Monitoring Kadar Mangan(Mn), Zinkum(Zn) Dan Magnesium (Mg) Dalam Air Gambut Setelah Dijernihkan Dengan Metoda Elektrokoagulasi

(1)

MONITORING KADAR MANGAN(Mn),ZINKUM(Zn) DAN

MAGNESIUM (Mg) DALAM AIR GAMBUT SETELAH

DIJERNIHKAN DENGAN METODA

ELEKTROKOAGULASI.

TESIS

Oleh

NONA FAZIERA SARI

087006020/KM

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(2)

MONITORING KADAR MANGAN(Mn),ZINKUM(Zn) DAN MAGNESIUM (Mg) DALAM AIR GAMBUT SETELAH

DIJERNIHKAN DENGAN METODA ELEKTROKOAGULASI.

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk

Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Magister Kimia pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Sumatera Utara

Oleh

NONA FAZIERA SARI 087006020/KM

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(3)

Telah diuji pada

Tanggal 24 Maret 2010

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Zul Alfian, MSc Anggota : 1. Prof. Dr. Harry Agusnar, MSc

2. Prof. Basuki Wirjosentono, MS, Ph.D 3. Dr. Tamrin, MSc


(4)

PERNYATAAN

MONITORING KADAR MANGAN(Mn),ZINKUM(Zn) DAN MAGNESIUM (Mg) DALAM AIR GAMBUT SETELAH

DIJERNIHKAN DENGAN METODA ELEKTROKOAGULASI.

Tesis

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah dan disebut dalam daftar pustaka.

Medan, Maret 2010 Penulis

NONA FAZIERA SARI


(5)

Judul Tesis : MONITORING KADAR MANGAN (Mn), ZINKUM (Zn) DAN MAGNESIUM (Mg) DALAM AIR GAMBUT SETELAH DIJERNIHKAN DENGAN METODA ELEKTROKOAGULASI.

Nama Mahasiswa : Nona Faziera Sari Nomor Pokok : 087006020

Program Studi : Ilmu Kimia

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Zul Alfian, Msc) (Prof. Dr. Harry Agusnar, MSc, M.Phil) Ketua Anggota

Ketua Program Studi, Dekan,

(Prof. Basuki Wirjosentono, MS,Ph.D) (Prof. Dr. Eddy Marlianto, MSc)


(6)

ABSTRAK

Penelitian kadar mangan (Mn), seng ( Zn ) dan kadar magnesium ( Mg ) telah dilakukan dari sampel air gambut dari desa Hutabalang Kecamatan Badiri Kabupaten Tapanuli Tengah. Penelitian ini memonitoring kadar mangan (Mn),Zinkum (Zn) dan magnesium (Mg) dalam air gambut yang diambil pada bulan November 2009,Desember 2009 dan Januari 2010. Penelitian ini juga membandingkan pH, warna dan kadar Mangan(Mn),Zinkum(Zn) dan Magnesium(Mg) dalam air gambut yang belum dielektrokoagulasi, air gambut yang telah dielektrokoagulasi,dan air gambut yang telah dielektrokoagulasi dengan penambahan tawas 10 ml/1000 ml.

Pengujian kandungan Mangan( Mn ) dan zinkum (Zn) dan magnesium(Mg) diukur dengan menggunakan spektroskopi serapan atom dengan kondisi alat dioptimasi sesuai dengan prosedur yang berlaku. Hasil pengujian pH dan warna untuk sampel air gambut dengan perlakuan sebelum dielektrokoagulasi, setelah dielektrokoagulasi dan setelah dielektrokoagulasi dengan penambahan tawas 10 ml/1000 ml terjadi penurunan. Hasil monitoring melalui pengujian sampel air gambut yang diambil pada bulan November 2009,Desember 2009 dan Januari 2010 terjadi penurunan sesuai dengan curah hujan. Hasil pengujian untuk sampel air gambut dengan perlakuan sebelum dielektrokoagulasi, setelah dielektrokoagulasi dan setelah dielektrokoagulasi dengan penambahan tawas 10 ml/1000 ml terjadi penurunan. .

Kata Kunci : Monitoring,air gambut ,elektrokoagulasi, pH, , kadar mangan, seng dan magnesium.


(7)

ABSTRACT

Research on manganese (Mn),zinc (Zn), magnesium(Mg) contents in samples of peat water in Hutabalang of Tapanuli Tengah Regency, has been done.This research is to monitor the metal contents.In the peat water in the periode of November,Desember 2009 and Januari 2010.This research compare the pH,colour and contents of Manganese (Mn),zinc(Zn) and magnesium(Mg) in the peat water after and before electrocoagulation in the presence of Alumunium sulfat (17 %),10 ml/1000 ml.

The contents of manganese(Mn),zinc (Zn). And magnesium (Mg) were analyse using atomic absorbtion spectroscopy (AAS) using standard procedur.Result of pH and colour for the peat water samples after and before electrokoagulation shouded decrease.Result of analysis during The periode of November,Desember 2009 and Januari 2010 were lower according to the related rainfall.

Addition of Alumunium sulfat (17%), 10 ml/1000 ml improves efficiency of the electrocoagulation process.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis sampaikan ke hadirat Allah SWT, yang Maha Pengasih lagi Penyayang atas segala rahmat dan karuniaNya sehingga dapat mengajukan usulan penelitian ini yang berjudul “Monitoring Kadar mangan(Mn), zinkum (Zn), dan magnesium(Mg) dalam air gambut setelah dijernihkan dengan metoda elektrokoagulasi.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Gubernur Sumatera Utara c.q Ketua Bappeda Provinsi Sumatera Utara yang memberikan beasiswa kepada penulis sebagai mahasiswa Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, sehingga menyelesaikan tesis ini.

Dengan selesainya tesis ini penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada :

Rektor Universitas Sumatera Utara Prof. Dr. Chairuddin P. Lubis, DTM & H,Sp.A(K) atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan program Magister.

Direktur Sekolah Pascasarjana Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, MSc dan Ketua Program Studi Kimia Prof. Basuki Wirjosentono, MS, Ph.D atas kesempatan menjadi mahasiswa Program Magister pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.


(9)

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga dan penghargaan yang setinggi – tingginya kepada Prof. Dr. Zul Alfian, MSc dan Prof. Dr. Harry Agusnar MSc selaku pembimbing utama yang dengan penuh perhatian telah memberikan dorongan, bimbingan dan saran sehingga penulis dapat meraih predikat magister.

Terima kasih juga penulis ucapkan kepada seluruh para dosen S-1 sampai S-2 di UNIMED dan USU yang telah banyak memberikan wawasan ilmu dan pengetahuan serta penyusunan skripsi dan tesis ini.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Kepala Sekolah SMA ERIA Medan Bapak Drs.H Khoiruddin Hsb MPd, berikut Kepala Sekolah SMP Negeri I Labuhan Deli, Deli Serdang Bapak Drs Misran Sihaloho MSi yang telah memberi kesempatan dan bantuan moril kepada penulis untuk mengikuti Program Pascasarjana di Universitas Sumatera Utara.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada kepala Laboratorium Analitik FMIPA Universitas Sumatera Utara, terkhusus pada saudara Boby cahyadi dan adik Pratiwi yang banyak membantu penulis selama penelitian.

Terima kasih penulis ucapkan kepada teman-teman mahasiswa Program Magister Kimia angkatan 2008 dan teman lainnya yang telah memberikan membantu dan dukungan serta do’anya selama ini.

Sembah sujud penulis kepada kedua orang tua, Ibu penulis Siti Aisyah Panjaitan yang telah mengasuh, mendidik dengan penuh kasih sayang dan ayah


(10)

penulis Nasaruddin Us. Tidak ada kata terima kasih yang tepat untuk mereka, kecuali terima kasih yang tidak habis-habisnya. Mereka adalah segalanya.

Kepada suami penulis yang tercinta Drs Arbain MPd,MSi yang penuh kesabaran mendampingi dan terus memberi do’anya. Penulis mohon maaf dan terima kasih atas pengertian serta kesetiaannya mendampingi. Kepada anak-anak penulis Muhammad Hasby Murtaza Daulay,Hemaliana Rizky Daulay dan Hamdi Ramadhan Daulay , mama mengucapkan terima kasih atas seluruh pengertiannya dan do’a hingga mama dapat menyelesaikan pendidikan .

Kepada Abangda Al AnSari SE dan istri,kakanda Nunung Elviena BA dan suami, abangda Ridwan dan istri, adinda Fauziah dan suami, serta para kemanakan, penulis juga mengucapkan terima kasih yang tak terhingga atas dukungan moril yang diberikan kepada penulis hingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan.

Penulis menyadari bahwa masih memiliki kekurangan sehingga tidak dapat mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah berpartisipasi dalam penyelesaian studi penulis untuk itu penulis mohon maaf, semoga amalan saudara diterima Nya

Medan , Maret 2010 Penulis


(11)

RIWAYAT HIDUP

Nona Faziera Sari dilahirkan di Titipapan. Pada tanggal 23 September 1972, merupakan putri dari pasangan Nasaruddin Us dan Siti Aisyah Panjaitan. Mengawali pendidikan dasarnya di SD Negeri 060941 di Kecamatan Medan Deli, Kota Medan, Kemudian melanjutkan ke SMP Negeri 23 Medan, SMA Negeri Labuhan Deli Medan dan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam IKIP Negeri Medan. Pada 25 Januari 1995, penulis berhasil mendapatkan gelar Sarjana pendidikan (SPd). Pada tahun 2008 , mama 3 anak ini mengambil Program Studi Kimia pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Karier sebagai staf pengajar di awali di SMA Swasta ERIA MEDAN pada tahun 1996 hingga sekarang , SMA Negeri 3 Medan tahun 2002 hingga 2005, SMP Negeri I Labuhan Deli ,Deli Serdang tahun 2005 hingga sekarang.


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP... vi

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR TABEL... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN... xv

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Permasalahan... 5

1.3. Tujuan Penelitian... 6

1.4. Manfaat Penelitian ... 6

1.5. Metodologi Penelitian ... 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1. Air Gambut... 8

2.2. Warna ... 10

2.2.1. Pengertian zat warna ... 10


(13)

2.3. Mangan(Mn)... 14

2.3.1. Fungsi Mangan... 14

2.3.2. Absorbsi dan metabolism ... 14

2.3.3. Kebutuhan dan sumber mangan(Mn ... 14

2.3.4. Akibat dan defisiensi mangan(Mn) ... 14

2.3.5. Akibat kelebihan mangan(Mn) ... 15

2.4. Zinkum(Zn) ... 15

2.4.1. Fungsi Seng ( Zn )... 17

2.4.2. Absorbsi dan Metabolisme... 18

2.4.3. Kebutuhan dan Sumber Seng ( Zn ) ... 19

2.4.4. Akibat Defisiensi Seng ( Zn )... 20

2.4.5. Akibat Kelebihan Seng ( Zn ) ... 21

2.5. Magnesium(Mg)... 21

2.5.1. Fungsi magnesium ( Mg ) ... 22

2.5.2. Absorbsi dan Metabolisme... 22

2.5.3. Kebutuhan dan Sumber)... 22

2.5.4.Akibat Defisiensi) magnesium ( Mg )... 23

2.5.5. Akibat Kelebihan magnesium ( Mg ) ... 25

2.6. Elektrokoagulasi... 25

2.6.1.Flokulasi ... 26

2.6.2.Proses Elektrokoagulasi ... 30


(14)

2.6.4.Kerugian Elektrokoagulasi... 32

2.7. Spektrofotometer Serapan Atom ( SSA ) ... 33

2.7.1. Instrumen Spektrofotometer Serapan Atom ( SSA )... 34

BAB 3 METODE PENELITIAN ... 36

3.1. Lokasi Penelitian ... 36

3.2. Populasi dan Sampel ... 36

3.3. Alat-alat yang digunakan ... 37

3.4. Bahan-bahan yang digunakan ... 38

3.5. Prosedur Penelitian... 38

3.5.1. Preparasi sampel... 38

3.5.2. Proses pembuatan kurva Kalibrasi ... 38

3.5.2.1.Pembuatan kurva kalibrasi Mangan (Mn)... 38

3.5.2.2. Pembuatan kurva kalibrasi Zinkum (Zn) ... 39

3.5.2.3. Pembuatan kurva kalibrasi Magnesium (Mg) ... 40

3.6. Flow shett / Bagan Penelitian... 42

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ... 46

4.1. Hasil Penelitian ... 46

4.1.1. Pengukuran pH dan Warna Air Gambut... 46

4.1.2. Pengukuran Kandungan Mangan (Mn)... 47

4.1.2.1. Penentuan Kurva Kalibrasi dengan Analisis Regresi ... 48

. 4.1.2.2.Penentuan Kandungan Mangan(Mn)dari Sampel Air Gambut yang diambil dari Sibolga... 49


