4.1.3.2   Uji Signifikansi Uji  signifikansi  dimaksudkan  untuk  mengetahuai  apakah  terdapat
hubungan  yang  signifikan  atau  tidak  antara  variabel  X  dengan  variabel  Y. Signifikan  artinya  nyata  atau  berarti  bahwa  hubungan  yang  terjadi  dapat
diberlakukan  untuk  populasi  Priyatno  2014:127.  Uji  signifikansi  dilakukan dengan mengkonsultasikan r
hitung
dengan r
tabel
. Apabila r
hitung
lebih besar dari r
tabel
maka signifikan. Apabila r
hitung
lebih kecil dari r
tabel
maka tidak signifikan. Berdasarkan data hasil penelitian, diperoleh r
hitung
0,772. Dilihat pada r
tabel
untuk  jumlah  responden  80,  taraf  kesalahan  5  adalah  0,220.  Hal  ini menunjukkan bahwa r
hitung
lebih besar dari r
tabel
, maka koefisien korelasi  tersebut signifikan. Berdasarkan hasil uji hipotesis tersebut, maka hipotesis
“ada hubungan yang signifikan antara budi pekerti dan hasil belajar PKn siswa kelas V SD Negeri
di Gugus Mawar Kecamatan Sukoharjo” diterima.
4.2 PEMBAHASAN
4.2.1  Pemaknaan Temuan Penelitian
Berdasarkan  hasil  penelitian  dan  analisis  data  yang  diperoleh  mengenai hubungan  antara  budi  pekerti  dan  hasil  belajar  PKn  siswa  kelas  V  SD  Negeri  di
Gugus Mawar Kecamatan Sukoharjo, dibahas sebagai berikut. 4.2.1.1  Budi  Pekerti  Siswa  Kelas  V  SD  Negeri  di  Gugus  Mawar  Kecamatan
Sukoharjo Budi  pekerti  dapat  dikatakan  identik  dengan  moralitas.  Secara  hakiki,
pengertian  budi  pekerti  adalah  perilaku.  Sebagai  perilaku,  budi  pekerti  juga
meliputi  sikap  yang  dicerminkan  oleh  perilaku  Samani  2014:46.  Menurut  Edi Sedyawati  dalam  Zuriah  2015:137-138  budi  pekerti  diterjemahkan  sebagai
moralitas  yang mengandung pengertian adat  istiadat,  sopan santun,  dan perilaku. Budi pekerti mencakup sikap dan perilaku seseorang dalam hubungannya dengan
Tuhan Yang Maha Esa, sesama manusia serta alam sekitarnya. Secara hakiki budi pekerti adalah perilaku yang mencakup sikap sebagai pencerminannya.
Berdasarkan  hasil  analisis  deskriptif  dalam  penelitian  ini,  skor  tertinggi budi pekerti siswa adalah 96, skor terendah adalah 58, dan rata-rata 79,38. Selain
itu secara keseluruhan didapatkan hasil bahwa budi pekerti 41 siswa 51 berada pada  kategori  sangat  baik,  30  siswa  37,5  berada  pada  kategori  baik,  dan  9
siswa 11,25 berada pada kategori cukup. Pada indikator mentaati ajaran agama diperoleh skor rata-rata 87,97  yang
termasuk  dalam  kategori  sangat  baik.  Berdasarkan  hasil  angket  dan  pengamatan menunjukkan  bahwa  siswa  setiap  istarahat  kedua  menunaikan  ibadah  sholat
dhuhur  di  mushola  sekolah.  Hal  ini  sesuai  dengan  pendapat  Zuriah  2015:69 bahwa  mentaati  ajaran  agama  adalah  sikap  dan  perilaku  yang  mencerminkan
kepatuhan, tidak ingkar, dan taat menjalankan perintah dan menghindari larangan agama.
Pada  indikator  toleransi  diperoleh  skor  rata-rata  74,84  yang  termasuk kategori  baik.  Hasil ini mengindikasikan bahwa  siswa rukun dengan teman  yang
berbeda agama dan mampu menerima perbedaan pendapat. Hal ini sesuai dengan pendapat Daryanto 2013:70 bahwa toleransi ialah menghargai perbedaan agama,
pendapat  dan  tindakan  orang  lain  yang  berbeda  dari  dirinya.  Pada  indikator  ini
masih  terdapat  6  siswa  7,5  yang  termasuk  dalam  kategori  kurang  pada indikator toleransi, khususnya dalam hal menghargai perbedaan pendapat.
