; dan data perilaku seks bebas yang meliputi perilaku baik dan buruk. Data tersebut disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentase. Setelah itu menganalisa variabel independen dan dependennya.

2. Analisis Bivariate

Analisis Bivariate adalah analisa yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi (Notoatmodjo, 2010). Pada penlitian ini, apabila data untuk mengetahui derajat hubungan antara variabel independen yaitu pengetahuan mengenai IMS dan variabel dependen yaitu perilaku seks bebas terdistribusi normal (p > 0,05), maka akan dilakukan uji korelasi Pearson. Nilai korelasi Pearson (rho) berada di antara -1 < r < 1. Bila nilai r = 0, berarti tidak ada korelasi atau tidak ada hubungan anatara variabel independen dan dependen. Nilai r = +1 berarti terdapat hubungan yang positif antara variabel independen dan dependen. Nilai r = -1 berarti terdapat hubungan yang negatif antara variabel independen dan dependen. Dengan kata lain, tanda “+” dan “-“ menunjukkan arah hubungan di antara variabel yang sedang diopersionalkan. Namun apabila data tidak terdistribusi normal maka akan dilakukan uji korelasi Spearman Rank. Uji


(55)

ini dilakukan karena skala data yang digunakan adalah ordinal. Menurut Sugiyono (2012) untuk menguji hubungan antara variabel yang datanya berbentuk ordinal maka digunakan korelasi Spearman Rank.

Uji korelasi Spearman Rank akan dilakukan setelah data terkumpul dan dimasukkan dalam tabel distribusi frekuensi, kemudian menghitung korelasinya dengan bantuan komputerisasi. Hasil uji Spearman akan ditampilkan dalam bentuk tabel hasil uji interprestasi yang terdiri dari nilai r dan nilai p. Nilai r menginterprestasikan kekuatan hubungan. Adapun tafsiran hasil pengujian kekuatan hubungan tersebut dapat dilihat dari tabel menurut Sugiyono (2012) berikut :

Interval koefisien Tingkat hubungan 0,00 – 0,199 Sangat rendah 0,20 – 0,399 Rendah 0,40 – 0,599 Sedang 0,60 – 0,799 Kuat 0,80 – 1,000 Sangat kuat

Nilai p menginterprestasikan nilai signifikan. Karena skala data yang

digunakan adalah ordinal dengan tingkat kepercayaan 95% atau α = 0,05 maka jika nilai p lebih kecil dari 0,05 berarti terdapat korelasi yang signifikan antara variabel independen dan dependen, jika nilai p lebih besar dari 0,05 maka tidak terdapat hubungan yang signifikan antara variabel independen dan dependen.


(56)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian

Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian dan pembahasan tentang hubungan pengetahuan remaja mengenai Infeksi Menular Seksual (IMS) dengan perilaku seks bebas di SMA Swasta Darussalam Medan. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei 2016 di SMA Swasta Darussalam Medan dengan jumlah responden sebanyak 126 orang.

5.1.1 Analisis Univariat

1. Deskripsi Karakteristik Demografi Responden

Deskripsi karakteristik responden terdiri dari: usia, jenis kelamin dan kelas. Data karakteristik responden ditampilkan hanya untuk melihat distribusi demografi dari responden saja dan tidak dianalisis terhadap hubungan pengetahuan mengenai IMS dengan perilaku seks bebas. Data yang diperoleh menunjukkan bahwa mayoritas responden berusia 16 tahun yaitu sebanyak 56,3%, mayoritas berjenis kelamin perempuan sebanyak 55,6% dan mayoritas responden dari kelas X-1 yaitu sebanyak 26,2%.

Deskripsi karakteristik responden dapat dilihat pada tabel 1.


(57)

Tabel 1 Distribusi Frekuensi dan Persentasi Berdasarkan Karakteristik Demografi Responden (n=126)

Karakteristik Frekuensi (n) Persentase (%) Usia 15 tahun 16 tahun 17 tahun Jenis kelamin Laki-laki Perempuan Kelas X-1 X-2 XI-IPA XI-IPS 52 71 3 56 70 33 31 31 31 41,3 56,3 2,4 44,4 55,6 26,2 24,6 24,6 24,6

2. Pengetahuan Remaja Mengenai Infeksi Menular Seksual (IMS)

Hasil penelitian tentang pengetahuan remaja mengenai infeksi menular seksual kepada 126 responden didapatkan sebagian besar responden yaitu 98 responden (77,8%) berpengetahuan baik.