(15)

4.1.3. Pengukuran Kandungan Zinkum (Zn) ... 50

4.1.3.1.Penentuan Kandungan kadar Zinkum (Zn) dari sampel air gambut yang diambil dari Sibolga ... 51

4.1.4. Pengukuran Kandungan Magnesium (Mg)... 53

4.1.4.1. Penentuan Kandungan Kadar Magnesium (Mg) dari Sampel Air Gambar ... 54

4.2. Pembahasan ... 55

4.2.1. Kandungan Mangan (Mn) dalam Air Gambut... 55

4.2.2. Kandungan Zinkum (Zn) dalam Air Gambut ... 58

4,2.3. Kandungan Magnesium (Mg) dalam Air Gambut ... 61

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ... 65

5.1. Kesimpulan... 65

5.2. Saran... 66


(16)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman 2.1. Kandungan Unsure Mikro Tanah Gambut Di Sumatera Utara... 10 3.1. Tabel Parameter Pengukuran Untuk Logam Mangan ( Mn) ... 39 3.2. Tabel Parameter Pengukuran Untuk Logam Seng ( Zn )... 40 4.1. Data Hasil Pengukuran pH dan Warna Sampel Air Gambut Sebelum,

Sesudah Dielektrokoagulasi dan Penambahan tawas 10 ml/1000 ml. ... 46 4.2. Data Hasil Pengukuran Absorbansi Larutan Standar Mangan ( Mn) ... 47

4.3. Data Hasil Pengukuran Absorbansi Larutan Standar Zinkum (Zn) ... 50 4.4. Data Hasil Pengukuran Absorbansi Larutan Standar Magnesium (Mg)... 53 4.5. Absorban Rata – Rata dan Hasil Perhitungan Konsentrasi Mangan (Mn) di

dalam Air Gambut... 56 4.6. Absorban Rata – rata dan Hasil Perhitungan Konsentrasi Zinkum (Zn)

di Dalam Air Gambut Sebelum Dielektrokoagulasi ... 59 4.7. Absorban Rata – Rata dan Hasil Perhitungan Konsentrasi Magnesium (Mg)

di Dalam Air Gambut Sebelum Dielektrokoagulasi ... 62


(17)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman.

1.1 Curah Hujan Rata-Rata Bulanan di Tapanuli Tengah Tahun 2009 ... 4

2.1 Model struktur asam humus (Stevenson 1982)... 10

2.2 Model Struktur Asam Fulvat(Buffle 1977 ... 11

2.3 Deplesi Magnesium Pada Penyakit Saluran Cerna ... 26

2.4 Proses Flokulasi --- 30

2.5 Prinsif Kerja Elektrokoagulasi ... 33

2.6 Interaksi dalam Proses Elektrokoagulasi ... 34

2.7 Skematis ringkas dari alat SSA ... 37

3.1 Skematis pengambilan sampel ... 39

4.1 Kurva Kalibrasi Larutan Standard Mangan (Mn)……… 53

4.2 Kurva Kalibrasi Larutan Standard Zinkum (Zn)………. 51

4.3 Kurva Kalibrasi Larutan Standard Magnesium (Mg)………. …. 56

4.4 Grafik Kadar Mangan (Mn) dalam Air Gambut Sebelum dan Sesudah Dielektrokoagulasi Hingga penambahan Tawas 10ml /1000 Ml………. 60

4.5 Grafik Kadar Mangan (Mn) dalam Air Gambut pada pengambilan sampel mulai bulan November 2009,Desember 2009 dan Januari 2010... 61

4.6 Grafik Kadar Zinkum (Zn) dalam Air Gambut Sebelum dan Sesudah Dielektrokoagulasi Hingga Penambahan Tawas 10 ml/1000 ml ... 63

4.7 Grafik Kadar Zinkum (Zn) dalam Air Gambut Pada Pengambilan Sampel mulai bulan November 2009,Desember 2009 dan Januari 2010 ... 64


(18)

4.8 Grafik Kadar Magnesium (Mg) dalam Air Gambut pada pengambilan

sampel mulai bulan November 2009,Desember 2009 dan Januari 2010... 66 4.9 Grafik Kadar Magnesium (Mg) dalam Air Gambut Sebelum dan Sesudah


(19)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman 1. Peraturan Menteri Kesehatan R.I No : 416/MENKES/PER/IX/1990

Tanggal : 3 September 1990 Daftar Persyaratan Kualitas Air Bersih ... 73

2. Data Hasil Perhitungan Penurunan Persamaan Garis Regresi Untuk

Mangan (Mn) ... 75 2. Data Hasil Perhitungan Penurunan Persamaan Garis Regresi untuk

Zinkum ( Zn ) ... 75 2. Data Hasil Perhitungan Penurunan Persamaan Garis Regresi untuk

Magnesium (Mg)... 75 3. Data Hasil Pengukuran Absorbansi Mangan (Mn) Sampel Air Gambut

Sebelum Dielektrokoagulasi ... 76 3. Data Hasil Pengukuran Absorbansi Mangan (Mn) Sampel Air Gambut

Sesudah Dielektrokoagulasi ... 76 3. Data Hasil Pengukuran Absorbansi Mangan (Mn) Sampel Air Gambut

Sesudah Dielektrokoagulasi dan Penambahan tawas 10 ml /1000 mL... 76 4. Data Hasil Pengukuran Absorbansi Zinkum (Zn) Sampel Air Gambut

Sebelum Dielektrokoagulasi ... 77 4. Data Hasil Pengukuran Absorbansi Zinkum (Zn) Sampel Air Gambut

Sesudah Dielektrokoagulasi... 77 4. Data Hasil Pengukuran Absorbansi Zinkum (Zn) Sampel Air Gambut


(20)

5. Data Hasil Pengukuran Absorbansi Magnesium (Mg) Sampel Air Gambut Sebelum Dielektrokoagulasi ... 78 5. Data Hasil Pengukuran Absorbansi Magnesium (Mg) Sampel Air Gambut

Sesudah Dielektrokoagulasi ... 78 5. Data Hasil Pengukuran Absorbansi Magnesium (Mg) Sampel Air Gambut

Sesudah Dielektrokoagulasi dan Penambahan tawas 10 ml /1000 mL ... 78 6. Gambar Peta Tapanuli Tengah dan Curah Hujan Januari – Juni 2010 ... 79


(21)

ABSTRAK

Penelitian kadar mangan (Mn), seng ( Zn ) dan kadar magnesium ( Mg ) telah dilakukan dari sampel air gambut dari desa Hutabalang Kecamatan Badiri Kabupaten Tapanuli Tengah. Penelitian ini memonitoring kadar mangan (Mn),Zinkum (Zn) dan magnesium (Mg) dalam air gambut yang diambil pada bulan November 2009,Desember 2009 dan Januari 2010. Penelitian ini juga membandingkan pH, warna dan kadar Mangan(Mn),Zinkum(Zn) dan Magnesium(Mg) dalam air gambut yang belum dielektrokoagulasi, air gambut yang telah dielektrokoagulasi,dan air gambut yang telah dielektrokoagulasi dengan penambahan tawas 10 ml/1000 ml.

Pengujian kandungan Mangan( Mn ) dan zinkum (Zn) dan magnesium(Mg) diukur dengan menggunakan spektroskopi serapan atom dengan kondisi alat dioptimasi sesuai dengan prosedur yang berlaku. Hasil pengujian pH dan warna untuk sampel air gambut dengan perlakuan sebelum dielektrokoagulasi, setelah dielektrokoagulasi dan setelah dielektrokoagulasi dengan penambahan tawas 10 ml/1000 ml terjadi penurunan. Hasil monitoring melalui pengujian sampel air gambut yang diambil pada bulan November 2009,Desember 2009 dan Januari 2010 terjadi penurunan sesuai dengan curah hujan. Hasil pengujian untuk sampel air gambut dengan perlakuan sebelum dielektrokoagulasi, setelah dielektrokoagulasi dan setelah dielektrokoagulasi dengan penambahan tawas 10 ml/1000 ml terjadi penurunan. .

Kata Kunci : Monitoring,air gambut ,elektrokoagulasi, pH, , kadar mangan, seng dan magnesium.


(22)

ABSTRACT

Research on manganese (Mn),zinc (Zn), magnesium(Mg) contents in samples of peat water in Hutabalang of Tapanuli Tengah Regency, has been done.This research is to monitor the metal contents.In the peat water in the periode of November,Desember 2009 and Januari 2010.This research compare the pH,colour and contents of Manganese (Mn),zinc(Zn) and magnesium(Mg) in the peat water after and before electrocoagulation in the presence of Alumunium sulfat (17 %),10 ml/1000 ml.

The contents of manganese(Mn),zinc (Zn). And magnesium (Mg) were analyse using atomic absorbtion spectroscopy (AAS) using standard procedur.Result of pH and colour for the peat water samples after and before electrokoagulation shouded decrease.Result of analysis during The periode of November,Desember 2009 and Januari 2010 were lower according to the related rainfall.

Addition of Alumunium sulfat (17%), 10 ml/1000 ml improves efficiency of the electrocoagulation process.


(23)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Lahan gambut merupakan salah satu sumber daya alam yang mempunyai fungsi hidro-orologi dan fungsi lingkungan lain yang penting bagi kehidupan seluruh mahkluk hidup. Nilai penting inilah yang menjadikan lahan gambut harus dilindungi dan dipertahankan kelestariannya. Untuk dapat memamfaatkan lahan gambut secara bijaksana perlu perencanaan yang teliti, penerapan teknologi yang sesuai dan pengelolaan yang tepat. (Wahyunto,2009).

Lahan rawa gambut di Indonesia cukup luas yaitu sekitar 20,6 juta Ha atau 10,8 % dari luas daratan Indonesia. Lahan rawa gambut tersebut sebagian besar terdapat di 4 pulau besar yaitu Sumatera 35%,Kalimantan 32%,Sulawesi 3% dan Papua 30 % (Wibowo dan Suyatno 1998). Tanah Gambut (peat land) memiliki ciri-ciri : iklim selalu basah, tanah tergenang air gambut, lapisan gambut 1-2 meter, pH 3,2, dataran rendah rata. Terdapat di Kalimantan tengah dan barat, Sumatera utara, Sumatera Selatan dan Jambi.

Penduduk yang tinggal dirawa bergambut disebagian Sumatera dan Kalimantan mengalami kesulitan dalam hal penyediaan air bersih. Hal ini disebabkan air yang terdapat diwilayah tersebut bersifat asam (pH rendah) berwarna kecoklatan dan mengandung logam organik.


(24)

Pada dasarnya air gambut adalah air permukaan yang banyak terdapat di daerah berawa atau dataran rendah yang mempunyai ciri-ciri umum yaitu intensitas warna yang tinggi (kuning atau merah kecoklatan), pH rendah antara 2-5, rasanya masam, kandungan zat organiknya, tinggi serta rendahnya konsentrasi partikel dan kation (Kusnaedi,2006). Warna air gambut adalah disebabkan oleh bahan-bahan humus didalam air tersebut. (Research Committee on Coagulation and Colour Problems AWWA 1970).

Karena kondisi itu, permasalahan yang umum yang harus dihadapi adalah sulitnya mendapatkan air bersih untuk keperluan minum, terutama ketika musim kemarau tiba karena air tidak saja asam (pH 2-5), kadar organik tinggi, kadar besi dan mangan tinggi, bau, warna kuning, atau coklat tua (pekat).

1

karakteristik air gambut relatif kurang menguntungkan untuk penyediaan air minum. Kondisi yang kurang menguntungkan dari segi kesehatan adalah sebagai berikut :

1. Kadar keasaman (pH) yang rendah dapat menyebabkan kerusakan gigi dan menimbulkan sakit perut.

2. Kandungan organik yang tinggi dapat menjadi sumber makanan bagi mikroorganisme dalam air,sehingga dapat menimbulkan bau apabila bahan organik tersebut terurai secara biologi.

3. Apabila pengolahan air gambut tersebut digunakan klor sebagai desinfektan maka akan terbentuk trihalometan(THM) seperti senyawa-senyawa organoklor yang dapat bersifat karsinogenik.


(25)

4. Ikatannya yang kuat dengan logam (besi dan mangan) dalam bentuk khelat menyebabkan kandungan logam dalam air tinggi dan dapat menimbulkan kematian jika dikonsumsi secara terus-menerus.

