Model Pembelajaran Teori belajar Bermakna David Ausubel
36 Menurut Nur unsur-unsur dalam pembelajaran kooperatif adalah sebagai
berikut. 1. Siswa h
arus memiliki persepsi bahwa mereka “tenggelam atau berenang bersama“.
2. Siswa memiliki tanggung jawab terhadap tiap siswa lain dalam kelompok disamping tanggung jawab terhadap diri mereka sendiri dalam mempelajari
materi yang dihadapi. 3. Siswa harus berpandangan bahwa mereka semuanya memiliki tujuan yang
sama. 4. Siswa harus membagi tugas dan berbagi tanggungjawab sama besarnya di
antara para anggota kelompok. 5. Siswa akan diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut
berperan terhadap evaluasi seluruh anggota kelompok. 6. Siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh keterampilan
bekerjasama selama belajar. 7. Siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi
yang ditangani dalam kelompok kooperatif 2004: 2
Model pembelajaran kooperatif yang kita gunakan merupakan hal baru bagi guru dan siswa karena memiliki perbedaaan
–perbedaan yang mendasar dibandingkan dengan model pembelajaran selama ini, di mana peranan guru sangat dominan.
7
37 Tabel 2.1 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif.
Fase Indikator
Kegiatan guru
1 Menyampaikan
tujuan dan memotivasi siswa
Guru menyampaikan tujuan pemelajaran yang ingin dicapai dan memberi motivasi siswa agar
dapat belajar dengan aktif dan kreatif
2 Menyajikan
informasi Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan
cara mendemon-strasikan atau lewat bahan bacaan
3 Mengorganisasikan
siswa dalam kelompok-
kelompok Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana
caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan
transisi secara efisien
4 Membimbing
kelompok bekerja dan belajar
Guru membimbing kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas-tugas
5 Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang dipelajari dan juga terhadap presentasi hasil
kerja masing-masing kelompok
6 Memberi
penghargaan Guru mencari cara-cara untuk menghargai upaya
atau hasil belajar individu maupun kelompok
Hasil –hasil penelitian menunjukkan bahwa teknik–teknik pembelajaran dengan
pendekatan pembelajaran kooperatif lebih banyak meningkatkan hasil belajar dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. Beberapa perbedaan yang
mendasar tersebut menurut Depdikbud 2002: 90 adalah sebagai berikut: Tabel 2.2 Perbedaan Pembelajaran Kooperatif dengan Pembelajaran
Konvensional
Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran Konvensional
Tanya Jawab, Penugasan
Adanya saling ketergantungan positif, saling membantu, dan saling memberikan
motivasi sehingga ada interaksi promotif. Guru sering membiarkan adanya
siswa yang
mendominasi kelompok atau menggantungkan
38
Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran Konvensional
Tanya Jawab, Penugasan
diri pada kelompok. Adanya
akuntabilitas individual
yang mengukur penguasaan materi pelajaran tiap
anggota kelompok, dan kelompok diberi umpan balik tentang hasil belajar para
anggotanya
sehingga dapat
saling mengetahui siapa yang memerlukan bantuan
dan siapa yang dapat memberikan bantuan. Akuntabilitas individual sering
diabaikan sehingga tugas-tugas sering
diborong oleh
salah seorang
anggota kelompok
sedangkan anggota kelompok lainnya hanya mendompleng
keberhasilan pemborong.
Kelompok belajar heterogen, baik dalam kemampuan akademik, jenis kelamin, ras,
etnik, dan sebagainya sehingga dapat saling mengetahui siapa yang memerlukan bantuan
dan siapa yang memberikan bantuan. Kelompok
belajar bisaanya
homogen.
Pimpinan kelompok
dipilih secara
demokratis atau bergilir untuk memberikan pengalaman memimpin bagi para anggota
kelompok Pemimpin
kelompok sering
ditentukan oleh
guru atau
kelompok dibiarkan
untuk memilih pemimpinnya dengan
cara masing-masing. Keterampilan sosial yang diperlukan dalam
kerja gotong-royong seperti kepemimpinan, kemampuan berkomunikasi, mempercayai
orang lain, dan mengelola konflik secara langsung diajarkan.
Keterampilan sosial sering tidak secara langsung diajarkan.
Pada saat
belajar kooperatif
sedang berlangsung
guru terus
melakukan pemantauan
melalui observasi
dan melakukan intervensi jika terjadi masalah
dalam kerja sama antar anggota kelompok. Pemantauan melalui onservasi
dan intervensi
sering tidak
dilakukan oleh guru pada saat belajar
kelompok sedang
berlangsung. Guru
memperhatikan secara
proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-
kelompok belajar. Guru
sering tidak
memperhatikan proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-
kelompok belajar.
Penekanan tidak hanya pada penyelesaian tugas tetapi juga hubungan interpersonal
hubungan antar pribadi yang saling menghargai
Penekanan sering hanya pada penyelesaian tugas.
Depdikbud, 2002: 90
39 Pembelajaran kooperatif merupakan hal yang sangat penting dalam menunjang
interaksi antara siswa dengan siswa, antara siswa dengan guru. Kondisi seperti inilah yang sangat diharapkan agar interaksi berjalan baik demi kelancaran
pembelajaran Kooperatif yang dikembangkan oleh CORD dan dikutip oleh Nur 2002:7 menyatakan bahwa kebanyakan siswa belajar jauh lebih efektif pada saat
mereka diberi kesempatan bekerja secara kooperatif dengan siswa –siswa lain
dalam kelompok atau tim. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Linda Lundgren, 1994; Nur dkk. 2004
dalam Ibrahim, 2002 : 17 menunjukkan bahwa dalam “setting” kelas kooperatif,
siswa belajar lebih banyak dari satu teman ke teman lain diantara sesama siswa daripada dari guru. Penelitian juga menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif
memiliki dampak yang amat positif terhadap siswa yang rendah hasil belajarnya. Ada lima hal dasar yang perlu diperhatikan agar pembelajaran kooperatif dapat
berjalan dengan baik Johnson Jonhson, 2003: 22-23, yaitu: