Bau-bauan yang dipergunakan dalam upacara adat grebek sekaten di Kraton Yogyakarta
Dari sini terlihat bahwa pada setiap pelaksanaan upacara grebek sekaten terdapat sesaji yang disiapkan yang merupakan simbol atau
lambang yang bermakna positif. Simbol atau lambang itu mengandung norma atau aturan yang mencerminkan nilai atau asumsi apa yang baik dan
apa yang tidak baik, sehingga dapat dipakai sebagai pengendalian sosial dan pedoman berperilaku bagi masyarakat pendukungnya.
Gambar 4.12 Proses peletakan Sesajen dan Sesajen Yang Digunakan Dalam
Upacara adat Grebek Sekaten
Sumber :Dokumentasi Peneliti 2011 Simbol atau lambang ini mengandung pesan-pesan yang
terselubung, serta nilai-nilai luhur yang ditujukan kepada masyarakat yang bersangkutan. Biasanya hal ini diwujudkan melalui tanda atau isyarat-
isyarat tertentu sehingga memerlukan pemahaman tersendiri untuk mengetahui makna yang terkandung dalam lambang atau simbol tersebut.
Nilai, aturan, dan norma ini tidak saja berfungsi sebagai pengatur antar
individu dalam masyarakat, tetapi juga menata hubungan manusia dengan alam lingkungannya, terutama kepada Sang Pencipta
Berdasarkan hasil wawancara dengan mbah sukaningsih yang di temui di musiu batik mengatakan :
“Seperti yang mbah sudah katakan tadi ndok, Dimana dupa di bakar di sebelah sesajen kembang sehingga memunculkan bau-bauan yang
khas yang memiliki arti dan maksud nenberi makanan kepada dewa
– dewa dan jin. “wawancara dengan mbah sukaningsih :kamis 9 Juni 2011
Dari hasil wawancara yang didapat dari salah satu informan peneliti
menyimpulkan bahwa pada tradisi gerebek sekaten ini banyak mengunakan hiasan bunga-bunga, dupa, kemenyan yang digunakan untukmenghormati
leluhur yang terlebih dahulu menurut kepercayaan orang jawa, diman pada sesajen ini mengunakan campuran bunga 7 rupa atau yang disebut bunga
rampe yang termasuk bunga mawar, melati, sedap malam, kenanga, kantil.bunga telon.