Akibatnya masyarakat sangat tergantung pada air hujan, terutama yang lokasinya jauh dari sungai-sungai besar. Maka perlu dilakukan usaha untuk pengolahan air gambut seperti menjernihkan air agar dapat dimamfaatkan dan dianalisis kadar logam sebelum dan sesudah penjernihan. Pemamfaatan teknologi membran reverse osmosis atau RO merupakan teknologi yang relatif baru dalam mengolah air gambut menjadi air minum, kemurnian produk yang dihasilkan lebih baik dari proses konvensional. (Nasution,S.2005). Penurunan warna dan zat organik pada pengolahan air gambut menggunakan membran ultrafiltrasi dengan sistem aliran dead-end. Pengolahan air gambut dengan membran ultrafiltrasi membutuhkan koagulan PAC (Poly Alumunium Chloride), kapur, dan menghasilkan konsentrasi warna 13,43 Pt-Co. (Mu”min,B.2002).

Tapanuli Tengah terletak di Pantai Barat Pulau Sumatera Bagian Utara yaitu, ± 350 Km Selatan Kota Medan. Secara geografis wilayah Tapanuli Tengah terletak antara 1º 42'1º 46' Lintang Utara dan 98º 44' - 98º 48' Bujur Timur. Curah hujan rata-rata di kabupaten tapanuli tengah berdasarkan data Badan Meteorologi klimatologi dan geofisika.Januari sampai Desember 2009.Yang tertinggi adalah pada bulan Oktober,yang terendah pada bulan Juni 2009.Dari bulan November ,Desember 2009 dan Januari 2010 terjadi penurunan curah hujan seperti yang terlihat pada tabel dibawah ini.


(26)

Gambar 1.1 . Curah Hujan Rata-Rata Bulanan di Tapanuli Tengah Tahun 2009.

Elektroda dalam proses elektrokoagulasi yang mengandung indium dalam penurunan warna memberikan efektifitas penurunan warna yang lebih baik dan kebutuhan daya listrik yang lebih rendah. (Suaib,B.S.1994).Sedangkan Proses elektrokoagulasi dengan penambahan larutan tawas (17 %) sebanyak 10 ml/1000ml air gambut dengan kadar 1000 ppm pada bak elektrokoagulasi, efektif digunakan dalam pengolahan untuk menurunkan warna dan kekeruhan pada air gambut. Dari hasil penelitian diperoleh persentase penurunan warna sebesar 91,79 % (dari 94,295 Pt-Co menjadi 7,746 Pt-Co), kekeruhan sebesar 98,68 % (dari 72,43 NTU menjadi 0,953 NTU). (Susilawati, 2010).

Pada penelitian ini untuk menurunkan intensitas warna air gambut dilakukan dengan metoda elektrokoagulasi. Proses elektrokoagulasi ini dilakukan dengan cara memasukkan elektroda dari lempengan logam alumunium (Al) kedalam elektrolit (air baku) pada suatu bak persegi empat. Lempengan Alumunium tersebut disusun secara paralel dengan suatu jarak tertentu dan dialiri arus listrik arus searah, sehingga


(27)

elektroda logam alumunium tersebut sedikit demi sedikit akan larut ke dalam air membentuk ion Al3+ yang oleh reaksi hidrolisa air akan membentuk Al(OH)3nH2O yang merupakan koagulan yang efektif.

Prinsip proses kerja yang terjadi pada elektrokoagulasi secara umum sama seperti teori double layer yaitu pembentukan flokulasi partikel bersifat adsorbsi dimana elektroda positif yang teroksidasi sebagai koagulan, pada elektrokoagulasi bermuatan positif akan menyerap ion – ion negative pada limbah seperti nitrat, phenol, nitrit dan senyawa organik lainnya dan membentuk flok yang membantu proses penurunan COD (Ramesh, 2007).

Pada teori double layer lingkaran terdalam akan disi oleh koagulan bermuatan positif dan akan menyerap ion-ion negatif yang terletak pada lingkaran lebih luar, karena adanya muatan positif dan negatif bertemu maka terjadi gaya tarik menarik antara ion positif dan ion negatif sehingga terjadi ikatan yang sangat kuat antar ion-ion tersebut, sehingga terbentuk koagulan dimana koagulan- koagulan tersebut akan membentuk flok yang akhirnya akan menurunkan senyawa organik yang ada dalam limbah. Ion-ion lain yang terdapat pada limbah seperti logam berat akan teradsorbsi oleh koagulan dan terbentuk flok yang akan membantu menurunkan parameter logam berat akan tetapi untuk logam berat sangat sedikit sekali pengaruhnya terhadap penurunan COD karena logam berat bermuatan negatif akan lebih banyak teradsobsi oleh koagulan dibandingkan dengan senyawa organik sehingga senyawa non organik tidak berpengaruh terhadap penurunan COD.


(28)

1.2 Permasalahan

1.2.1 Identifikasi Masalah

1. Apakah air gambut yang dijernihkan dengan metoda elektrokoagulasi adalah air yang layak sebagai bahan baku air sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 416/MENKES/PER/IX/1990 tanggal 3 september 1990 tentang persyaratan kualitas air bersih.

2. Apakah dengan metoda elektrokoagulasi kadar logam mangan (Mn), zinkum (Zn) dan magnesium (Mg) yang ada pada air gambut terjadi penurunan atau tidak.

1.2.2 Pembatasan Masalah

Pada penelitian ini permasalahan dibatasi pada air gambut yang digunakan,hanya diambil dari Desa Hutabalang kecamatan Badiri kabupaten Tapanuli Tengah

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk memperoleh data perbandingan kadar mangan (Mn), seng (Zn), dan magnesium (Mg) dalam air gambut sebelum dan sesudah penjernihan dengan metoda


(29)

Elektrokoagulasi yang dilakukan dengan menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) apakah masih sesuai dengan ketentuan dalam Penentuan Mentri Kesehatan Republik Indonesia nomor 416/MENKES/PER/IX/1990 tanggal 3 september 1990 tentang persyaratan kualitas air bersih.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian diharapkan dapat :

1. Memberikan informasi tentang penurunan intensitas warna air gambut menggunakan metoda elektrokoagulasi dan kadar mangan (Mn), seng (Zn), dan magnesium (Mg) dalam air gambut sebelum dilakukan penjernihan dengan metoda Elektrokoagulasi.

2. Mengetahui Penurunan kadar mangan (Mn), seng (Zn), dan magnesium (Mg) setelah dilakukan penjernihan dengan metoda elektrokoagulasi.

1.5 Metodologi Penelitian

Jenis penelitian adalah eksperimen laboratorium. Sampel berupa air gambut yang diambil dari desa Hutabalang kecamatan Badiri Kabupaten Tapanuli Tengah yang jarak lokasi pengambilan sampel kira-kira 5 Km dari kota Sibolga. Untuk kebutuhan pemeriksaan air baku dilakukan penentuan 5 titik lokasi pengambilan sampel.

Sampel air gambut diawetkan terlebih dahulu dengan dua perlakuan antara lain dengan HNO3 pekat sampai pH kurang 2. Selanjutnya seluruh sampel di preparasi


(30)

dengan berpedoman pada Standar Nasional Indonesia (SNI) 06.6989.2004 dan dianalisis kadar mangan (Mn), seng (Zn), dan magnesium (Mg) dengan menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA)-nyala, Type Shimadzu seri AA- 6300.


(31)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Air Gambut

Tanah gambut adalah tanah-tanah jenuh air yang tersusun dari bahan tanah organik, yaitu sisa-sisa tanaman dan jaringan tanaman yang melapuk dengan ketebalan lebih dari 50 cm. Dalam sistem klasifikasi baru (taksonomi tanah) tanah gambut disebut histosols. Dalam sistem klasifikasi lama, tanah gambut disebut dengan organosols yaitu tanah yang tersusun dari bahan tanah organik. (Soil Survery Staff 1998).

Gambut adalah sisa timbunan tumbuhan yang telah mati dan kemudian diuraikan oleh bakteri anaerob dan aerob menjadi komponen yang lebih stabil. Selain zat organik yang membentuk gambut terdapat juga zat anorganik dalam jumlah yang kecil. Di lingkungan pengendapannya gambut ini selalu dalam keadaan jenuh air (lebih dari 90 %) (Sukandarrumidi,1995).

Air gambut adalah air permukaan yang banyak terdapat di daerah berawa atau dataran rendah terutama di Sumatera dan Kalimantan, yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

1. Intensitas warna yang tinggi(berwarna merah kecoklatan) 2. pH yang rendah


(32)

3. Kandungan zat organic yang tinggi Kekeruhan dan kandungan partikel tersuspensi yang rendah.Warna coklat kemerahan pada air gambut merupakan akibat dari

tingginya kandungan zat organik (bahan humus) terlarut terutama dalam bentuk asam humus dan turunannya. Asam humus tersebut berasal dari dekomposisi bahan organik seperti daun pohon atau kayu (Kusnaedi,2006).

8

Gambar 2.1 Model Struktur Asam Humus (Stevenson 1982)

Adanya ion besi menyebabkan air berwarna kemerahan, sedangkan oksida mangan menyebabkan air berwarna kecoklatan atau kehitaman.

Humus terdiri dari 2 senyawa utama yaitu substansi non humus (missal lipid, asam amino, karbohidrat) dan substansi humus (merupakan senyawa amorf dengan berat molekul tinggi, warna coklat sampai hitam). Substansi humus dibedakan menjadi :

1. Humic Acid (Asam humus) : warna gelap, amorf, dapat dieksraksi (larut) dengan basa kuat, garam netral, tidak larut dalam asam, mengandung gugus fungsional


(33)

asam seperti fenolik dan karboksilik, aktif dalam reaksi kimia, berat molekul ( BM 20.000-1.360.000).

2. Fulvic acid (Asam Fulfat); dapat diekstraksi dengan basa kuat, gugus fungsional asam, larut juga dalam asam ,mengandung gugus fungsional basa, aktif dalam reaksi kimia BM 275-2110.

3. Humin; tidak larut asam dan basa, BM terbesar, tidak aktif, warna paling gelap.

Gambar 2.2. Model Struktur Asam Fulvat (Buffle 1977)

Tabel 2.1 Kandungan Unsur Mikro Tanah Gambut Di Sumatera Utara Nama

Unsur

Kandungan Unsur(kg/h)pada kedalaman 0-25 cm

Kandungan Unsur(kg/h)pada kedalaman 80-100 cm

Co 0,1-0,2 0,05-0,1

Cu 0,8-8 0,2-0,8

Fe 143-175 67-122

Mn 4,1-25 1,1-1,7

Mo 0,6-1 0,3-0,6

Zn 2,8-4,4 1,8-4,8


(34)

2.2 Warna

2.2.1 Pengertian Zat Warna

Warna merupakan akibat suatu bahan terlarut atau tersuspensi dalam air, disamping adanya bahan pewarna tertentu yang kemungkinan mengandung logam berat. Warna air limbah menunjukkan kualitasnya, air limbah yang baru akan berwarna abu-abu, dan air limbah yang sudah basi atau busuk akan berwarna gelap (Mahida, 1984). Warna tertentu dapat menunjukkan adanya logam berat yang terkandung dalam air buangan.

Yang dimaksud zat warna adalah senyawa yang dapat dipergunakan dalam bentuk larutan, sehingga penampanya berwarna. Warna air limbah dapat dibedakan menjadi dua, yaitu warna sejati dan warna semu. Warna yang disebabkan oleh warna organik yang mudah larut dan beberapa ion logam disebut warna sejati, jika air tersebut mengandung kekeruhan atau adanya bahan tersuspensi dan juga oleh penyebab warna sejati, maka warna tersebut dikatakan warna semu (Chatib, 1998). Dan juga karena adanya bahan-bahan yang tersuspensi yang termasuk bersifat koloid. Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Black dan Cristman (1979) ditemukan bahwa organik di dalam air limbah adalah koloid yang bermuatan negatif.

Zat warna adalah suatu senyawa yang kompleks yang dapat dipertahankan di dalam jaringan molekul-molekul. Zat warna merupakan gabungan dari zat organik yang tidak jauh, sehingga zat warna harus terdiri dari chromogen sebagai pembawa warna dan Auxochrome sebagai pengikat antara warna dan serat. Chromogen adalah


(35)

senyawa aromatik yang berisi Crhomopore, yaitu zat pemberi warna yang berasal dari radikal kimia, seperti kelompok azo (N=N). Agar warna dapat masuk dengan baik ke kedalam bahan yang akan diberi warna, maka diperlukan bahan dari Auxochrome, yaitu radikal yang memudahkan terjadinya pelarutan, misalnya kelompok pembentuk garam –NH atau OH (Wardhana, 1995).

Kecerahan dipengaruhi oleh warna air, semakin dalam penetrasi sinar matahari dapat menembus lapisan air, semakin produktif pula perairan tersebut. Hal ini seiring dengan banyaknya fitoplankton di perairan tersebut. Kekeruhan ialah suatu istilah yang digunakan untuk menyatakan derajat kegelapan di dalam air yang disebabkan oleh bahan-bahan yang melayang. Kekeruhan sangat berhubungan erat dengan warna perairan, sedangkan konsentrasinya sangat mempengaruhi kecerahan dengan cara membatasi transmisi sinar matahari kedalamnya.