Tabel 2. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Berdasarkan Pengetahuan Remaja Mengenai Infeksi Menuar Seksual (IMS) di SMA Swasta Darussalam Medan (n=126)

Pengetahuan Remaja Frekuensi (n) Persentase (%) Baik Cukup Kurang 98 25 3 77,8 19,8 2,4

Distribusi jawaban responden pada pengetahuan remaja mengenai infeksi menular seksual dapat dilihat pada tabel 3 dibawah ini:


(58)

Tabel 3. Distribusi Jawaban Pengetahuan Remaja Mengenai Infeksi Menuar Seksual (IMS) di SMA Swasta Darussalam Medan (n=126)

No Pengetahuan mengenai

IMS Benar (%) Salah (%)

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Pengertian IMS Jenis-jenis IMS Gejala IMS Resiko penularan IMS

Pencegahan IMS Penularan IMS

Dampak IMS

85 ( 67,5) 119 (94,4) 122 (96,8) 120 (95,2) 123 (97,6) 110 (87,3) 112 (88,9) 41 (32,5) 7 (5,6) 4 (3,2) 6 (4,8) 3 (2,4) 16 (12,7) 14 (11,1)

Berdasarkan tabel 3 di atas, dapat dilihat bahwa pertanyaan yang paling banyak dijawab dengan benar oleh responden adalah pertanyaan nomer 5 mengenai pencegahan IMS yaitu sebanyak 97,6%, sedangkan sedangkan pertanyaan yang paling banyak salah dijawab yaitu pertanyaan nomer 1 mengenai pengertian IMS sebanyak 32,5%.

Tabel 4. Distribusi Jawaban Hasil Uji Pengetahuan Berdasarkan Usia

Usia

Pengetahuan

Total

Baik Cukup Kurang

n % N % n %

15 16 17 37 58 3 71,2 81,7 100 13 12 0 25 16,9 0 2 1 0 3,8 1,4 0 52 71 3

Berdasarkan tabel 4 di atas, dapat dilihat bahwa mayoritas pada kelompok responden dengan usia 16 tahun memiliki pengetahuan yang baik yaitu sebanyak 58 responden.


(59)

Tabel 5. Distribusi Jawaban Hasil Uji Pengetahuan Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Pengetahuan Total

Baik Cukup Kurang

n % n % n %

Laki-laki Perempuan 42 56 75 80 13 12 23,2 17,1 1 2 1,8 2,9 56 70 Berdasarkan tabel 5 di atas, dapat dilihat bahwa mayoritas pada kelompok responden berjenis kelamin perempuan memiliki pengetahuan yang baik yaitu sebanyak 56 responden.

Tabel 6. Distribusi Jawaban Hasil Uji Pengetahuan Berdasarkan Kelas Kelas

Pengetahuan

Total

Baik Cukup Kurang

n % n % n %

X-1 X-2 XI-IPA XI-IPS 26 19 27 26 78,8 61,3 87,1 83,9 6 10 4 5 18,2 32,3 12,9 16,1 1 2 0 0 3 6,5 0 0 33 31 31 31

Berdasarkan tabel 6 di atas, dapat dilihat bahwa mayoritas pada kelompok responden kelas XI-IPA memiliki pengetahuan yang baik yaitu sebanyak 27 responden.

3. Perilaku Seks Bebas

Hasil penelitian perilaku seks bebas menunjukkan bahwa dari 126 responden didapatkan mayoritas responden yaitu 102 orang (80,9%) tidak melakukan perilaku seks bebas.

Tabel 7. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Berdasarkan Perilaku seks bebas di SMA Swasta Darussalam Medan (n=126)

Perilaku Seks Bebas Frekuensi (n) Persentase (%) Melakukan Tidak Melakukan 24 102 19,1 80,9


(60)

Distribusi jawaban responden pada perilaku seks bebas dapat dilihat pada tabel 8 dibawah ini:

Tabel 8. Distribusi Jawaban Perilaku Seks Bebas di SMA Swasta Darussalam Medan (n=126)

No Perilaku seks bebas Melakukan (%) Tidak

melakukan (%) 1. 2. 3. 4. 5.

Saling berciuman bibir/mulut dan lidah saat berpacaran

Saling merangsang dari daerah leher kebawah

Saling meraba alat kelamin saat pacaran

Saling menempelkan alat kelamin saat berpacaran dengan atau tanpa menggunakan pakaian

Pernah melakukan hubungan seksual 21 (16,7) 3 (2,4) 0 (0) 0 (0) 0 (0) 105 (83,3) 123 (97,6) 0 (100) 0 (100) 0 (100)

Berdasarkan tabel 8 di atas, dapat dilihat bahwa pernyataan yang paling banyak dilakukan oleh responden adalah pernyataan nomer 1 yaitu sebanyak 16,7%.