Indikator  menghargai  diri  sendiri  diperoleh  skor  rata-rata  67,19  yang termasuk kategori baik. Hasil ini mengindikasikan bahwa siswa mengakui bahwa
dirinya  memiliki  kelebihan  dan  kelemahan  dengan  baik.  Hal  ini  sesuai  dengan pendapat  Samani  2014:128-129  bahwa  menghargai  diri  sendiri  ialah  melihat
kekuatan  da  kelemahan  dirinya  dan  tidak  merasa  rendah  diri.  Namun  masih terdapat 11 siswa 13,75 dalam kategori kurang pada indikator ini.
Pada  indikator  disiplin  diri  diperoleh  skor  rata-rata  78  yang  termasuk kategori baik. Hasil ini mengindikasikan bahwa siswa memiliki disiplin yang baik
dalam hal  kedatangan ke sekolah, mematuhi tata tertib sekolah dan mengerjakan PR  dari  guru  di  rumah.  Hal  ini  sesuai  dengan  pendapat  Hadiwinarto  2010:57
bahwa  disiplin  ialah  melaksanakan  suatu  pekerjaan  secara  teratur,  tertib,  dan bertanggung  jawab.  Pada  indikator  ini  masih  terdapat  3  siswa  3,75  berada
pada kategori kurang. Indikator  memiliki  rasa  tanggung  jawab  diperoleh  skor  rata-rata  70,38
yang termasuk dalam kategori baik. Hasil tersebut mengindikasikan bahwa siswa memiliki  rasa  tanggung  jawab  yang  baik  terhadap  tugas  yang  diberikan  padanya
dan  terhadap  lingkungan  sekolah.  Hal  ini  sesuai  dengan  pendapat  Daryanto 2013:73  bahwa  tanggung  jawab  adalah  sikap  dan  perilaku  seseorang  untuk
melaksanakan  tugas  dan  kewajiban  yang  seharusnya  dia  lakukan,  terhadap  diri sendiri, masyarakat, lingkungan, negara dan Tuhan Yang Maha Esa. Tetapi masih
terdapat 2 siswa 2,5 berada pada kategori kurang.
Pada indikator tumbuhnya potensi diri diperoleh skor rata-rata 76,53 yang termasuk kategori  baik.  Hasil ini mengindikasikan bahwa siswa mau belajar dan
mengikuti  kegiatan-kegiatan  sekolah.  Hal  ini  sesuai  dengan  pendapat  Zuriah 2015:69  bahwa  tumbuhnya  potensi  diri  adalah  sikap  dan  perilaku  seseorang
untuk  dapat  membuat  keputusan  sesuai  dengan  kemampuannya  mengenal  bakat, minat, dan prestasi serta sadar akan keunikan dirinya sehingga dapat mewujudkan
potensi  diri  yang  sebenarnya.  Pada  indikator  ini  masih  terdapat  2  siswa  2,5 siswa dalam kategori kurang.
Indikator tumbuhnya cinta dan kasih sayang diperoleh skor rata-rata 86,74 yang  termasuk  dalam  kategori  sangat  baik.  Hasil  ini  mengindikasikan  bahwa
siswa  dapat  rukun  dan  bersedia  membantu  temannya.  Hal  ini  sesuai  dengan pendapat  Zuriah 2015:70 bahwa tumbuhnya cinta dan kasih  sayang ialah sikap
dan perilaku yang mencerminkan adanya unsur memberi perhatian, perlindungan, penghormatan,  tanggung  jawab,  dan  pengorbanan  terhadap  orang  yang  dicintai
dan dikasihi. Indikator  memiliki  kebersamaan  dan  gotong  royong  diperoleh  skor  rata-
rata 81,34  yang termasuk kategori sangat baik. Hasil ini mengindikasikan bahwa siswa  dapat  bekerja  secara  kelompok  dan  ikut  berpartisipasi  dalam  kegiatan
bersama.  Hal  ini  sesuai  dengan  pendapat  Samani  2014:118  bahwa  kerja  sama dan gotong royong ialah tindakan dan sikap mau bekerja sama dengan orang lain
untuk mencapai tujuan bersama dan keuntungan bersama. Indikator  memiliki  rasa  kesetiakawanan  diperoleh  skor  rata-rata  72,64
yang termasuk kategori baik. Hasil ini mengindikasikan bahwa siswa berkemauan
menegur  teman  yang  berbuat  salah  dan  berani  meminta  maaf  maupun  memberi maaf.  Hal  ini  sesuai  dengan  pendapat  Zuriah  2015:70  bahwa  memiliki  rasa
kesetiakawanan  ialah  sikap  dan  perilaku  yang  mencerminkan  kepedulian  kepada orang  lain,  keteguhan  hati,  rasa  setia  kawan,  dan  rasa  cinta  terhadap  orang  lain
dan  kelompoknya.  Pada  indikator  ini  masih  terdapat  3  siswa  3,75  dalam kategori kurang.