Akibat biologis dari kekeruhan adalah menurunnya aktifitas fotosintesa tumbuhan, karena, fotosintesis secara langsung tergantung pada cahaya. Kekeruhan merupakan salah satu faktor penting yang menyangkut produktifitas perairan, serta aliran energi.

Warna yang timbul pada perairan disebabkan oleh buangan industri di hulu sungai atau dapat juga berasal dari bahan hancuran sisi-sisi tumbuhan oleh bakteri. Santaniello (1971) menyatakan bahwa industri-industri yang mengeluarkan warna adalah industri kertas dan pulp, tekstil, petrokomia, dan kimia, air yang digunakan oleh masyarakat umum diijinkan dengan kriteria bahwa air tersebut mengandung tidak lebih dari 75 unit warna (standar kobal-platinum), sedangkan yang disarankan tidak


(36)

lebih dari 10 warna. Hal ini penting mengingat zat-zat warna banyak mengandung logam-logam berat yang bersifat toksis.Dismping bersifat toksis, fotosintesis juga terhambat di perairan yang mengandung 50 warna.

2.2.2 Penggolongan Zat Warna Jenis zat warna ada dua, yaitu:

a. Zat Warna Alam

Zat warna alam adalah zat warna yang berasal dari alam, baik yang berasal dari tanaman, hewan, maupun bahan metal. Tumbuhan-tumbuhan penghasil zat pewarna alami yang tumbuh di Indonesia kurang lebih sebanyak 150 jenis tanaman, tetapi yang paling efektif untuk dapat digunakan menjadi powder maupun dalam bentuk pasta hanya beberapa jenis saja.

Zat warna dari tumbuhan yang biasanya digunakan antara lain: indigofer (warnabiru), Sp Bixa orrellana (warna orange purple), Morinda citrifolia (warna kuning). b. Zat warna yang berasal dari hewan

Jenis hewan yang biasa dijadikan zat warna antara lain: Kerang (Tyran purple), Insekta (Ceochikal), dan Insekta warna merah .

Karena air gambut merupakan air berwarna alami maka salah satu proses pengolahannya dapat dilakukan dengan adsorpsi atau penyerapan.Adsorpsi adalah proses penyerapan pada permukaan partikel koloid oleh adanya gaya adhesi zat-zat lain.Daya adsorpsi koloid sangat besar karena permukaan zat padat dengan jumlah yang sama.Adsorpsi ini merupakan fenomena fisika dimana partikel-partikel bahan yang


(37)

diadsorpsi tertarik pada permukaan fase padat yang bertindak sebagai adsorben. Ditinjau dari segi derajat adsorpsi dari suatu jenis adsorban pada umumnya mengikuti

aturan sebagai berikut :

1. Adsorpsi berlangsung sedikit terhadap semua senyawa organic,kecuali senyawa halogen.

2. Adsorpsi berlangsung baik terhadap semua senyawa halogen dan senyawa alifatik. 3. Adsorpsi berlangsung sangat baik terhadap semua senyawa aromatic.

4. Makin banyak kandungan inti benzennya semakin baik adsorpsinya.

Berdasarkan kriteria tersebut maka pengolahan air berwarna(air gambut) dapat dilakukan dengan proses adsorpsi, karena asam humus merupakan senyawa yang mengandung gugus aromatic. (Fitria, 2008).

2.3Mangan (Mn)

Logam Mangan adalah unsur kimia dalam tabel periodik yang memilki lambang Mn dan nomor atom 25, berwarna silver metalik, keras dan sangat rapuh. Logam mangan memiliki energi ionisasi 7,21 g/cm3, titik leburnya sekitar 1) 1246 717, 3KJ/mol, 2)1509 KJ/mol, 3) 3248 KJ/mol. Logam mangan memiliki jari-jari atom 1,35 Ao,logam ini bersifat paramagnetik.

2.3.1 Fungsi Mangan.

Fun gsi utam a dalam tubuh : Kom pon en en zim 2.3.2 Absorbsi dan Metabolisme


(38)

Pengambilan mangan oleh manusia terutama terjadi melalui makanan, seperti bayam, teh dan rempah-rempah. Bahan makanan yang mengandung konsentrasi tertinggi adalah biji-bijian dan beras, kacang kedelai, telur, kacang-kacangan, minyak zaitun, kacang hijau dan tiram. Setelah penyerapan dalam tubuh manusia mangan akan diangkut melalui darah ke hati, ginjal, pankreas dan kelenjar endokrin.

2.3.3 Kebutuhan dan sumber Mangan (Mn).

Sum ber m akan an utam a :Gan dum , buah-buahan yg dikerin gkan . Kebutuhan H arian Dewasa :Dibutuhkan 3,5 m iligram

2.3.4 Akibat defisiensi Mangan .

Kekuran gan m an gan pada m an usia dapat m en yebabkan Pen urun an berat badan , iritasi kulit, m ual & m un tah, perubahan warn a ram but , pertum buhan ram but yan g lam bat.

2.3.5 Akibat Kelebihan Mangan.

Mangan (Mn) mampu menimbulkan keracunan kronis pada manusia hingga berdampak menimbulkan lemah pada kaki, otot muka kusam, dan dampak lanjutan bagi manusia yang keracunan Mn, bicaranya lambat dan hyperrefleks.

Efek mangan terjadi terutama di saluran pernapasan dan di otak. Gejala keracunan mangan adalah halusinasi, pelupa dan kerusakan saraf. Ketika orang-orang yang terkena mangan untuk jangka waktu lama mereka menjadi impoten. Suatu sindrom yang disebabkan oleh mangan memiliki gejala seperti, skizofrenia kebodohan, lemah otot, sakit kepala dan insomnia. karena merupakan


(39)

elemen penting bagi kesehatan manusia kekurangan mangan juga dapat menyebabkan efek kesehatan. Ini adalah efek berikut: 1). Kegemukan , 2). Gula,3). Pembekuan Darah,4). Masalah kulit,5). Menurunkan kadar kolesterol,6). Gangguan Skeleton ,7). Kelahiran cacat,8). Perubahan warna rambut,9). Gejala Neurological.

Mangan kronis dapat mengakibatkan keracunan dari lama menghirup debu dan asap. Sistem saraf pusat adalah situs utama kerusakan dari penyakit, yang dapat mengakibatkan cacat permanen. Gejala termasuk kelembekan, kantuk, kelemahan, gangguan emosi, gaya berjalan spastik, berulang kram kaki, dan kelumpuhan. Insiden tinggi pneumonia dan infeksi saluran pernapasan atas lainnya telah ditemukan pada pekerja yang terkena debu atau asap dari senyawa mangan.

2.4Zinkum (Zn)

Zinkum (seng) adalah unsur kimia dengan lambang kimia Zn, nomor atom 30, dan massa atom relatif 65,39. Seng tidak diperoleh dengan bebas di alam, melainkan dalam bentuk terikat. Mineral yang mengandung seng di alam bebas antara lain kalamin, franklinit, smithsonit, willenit dan zinkit.

Dalam industri seng mempunyai arti penting : 1). melapisi besi atau baja untuk mencegah proses karat, 2). digunakan untuk bahan batere, 3). Seng dan aliasenya digunakan untuk cetakan logam, penyepuhan listrik dan metalurgi bubuk , 4). seng dalam bentuk oksida digunakan untuk industri kosmetik, plastik, karet, sabun, pigmen dalam cat dan tinta, 5). seng dalam bentuk sulfida digunakan untuk industri tabung


(40)

televisi dan lampu pendar, 6). seng dalam bentuk klorida digunakan untuk pengawetan kayu.

Dalam bahasa sehari-hari, seng juga dimaksudkan sebagai plat seng yang digunakan sebagai bahan bangunan. Seng telah diketahui sejak tahun 1934 sebagai elemen penting bagi kehidupan hewan (tikus) dan defisiensi seng pada manusia baru diketahui sekitar tahun 1961. Pada waktu itu diketahui adanya keterkaitan antara kekurangan seng dalam konsumsi sehari-hari dengan gangguan pertumbuhan dan kematangan seksual. Gangguan lainnya yang berkaitan dengan defisiensi seng, adanya hambatan penyembuhan luka, gangguan fungsi pengecap dan gangguan nafsu makan. Gejala ini berangsur-angsur hilang bila dalam menu sehari-hari diberikan makanan yang mengandung seng.

Meski di Indonesia penelitian- penelitian tentang seng ( Zn ) belum banyak dilakukan, hal ini bukan berarti defisiensi seng tidak ada. Justru peluang terjadinya defisiensi seng di Indonesia diperkirakan lebih besar mengingat menu masyarakat Indonesia, terutama pada golongan sosial ekonomi rendah, umumnya rendah protein hewani padahal jenis protein ini banyak mengandung seng. Sebaliknya menu masyarakat Indonesia relatif tinggi fitat dan serat yang menghambat absorbsi seng, seperti kebiasaan minum teh setiap hari, bahkan pada golongan masyarakat tertentu mengkonsumsi teh kental. Selain itu juga banyak mengkonsumsi kacang-kacangan dan serelia, termasuk hasil olahannya. Bahan makanan ini banyak mengandung fitat


(41)

atau tannin . Sehingga potensi kekurangan zat seng ( Zn ) ini pada masyarakat Indonesia cukup tinggi karena penyerapan zat seng ( Zn ) akan terganggu.

2.4.1 Fungsi Zinkum( Zn )

Zinkum adalah mikromineral yang ada di mana-mana dalam jaringan manusia/hewan dan terlibat dalam fungsi berbagai enzim dalam proses metabolisme. Tubuh manusia dewasa mengandung 2 - 2,5 gram seng. Tiga perempat dari jumlah tersebut berada dalam tulang dan mobilisasinya sangat lambat. Dalam konsentrasi tinggi seng ditemukan juga pada iris, retina, hepar, pankreas, ginjal, kulit, otot, testis dan rambut, sehingga kekurangan seng berpengaruh pada jaringan-jaringan tersebut. Di dalam darah seng terutama terdapat dalam sel darah merah, sedikit ditemukan dalam sel darah putih, trombosit dan serum. Kira-kira 1/3 seng serum berikatan dengan albumin atau asam amino histidin dan sistein. Dalam 100 ml darah terdapat 900 ml seng dan dalam 100 ml plasma terdapat 90 – 130 mg seng.

Seng terlibat pada lebih dari 90 enzim yang hubungannya denga metabolisme karbohidrat dan energi, degradasi/sintesis protein, sintesis asam nukleat, biosintesis heme, transpor CO2 (anhidrase karbonik) dan reaksi-reaksi lain. Pengaruh yang paling nyata adalah dalam metabolisme, fungsi dan pemeliharaan kulit, pankreas dan organ-organ reproduksi pria, terutama pada perubahan testosteron menjadi dehidrotestosteron yang aktif. Dalam pankreas, seng ada hubungannya dengan banyaknya sekresi protease yang dibutuhkan untuk pencernaan . Juga ada


(42)

hubungannya dengan insulin, walaupun tidak memegang peranan secara langsung terhadap aktivitas insulin.

2.4.2 Absorbsi dan Metabolisme

Proses absorbsi seng menyerupai absorbsi besi dalam tubuh, dimana untuk absorbsi membutuhkan alat angkut, proses ini terjadi dalam usus halus (duodenum), seng diangkut oleh albumin dan transferin masuk kealiran darah dan dibawa ke hati. Kelebihan seng disimpan dalam hati dalam bentuk metalotionein, lainnya dibawa ke pankreas dan jaringan tubuh yang lain. Di dalam pankreas seng digunakan untuk membuat enzim pencernaan, yang pada waktu makan dikeluarkan ke dalam saluran cerna. Dengan demikian saluran cerna menerima seng dari dua sumber, yaitu dari makanan dan dari cairan pencernaan yang berasal dari pankreas.

Absorbsi seng diatur oleh metalotionein yang disintesis di dalam sel dinding saluran cerna. Bila konsumsi seng tinggi, dalam sel dinding saluran cerna sebagian diubah menjadi metalotionein sebagai simpanan, sehingga absorbsi berkurang. Banyaknya seng yang diabsorbsi berkisar antara 15-40%. Absorbsi seng dipengaruhi oleh status seng tubuh. Jika lebih banyak seng yang dibutuhkan, lebih banyak pula jumlah seng yang diabsorbsi. Seng dikeluarkan tubuh terutama melalui feses. Disamping itu seng dikeluarkan melalui urin, dan jaringan tubuh yang dibuang, seperti jaringan kulit, sel dinding usus halus, cairan haid dan sperma.