Tabel 9. Distribusi Jawaban Hasil Uji Perilaku Berdasarkan Usia

Usia

Pengetahuan

Total

Melakukan Tidak Melakukan

n % n %

15 16 17 10 14 0 19,2 19,7 0 42 57 3 80,8 80,3 100 52 71 3

Berdasarkan tabel 9 di atas, dapat dilihat bahwa mayoritas pada kelompok responden dengan usia 16 tahun melakukan perilaku seks bebas yaitu sebanyak 14 responden.


(61)

Tabel 10. Distribusi Jawaban Hasil Uji Perilaku Berdasarkan Jenis Kelamin

Usia

Pengetahuan

Total Melakukan Tidak Melakukan

n % N %

Laki-laki Perempuan 12 12 21,4 17,1 44 58 78,6 82,9 56 70 Berdasarkan tabel 10 di atas, dapat dilihat bahwa kelompok responden laki-laki dan perempuan sama-sama pernah melakukan perilaku seks bebas yaitu sebanyak 12 responden.

Tabel 11. Distribusi Jawaban Hasil Uji Perilaku Berdasarkan Kelas Kelas

Pengetahuan

Total Melakukan Tidak Melakukan

n % N %

X-1 X-2 XI-IPA XI-IPS 8 4 4 8 24,2 12,9 12,9 25,8 25 27 27 23 75,8 87,1 87,1 74,2 33 31 31 31

Berdasarkan tabel 11 di atas, dapat dilihat bahwa mayoritas pada kelompok responden kelas X-1 dan XI-IPS pernah melakukan seks bebas yaitu sebanyak 8 responden.

5.1.2 Analisis Bivariat

Sebelum melakukan uji korelasi untuk mengidentifikasi hubungan pengetahuan remeja mengenai IMS dengan perilaku seks bebas, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas data dengan menggunakan uji kolmogorov-smirnov pada kedua variabel. Dari hasil uji didapat bahwa pada variabel pengetahuan remaja mengenai IMS dan perilaku seks bebas tidak terdistribusi normal dengan nilai p =


(62)

0.000. Dengan hasil ini, maka uji yang dilakukan untuk menganalisa kedua variabel adalah uji nonparametrik Spearman.

Hasil penelitian hubungan pengetahuan remeja mengenai IMS dengan perilaku seks bebas dengan menggunakan uji korelasi Spearman didapat nilai koefisien korelasi spearman atau r = -0,541 dengan pValue = 0,00.

Tabel 12. Hasil Analisa Hubungan Pengetahuan Remaja Mengenai Infeksi Menular Seksual (IMS) dengan Perilaku Seks Bebas di SMA Swasta Darussalam Medan

Variabel 1 Variabel 2 r pValue

Pengetahuan remaja mengenai

Infeksi Menular Seksual (IMS)

Perilaku seks bebas

-0,541 0,000

5.2 Pembahasan

5.2.1 Pengetahuan Remaja Mengenai Infeksi Menuar Seksual (IMS)

Berdasarkan hasil penelitian di SMA Swasta Darussalam Medan diketahui bahwa sebagian besar responden berpengetahuan baik tentang IMS yaitu 98 responden (77,78%). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Putrie (2012) mengenai tingkat pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS pada siswa kelas XI IPS di SMA PGRI 1Karangmalen Sragen yang menunjukkan bahwa sebagian besar responden yaitu 53 orang (63,85%) mempunyai pengetahuan yang baik mengenai HIV/AIDS. Hal ini dikarenakan 28 orang dari 53 responden tersebut sudah pernah mengikuti penyuluhan kesehatan mengenai HIV/AIDS.

Salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah pengalaman seseorang dimana pengalaman berkaitan dengan umur. Jika umur seseorang semakin tua maka pengalaman akan semakin banyak, begitulah semakin baik


(63)

pengetahuan seseorang itu (Nasution, 2007). Pada penelitian ini mayoritas responden kategori baik yaitu berusia 16 tahun sebanyak 58 responden (46%). Sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Hadi, et al (2008), bahwa pertambahan usia seseorang akan berhubungan dengan perkembangan kognitif, penalaran moral, perkembangan psikoseksual dan perkembangan sosial yang artinya semakin dewasa seseorang seharusnya pengetahuan dan pengalamannya semakin bertambah. Hasil ini juga sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Prihyugiarto (2008) dalam jurnal ilmiah yang berjudul faktor-faktor yang mempengaruhi sikap terhadap perilaku seks pranikah pada remaja di indonesia bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang mengenai infeksi menular seksual adalah usia, yaitu pada kelompok usia yang lebih tua akan memiliki tingkat pengetahuan yang lebih baik dibandingkan kelompok usia yang lebih muda.

Berdasarkan hasil analisa data distribusi frekuensi hasil uji pengetahuan berdasarkan jenis kelamin, dapat dilihat bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan dari tingkat pengetahuan responden berdasarkan jenis kelamin. Pada responden perempuan didapatkan pengetahuan baik sebanyak 80% dan pada laki-laki sebanyak 75%. Namun hal ini tidak bermakna karena memang pada penelitian ini proporsi responden perempuan lebih besar dibandingkan dengan responden laki-laki. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Prihyugiarto (2008), bahwa jenis kelamin tidak berpengaruh terhadap pengetahuan mengenai infeksi menular seksual.


(64)

Berdasarkan hasil distribusi jawaban mengenai pengetahuan didapatkan bahwa sebagian besar responden yaitu 41 orang (32,5%) salah dalam menjawab pertanyaan mengenai pengertian infeksi menular seksual. Hal ini terjadi karena responden masih belum mengerti secara konkrit tentang pengertian infeksi menular seksual. Responden hanya mengetahui bahwa infeksi menular seksual hanya bisa ditularkan melalui hubungan seksual saja, padahal sebenarnya infeksi menular seksual dapat ditularkan dengan cara lain.

Infeksi menular seksual adalah penyakit yang penularannya terutama melalui hubungan seksual. Cara hubungan kelamin tidak hanya terbatas secara genito-genital saja, tetapi dapat juga secara oro-genital, atau ano genital sehingga kelainan yang timbul akibat penyakit ini tidak terbatas pada daerah kelamin genital saja, tetapi dapat juga pada daerah-daerah ekstragenital. Meskipun demikian, tidak berarti bahwa semuanya harus melalui hubungan kelamin, karena ada beberapa yang dapat juga ditularkan melalui kontak langsung dengan alat-alat, handuk, termometer, dan ada juga yang ditularkan dari ibu kepada bayinya yang ada di dalam kandungan. (Djuanda, 2007).

Sesuai dengan hasil penelitian Chiuman (2009), mengenai infeksi menular seksual di SMA Wiyata Dharma Medan mayoritas remaja atau siswa berada dalam kategori kurang, yaitu sebesar 52,4 %. Di karenakan para responden hanya mempunyai pengetahuan mengenai pengertian infeksi menular seksual secara etimologis, yaitu pengertian bahwa infeksi menular seksual adalah infeksi yang hanya bisa ditularkan melalui hubungan seksual, padahal sebenarnya infeksi menular seksual bisa ditularkan melalui cara lain selain berhubungan seksual.


(65)

Dari survei yang dilakukan peneliti, didapatkan bahwa responden mengatakan pengetahuan tentang IMS sudah terdapat di kurikulum pembelajaran responden yaitu dalam mata pelajaran biologi yaitu pada topik sistem reproduksi manusia. Namun, sebagian besar responden mendapatkan informasi dari media elektronik. Hal ini dikarenakan remaja pada masa sekarang lebih sering dan lebih memilih untuk mencari informasi melalui media elektronik, selain itu kehidupan sehari-hari setiap orang pada masa sekarang termasuk remaja tidak pernah terlepas dari peran media elektronik.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Pratama (2013) mengenai hubungan antara pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dengan sikap seksual pranikah remaja di Kelurahan Danguran Kabupaten Klaten, didapatkan hasil yaitu sebagian besar responden memiliki tingkat pengetahuan rendah yaitu 55 responden (63%) dan pengetahuan tinggi 33 responden (37%). Banyaknya siswa yang mempunyai tingkat pengetahuan tentang kesehatan reproduksi rendah dipengaruhi beberapa faktor, antara lain akses informasi tentang kesehatan reproduksi kurang banyak dan budaya masyarakat yang masih beranggapan bahwa pengetahuan tentang kesehatan reproduksi adalah hal yang tabu.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan bahwa pengetahuan merupakan hal yang sangat penting dalam terbentuknya tindakan seseorang dan untuk merubah pengetahuan tersebut maka diperlukan pendidikan dan latihan. Agar remaja mampu memecahkan masalah yang berhubungan dengan penatalaksanaan akibat dari penyakit menular seksual dan terhindar dari penularan penyakit tersebut.


