Interpretasi Horison HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

Gambar 5.21 Hasil gabungan interpolasi horison BASE-Z area off-shore dan land 57 Gambar 5.22 Picking horizon TOP-Z pada Seismic Volume A off-shore 58 Gambar 5.23 Hasil interpolasi horison TOP-Z pada area off-shore 59 Gambar 5.24 Hasil gabungan interpolasi horison TOP-Z area off-shore dan land 60 Setelah memiliki horison BASE-Z sebagai batas bawah zona interest dan TOP-Z sebagai guide, kemudian dilakukan picking horizon pada clinoform di zona Paleosen Tengah MID-Z sebagai salah satu zona interest. Picking awal horison MID-Z dilakukan pada area off-shore di bagian Barat dengan interval 32 bin inline dan xline Gambar 5.25 kemudian dilakukan interpolasi dari hasil picking tersebut Gambar 5.26. Dengan melihat horison awal MID-Z yang telah diinterpolasi maka diperlukan perluasan horison karena dari hasil picking horizon awal MID-Z masih belum menggambarkan zona interest yang diperlukan. Sehingga picking pada area off-shore dilanjutkan ke bagian Timur dengan interval 64 bin searah hipotesa orientasi pengendapan serta dilanjutkan ke area land dengan interval 32 bin searah hipotesa orientasi pengendapan Gambar 5.27. Dalam melakukan perluasan picking horizon ini digunakan Atribut Seismik Instantaneous Phase untuk dapat meningkatkan event refleksi lemah dan meningkatkan kontinuitas event, terutama pada area land dengan volum seismik yang cukup rumit. Setelah horison MID-Z diperluas kemudian dilakukan beberapa revisi pada beberapa daerah yang diperlukan dan dilakukan interpolasi dari hasil keseluruhan picking tersebut Gambar 5.28. Gambar 5.25 Picking horizon awal MID-Z pada Seismic Volume A off-shore 62 Gambar 5.26 Hasil interpolasi awal MID-Z pada area off-shore 63 Gambar 5.27 Perluasan picking horizon MID-Z pada area off-shore bagian Timur dan pada area land 64 Gambar 5.28 Hasil revisi perluasan horison dengan bantuan atribut seismik instantaneous phase dan interpolasi horison MID-Z area off- shore dan land 65 Setelah melakukan piking horizon pada zona interest umur batuan Paleosen kemudian dilanjutkan hingga ke umur batuan Eosen Tengah. Picking horizon dilakukan pada clinoform yang berada pada umur batuan Eosen Tengah. Pada umur batuan Paleosen Akhir hingga Eosen Tengah terlihat 3 tiga buah clinoform pada volume seismik di area off-shore. Sehingga picking horizon dilakukan pada clinoform horison BER-A, BER-B, dan BER-C. Picking horizon dilakukan pada masing-masing clinoform dengan interval 16 bin searah hipotesa orientasi pengendapan. Dari hasil picking horizon tersebut kemudian dilakukan interpolasi dan dilakukan revisi pada beberapa daerah yang perlu dikoreksi. Untuk ketiga clinoform ini hanya terdapat pada area off-shore daerah pengamatan saja dan tidak ditemukan kontinuitasnya di area land. Dalam melakukan picking horizon pada clinoform BER-A, BER-B, dan BER-C terdapat suatu horison yang memotong ketiga clinoform tersebut hingga tidak ditemukan kontinuitasnya di area land. Diperkirakan bahwa telah terjadi erosi pada umur batuan Eosen Tengah yang telah memotong ketiga clinoform pada umur batuan dari Paleosen Akhir hingga Eosen Tengah tersebut. Kemudian untuk menandai batas erosi tersebut dilakukan picking horizon pada TOP-ABC. Picking horizon dilakukan dengan interval 64 bin serarah hipotesa orientasi pengendapan Gambar 5.35. Dari hasil picking horizon tersebut kemudian dilakukan interpolasi dan direvisi pada beberapa daerah yang perlu dikoreksi Gambar 5.36 sehingga diperoleh horison TOP-ABC Gambar 5.37 yang memotong clinoform BER-A, BER-B, dan BER-C. Gambar 5.29 Picking horizon pada clinoform BER-A pada Seismic Volume A off-shore 67 Gambar 5.30 Picking horizon pada clinoform BER-B pada Seismic Volume A off-shore 68 Gambar 5.31 Picking horizon pada clinoform BER-C pada Seismic Volume A off-shore 69 Gambar 5.32 Hasil interpolasi dan revisi horison dengan menggunakan atribut seismik instantaneous phase pada clinoform BER-A area off-shore 70 Gambar 5.33 Hasil interpolasi dan revisi horison dengan menggunakan atribut seismik instantaneous phase pada clinoform BER-B area off-shore 71 Gambar 5.34 Hasil interpolasi dan revisi horison dengan menggunakan atribut seismik instantaneous phase pada clinoform BER-C area off-shore 72 Gambar 5.35 Picking horizon pada erosi horison TOP-ABC pada Seismic Volume A off-shore dan Seismic Volume B land 7 3 Gambar 5.36 Hasil interpolasi dan revisi horison dengan menggunakan atribut seismik instantaneous phase pada erosi horison TOP-ABC area off-shore dan land 74 Gambar 5.37 Horison TOP-ABC yang telah direvisi 75 Setelah memiliki 7 tujuh horison tersebut BASE-Z, MID-Z, TOP-Z, BER-A, BER-B, BER-C, dan TOP-ABC kemudian dimbuat visualisasinya secara 3D untuk membantu dalam melakukan interpretasi selanjutnya. Dari hasil visualisasi secara 3D dapat terlihat dengan jelas bentuk dari ketujuh horison tersebut dan memperkirakan orientasi pengendapan yang sebenarnya. Gambar 5.38 Horison BASE-Z secara 3D Gambar 5.39 Horison MID-Z secara 3D Gambar 5.40 Horison TOP-Z secara 3D Gambar 5.41 Horison BER-A secara 3D Gambar 5.42 Horison BER-B secara 3D Gambar 5.43 Horison BER-C secara 3D Gambar 5.44 Horison TOP-ABC secara 3D Gambar 5.45 Seluruh horison secara 3D dengan volum seismik

