Latar Belakang dan Masalah

4 terdapat di pasar hidangan untuk berbuka puasa di Bendungan Hilir, Jakarta Pusat, dimana 21 sampel mengandung bahan berbahaya. Bahkan pada tahun 2012, terdapat 26 sampel yang mengandung bahan berbahaya Syafitri, 2013. Di Jawa Tengah, Direktorat Reserse Kriminal Khusus Kepolisian Daerah Jawa Tengah, BPOM Semarang dan Unit Food Security Bid Dokkes, menemukan mi berformalin pada pesta rakyat pelantikan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, 23 Agustus 2013. Setelah ditelusuri, ternyata mi berasal dari sebuah pabrik di Kelurahan Rejowinangun, Magelang. Dari pabrik itu, petugas menyita 300 kilogram mi basah yang tersimpan dalam tiga karung, juga sejumlah bahan pembuatan mi, seperti jerigen bekas wadah formalin, 625 kilogram tepung terigu, 4 kilogram serbuk pewarna tekstil, 5 kilogram garam grosok, 1 kilogram pewarna kuning, serta sejumlah bahan lain. Tersangka sendiri mengaku terpaksa menggunakan formalin agar mi yang diproduksi bisa lebih awet. Sebab, jika tidak diawetkan, mi hanya bertahan satu hari dan akan banyak dikembalikan sehingga ia merugi. Dengan diberi formalin, mi akan mampu bertahan hingga berhari-hari, bahkan sampai sekitar dua minggu Kistyarini, 2013. Penggunaan formalin dalam produk perikanan ditemukan baik pada ikan segar ataupun ikan olahan. Penggunaan formalin pada ikan segar dipicu oleh kenaikan biaya produksi yang ditanggung oleh nelayan akibat makin jauhnya lokasi penangkapan dan makin tingginya harga solar dan harga es. Dengan penggunaan formalin, selain dapat mengurangi beban muatan, karena nelayan tidak perlu repot membawa dalam jumlah banyak, biaya produksi diperkirakan dapat ditekan hingga ±20 BBRSE, 2005 dalam Hikmayani et al., 2007. Penemuan adanya 5 formalin dalam penelusuran selama ini didasarkan pada analisis ada tidaknya kandungan formalin pada daging ikan yang dijual, tetapi tidak pada air penyimpanan ikan laut segar. Berdasarkan latar belakang dan permasalahan tersebut di atas, maka dilakukan studi kasus mengenai penggunaan formalin dalam cairanair es yang digunakan oleh masyarakat sebagai pengawet komoditi ikan laut segar, yang beredar mulai dari Pelabuhan Pendaratan Ikan PPI, distributortransportasi pengangkut ikan laut segar sampai kepada penjual ikan pengecer di beberapa pasar tradisionalpasar pagi, khususnya di daerah Kota Bandar Lampung dan distribusinya. Selain itu, kegiatan survai dan wawancara juga dilakukan ke beberapa tempat yang diduga menjual formalin untuk mengetahui alur distribusi formalin yang beredar khususnya di Kota Bandar Lampung.

1.2. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi adanya kandungan pengawet formalin pada cairanair es yang digunakan untuk mengawetkan beberapa komoditi ikan laut segar dan mengetahui alur distribusi formalin yang digunakan sebagai pengawet produk ikan laut segar yang terdapat di daerah Kota Bandar Lampung.

1.3. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi seluruh masyarakat di Kota Bandar Lampung dalam upaya terjaminnya keamanan produk ikan laut segar dari bahan berbahaya formalin. Bagi pemerintah pusat dan instansi terkait di daerah, 6 khususnya di Kota Bandar Lampung, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan untuk membuat kebijakan yang ketat terhadap masih longgarnya peredaran dan distribusi formalin yang sering digunakan bagi produk pangan.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kondisi Perikanan di Provinsi Lampung Indonesia merupakan negara kepulauan yang luas dan strategis, dengan sumber daya alam yang kaya akan keanekaragaman hayati, baik di darat maupun di perairan tawar dan laut. Berdasarkan data yang terukur, Indonesia memiliki 95.181 km panjang garis pantai dengan kurang lebih 5,0 juta luas zona ekonomi eksklusif. Indonesia terdiri dari 5 buah pulau besar seperti Sumatera, Kalimantan, Jawa, Sulawesi dan Papua, ditambah pula dengan ribuan pulau-pulau kecil yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Kepulauan Indonesia yang dua pertiganya adalah laut, di dalamnya terkandung kekayaan keanekaragaman hayati yang tersebar mulai dari dasar laut sampai daerah permukaan Nuitja, 2010. Perikanan laut di Indonesia merupakan perikanan rakyat yang terutama mengandalkan perahu atau kapal penangkap ikan berukuran kecil. Dari kapal- kapal tersebut hanya kurang dari 50 yang sudah dilengkapi dengan motor. Sebagian kapal-kapal sudah dilengkapi dengan palka atau peti berinsulasi yang dapat menyimpan ikan pada suhu rendah, sedangkan sisanya merupakan perahu- perahu tanpa motor yang tidak dilengkapi dengan peti pendingin. Selain itu nelayan-nelayan yang mempunyai perahu sederhana tersebut seringkali malas membawa es karena daerah penangkapannya cukup jauh sehingga memerlukan 8 waktu perjalanan yang cukup lama. Hal ini menyebabkan pada saat tiba di pantai, hasil tangkapan sudah tidak segar dan bermutu rendah Fardiaz, 1995. Provinsi Lampung memiliki wilayah pesisir yang luas dengan garis pantai lebih kurang 1.105 km dan 69 pulau-pulau kecil dengan beragam jenis habitat yang berbeda, termasuk lingkungan yang dibuat manusia, seperti tambak udang dan perkotaan. Luas wilayah pesisir sekitar 440.010 ha dan luas perairan laut dalam batas 12 mil adalah 24.820,0 km 2 yang merupakan bagian wilayah Samudera Hindia pantai barat Lampung, Selat Sunda Teluk Lampung dan Teluk Semangka, dan Laut Jawa pantai timur Lampung. Dengan wilayah pesisir dan laut yang cukup luas, sektor perikanan merupakan salah satu unggulan di Provinsi Lampung Yudha, 2009. Dengan jumlah wilayah kelautan yang luas dan lahan perairan yang banyak, potensi perikanan di Provinsi Lampung juga merupakan salah satu potensi unggulan bagi peningkatan ekonomi Provinsi Lampung. Secara umum produksi perikanan di Lampung dihasilkan berdasarkan dua jenis, yaitu: perikanan tangkap dan perikanan budidaya. Tabel 1. Potensi Produksi Perikanan Tangkap dan Budidaya di Provinsi Lampung No. Potensi Perikanan Produksi Ton 1. Penangkapan 127.358,41 - Laut 120.766,58 - Perairan umum 6.591,83

2. Budidaya

88.844,30 - Laut 3.953,32 - Tambak 53.371 - Tawar 31.519,82 Total produksi 216.202,71 Sumber: Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Daerah Provinsi Lampung 2011