(66)

5.2.2 Perilaku Seks Bebas

Berdasarkan hasil penelitian di SMA Swasta Darussalam Medan, didapatkan bahwa 24 (19,05%) responden pernah melakukan perilaku seks bebas dan 102 (80,95%) responden tidak melakukan perilaku seks bebas. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yullan dan Parmadi (2009) di SMK Negeri 4 Yogyakarta mengenai hubungan tingkat pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dengan perilaku seksual beresiko pada remaja didapatkan hasil yaitu mayoritas responden berperilaku seksual baik sebanyak 164 responden (64%). Hal tersebut disebabkan oleh adanya pengetahuan yang baik khususnya tentang kesehatan reproduksi dan penyebaran rangsangan seksual di daerah penelitian masih tergolong sedang, serta sudah ada kegiatan Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) di Wilayah Kelurahan Keparakan sehingga remaja di daerah tersebut rata-rata memiliki perilaku seksual yang baik.

Perilaku seksual pada remaja dapat diwujudkan dalam tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual baik dengan lawan jenisnya maupun sesama jenis. Bentuk-bentuk tingkah laku ini bisa bermacam-macam, mulai dari pasangan tertarik sampai tingkah laku berkencan, bercumbu, dan bersenggama (Sarwono, 2012).

Dari hasil penelitian ini, mayoritas responden tidak melakukan perilaku seks bebas karena memang pengetahuan responden tentang IMS sudah baik dan sumber informasi yang didapat juga sudah mudah didapat. Namun, masih terdapat 24 responden melakukan perilaku seks bebas. Berdasarkan beberapa item kuesioner perilaku, mayoritas responden yaitu 21 orang menjawab pernah


(67)

melakukan perilaku seks bebas pada item saling berciuman bibir/mulut dan lidah saat berpacaran. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti hasrat ingin mencoba hal yang baru dan ada yang beranggapan bahwa berciuman saat pacaran merupakan salah satu wujud kasih sayang dan sudah menjadi hal yang wajar bagi para remaja. Sedangkan responden yang menjawab tidak melakukan mengatakan bahwa berciuman bibir/mulut dan lidah dilarang agama, takut dosa, takut keterusan, bukan hal yang wajar dalam berpacaran, dan takut kebablasan melakukan hubungan seksual.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Wedananta dan Putri (2014) di SMA wilayah kerja puskesmas Sukawati I yaitu dari 136 responden mayoritas berperilaku seksual dalam bentuk ciuman (kissing) sebanyak 66,9% sedangkan yang melakukan hubungan seks pranikah (berhubungan kelamin) terdapat 19,1%. Adapun alasan responden melakukan perilaku tersebut adalah karena ingin mencoba hal baru dan karena dipaksa oleh pacarnya.

Responden yang menjawab pernah melakukan perilaku seks bebas pada item kedua yaitu saling merangsang dari daerah leher kebawah sebanyak 3 orang (2,4%). Responden beranggapan hal tersebut menandakan rasa kasih sayang kepada pacar, ingin mencoba hal yang baru, dan ingin membuat pacaran menjadi lebih seru.

Sedangkan untuk item pernyataan 3 yaitu saling meraba alat kelamin saat pacaran, pernyataan 4 yaitu saling menempelkan alat kelamin saat berpacaran dengan atau tanpa menggunakan pakaian dan pernyataan 5 yaitu pernah


(68)

melakukan hubungan seksual, tidak ada responden yang menjawab pernah melakukannya. Hal ini dikarenakan responden merasa perbuatan tersebut merupakan perbuatan yang dilarang oleh agama, takut dosa, tidak wajar dalam berpacaran, dan merasa hal tersebut hanya bisa dilakukan setelah menjadi suami istri.

Secara garis besar perilaku seksual pada remaja disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain : meningkatnya libido seksual, menurunnya usia kematangan seksual akan diikuti oleh meningkatnya aktifitas seksual pada usia-usia yang dini. Perubahan-perubahan hormonal yang meningkatkan hasrat seksual remaja. Peningkatan hormon ini menyebabkan remaja membutuhkan penyaluran dalam bentuk tingkah laku tertentu. Penyaluran tersebut tidak dapat disalurkan karena adanya penundaan usia perkawinan, baik secara hukum karena adanya undang undang tentang perkawinan, maupun karena norma sosial yang semakin lama semakin menuntut persyaratan yang terus meningkat untuk perkawinan (pendidikan, pekerjaan, persiapan mental dan lain-lain). Tabu (larangan) di mana norma-norma agama yang berlaku, seperti seseorang dilarang untuk melakukan hubungan seksual sebelum menikah. Remaja yang tidak dapat menahan diri memiliki kecenderungan untuk melanggar hal-hal tersebut. Kecenderungan pelanggaran makin meningkat karena adanya penyebaran informasi dan rangsangan melalui media massa yang dengan teknologi yang canggih sebagai contoh VCD, buku stensilan, foto, majalah, internet, dan lain-lain menjadi tidak terbendung lagi. Remaja yang sedang dalam periode ingin tahu dan ingin mencoba, akan meniru apa yang dilihat atau yang didengar dari media massa,


(69)

karena pada umumnya mereka belum pernah mengetahui masalah seksual secara lengkap.