5.3 Peta Isochrones

Dari ketujuh horison tersebut kemudian dibuat peta isochrones untuk dapat melihat orientasi pengendapan dari masing-masing perlapisan horison. Peta isochrones yang dibuat sebanyak 6 enam buah, yaitu; MID-Z terhadap BASE-Z, TOP-Z terhadap BASE-Z, BER-A terhadap TOP-Z, BER-B terhadap TOP-Z, BER-C terhadap TOP-Z, dan TOP-ABC terhadap TOP-Z. Pada peta isochrones MID-Z terhadap BASE-Z Gambar 5.46 terlihat ketebalan lapisan isochrones semakin menipis dari arah Barat-Laut NW menuju arah Tenggara SE. Hal ini menunjukkan bahwa orientasi pengendapan MID-Z terhadap BASE-Z berasal dari arah NW ke arah SE. Untuk peta isochrones TOP-Z terhadap BASE-Z Gambar 5.47 terlihat ketebalan lapisan isochrones semakin menipis dari arah Barat-Laut NW menuju arah Tenggara SE. Hal ini menunjukkan bahwa orientasi pengendapan TOP-Z terhadap BASE-Z berasal dari arah NW ke arah SE. Begitu pula pada peta isochrones BER-A terhadap TOP-Z Gambar 5.48 , BER-B terhadap TOP-Z Gambar 5.49, dan BER-C terhadap TOP-Z Gambar 5.50 terlihat ketebalan lapisan isochrones semakin menipis dari arah Barat-Laut NW menuju arah Tenggara SE. Hal ini menunjukkan bahwa orientasi pengendapan BER-A, BER-B, dan BER-C terhadap TOP-Z, berasal dari arah NW ke arah SE. Sementara pada peta isochrones TOP-ABC, yang merupakan batas erosi, terhadap TOP-Z Gambar 5.51 terlihat ketebalan lapisan isochrones semakin menebal dari arah Barat-Laut NW menuju arah Tenggara SE namun kemudian kembali menipis dengan arah yang sama. Hal ini menunjukkan bahwa TOP-ABC telah memotong clinoform BER-A, BER-B, dan BER-C yang awalnya seperti mengikuti arah clinoform namun akhirnya memotong clinoform tersebut hingga kurang lebih sejajar dengan TOP-Z. Gambar 5.46 Peta isochrones MID-Z terhadap BASE-Z 82 Gambar 5.47 Peta isochrones TOP-Z terhadap BASE-Z 83