PENDAHULUAN Pendekatan Saintifik Dan Implementasinya

PENDEKATAN SAINTIFIK DAN IMPLEMENTASINYA DALAM KURIKULUM 2013 Oleh Prof. Dr. Marsigit, M.A. Dosen Jurusan Pendidikan Matematika, FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta http:powermathematics.blogspot.com; http:uny.academia.eduMarsigitHrd

I. PENDAHULUAN

Secara normatif, pendekatan atau metode Saintifik dapat ditelusuri melalui sejarah pemikiran yang terangkum dalam Filsafat Ilmu, yang tercatat sejak jaman Yunani sampai jaman kontemporer dewasa ini. Secara formal, pendekatan Saintifik dapat ditelusuri pada dokumen Kurikulum 2013, sebagai pengusung metode pembelajaran berkerangka ilmiah di sekolah. Dokumen Kurikulum 2013 menerangkan bahwa pendekatan Saintifik adalah pendekatan ilmiah yang dapat digunakan untuk pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik. Dalam sintaknya, pendekatan Saintifik dianggap sebagai salah satu metode Induksi khusus menuju umum yang dilawankan dengan metode Deduktif umum menuju khusus. Metode Saintifik yang bersifat induktif dipandang lebih cocok dengan dunia penemuan ilmiah inquiry dan dengan dunia anak-anak sekolah. Hal ini karena metode Saintifik berangkat dari telaah objek-objek kongkrit, investigasi, memperoleh pengetahuan baru, atau mengoreksi dan memadukan pengetahuan sebelumnya. Sebagai metode ilmiah, metode saintifik memuat serangkaian aktivitas pengumpulan data melalui observasi atau ekperimen, mengolah informasi atau data, menganalisis, kemudian memformulasi, dan menyimpulkan hasil. Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 81a Tahun 2013 Tentang Implementasi Kurikulum Pedoman Umum Pembelajaran, mengamanatkan Strategi pembelajaran yang melibatkan pendekatan Saintifik, sebagai sangat diperlukan untuk menunjang terwujudnya kompetensi yang terurai dalam Kurikulum 2013, serta cara bagaimana siswa mampu mencapainya. Kajian referensi oleh beberapa nara sumber 2013 menyimpulkan bahwa dalam rangka melaksanakan Kurikulum 2013, terdapat berbagai macam metode pembelajaran yang selaran dan menunjang pendekatan saintifik, diantaranya: Pembelajaran dengan Pendekatan Ilmiah, Pendekatan Pembelajaran Kontekstual, Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah, Pendekatan Pembelajaran Berbasis Proyek, Pendekatan Pembelajaran Kooperatif, dan Pendekatan Pembelajaran Komunikatif. Kurikulum 2013 merupakan kurikulum berbasis kompetensi Competence_Based Curriculum, di mana kurikulum ini dapat dikategorikan sebagai pengalaman bukan sekedar pedoman atau kumpulan materi untuk dipelajari. Konsekuensinya, guru dalam pembelajaran harus memfasilitasi para siswa dengan berbagai kegiatan sehingga para siswa mendapat pengalaman belajar yang bermakna. Dengan demikian kurikulum ini merekomendasikan metode pembelajaran yang bercirikan adanya permasalahan nyata yang tidak terstruktur dengan baik sebagai konteks untuk para peserta didik belajar berfikir kritis dan keterampilan memecahkan masalah dan memperoleh pengetahuan. Diasumsikan bahwa pembelajaran merupakan proses yang aktif, kolaboratif, terintegrasi, dan konstruktif yang dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial. Kegiatan pembelajaran dalam skema Kurikulum 2013 diselenggarakan untuk membentuk watak, membangun pengetahuan, sikap dan kebiasaan- kebiasaan untuk meningkatkan mutu kehidupan peserta didik. Kegiatan pembelajaran diharapkan mampu memberdayakan semua potensi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang diharapkan. Pemberdayaan diarahkan untuk mendorong pencapaian kompetensi dan perilaku khusus supaya setiap individu mampu menjadi pembelajar sepanjang hayat dan mewujudkan masyarakat belajar. Dengan demikian guru diharapkan mampu mengimplementasikan metode pembelajaran yang inovatif students-centered; pembelajaran konvensional teacher-centered dianggap tidak lagi mampu memenuhi harapan-harapan di atas. Agar siswa mampu mengembangkan sikap dan pengalaman sesuai dengan perbedaan potensinya, maka peran guru tidak lagi sebagai pentransfer ilmu, melainkan sebagai fasilitator atau membantu siswa agar siswa mampu menguasai berbagai kompetensi yang diharapkan. Oleh karena itu, kegiatan pembelajaran yang diselenggarakan diharap mampu mengembangkan kemampuan untuk mengetahui, memahami, melakukan sesuatu, hidup dalam kebersamaan, dan mengaktualisasikan diri. Dengan perkataan lain, kegiatan pembelajaran perlu menggunakan prinsip yang: 1 berpusat pada peserta didik, 2 mengembangkan kreativitas peserta didik, 3 menciptakan kondisi menyenangkan dan menantang, 4 bermuatan nilai, etika, estetika, logika, dan kinestetika, dan 5 menyediakan pengalaman belajar yang beragam. Pengakuan keragaman potensi siswa agar mereka mampu melakukan