Menurut Hurlock (2004), salah satu ciri-ciri masa remaja adalah sebagai masa peralihan. Dalam periode ini sangat dibutuhkan informasi-informasi yang jelas dan benar kepada remaja karena pada saat inilah remaja mulai untuk mencoba gaya hidup yang berbeda dan menentukan pola perilaku, nilai dan sifat yang paling sesuai dengan dirinya. Apabila remaja mendapatkan pengetahuan yang baik maka akan membentuk perilaku yang positif. Namun, apabila remaja tidak dibekali dengan pengetahuan yang baik maka akan membentuk perilaku yang buruk, salah satunya adalah perilaku seks bebas yang berdampak sangat besar dikalangan remaja seperti kehamilan tidak diinginkan, aborsi, kecanduan narkotika, resiko terkena infeksi menular seksual dan menderita HIV/AIDS (Sarwono, 2011).

5.2.3 Hubungan Pengetahuan Remaja Mengenai Infeksi Menular Seksual (IMS) dengan Perilaku Seks Bebas

Hasil penelitian ini menyatakan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan remaja mengenai IMS dengan perilaku seks bebas di SMA Swasta Darussalam Medan. Hubungan tersebut diinterpretasikan berdasarkan uji korelasi Spearman dengan hasil pValue = 0.000 (p < 0.05) dan nilai r = -0,541. Nilai r menunjukkan tingkat hubungan sedang, artinya pengetahuan mengenai infeksi menular seksual bukanlah faktor utama yang mempengaruhi perilaku seks bebas remaja namun banyak faktor pendukung lainnya. Berpola negatif artinya semakin


(70)

baik pengetahuan remaja mengenai IMS maka perilaku seks bebas akan semakin kecil. Maka dapat disimpulkan bahwa hipotesa penelitian (Ha) diterima.

Pernyataan ini sama halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Hermawan (2014) mengenai hubungan pengetahuan infeksi menular seksual dengan perilaku seksual remaja pada siswa kelas XI SMA Negeri 5 Surakarta didapatkan adanya hubungan yang signifikan antara pengetahuan infeksi menular seksual dengan perilaku seksual remaja dengan nilai pValue 0,000. Hasil penelitian ini juga menunjukkan adanya kecenderungan semakin baik pengetahuan tentang infeksi menular seksual maka semakin baik pula perilaku seksualnya.

Menurut Notoatmodjo (2013), pengetahuan atau kognitif merupakan domain terpenting bagi terbentuknya tindakan seseorang. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan diperlukan sebagai dorongan psikis dalam menumbuhkan sikap dan perilaku setiap hari, sehingga dapat dikatakan bahwa pengetahuan merupakan stimulasi terhadap tindakan seseorang, terutama dalam hal pengetahuan tentang IMS.

Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fitriani (2011) tentang hubungan pendidikan seks dengan perilaku seksual pada remaja di SMA Prayatna 1 Medan yaitu hasil dengan menggunakan uji Chi-square menunjukkan hubungan tersebut tidak bermakna, dimana nilai p-value 0,340 (p ≥

0,05) atau dengan rumus Pearson Chi Square pada nilai α =0,05 dan df = 1 didapat nilai p = 0,340 atau ≥ 0,05, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak ada


(71)

hubungan antara pendidikan seks dengan perilaku seksual pada remaja di SMK Prayatna-1 Medan Tahun 2011. Menurut asumsi peneliti, tidak adanya hubungan tersebut karena tidak adanya pendidikan seks yang benar yang akan memberikan pengetahuan dan mendidik remaja agar berperilaku yang baik dalam hal seksual sesuai dengan norma agama, sosial dan kesusilaan sehingga remaja dapat menempatkan diri dan mengendalikan diri dari perilaku seksual yang tidak bertanggung jawab melalui tindakan pencegahan seks bebas. Akan tetapi pendidikan seks tidak selalu membuat remaja dapat bersikap positif atau negatif terhadap perilaku seksual, hal ini tergantung dari watak atau keyakinan yang dimiliki oleh setiap remaja, hanya saja untuk hal ini peran orang tua, dan sekolah untuk lebih menanamkan pendidikan seks tersebut untuk menumbuhkan rasa tanggung jawab pada setiap remaja dan menanamkan pendidikan akhlak sehingga dapat membentengi remaja untuk tidak bersikap kearah yang merugikan dirinya sendiri.