(43)

2.4.3 Kebutuhan dan Sumber Seng ( Zn )

Kebutuhan seng sangat bervariasi tergantung fisiologik, patologik, dan menu sehari-hari. Pada orang dewasa sehat, jumlah seng yang hilang melalui urin, feses, kulit, semen, rambut dan kuku adalah 2,6 mg/hari. Dengan asumsi bahwa daya serap usus terhadap seng hanya sekitar 25% dan adanya variasi individual, maka jumlah kecukupan seng yang dianjurkan adalah 15 mg/hari. Widya Karya Pangan dan Gizi tahun 1998 menetapkan angka kecukupan seng untuk Indonesia sebagai berikut:

a. Bayi : 3 – 5 mg. b. 1 – 9 tahun : 8 – 10 mg.

c. 10 - > 60 tahun : 15 mg ( baik pria maupun wanita ) d. Ibu hamil : + 5 mg

e. Ibu menyusui : + 10 mg

Umumnya seng diperoleh dari bahan makanan asal hewani seperti daging, hati, dan ayam. Bahan makanan asal hewani yang diperoleh dari laut seperti tiram, kerang dan ikan haring mengandung seng dalam jumlah sangat tinggi. Sebaliknya kadar seng dalam bahan makanan nabati seperti kacang-kacangan dan padi-padian selain ditemukan rendah, juga mengandung zat fitat yang menghambat absorbsi seng ( Zn ). Kadar seng ( Zn ) pada buah-buahan juga rendah. Data dari berbagai negara menunjukan bahwa kandungan seng ( Zn ) dalam makanan sehari-hari sangat rendah. Meskipun di Indonesia belum mencantumkan kadar seng ( Zn ) dalam Daftar


(44)

Komposisi Bahan Makanan yang dikeluarkan oleh Direktorat Gizi Depkes RI, namun bila dilihat dari pola menu masyarakat pada umumnya , diperkirakan kandungan seng ( Zn ) dalam makanan sehari-hari juga rendah. Apabila masukan makanan rendah seng tersebut berkurang, maka masukan seng ( Zn ) makin berkurang dan ada kemungkinan tidak mencukupi kebutuhan.

2.4.4 Akibat Defisiensi Seng ( Zn )

Kekurangan seng pertama dilaporkan pada tahun 1960-an, yaitu pada anak dan remaja laki-laki di Mesir, Iran, dan Turki dengan karakteristik tubuh pendek, dan keterlambatan pematangan seksual. Diduga penyebabnya makanan penduduk sedikit mengandung daging, ayam dan ikan yang merupakan sumber utama seng dan tinggi konsumsi serat dan fitat. Mengingat banyaknya enzim yang mengandung seng, maka pada keadaan defisiensi seng reaksi biokimia dimana enzim - seng berperan akan terganggu. Defisiensi seng dapat terjadi pada golongan rentan, yaitu anak-anak, ibu hamil dan menyusui serta orang tua. Manifestasi klinis defisiensi seng pada manusia, dapat terlihat sebagai berikut :

1. Kecepatan pertumbuhan menurun,

2. Nafsu makan dan masukan makanan menurun, 3. Lesiepitel lain seperti glositis, kebotakan, 4. Gangguan sistem kekebalan tubuh,

5. Perlambatan pematangan seksual dan impotensi 6. Fotopobia dan penurunan adaptasi dalam gelap, 7. Hambatan penyembuhan luka, dekubitus, lukabakar,


(45)

8. Perubahan tingkah laku,

9. Gangguan perkembangan fetus.

2.4.5 Akibat Kelebihan Seng ( Zn )

Kelebihan seng ( Zn ) hingga dua sampai tiga kali AKG menurunkan absorbsi tembaga. Kelebihan sampai sepuluh kali AKG mempengaruhi metabolisme kolesterol, mengubah nilai lipoprotein, dan tampaknya dapat mempercepat timbulnya aterosklerosis. Dosis konsumsi seng ( Zn ) sebanyak 2 gram atau lebih dapat menyebabkan muntah, diare, demam, kelelahan yang sangat, anemia, dan gangguan reproduksi. Suplemen seng ( Zn ) bisa menyebabkan keracunan, begitupun makanan yang asam dan disimpan dalam kaleng yang dilapisi seng ( Zn ) ( Almatsier, 2001 ).

2.5Magnesium (Mg)

Magnesium adalah logam alkali tanah yang tidak terdapat bebas dialam melainkan dalam bentuk senyawa. Nomor massa dan nomor atom magnesium adalah 24,31 dan 12. Magnesium (Mg) adalah kation kedua terbanyak di intrasel setelah kalium. Pada tubuh dewasa sehat ada 21–28 g Mg, 99% tersebar di kompartemen intrasel dan hanya 1 % di cairan ekstrasel. Mg dibagi lagi ke dalam tiga kompartemen utama tubuh: kira-kira 65% berada pada fase mineral rangka, 34% di ruang intrasel, dan hanya 1% di dalam cairan ekstrasel . Usus halus adalah tempat utama penyerapan Mg, sedangkan ekskresi sebagian besar melalui ginjal. Mg serum terdapat dalam 3


(46)

bentuk: fraksi yang berikatan dengan protein (25% berikatan dengan albumin dan 8% dengan globulin), fraksi khelasi (12%), dan fraksi ion yang aktif metabolik (Mg++: 55%). Kadar Mg dalam plasma orang sehat sangat konstan, dengan kisaran kadar serum total 0,75–0,96 mmol/L, dan rata-rata 0,85 mmol/L.

2.5.1 Fungsi magnesium.

Magnesium berperan penting dalam system enzim dalam tubuh. Magnesium berperan sebagai katalisator dalam reaksi biologic termasuk metabolisme energi, karbohidrat, lipid, protein dan asam nukleat, serta dalam sintesis, degradasi, dan stabilitas bahan gen DNA di dalam semua sel jaringan lunak.Di dalam sel ekstraselular, magnesium berperan dalam transmisi saraf, kontraksi otot dan pembekuan darah. Dalam hal ini magnesium berlawanan dengan kalsium.kerusakan gigi dengan cara menahan kalsium dalam email gigi.

2.5.2 Absorbsi dan Metabolisme.

Magnesium diabsorpsi di usus halus dengan bantuan alat angkut aktif dan secara difusi pasif. Di dalam darah magnesium terdapat dalam bentuk ion bebas. Keseimbangan magnesium dalam tubuh terjadi melalui penyesuaian eksresi magnesium melalui urin. Eksresi magnesium meningkat oleh adanya hormone tiroid, asidosis, aldosteron serta kekurangan fosfor dan kalium . eksresi magnesium menurun karena pengaruh kalsitonin, glukagon dan PTH terhadap . resorpsi tubula ginjal.


(47)

2.5.3 Kebutuhan dan sumber magnesium

Kebutuhan m in eral m agnesium sekitar 30 0 – 40 0 m g setiap hari, dim an a tin gkatan n ya berbeda tergan tun g pada jen is kelam in dan usia. Kebutuhan dari m agnesium m en in gkat sehubun gan den gan um ur dan tin gkat tekan an hidup. Magn esium m en gen dalikan kon traksi otot, m etabolism e protein , dian tara tugas vital lain n ya. Sumber utama magnesium adalah sayur hijau, serealia tumbuk, biji-bijian dan kacang-kacangan. Daging, susu dan hasilnya serta cokelat merupakan sumber magnesium yang baik.

2.5.4 Akibat defisiensi magnesium

Di lain pihak, defisiensi magnesium pada pasien rawat-inap ternyata lebih lazim daripada yang diduga sebelumnya. Kira-kira 10% pasien yang masuk rumah sakit besar di kota mengalami hipomagnesemia, dan kekerapan ini bisa setinggi 65% pada unit rawat intensif . Jadi, anggapan sebelumnya bahwa magnesium harus disediakan di cairan rumatan hanya setelah masa rawat memanjang (misal > 7 hari) mungkin tidak berlaku lagi. Sebaliknya magnesium dan mikromineral lain serta trace element harus diberikan dini mengingat seringnya penyakit-penyakit “boros magnesium” seperti, penyakit saluran cerna (diare akut dan kronik, enteritis regional, kolitis ulseratif, malabsorpsi dll), obat-obat “boros magnesium” (diuretik, aminoglikosida, cisplatin) dan kelainan endokrin (diabetes, hiperparatiroid,hipertiroid).


(48)

Diabetes militus mungkin merupakan penyakit yang tersering berkaitan dengan defisiensi Mg. Sampai 39 persen penderita diabetes rawat jalan telah dilaporkan hipomagnesemia. Pada ketoasidosis berat, Mg bisa terbuang ke dalam urin selama asidosis. Kadar Mg mungkin normal atau tinggi akibat deplesi volume; namun, terapi cairan dan insulin menghasilkan penurunan ke kisaran subnormal. Insulin telah ditunjukkan menyebabkan perpindahan Mg ke dalam jaringan lunak. Kekurangan insulin pada diabetes tipe 1 bisa mengakibatkan penurunan Mgintrasel.

Walaupun disimpulkan bahwa hipomagnesemia disebabkan oleh diabetes dan bukan kebalikannya, defisiensi Mg juga bisa mempengaruhi onset penyakit ini. Defisit Mg mengganggu reaksi enzimatik yang menggunakan atau memproduksi adenosine triphosphate (ATP), yang memodifikasi kaskad enzimatik pada metabolisme karbohidrat, sehingga memicu DM. Defisiensi Mg dapat menghasilkan kelainan dalam aktivitas tirosin-kinase pada reseptor insulin. Kejadian ini terkait dengan timbulnya resistensi insulin dan penurunan utilisasi


(49)

Gambar 2.3.Deplesi Magnesium Pada Penyakit Saluran Cerna.

Kandungan Mg dalam cairan saluran cerna atas adalah kira-kira 1 mEq/L. Muntah-muntah dan sedot lambung dapat memperberat deplesi Mg. Kandungan Mg pada cairan diare dan drainase fistula jauh lebih tinggi ( sampai 15 mEq/L).

Akibatnya, deplesi Mg banyak dijumpai pada diare akut dan kronik, enteritis regional, kolitis ulseratif, fistula usus dan empedu. Sindrom absorpsi yang disebabkan

nontropical sprue, trauma radiasi akibat terapi untuk penyakit seperti karsinoma serviks, dan limfangiektasi usus bisa mengakibatkan defisiensi Mg. Kondisi-kondisi lain yang mengakibatkan deplesi magnesium meliputi steatorea, pankreatitis

hemoragik akut atau edematosa, dan reseksi usus halus.

Magnesium bersama-sama dengan mikromineral lain seperti kalsium, fosfat, dan zinc harus diberikan pada pasien rawat-inap dengan kelainan endokrin dan saluran cerna. Pasien dengan asupan oral tidak akurat harus dikelola dengan cairan parenteral yang sesuai mengandung unsur-unsur ini di samping glukosa dan asam amino (misal Aminofluid . Tujuan terapi cairan rumatan adalah: 1) mencegah


(50)

dehidrasi dan gangguan elektrolit 2) mencegah defisiensi mikromineral 3) mencegah dan mengatasi ketoasidosis 4) meminimalkan degradasi protein dan 5) akhirnya, diindikasikan untuk mempercepat penyembuhan. ( iyan@ho.otsuka.co.id, Jakarta, 29 Nov 2009).

2.5.5 Akibat kelebihan magnesium.

Akibat kelebihan magnesium belum diketahui secara pasti. Kelebihan magnesium terjadi pada penyakit gagal ginjal.

2.6 Elektrokoagulasi

Elektrokoagulasi adalah proses penggumpalan dan pengendapan partikel-partikel halus dalam air menggunakan energi listrik. Proses elektrokoagulasi dilakukan pada bejana elektrolisis yang didalamnya terdapat dua penghantar arus listrik searah yang disebut elektroda, yang tercelup dalam larutan limbah sebagai elektrolit. Apabila dalam suatu larutan elektrolit ditempatkan dua elektroda dan dialiri arus listrik searah, maka akan terjadi peristiwa elektrokimia yaitu gejala dekomposisi elektrolit, yaitu ion positif (kation) bergerak ke katoda dan menerima elektron yang di reduksi dan ion negative (anion) bergerak ke anoda dan menyerahkan elektron yang dioksidasi. Sehingga membentuk flok yang mampu mengikat kontaminan dan partikel-partikel dalam limbah.

2.6.1 Flokulasi

Flokulasi adalah penggabungan dari partikel-partikel hasil koagulasi menjadi partikel yang lebih besar dan mempunyai kecepatan mengendap yang lebih besar,


(51)

dengan cara pengadukan lambat. Dalam hal ini proses koagulasi harus diikuti flokulasi yaitu penggumpalan koloid terkoagulasi sehingga membentuk flok yang mudah terendapkan atau transportasi partikel tidak stabil, sehingga kontak antar partikel dapat terjadi (Sutrisno,1987).