Pada  indikator  saling  menghormati  diperoleh  skor  rata-rata  85,67  yang termasuk  kategori  sangat  baik.  Hasil  ini  mengindikasikan  bahwa  siswa
menghormati  guru  dan  teman  lainnya.  Hal  ini  sesuai  dengan  pendapat  Zuriah 2015:70 bahwa saling menghormati adalah sikap dan perilaku untuk menghargai
dalam  hubungan  antarindividu  dan  kelompok  berdasarkan  norma  dan  tata  cara yang  berlaku.  Pada  indikator  ini  masih  terdapat  1  siswa  1,25  dalam  kategori
kurang. Pada indikator memiliki tata krama dan sopan santun diperoleh skor rata-
rata 86,81  yang termasuk kategori sangat baik. Hasil ini mengindikasikan bahwa siswa sopan santun terhadap warga sekolah serta bertutur kata tidak menyinggung
orang  lain  dengan  sangat  baik.  Hal  ini  sesuai  dengan  pendapat  Zuriah  2015:70 bahwa tata krama dan sopan santun adalah sikap dan perilaku sopan santun dalam
bertindak  dan  bertutur  kata  terhadap  orang  lain  tanpa  menyinggung  atau menyakiti serta menghargai tata cara yang berlaku sesuai dengan norma, budaya,
dan  adat  istiadat.  Pada  indikator  masih  terdapat  1  siswa  1,25  dalam  kategori kurang.
Pada  indikator  tumbuhnya  kejujuran  diperoleh  skor  rata-rata  78,51  yang termasuk kategori baik. Hasil ini mengindikasikan bahwa siswa tidak mencontek
saat ulangan, berkata jujur dan tidak mengambil barang orang lain. Hal ini sesuai dengan  Hadiwinarto  2010:57  bahwa  kejujuran  adalah  sikap  dan  perilaku  yang
bersifat  terbuka,  menempuh  cara-cara  terpuji,  dan  menghindari  curang.  Begitu pula  menurut  Samani  2014:51  bahwa  ciri-ciri  jujur  ialah  menyatakan  apa
adanya,  konsisten  anatara  apa  yang  dikatakan  dan  yang  diperbuat,  dapat dipercaya,  dan  tidak  curang.  Pada  indikator  ini  masih  terdapat  1  siswa  1,25
dalam kategori kurang. 4.2.1.2  Hasil  Belajar  PKn  Siswa  Kelas  V  SD  Negeri  di  Gugus  Mawar
Kecamatan Sukoharjo Hasil  belajar  adalah  perubahan-perubahan  yang  terjadi  pada  diri  siswa
setelah  melakukan  aktivitas  belajar.  Menurut  Benyamin  S.  Bloom  dalam Arikunto  2012:130  hasil  belajar  peserta  didik  mencakup  tiga  ranah,  yaitu  ranah
kognitif,  ranah  afektif,  dan  ranah  psikomotorik.  Winataputra  2008:2.41 mengemukakan  bahwa  mata  pelajaran  PKn  merupakan  mata  pelajaran  yang
memfokuskan  pada  pembentukan  warga  negara  yang  memahami  dan  mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk  menjadi  warga negara  Indonesia
yang cerdas, terampil, dan berkarakter. Hasil belajar PKn siswa adalah perubahan- perubahan  yang  terjadi  pada  diri  siswa  setelah  melakukan  aktivitas  belajar  mata
pelajaran PKn yang mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil  belajar  PKn  dalam  penelitian  ini  menggunakan  nilai  rapor  mata
pelajaran  PKn  siswa  kelas  V  semester  II  tahun  ajaran  20152016.  Berdasarkan
hasil  analisis  deskriptif  dalam  penelitian  ini  menunjukkan  bahwa  nilai  terendah yang  diperoleh  siswa  adalah  70  sedangkan  nilai  tertinggi  yang  diperoleh  adalah
93.  Rata-rata  nilai  yang  yang  peroleh  adalah  79,93.  Siswa  yang  mendapat  hasil belajar PKn pada kategori baik sekali sebanyak 35 siswa 43,75, dan 45 siswa
56,25  berada  pada  kategori  baik.  Pada  penelitian  ini  tidak  ada  siswa  yang berada  pada  kategori  cukup,  kurang,  ataupun  gagal.  Sebagian  besar  siswa
memiliki hasil belajar PKn pada kategori baik. 4.2.1.3  Hubungan antara Budi Pekerti dengan Hasil Belajar PKn Siswa Kelas V
SD Negeri di Gugus Mawar Kecamatan Sukoharjo Pendidikan  nilai  dan  moral  di  Indonesia  secara  formal-kurikuler  terdapat
dalam  mata  pelajaran  Pendidikan  Kewarganegaraan,  Pendidikan  Agama,  dan Bahasa.  Mata  pelajaran  PKn  mengandung  unsur  yang  pokok  sebagai  pendidikan