(72)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan

Hasil penilitian terhadap 126 orang responden d SMA Swasta Darussalam Medan didapat pengetahuan remaja mengenai Infeksi Menular Seksual (IMS) mayoritas dalam kategori berpengetahuan baik yaitu 98 responden (77,8%) dan mayoritas responden tidak melakukan perilaku seks bebas yaitu sebanyak 102 responden (80,9%).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan remaja mengenai Infeksi Menular Seksual (IMS) dengan perilaku seks bebas di SMA Swasta Darussalam Medan dengan nilai r = -0,541 pada

tingkat hubungan “sedang” dan dengan signifikansi (pValue) 0,000. Hal ini berarti

semakin baik pengetahuan maka akan semakin sedikit remaja melakukan perilaku seks bebas. Dengan demikian, perilaku seks bebas dapat diturunkan atau dicegah dengan pemberian pengetahuan yang jelas dan benar kepada remaja khususnya mengenai infeksi menular seksual.

6.2 Saran

Saran yang dapat diberikan setelah menyelesaikan penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Bagi Instansi Pendidikan

Hendaknya pengetahuan seksualitas khususnya mengenai Infeksi Menular Seksual (IMS) dimasukkan ke dalam kurikulum sekolah dari tingkat SD sampai ke perguruan tinggi dan materi pengetahuan seksualitasnya


(73)

disesuaikan dengan perkembangan anak serta menekankan pada semua aspek terutama dalam aspek moral dan sosial.

2. Bagi Pelayanan Kesehatan

Petugas kesehatan diharapkan dapat bekerjasama dengan pihak sekolah melalui program UKS untuk memberikan pelayanan dan pendidikan kesehatan seksual khususnya tentang Infeksi Menular Seksual (IMS) kepada para remaja

3. Bagi Perawat Komunitas

Tenaga kesehatan diharapkan dapat menyusun strategi promosi kesehatan yang lebih informatif dan komunikatif mengenai IMS khususnya pada remaja.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian tentang faktor-faktor pendukung lain yang berhubungan dengan perilaku seks bebas remaja selain faktor pengetahuan mengenai IMS.


(1)

2. Ibu Fatwa Imelda, S.Kep.,Ns.,M.Biomed selaku Dosen Penguji I yang telah memberikan kritik dan saran yang sangat bermanfaat bagi penulis.

3. Ibu Nur Asiah, S.Kep.,Ns.,M.Biomed selaku penguji II yang telah memberikan kritik dan saran yang sangat bermanfaat bagi penulis

4. Kepada Orangtua dan Keluarga atas segala cinta, kasih sayang, dukungan dan doa yang telah diberikan

5. Seluruh Bapak dan Ibu staf pengajar di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara selama proses perkuliahan

6. Mahasiswa/i Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara stambuk 2012 yang telah menjadi teman seperjuangan selama menjalani suka duka perkuliahan

7. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini baik secara langsung maupun tidak langsung yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini terdapat banyak kekurangan, oleh sebab itu penulis mengharapkan saran dan kritikan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

Medan, Juli 2016 Penulis


(2)

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Halaman Pengesahan ... ii

Halaman Orisinalitas ... iii

Prakata ... iv

Daftar Isi ... vi

Daftar Tabel ... ix

Daftar Skema ... x

Abstrak ... xi

Bab I. Pendahuluan ... 1

1.I Latar belakang ... 1

1.2 Perumusan masalah ... 5

1.3 Pertanyaan penelitian ... 5

1.4 Tujuan penelitian ... 6

1.5 Manfaat penelitian ... 6

Bab II. Tinjauan pustaka ... 8

2.1 Pengetahuan ... 8

2.1.1 Defenisi Pengetahuan ... 8

2.1.2 Tingkatan Pengetahuan ... 8

2.1.3 Cara Memperoleh Pengetahuan ... 9

2.2 Infeksi Menular Seksual (IMS) ... 10

2.2.1 Definisi Infeksi Menular Seksual ... 10

2.2.2 Penyebab Infeksi Menular Seksual ... 11

2.2.3 Jenis dan Gejala Infeksi Menular Seksual ... 12

2.2.4 Pencegahan Infeksi Menular Seksual ... 18

2.2.5 Dampak Infeksi Menular Seksual bagi Remaja ... 19

2.3 Remaja ... 20

2.3.1 Definisi Remaja ... 20

2.3.2 Tahap Perkembangan Remaja ... 20

2.3.3 Ciri-ciri Masa Remaja ... 21


(3)