Proses Flokulasi

Terdapat 3 (tiga) tahapan penting yang diperlukan dalam proses koagulasi yaitu: tahap pembentukan inti endapan, tahap flokulasi dan tahap pemisahan flok dengan cairan.

1. Tahap pembentukan inti Endapan

Pada tahap ini diperlukan zat koagulan yang berfungsi untuk penggabungan antara koagulan dengan pollutan yang ada dalam air. Agar penggabungan dapat berlangsung diperlukan pengadukan dan pengaturan pH. Pengadukan dilakukan pada kecepatan 60 s/d 100 rpm selama 1 s/d 3 menit ; pengaturan pH tergantung dari jenis koagulan yang digunakan misalnya :

Tawas pH 6 s/d 8 Ferro Sulfat pH 8 s/d 11 Ferri Sulfat pH 5 s/d 9

2. Tahap Flokulasi

Pada tahap ini terjadi penggabungan inti-inti endapan, sehingga menjadi molekul yang lebih besar. Pada tahap ini dilakukan pengadukan lambat dengan kecepatan 40 s/d 50 rpm selama 15 s/d 30 menit. Untuk mempercepat dapat terbentuknyaflok dapat ditambahkan flokulan misalnya polielektrolit.Polielektrolit digunakan secara luas,


(52)

baik untuk pengolahan air proses maupun untuk pengolahan air limbah industry. Polielektrolit dapat dibagi menjadi tiga jenis yaitu non ionik, kationik dan anionik, biasanya bersifat larut dalam air.

Sifat yang menguntungkan dari penggunaan polielektrolit adalah volume lumpur yang terbentuk relative lebih kecil, mempunyai kemampuan untuk menghilangkan warna dan efisien untuk proses pemisahan air dari lumpur.

3. Tahap Pemisahan flok dengan Cairan

Flok yang terbentuk selanjutnya harus dipisahkan dari cairannya, yaitu dengan cara pengendapan atau pengapungan. Bila flok yang terbentuk dipisahkan dengan cara pengendapan, maka dapat digunakan alat klarifier, sedangkan Bila flok yang terjadi diapungkan dengan menggunakan gelembung udara, maka flok dapat diambil dengan menggunakan skimmer


(53)

Zat-zat kimia yang digunakan untuk mendestabilkan partikel koloid disebut dengan koagulan. Koagulan yang paling sering digunakan adalah alumunium sulfat. Jika senyawa ini dimasukkan ke dalam air akan terionisasi membentuk Al3+ dan SO4 2-yang dapat menetralkan muatan koloid.

Al2(SO4)3 → 2 Al3+ + 3SO4 2-H2O → H + + OH

-2Al3+ + 6 OH-→ 2 Al(OH)3 (Laing D.1973).

Mekanisme yang terjadi pada proses flokulasi dengan koagulannya adalah sebagai berikut :

1. Adsorpsi flokulan (polimer) pada permukaan partikel koloid sehingga terbentuk lapisan flokulan. Dalam hal ini terjadi destabilisasi muatan elektron negatif partikel koloid oleh muatan positif hasil hidrolisa flokulan sehingga terjadi penggumpalan yang tidak stabil, proses ini disebut adsorpsi koagulasi.

2. Gumpalan (partikel-partikel) yang tidak stabil ini akan membentuk flok yang lebih besar, sehingga akibat dari tubrukan partikel-partikel dengan bantuan pengadukan, sehingga menjadi stabil dan mudah mengendap (terflokulasi). (Nainggolan,J.W.1997)


(54)

Al2(SO4)3.18 H2O + 3 Ca(HCO3)2 ==> 2 Al(OH)3 +3 Ca(SO4) + 6 CO2 + 18 H2O alkalinity

Al2(SO4)3.18 H2O + 3 Ca(OH)2 ==> 2 Al(OH)3 + 3 Ca(SO4) + 3 CO2 + 18 H2O mengendap

Pengendapan kotoran dapat terjadi karena pembentukan alumunium hidroksida, Al(OH)3 yang berupa partikel padat yang akan menarik partikel - partikel kotoran sehingga menggumpal bersama-sama, menjadi besar dan berat dan segera dapat mengendap.

Reaksi Pada Katoda

Reaksi pada katoda adalah reduksi terhadap kation. Jadi yang diperhatikan hanya kation saja.

1. Jika larutan mengandung ion-ion logam alkali, ion-ion logam alkali tanah, ion logam Al3+ dan ion Mg2+, maka ion-ion logam alkali ini tidak dapat direduksi dari larutan.Yang akan mengalami reduksi adalah pelarut (air) dan terbentuk gas Hidrogen (H2) pada katoda.

2 H2O + 2e ==> 2 OH- + H2

2. Jika larutan mengandung asam, maka ion H+ dari asam akan direduksi menjadi gas hydrogen pada katoda.

2 H+ + 2e ==> H2

3. Jika larutan mengandung ion-ion lain, maka ion-ion logam ini akan direduksi menjadi logamnya dan logam yang terbentuk itu diendapkan pada permukaan batang katoda.


(55)

Fe2+ + 2e ==> Fe

Mn2+ + 2 e ==> Mn (Suaib,1994).

Reaksi pada Anoda

1. Elektroda pada anoda, elektrodanya dioksidasi menjadi ionnya. Contoh : Al ==> Al3+ + 3 e

Zn ==> Zn2+ + 2 e

2. Dalam system elektrokimia dengan anoda terbuat dari alumunium, beberapa kemungkinan reaksi elektroda dapat terjadi sebagai berikut; Anoda Al ==> Al3+ + 3e

Katoda : 2 H2O + 2 e ==> H2 + 2OH a. 2 H+ + 2e ==> H2

b. O2 + 4 H+ + 4e ==> 2 H2O

2.6.2 Proses Elektrokoagulasi

Elektrokoagulasi dikenal juga sebagai elektrolisis gelombang pendek. Elektrokoagulasi merupakan suatu proses yang melewatkan arus listrik ke dalam air. Itu dapat digunakan menjadi sebuah uji nyata dengan proses yang sangat efektif untuk pemindahan bahan pengkontaminasi di dalam air. Proses ini dapat mengurangi lebih dari 99% kation logam berat. Pada dasarnya sebuah elektroda logam akan teroksidasi


(56)

dari logam M menjadi kation (Mn+). Selanjutnya, air akan direduksi menjadi gas hidrogen dan ion hidroksil (OH). Elektrokoagulasi ini dikenal sebagai reaksi in situ kation logam.

Gambar 2.5. Prinsif Kerja Elektrokoagulasi. Interaksi yang terjadi dalam larutan :

1. Migrasi menuju muatan elektroda yang berlawanan (elektroporesis) dan netralisasi muatan.

2. Kation atau ion hidroksil membentuk sebuah endapan dengan pengotor.

3. Interaksi kation logam dengan OH- membentuk sebuah hidroksida, dengan sifat adsorpsi yang tinggi selanjutnya berikatan dengan pollutan (bridge coagulation). 4. Senyawa hidroksida yang terbentuk membentuk gumpalan (flok) yang lebih besar

.


(57)

6. Sesudah flok terjadi,gas H2 membantu Flotasi dengan membawa pollutan kelapisan buih flok di permukaan cairan. (Holt,P.2006).

Gambar 2.6. Interaksi Dalam Proses Elektrokoagulasi

2.6.3 Keuntungan Elektrokoagulasi

Eletrokoagulasi menggunakan peralatan yang sederhana dan mudah dioperasikan. Pengolahan air limbah dengan elektrokoagulasi menghasilkan air yang bersih, warna dan baunya berkurang. Endapan yang terbentuk dari proses elektrokoagulasi lebih mudah dipisahkan dari air. Flok-flok yang dibentuk dengan elektrokoagulasi memiliki persamaan dengan flok-flok kimia. Hasil elektrokoagulasi dapat menurunkan total padatan terlarut. Proses elektrokoagulasi dapat memindahkan partikel-partikel koloid yang lebih kecil. Proses elektrokoagulasi dapat diatur arus listriknya.


(58)

2.6.4 Kerugian Elektrokoagulasi

Elektrodanya dapat terlarut sehingga dapat mengakibatkan terjadinya oksidasi. Penggunaan arus listrik yang mahal. Pada berbagai sistem elektrokoagulasi, lapisan oksida dapat membentuk katoda dan pengaturan unit elektrokoagulasi kurang efisien. (http://en.wikipedia.org./wiki/elektrocoagulation,2008).

Elektrodanya dapat terlarut sehingga dapat mengakibatkan terjadinya oksidasi. Penggunaan arus listrik yang mahal. Pada berbagai sistem elektrokoagulasi, lapisan oksida dapat membentuk katoda dan pengaturan unit elektrokoagulasi kurang efisien. kurang efisien. kurang kurang kurang .

(http://en.wikipedia.org./wiki/elektrocoagulation,2008).

2.7 Spektrofotometer Serapan Atom ( SSA )

Sejak diperkenalkan oleh A. Walsh ( 1955 ) metoda spektrofotometer serapan atom ( SSA ) telah mengalami perkembangan yang sangat pesat. Sampai saat ini telah digunakan untuk mendeteksi ( menganalisa ) hampir keseluruhan unsur – unsur logam yang terdapat di dalam jadwal berkala unsur ( sistem periodik unsur ). Metoda SSA digunakan untuk menganalisis sampel yang terdapat di dalam bentuk bahan – bahan biologi, pertanian, makanan dan minuman, air tanah, pupuk, besi baja dan juga bahan – bahan pencemar lingkungan. Pada tahun terakhir ini alat SSA semakin sensitive dan canggih dan dapat digabungkan dengan computer dalam pengolahan datanya. Investasi besar dalam peralatan – peralatan seperti SSA amat penting dalam


(59)

menunjang misi laboratorium. Maka pemanfaatannya bergantung pada kemampuan sumber daya manusia, seperti kemampuan pemahaman teori dasar, spectrum aplikasi, ketertelusuran metoda analisis yang disyaratkan pada SNI 19 – 17025 – 2000 .

Spektrofotometer Serapan Atom adalah metoda analisis yang berdasarkan pada pengukuran radiasi cahaya yang diserap atom bebas . Analisis menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom ini mempunyai keuntungan berupa analisisnya sangat peka, teliti dan cepat, pengerjaannya relative sederhana serta tidak perlu dilakukan pemisahan unsur logam dalam pelaksanaannya.

Analisis Spektrofotometer Serapan Atom yang didasarkan pada proses penyerapan energi radiasi dari sumber nyala atom – atom yang berada pada tingkat energi dasar. Komponen – komponen utama yang menyusun Spektrofotometer Serapan Atom adalah sumber cahaya, atomizer, monokromator, detector, dan penampilan data

2.7.1 Instrumentasi Spektrofotometer Serapan Atom

Prinsip utama untuk pengukuran penyerapan atom adalah pelemahan radiasi . latar belakang spesifik untuk elemen tertentu karena penyerapan yang dialami oleh sampel dalam atomisasi. Perbandingan antara radiasi awal dan dilemahkan satu memberikan informasi mengenai konsentrasi dari unsur dalam sampel dianalisis. Komponen utama spektrometer serapan atom adalah:

1. Sumber radiasi khusus untuk unsur-unsur tertentu (lampu dengan katoda yang kosong atau tanpa elektrode).


(60)

3. Monochromator 4. Photo-detektor

5. Komputer untuk kontrol peralatan dan analisis data.

Sumber radiasi spektrometer serapan atom harus berisi elemen yang diukur dalam sampel. Ada akan digunakan lampu dengan katoda kosong, membangun dari atau diisi dengan elemen tertentu atau lampu tanpa elektrodasilinder kaca yang berisi beberapa miligram dari unsur ini. Sumber radiasi memancarkan energi radiasi khusus untuk unsur tertentu, yang melintasi komponen sampel. Di sini radiasi dilemahkan karena penyerapan oleh atomisasi sampel. Sinyal yang diterima dari foto-detektor yang diperkuat dan diproses untuk penentuan nilai dan ditampilkan pada layar komputer atau, akhirnya,dicetak di atas kertas.


(61)

BAB 3

METODA PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Analitik FMIPA USU dengan mengambil sampel dari Desa Hutabalang Kecamatan Badiri Kabupaten Tapanuli Tengah.

3.2 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh air yang menggenangi lahan gambut didesa Hutabalang Kecamatan Badiri Kabupaten Tapanuli Tengah dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Menentukan lokasi 5 (lima) titik yang ditarik secara diagonal dari tepi lahan gambut.