kegiatan eksplorasi berimplikasi terhadap pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang perlu menerapkan berbagai strategi dan metode pembelajaran yang menyenangkan, kontekstual, efektif, efisien, dan bermakna. Pada gilirannya kegiatan pembelajaran diharap mampu mengembangkan dan meningkatkan kompetensi, kreativitas, kemandirian, kerjasama, solidaritas, kepemimpinan, empati, toleransi dan kecakapan hidup peserta didik guna membentuk watak serta meningkatkan peradaban dan martabat bangsa. Siswa yang bersifat otonom, perlu diberi kesempatan untuk menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama di dalam benaknya, dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai. Peserta didik harus didorong untuk mengkonstruksi pengetahuan melalui pengalaman-pengalamannya. Dengan demikian maka Kurikulum 2013 sejalan dengan paradigm constructivism dalam ilmu pendidikan. Kurikulum 2013 juga selaras dengan berbagai teori kependidikan misalnya: teori perkembangan kognisi dari Piaget, teori belajar dan membimbing dari Vygotsky, pendekatan kontekstual, kolaborasi, problem-based learning, investigasi, discovery-method, problem solving, problem posing, dst.Mengingat berbagai pertimbangan di atas maka dalam pembelajaran di kelas, guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan memberi kesempatan peserta didik untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri, dan mengajar peserta didik menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar, seperti ditulis dalam pedoman pelaksanaan sbb: “Guru dapat memberi peserta didik anak tangga yang membawa peserta didik ke pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan peserta didik sendiri yang harus memanjat anak tangga tersebut. Bagi peserta didik, pembelajaran harus bergeser dari “diberi tahu” menjadi “aktif mencari tahu”.Di dalam pembelajaran, peserta didik membangun pengetahuan bagi dirinya. Bagi peserta didik, pengetahuan yang ada di benaknya bersifat dinamis, berkembang dari sederhana menuju kompleks, dari ruang lingkup dirinya dan di sekitarnya menuju ruang lingkup yang lebih luas, dan dari yang bersifat konkrit menuju abstrak. Sebagai manusia yang sedang berkembang, peserta didik telah, sedang, dan akan mengalami empat tahap perkembangan intelektual, yakni sensori motor, pra-operasional, operasional konkrit, dan operasional formal” Skema pembelajaran perlu dimulai dengan perencanaan yang mempertimbangkan berbagai factor serta berbagai sumber belajar dan pembelajaran yang dapat digunakan. Pengembangan perangkat pembelajaran menjadi sangat penting. RPP dan LKS perlu dikembangkan selaras dengan kompetensi dasar, asumsi, paradigm dan teori-teori belajar-mengajar. Skema pencapaian kompetensi perlu didukung dengan pengembangan berbagai variasi media, variasi metode dan variasi interaksi di dalam kelas. Dikarenakan peran aktif siswa sangat diakui, maka alur kegiatan siswa perlu memasilitasi mereka agar mempunyai kesempatan berdiskusi di dalam kelompok besar atau kecil, serta menyampaikan pendapatnya atau melaporkan hasil kepada teman yang lain atau guru di kelas. Skema pencapaian kompetensi akan menjamin kepastian fasilitasi guru akan segala kemungkinan kegiatan dan proses kognisi atau pencapaian kompetensi. Untuk memperkokoh skema pencapaian kompetensi maka Kurikulum 2013 SDMI menggunakan pendekatan pembelajaran tematik integratif dari kelas I sampai kelas VI. Dijelaskan bahwa pembelajaran tematik integratif merupakan pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran ke dalam berbagai tema. Sesuai dengan pedoman pelaksanaan, pengintegrasian tersebut dilakukan dalam dua hal, yaitu integrasi sikap, keterampilan dan pengetahuan dalam proses pembelajaran dan integrasi berbagai konsep dasar yang berkaitan. Tema akan membingkai dan member kerangkan makna berbagai konsep dasar sehingga peserta didik akan mampu mengkonstruksinya secara komprehensif. Ketentuan tentang pembelajaran tematik diuraikan sebagai berikut: “Pembelajaran tematik integratif, tema yang dipilih berkenaan dengan alam dan kehidupan manusia. Untuk kelas I, II, dan III, keduanya merupakan pemberi makna yang substansial terhadap mata pelajaran PPKn, Bahasa Indonesia, Matematika, Seni-Budaya dan Prakarya, serta Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan. Di sinilah Kompetensi Dasar dari IPA dan IPS yang diorganisasikan ke mata pelajaran lain memiliki peran penting sebagai pengikat dan pengembang Kompetensi Dasar mata pelajaran lainnya. Dari sudut pandang psikologis, peserta didik belum mampu berpikir abstrak untuk memahami konten mata pelajaran yang terpisah kecuali kelas IV, V, dan VI sudah mulai mampu berpikir abstrak. Pandangan psikologi perkembangan