nilai dan moral Winataputra 2008:2.13. Berdasarkan hasil analisis akhir hubungan antara budi pekerti dengan hasil
belajar  PKn  siswa  kelas  V  SD  Negeri  di  Gugus  Mawar  Kecamatan  Sukoharjo, diperoleh  koefisien  korelasi  sebesar  0,772.  Hasil  yang  diperoleh  kemudian
dikonsultasikan  dengan  pedoman  pemberian  interpretasi  koefisien  korelasi. Berdasarkan  interpretasi  tersebut,  koefisien  korelasi  0,772  menunjukkan  bahwa
terdapat hubungan yang kuat antara budi pekerti dengan hasil belajar PKn siswa. Budi  pekerti  dan  hasil  belajar  PKn  memiliki  hubungan  yang  signifikan
karena koefisien korelasi sebesar 0,772 lebih besar dari r
tabel
sebesar 0,220. Karena memiliki  hubungan  yang  signifikan  maka  artinya  hubungan  yang  terjadi  dapat
diberlakukan  untuk  populasi.  Hubungan  yang  kuat  dalam  penelitian  ini
mengandung arti bahwa jika siswa mempunyai budi pekerti yang baik maka hasil belajar PKn siswa akan baik, atau sebaliknya jika budi pekerti siswa kurang maka
hasil belajar siswa juga akan rendah. Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan
yang kuat dan signifikan antara budi pekerti dan hasil belajar PKn siswa. Hal ini sejalan  dengan  Hadiwinarto  2010:59  yang  juga  menjelaskan  berdasarkan
penelitian  yang dilakukannya membuktikan bahwa budi  pekerti siswa di sekolah mempunyai  hubungan  positif  hanya  dengan  hasil  belajar  akademik  pada  mata
pelajaran yang secara eksplisit memuat materi pendidikan budi pekerti. Salah satu hasil belajar  yang mempunyai  hubungan positif dengan budi  pekerti adalah hasil
belajar mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Slameto  2010:56  menyatakan  bahwa  belajar  merupakan  suatu  proses
yang kompleks dengan banyak faktor yang mempengaruhinya. Berdasarkan hasil penelitian  ini  maka  menunjukkan  bahwa  semakin  baik  budi  pekerti  siswa  maka
hasil  belajar  PKn  siswa  juga  semakin  baik.  Akan  tetapi  budi  pekerti  bukan menjadi satu-satunya faktor yang mempengaruhi hasil belajar. Hasil penelitian ini
juga diperkuat oleh penelitian-penelitian lain yang menggambarkan bahwa apabila terjadi peningkatan budi pekerti siswa juga terdapat peningkatan hasil belajar PKn
siswa. Penelitian yang memperkuat hasil penelitian ini ialah penelitian oleh Yuli
Mulyawa ti  berjudul  “Membina  Nilai  Budi  Pekerti  dan  Meningkatkan  Hasil
Belajar Melalui Pendekatan Klarifikasi Nilai Value Clarification Approach Pada Pembelajaran  PKn
”  tahun  2013.  Dari  hasil  refleksi  terlihat  dengan  pendekatan
klarifikasi  nilai  dalam  pembelajaran  PKn  dapat  terbina  nilai-nilai  budi  pekerti dalam  diri  siswa,  antara  lain:  sopan  santun  dalam  berperilaku,  tenggang  rasa,
saling  menghargai,  kebebasan  mengeluarkan  pendapat,  saling  meghormati, ketaatan,  dan  lain-lain.  Sedangkan  peningkatan  hasil  belajar  siswa  berupa:
kemandirian  siswa  dalam  belajar,  kemampuan  siswa  dalam  mengeluarkan pendapat,
kemampuan menilai
dengan rasional,
dan dapat
dipertanggungjawabkan. Penelitian lain yang memperkuat hasil penelitian ini adalah penelitian oleh
Supatono  tahun  2012  berjudul  “Meningkatkan  Sopan  Santun  dan  Hasil  Belajar Siswa
dengan Mengintegrasikan
Budi Pekerti
kedalam Pendidikan
Kewarganegaraan  di  Kelas  III  SDN  Kramat  Sukoharjo  02  Tanggul  Kabupaten Jember”,  juga  menunjukkan  bahwa  dengan  mengintegrasikan  budi  pekerti
kedalam Pendidikan Kewarganegaraan dapat meningkatkan perilaku sopan santun dan  prestasi  belajar  siswa  kelas  II  di  SDN  Kramat  Sukoharjo  02  Kecamatan
Tanggul Kabupaten Jember. Hal tersebut ditandai dengan meningkatnya nilai rata- rata  menjadi  88,  jauh  lebih  baik  jika  dibandingkan  dengan  sebelumnya  ada
peningkatan signifikan.
4.2.2  Implikasi Hasil Penelitian