2. Dari titik itu masing-masing sampel diambil dua titik kedalaman yaitu pada titik 0,2 x dan 0,8 x kedalaman gambut.

3. Membilas terlebih dahulu bagian dalam penampang (alat untuk mengambil sampel)secara merata sebanyak 3(tiga) kali dengan sampel tersebut.

4. Mengambil sampel sebanyak volume yang sama dan dicelupkan dalam wadah secara merata/homogeny. Wadah sebelumnya telah diperlakukan seperti penampung yaitu dibilas sebanyak 3 (tiga) kali dengan sampel. Secara sekematis dapat digambarkan seperti skema dibawah ini:


(62)

Gambar 3.1. Skematis pengambilan sampel

X X

X

X X

38

3.3 Alat – alat yang digunakan ;

Spektrofotometri Serapan Atom ( SSA ), Shimadzu tipe AA-6300 Lampu hollow katoda Mn

Lampu hollow katoda Zn Lampu hollow katoda Mg Erlenmeyer 250 ml

Pipet ukur 5 ml; 10 ml; 20 ml; 30 ml; 40 ml dan 60 ml Labu ukur 100 ml

Corong gelas

Adaptor 3-13,8 V/10 A (BST ech) Kabel tembaga

Lempengan alumunium Stopwatch (Diamond) Indikator Universal Labu takar (Pyrex) Pemanas listrik


(63)

Kertas saring whatman 40, dengan ukur pori θ 0,42 µm ; dan Labu semprot

3.4 Bahan – bahan yang digunakan ; Akuadest

Asam nitrat ( HNO3 ) pekat p.a (E.Merck) Larutan standar logam seng ( Zn )

Larutan standar logam Mangan(Mn) Larutan standar logam Magnesium (Mg) Gas asetilen ( C2H2 )

Asam klorida ( HCl ) pekat p.a (E.Merck)

3.5 Prosedur Penelitian 3.5.1 Preparasi Sampel

Mengingat jauhnya jarak lokasi pengambilan sampel dengan lokasi penelitian, maka sampel perlu dilakukan pengawetan contoh uji dengan asam nitrat (HNO3 ) pekat 3.5.2 Proses Pembuatan Kurva kalibrasi

3.5.2.1 Pembuatan Kurva Kalibrasi Mangan (Mn)

1. Pembuatan larutan baku logam Mangan(Mn)100 mg/l ( SNI 06 – 6989.4-2004

2. Pembuatan larutan standar logam Mangan(Mn) 10 mg/l .(SNI 06 – 3. Pengukuran konsentrasi logam mangan(Mn) dengan SSA


(64)

Langkah-langkah Pengukuran Konsentrasi Sampel:

a. Mengoptimalkan Alat SSA sesuai petunjuk penggunaan alat.

b. Beberapa parameter pengukur untuk logam mangan ( Mn ) ditetapkan sebagai berikut ;

Tabel. 3.1. Tabel Parameter Pengukuran Untuk Logam Mangan ( Mn)

No Parameter Spesifikasi

1. 2. 3. 4.

Panjang gelombang Tipe nyala

Lebar celah Lampu katoda

248,30 nm Asetilen / Udara

0,2 – 2 nm mA0 Sumber : Petunjuk Penggunaan Alat SSA Shimadzu Tipe AA-6300

c. Kemudian mengukur masing – masing larutan standar ( larutan kerja ) yang telah dibuat pada panjang gelombang 248,30 nm. Nilai absorbansinya akan terlihat .

d. Buat kurva kalibrasi untuk memdapatkan persamaan garis regresi Dilanjutkan dengan pengukuran contoh uji yang sudah dipersiapkan ( SNI 06 – 6989.4 – 2004 ).

3.5.2.2. Pembuatan Kurva Kalibrasi Seng (Zn)

1. Pembuatan larutan baku logam seng, Zn 100 mg/l (SNI 06 – 6989.7 – 2004)


(65)

2. Pembuatan larutan baku logam seng, Zn 10 mg/l ( SNI 06 – 6989.7 - ) 2004 14, Pembuatan larutan standar logam seng ( Zn ). ( SNI 06 – 6989.7 – 2004 )

3. Pengukuran konsentrasi logam seng ( Zn ) dengan SSA 4. Mengoptimalkan Alat SSA sesuai petunjuk penggunaan alat.

5. Beberapa parameter pengukur untuk logam seng ( Zn ) ditetapkan sebagai berikut ;

Tabel. 3.2 Tabel Parameter Pengukuran Untuk Logam Seng ( Zn )

No Parameter Spesifikasi

1. 2. 3. 4.

Panjang gelombang Tipe nyala

Lebar celah Lampu katoda

213,90 nm Asetilen / Udara

0,05 nm 5,0 mA0 Sumber : Petunjuk Penggunaan Alat SSA Shimadzu Tipe AA-6300

Kemudian mengukur masing – masing larutan standar ( larutan kerja ) yang telah dibuat pada panjang gelombang 213,9 nm. Nilai absorbansinya akan terlihat .

6. Buat kurva kalibrasi untuk memdapatkan persamaan garis regresi

7. Dilanjutkan dengan pengukuran contoh uji yang sudah dipersiapkan .( SNI 06 – 6989.7 – 2004 )


(66)

3.5.2.3. Pembuatan Kurva Kalibrasi Magnesium, (Mg)

1. Pembuatan larutan baku logam Magnesium, (Mg) 100 mg/l ( SNI 06 – 6989.4 – 2004)

2. Pembuatan larutan standar logam Magnesium, ( Mg ) 10 mg/l .(SNI 06 – 6989.4 2004)

3. Pengukuran konsentrasi logam magnesium ( Mg ) dengan SSA 4. Mengoptimalkan Alat SSA sesuai petunjuk penggunaan alat.

5. Beberapa parameter pengukur untuk logam magnesium ( Mg ) ditetapkan sebagai berikut ;

Tabel. 3.3.Tabel Parameter Pengukuran Untuk Logam Magnesium ( Mg)

No Parameter Spesifikasi

1. 2. 3. 4. Panjang gelombang Tipe nyala Lebar celah Lampu katoda

248,30 nm Asetilen / Udara

0,2 – 2 nm 12 mA0 Sumber : Petunjuk Penggunaan Alat SSA Shimadzu Tipe AA-6300

Kemudian mengukur masing – masing larutan standar ( larutan kerja ) yang telah dibuat pada panjang gelombang 248,30 nm. Nilai absorbansinya akan terlihat .

6. Buat kurva kalibrasi untuk memdapatkan persamaan garis regresi

7. Dilanjutkan dengan pengukuran contoh uji yang sudah dipersiapkan (SNI 06 – 6989.4 – 2004 ).


(67)

Bagan Pembuatan Kurva Kalibrasi Mangan (Mn)

Dipipet, diambil 10 ml Dimasukkan kedalam labu 100 ml

Ditambahkan aquades sampai tanda batass

Dipipet diambil 50 ml Dimasukkan kedalam labu 500 ml

Ditambahkan aquades sampai tanda batas

Diambil dengan pipet masing-masing Sebanyak :

LARUTAN BAKU Mn 10 mg/ml

LARUTAN BAKU Mn 100 mg/l LARUTAN BAKU Mn 1000 mg/l

(SNI 06-6989.41-2005)

Masing-masing dimasukkan Kedalam 100 ml dan diencerkan hingga tanda batas.

Masing-masing dilakukan

pengukuran absorbannya dengan SSA

0 ml 1 ml 5 ml 10 ml

Larutan Standar Mn (0; 0,1; 0,5;1,0;2,00 mgr/ml)


(68)

Bagan Pembuatan Kurva Kalibrasi Zinkum (Zn)

Dipipet, diambil 10 ml Dimasukkan kedalam labu 100 ml

Ditambahkan aquades sampai tanda batass

Dipipet diambil 50 ml Dimasukkan kedalam labu 500 ml

Ditambahkan aquades sampai tanda batas LARUTAN BAKU

Zn 1 mg/l

LARUTAN BAKU Zn 100 mg/l LARUTAN BAKU Zn 1000 mg/l

(SNI 06-6989.43-2005)

Diambil dengan pipet masing-masing Sebanyak :

Masing-masing dimasukkan Kedalam 100 ml dan diencerkan hingga tanda batas.

Masing-masing dilakukan pengukuran absorbannya dengan SSA

0 ml 0,5 ml 1,0 ml 2,0 ml

Larutan Standar Zn (0; 0,05; 0,10;0,20;0,50 gr/ml)


(69)

Bagan Pembuatan Kurva Kalibrasi Magnesium (Mg)

Dipipet, diambil 10 ml Dimasukkan kedalam labu 100 ml

Ditambahkan aquades sampai tanda batass

Dipipet diambil 50 ml Dimasukkan kedalam labu 500 ml

Ditambahkan aquades sampai tanda batas LARUTAN BAKU Mg 100 mg/l

LARUTAN BAKU Mg 10 mg/ml

LARUTAN BAKU Mg 1000 mg/l (SNI 06-6989.2004)

Diambil dengan pipet masing-masing Sebanyak :

Masing-masing dimasukkan Kedalam 100 ml dan diencerkan hingga tanda batas.

Masing-masing dilakukan

pengukuran absorbannya dengan SSA

0 ml 1,0 ml 2,0 ml 3,0 ml

HASIL ABSORBAN Kurva Kalibrasi Larutan Standar Mg

(0; 100,0; 200,0;300,0;400,00


(70)

Proses Elektrokoagulasi Air Gambut.

Air Gambut 1000 mL

tidak dielektrokoagulasi dielektrokoagulasi tanpa tawas dielektrokoagulasi dengan penambahan tawas 10 ml

Flok-flok

Filtrat

Dipekatkan dengan pemanasan sampai 10 kali

Dianalisa Logam Mn, Zn, dan Mg dengan pektroskopy Serapan Atom (AAS)

Dianalisis Hasil


(71)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian.

4.1.1 Pengukuran pH dan Warna Air Gambut.

Pengolahan air gambut yang dilakukan dengan cara hanya elektrokoagulasi saja tidak memberikan pengaruh yang signifikan. Hal ini disebabkan oleh karena air gambut lebih dominan senyawa-senyawa organik daripada senyawa-senyawa anorganik. Penambahan tawas yang kemudian dielektrokoagulasi ternyata mampu digunakan dalam pengolahan air gambut. Hal ini disebabkan oleh karena tawas dapat bertindak sebagai sumber ion elektrolit dalam proses koagulasi yang kemudian diikuti proses flokulasi yang membentuk gerombolan (flok-flok) yang lebih besar berupa Fe(OH)3 dan Al(OH)3. Dengan terjadinya peningkatan konsentrasi ion-ion Al3+ mengakibatkan terjadinya kenaikan pH air gambut dari 4,7 menjadi 6,8. Dan dengan terbentuknya flok-flok tersebut yang diikuti dengan pengendapan maka terjadilah perubahan warna air gambut dari keruh kecoklatan menjadi bening. (Susilawati, 2010). Data perubahan pH dan warna dapat dilihat pada tabel 4.1 di bawah ini.


(72)

Tabel 4.1. Data Hasil Pengukuran pH dan Warna Sampel Air Gambut Sebelum, Sesudah Dielektrokoagulasi dan Penambahan Tawas 10 ml/1000 ml.

Hasil Uji No Parameter Satuan Sebelum

dielektrokoagulasi

Sesudah dielektrokoagulasi

Sesudah

dielektrokoagulasi dan penambahan tawas

1 pH - 4,7 5,5 6,8

2 Warna TCU 94,652 75,211 11,174

Mekanisme penurunan pH air gambut setelah dilakukan elektrokoagulasi sesuai dengan yang dikemukakan oleh (Peter Holt 1999).

48

Terbentuknya senyawa Al(OH)3 yang merupakan basa lemah dapat Menetralkan asam-asam humic yang terdapat dalam air gambut, sehingga terjadi kenaikan pH.

4.1.2 Pengukuran Kandungan Mangan ( Mn ).

Pada pengukuran kandungan Mangan (Mn) dalam air gambut yang belum dan telah dijernihkan dengan metoda elektrokoagulasi dimulai dengan pengukuran absorban larutan standar Mangan (Mn) dengan Spektroskopi Serapan Atom (SSA). Data hasil pengukuran absorbansi dari larutan standar Mangan (Mn) diplotkan terhadap konsentrasi larutan standar Mangan (Mn) tertera pada tabel 4.2 berikut.


(73)

Tabel 4.2. Data Hasil Pengukuran Absorbansi Larutan Standar Seng (Zn)

No Kadar ( mg/L ) Absorbansi ( A )

1. 2. 3. 4. 5.