dan Gestalt memberi dasar yang kuat untuk integrasi Kompetensi Dasar yang diorganisasikan dalam pembelajaran tematik. Dari sudut pandang transdisciplinarity maka pengotakan konten kurikulum secara terpisah ketat tidak memberikan keuntungan bagi kemampuan berpikir selanjutnya”. Melalui Kurikulum 2013, Pemerintah berusaha meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia dengan mempromosikan pendekatan baru dalam pembelajaran yang dirancang untuk memfasilitasi peserta didik mampu membangun konsep atau pengetahuan secara mandiri dan bersama-sama dengan bimbingan guru. Harapannya tentu agar pembelajaran lebih berorientasi pada siswa student centered dimana siswa secara aktif mengkonstruksi pengetahuannya. Paradigma-paradigma lama yang sudah tidak cocok disarankan untuk ditinggalkan misalnya paradigma: transfer of learning, teacher centered, behaviorisme, dsb. Sebaliknya dengan mengenalkan pendekatan Saintifik, sekaligus memunculkan paradigma-paradigma baru misal: student centered, active learning, constructivism, dst., yang didukung berbagai teori misal teori Bruner, teori Piaget, dan teori Vigotsky. Kajian berbagai Kurikulum dinegara lain aka menambah perspektif tentang kedudukan dan arah pengembangan kurikulum yang telah ditetapkan. Berikut perbandingan kedudukan Kurikulum 2013 jika dibandingkan di antara konteks pendidikan tingkat global , akan tampak seperti diagram berikut: Industrial Trainer Technological Pragmatism Old Humanism Progressive Educator Public Educator Politics Radical right Conservative Conservative Liberal Liberal Democracy Sciences Knowledge Body of knowledge Science of Truth Structure of Truth Process of Thinking Social Activities Moral value Good vs Bad Pragmatical Hierarkhy Paternalistics Humanity JusticeFreedom Theory of Society Hierarkhy Market orientation Hierarkhy Hierarkhy Wellfare Need a reform Theory of Student Empty Vessel Empty Vessel Character Building Students Orientation Constructive Theory of Ability Talent and Effort Talent Talent Development Need Heremeneutics Aim of Education Back to Basic Arith. Certification Transfer of Knowledge Creativity Construct their own live Theory of Learning Hardwork, Drill, Memorize Thinking and Practice Understanding And Application Exploration Hermeneutics Theory of Teaching Transfer of knowledge External Motivation Expository Hermeneutics Construct Hermeneutics Discussion Translation Resurces Board and Chalk Teaching Aids Visual Teaching Aids Various resources Environtment Social Environtment Evaluation External Test External Test External Test Portfolio Portfolio Social Context Diversity Monoculture Decentraliza- tion Competent-Based CurriculumKurikulum 2013 Multiple Solution Local Culture Hetereogono- mous Peta Filsafat, Ideologi dan Paradigma Dunia sebagai berikut adaptasi dari Paul Ernest, 1995, The Philosophy of Mathematics Education Setelah beberapa tahun sebagian sekolah dan sebagian guru melaksanakan Kurikulum 2013 dengan metode Saintifiknya, beberapa indikasi dan hasil penelitian menunjukkan masih adanya persoalan, baik persoalan mendasar maupun teknis adanya kendala implementasi pendekatan Saintifik. Relevansi metode saintifik dari sisi siswa SD, SMP, SMA masih perlu dikaji terus. Karakteristik proses pembelajaran masih perlu terus disesuaikan dengan karakteristik kompetensi. Pembelajaran tematik terpadu di SDMISDLBPaket A, perlu disesuaikan dengan tingkat perkembangan peserta didik, demikian juga pada SMPMTs atau sederajat, perlu disesuaikan dengan tingkat perkembangan peserta didik. Kompetensi yang mulai memperkenalkan mata pelajaran dengan mempertahankan tematik terpadu masih perlu terus dikaji dan dikembangkan. Perlu terus diteliti tentang aspek penerapan sintak pendekatan Saintifik: Proses pembelajaran terdiri atas lima pengalaman belajar pokok yaitu: a. mengamati; b. menanya; c. mengumpulkan informasi; d. mengasosiasi; dan e. mengkomunikasikan. Mengamati meliputi : membaca, mendengar, menyimak, melihat tanpa atau dengan alat. Menanya meliputi : mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik. Mengumpulkan InformasiEksperimen meliputi : melakukan eksperimen :- membaca sumber lain , selain buku teks, - mengamati objek kejadian aktivitas, - wawancara dengan nara sumber. Mengasosiasikan mengolah informasi meliputi : - mengolah informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan ; kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi; - Pengolahan informasi yang dikumpulkan dari yang bersifat menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda sampai kepada yang bertentangan. Mengomunikasikan meliputi : menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya .

II. ONTOLOGI SAINTIFIK