2.4.1 Defenisi Perilaku ... 23

2.4.2 Bentuk Perilaku ... 23

2.4.3 Perilaku Seks Bebas pada Remaja ... 24

2.4.4 Bentuk-bentuk Perilaku Seks Bebas ... 24

2.4.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Seks Bebas ... 25

2.4.6 Dampak Perilaku Seks Bebas pada Remaja ... 27

Bab III. Kerangka Penelitiaan ... 28

3.1 Kerangka Konsep ... 28

3.2 Definisi operasional ... 28

3.3 Hipotesis ... 30

Bab IV. Metodologi penelitian ... 31

4.1 Desain penelitian ... 31

4.2 Populasi, sampel, dan teknik pengambilan sampel ... 31

4.3 Lokasi dan waktu penelitian ... 33

4.4 Pertimbangan Etik ... 33

4.5 Instrumen Penelitian ... 34

4.6 Validitas dan Reliabilitas ... 35

4.7 Prosedur Pengumpulan Data ... 37

4.8 Analisa Data ... 38

Bab V. Hasil dan Pembahasan ... 41

5.1 Hasil Penelitian ... 41

5.1.1 Analisis Univariat ... 41

5.1.2 Analisis Bivariat ... 46

5.2 Pembahasan ... 47

5.2.1 Pengetahuan Remaja Mengenai Infeksi Menuar Seksual (IMS) ... 47

5.2.2 Perilaku Seks Bebas ... 51

5.2.3 Hubungan Pengetahuan Remaja Mengenai Infeksi Menular Seksual (IMS) dengan Perilaku Seks Bebas ... 54

Bab VI. Kesimpulan dan Saran ... 57

6.1 Kesimpulan ... 57

6.2 Saran ... 57


(4)

Lampiran

Lampiran 1. Jadwal Tentatif Penelitian Lampiran 2. Inform Concent

Lampiran 3. Kuesioner Penelitian Lampiran 4. Surat Izin Penelitian Lampiran 5. Etik

Lampiran 6. Data Reliabilitas dan Hasil Uji Reliabilitas Lampiran 7. Data Hasil Penelitian

Lampiran 8. Daftar Tabel Uji Statistik Lampiran 9. Lembar Bukti Bimbingan Lampiran 10. Taksasi Dana


(5)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.2 Definisi Operasional ... 28 Tabel 4.2.3 Proporsi Sampel Penelitian ... 32 Tabel 1 Distribusi Frekuensi dan Persentasi Berdasarkan Karakteristik

Demografi Responden ... 42 Tabel 2 Distribusi Frekuensi dan Persentasi Berdasarkan Pengetahuan

Remaja Mengenai Infeksi Menuar Seksual (IMS) di SMA Swasta Darussalam Medan ... 42 Tabel 3 Distribusi Jawaban Pengetahuan Remaja Mengenai Infeksi Menuar

Seksual (IMS) di SMA Swasta Darussalam Medan ... 43 Tabel 4 Distribusi Jawaban Hasil Uji Pengetahuan Berdasarkan Usia ... 43 Tabel 5 Distribusi Jawaban Hasil Uji Pengetahuan Berdasarkan Jenis

Kelamin ... 44 Tabel 6 Distribusi Jawaban Hasil Uji Pengetahuan Berdasarkan Kelas ... 44 Tabel 7 Distribusi Frekuensi dan Persentasi Berdasarkan Perilaku seks bebas

di SMA Swasta Darussalam Medan ... 44 Tabel 8 Distribusi Jawaban Perilaku Seks Bebas di SMA Swasta Darussalam

Medan ... 45 Tabel 9 Distribusi Jawaban Hasil Uji Perilaku Berdasarkan Usia ... 45 Tabel 10 Distribusi Jawaban Hasil Uji Perilaku Berdasarkan Jenis Kelamin ... 46 Tabel 11 Distribusi Jawaban Hasil Uji Perilaku Berdasarkan Kelas ... 46 Tabel 12 Hasil AnalisaHubungan Pengetahuan Remaja Mengenai Infeksi

Menular Seksual (IMS) dengan Perilaku Seks Bebas di SMA Swasta Darussalam Medan ... 47


(6)

DAFTAR SKEMA

Skema 3.1 Kerangka konseptual penelitian hubungan pengetahuan remaja mengenai Infeksi Menular Seksual (IMS) dengan perilaku seks bebas di SMA Swasta Darussalam Medan ... 28