0,0000 0,2500  0,5000  0,7500  1,0000 

0,0000  0,0050  0,0100  0,0150  0,0200 

4.1.2.1. Penentuan Kurva Kalibrasi dengan Analisis Regresi.

Dari absorbansi yang diperoleh selanjutnya dengan metoda Least – Square diperoleh data yang tertera pada tabel 1 lampiran 2, kemudian dibuat kurva kalibrasi antara konsentrasi dengan absorban. Berikut ini kurva kalibrasi larutan standard Mangan (Mn)


(74)

Diperolehnya gambar 4.1. dari formula persamaan garis regresi linier hubungan antara absorban terhadap konsentrasi larutan standard sebagai berikut : Y = 0,0036070 + 0,021990X, dimana Y = nilai absorban dan X = konsentrasi kandungan mangan (Mn) dalam air gambut. Nilai koefisien korelasi ( r ) sebesar 0,9990, hasil ini menunjukkan bahwa antara kandungan mangan (Mn)) dalam konsentrasi – absorbansi berkorelasi positif dan korelasinya erat ( r2 = 0,998001 ), nilai r2 sebesar 0,998001 berarti kurva pada gambar 4.1 tersebut mempunyai keakuratan dalam menentukan konsentrasi sebesar 99,80 %. Selanjutnya untuk menentukan kandungan mangan (Mn) dalam sample I, II, III dilakukan pengukuran absorban. Data absorban larutan sampel dapat ada pada lampiran 5.

4.1.2.2. Penentuan Kandungan mangan (Mn) dari Sampel Air Gambut yang diambil dari Sibolga.

Dari data pengukuran absorbansi terhadap sampel Air Gambut diperoleh serapan ( Y ) sebagai berikut ;

Y1 = 0,0015 Y2 = 0,0017 Y3 = 0,0014

Dengan mensubstitusikan nilai Y (absorbansi) ke persamaan regresi, Y = 0,00005 + 0,00528X

Maka diperoleh : X1 = 0,2746 X2 = 0,3125


(75)

X3 = 0,2557

Dengan demikian kandungan kadar mangan (Mn) dari sampel air baku dari tempat pengisian Air Gambut:

∑Xi 0,8428

X = = = 0,2809 mg/l

n 3

(X1 – X)2 = (0,2746 – 0,2809)2 = 0,00003986 (X2 – X)2 = (0,3125 – 0,2809)2 = 0,0010000

(X3 – X)2 = (0,2557 – 0,2809)2 = 0,0006377 +

∑ (Xi – X)2 = 0,00167

∑ (Xi – X)2 0,00167

Maka : S = √ = √ = 0,02896

n – 1 3

S 0,02896

Diperoleh harga, Sx = = = 0,01672

√n √3

Dari data hasil distribusi t student untuk n = 3, derajat kebebasan (dk) = n – 1 = 2. Untuk derajat kepercayaan 95% (p = 0,05), nilai t = 4,30. Maka d = t (0,05 ; n – 1) Sx d = 4,30 x 0,01672 = 0,0719

Dari data pengukuran kandungan mangan (Mn) dari sampel air gambut yang diambil dari Sibolga adalah 0,2809 ± 0,0719 mg/l.


(1)

Dit et apkan di : Jakar t a Pada t anggal : 13 Sept em ber 1990 Ment er i Kesehat an Republik I ndonesia, t t d Dr . Adhyat m a, MPH


(2)

LAMPIRAN 2

Data Hasil Perhitungan Penurunan Persamaan Garis Regresi Untuk Mangan (Mn)

No Xi

(mg/L) Yi (A) Xi² (Xi - X) (Yi - Y) ( Xi - X)² (Yi - Y)² (Xi-X)(Yi-Y) Xi - Yi Xi x Yi

1 0.00000 0.00000 0.00000

-0,50000

-0,01000 0,25000 0,00010 0,00500 0.00000 0.00000

2 0,25000 0,00500 0,06250

-0,25000

-0,00500 0,06250 0,00003 0,00125 0,24500 0,00125

3 0,50000 0,01000 0,25000 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000 0,49000 0,00500

4 0,75000 0,01500 0,56250 0,25000 0,00500 0,06250 0,00003 0,00125 0,73500 0,01125

5 1,00000 0,02000 1,00000 0,50000 0,01000 0,25000 0,00010 0,00500 0,98000 0,02000

∑ 2,50000 0,05000 1,87500 0,00000 0,00000 0,62500 0,00025 0,01250 2,45000 0,03750

Data Hasil Perhitungan Penurunan Persamaan Garis Regresi untuk Zinkum ( Zn )

No Xi

(mg/L) Yi (A) Xi² (Xi - X) (Yi - Y) ( Xi - X)² (Yi - Y)² (Xi-X)(Yi-Y) Xi - Yi Xi xYi

1 0.0000 0.0000 0.0000 -0,2000 -0,008 0,4000 0,000064 0,0016 0.00000 0.00000

2 0,1000 0,0040  0,1000 -0,1000 -0,004 0,1000 0,000016 0,0040 0,09600 0,00040

3 0,2000 0,0080  0,4000 0.0000 0.0000 0.0000 0.00000 0.0000 0,19200 0,0016 4 0,3000  0,0120 0,9000 0,1000 0,004 0,1000 0,000016 0,004 0,28800 0,0036 5 0,4000 0,0160 0,1600 0,2000 0,008 0,4000 0,000064 0,0016 0,38400 0,0064 ∑ 1,0000 0,0400  1,5600 0.0000 0.0000 1,0000 0,000112 0,0112 0,96000 0,012 

Data Hasil Perhitungan Penurunan Persamaan Garis Regresi untuk Magnesium (Mg)

No Xi (mg/L) Yi (A) Xi² (Xi - X) (Yi - Y) ( Xi - X)² (Yi - Y)² (Xi-X)(Yi-Y) Xi - Yi Xi x Yi 1 0,00000 0,00000 0,00000 -0,20000 -0,06880 0,04000 -0,00030 0,01200 0,00000 0,00000 2 0,10000 0,17050 0,01000 -0,10000 0,10161 0,01000 0,01030 0,01016 -0,07050 0,01705 3 0,20000 0,34170 0,04000 0,00000 0,27280 0,00000 0,07440 0,00000 -0,14170 0,02330 4 0,30000 0,51690 0,09000 0,10000 0,44800 0,01000 0,20070 0,04480 -0,21690 0,15507 5 0,40000 0,69320 0,16000 0,20000 0,62430 0,04000 0,38976 0,12486 -0,29320 0,27728

1,00000   1,72230  0,30000  0,00000 1,37792  0,10000 

 0,67486 


(3)

LAMPIRAN 3

Tabel 5. Data Hasil Pengukuran Absorbansi Mangan (Mn) Sampel Air Gambut

Sebelum Dielektrokoagulasi .

Absorbansi Mangan ( Mn )

I II III

Ulangan Ulangan Ulangan

Waktu Pengambilan

1 2 3 1 2 3 1 2 3

A B C 0,0314 0,0287 0,0241 0,0322 0,0290 0,0251 0,0318 0,0289 0,0255 0,0322 0,0290 0,0251 0,0318 0,0289 0,0255 0,0314 0,0287 0,0241 0,0318 0,0289 0,0255 0,0314 0,0287 0,0241 0,0322 0,0290 0,0251

Tabel 9. Data Hasil Pengukuran Absorbansi Mangan (Mn) Sampel Air Gambut

Sesudah Dielektrokoagulasi.

Absorbansi Mangan ( Mn )

I II III

Ulangan Ulangan Ulangan

Waktu Pengambilan

1 2 3 1 2 3 1 2 3

A B C 0,0300 0,0265 0,0221 0,0301 0,0281 0,0239 0,0298 0,0262 0,0237 0,0301 0,0281 0,0239 0,0300 0,0265 0,0221 0,0298 0,0262 0,0237 0,0298 0,0262 0,0237 0,0300 0,0265 0,0221 0,0301 0,0281 0,0239

Tabel 12. Data Hasil Pengukuran Absorbansi Mangan (Mn) Sampel Air Gambut

Sesudah Dielektrokoagulasi dan Penambahan tawas 10 ml /1000 mL

Absorbansi Mangan ( Mn )

I II III

Ulangan Ulangan Ulangan

Waktu Pengambilan

1 2 3 1 2 3 1 2 3

A B C 0,0241 0,0215 0,0211 0,0251 0,0211 0,0189 0,0255 0,0222 0,0197 0,0251 0,0211 0,0189 0,0255 0,0222 0,0197 0,0241 0,0215 0,0211 0,0255 0,0222 0,0197 0,0241 0,0215 0,0211 0,0251 0,0211 0,0189


(4)

LAMPIRAN 4

Tabel 7. Data Hasil Pengukuran Absorbansi Zinkum (Zn) Sampel Air Gambut

Sebelum Dielektrokoagulasi .

Absorbansi Zinkum (Zn)

I II III

Ulangan Ulangan Ulangan

Waktu Pengambilan

1 2 3 1 2 3 1 2 3

A B C 0,0597 0,0808 0,0442 0,1510 0,0852 0,0696 0,1497 0,0793 0,0629 0,1510 0,0852 0,0696 0,1497 0,0793 0,0629 0,0597 0,0808 0,0442 0,1497 0,0793 0,0629 0,0597 0,0808 0,0442 0,1510 0,0852 0,0696

Tabel 10. Data Hasil Pengukuran Absorbansi Zinkum (Zn) Sampel Air Gambut

Sesudah Dielektrokoagulasi.

Absorbansi Zinkum (Zn)

I II III

Ulangan Ulangan Ulangan

Waktu Pengambilan

1 2 3 1 2 3 1 2 3

A B C 0,0751 0,0800 0,0512 0,0510 0,0732 0,0296 0,0849 0,0693 0,0578 0,0510 0,0732 0,0296 0,0849 0,0693 0,0578 0,0751 0,0800 0,0512 0,0849 0,0693 0,0578 0,0510 0,0732 0,0296 0,0751 0,0800 0,0512

Tabel 13. Data Hasil Pengukuran Absorbansi Zinkum (Zn) Sampel Air Gambut

Sesudah Dielektrokoagulasi dan Penambahan tawas 10 ml /1000 mL

Absorbansi Zinkum (Zn)

I II III

Ulangan Ulangan Ulangan

Waktu Pengambilan

1 2 3 1 2 3 1 2 3

A B C 0,1516 0,0821 0,0612 0,1510 0,0832 0,0696 0,0568 0,0877 0,0382 0,1510 0,0832 0,0696 0,0568 0,0877 0,0382 0,1516 0,0821 0,0612 0,0568 0,0877 0,0382 0,1510 0,0832 0,0696 0,1516 0,0821 0,0612


(5)

LAMPIRAN 5

Tabel 8. Data Hasil Pengukuran Absorbansi Magnesium (Mg) Sampel Air

Gambut Sebelum Dielektrokoagulasi.

Absorbansi Magnesium (Mg)

I II III

Ulangan Ulangan Ulangan

Waktu Pengambilan

1 2 3 1 2 3 1 2 3

A B C 0,3910 0,1974 0,1785 0,3840 0,1979 0,1786 0,3861 0,1987 0,1775 0,3910 0,1974 0,1785 0,3840 0,1979 0,1786 0,3861 0,1987 0,1775 0,3840 0,1979 0,1786 0,3861 0,1987 0,1775 0,3910 0,1974 0,1785

Tabel 11. Data Hasil Pengukuran Absorbansi Magnesium (Mg) Sampel Air Gambut

Sesudah Dielektrokoagulasi.

Absorbansi Magnesium (Mg)

I II III

Ulangan Ulangan Ulangan

Waktu Pengambilan

1 2 3 1 2 3 1 2 3

A B C 0,2871 0,1687 0,1455 0,3010 0,1674 0,1485 0,2840 0,1679 0,1480 0,3010 0,1674 0,1485 0,2871 0,1687 0,1455 0,2840 0,1679 0,1480 0,2840 0,1679 0,1480 0,2871 0,1687 0,1455 0,3010 0,1674 0,1485

Tabel 14. Data Hasil Pengukuran Absorbansi Magnesium (Mg) Sampel Air Gambut

Sesudah Dielektrokoagulasi dan Penambahan tawas 10 ml /1000 mL

Absorbansi Magnesium (Mg)

I II III

Ulangan Ulangan Ulangan

Waktu Pengambilan

1 2 3 1 2 3 1 2 3

A B C 0,2251 0,1537 0,1366 0,2246 0,1513 0,1259 0,2220 0,1493 0,1245 0,2246 0,1513 0,1259 0,2251 0,1537 0,1366 0,2220 0,1493 0,1245 0,2220 0,1493 0,1245 0,2246 0,1513 0,1259 0,2251 0,1537 0,1366


(6)

LAMPIRAN 6

Gambar Peta Tapanuli Tengah dan Curah Hujan Januari – Juni 2010

ngah dan Curah Hujan Januari – Juni 2010