Tangganada Syair Komposisi Musik dalam Kesenian Opak Abang

69

4.3 Komposisi Musik dalam Kesenian Opak Abang

4.3.1 Tangganada

Tangganada yang dipakai dalam musik ada banyak jumlahnya. Macam-macam tangganada dikelompokkan menjadi tangganada lima nada, tangganada enam nada, tangganada tujuh nada, tangganada delapan nada, tangganada dua belas nada Joseph, 2005: 66. Tangganada lima nada dibedakan menjadi tangganada lima nada tanpa setengah nada dan tangganada lima nada dengan setengah nada. Contoh tangganada tanpa setengah nada adalah pentatonic dan slendro, sedangkan tangganada dengan setengah nada contohnya adalah pelog pathet nem, pelog pathet lima, hirayoshi, dan tangganada kumoi. Berdasarkan penelitian, tangganada yang dipakai pada lagu yang berjudul opak-opak dalam Kesenian Opak Abang adalah tangganada lima nada, dengan klasifikasi tangganada lima nada tanpa setengah nada, yaitu tangganada pentatonic, karena mempunyai susunan interval 1, 1, 1½, 1, 1½ ketika naik dan 1½, 1, 1½, 1, 1 ketika turun.

4.3.2 Instrumen Alat Musik

Menurut keterangan Bapak Itos Budi Santoso wawancara 8 Maret 2013, alat musik yang digunakan untuk iringan musik dalam Kesenian Opak Abang adalah rebana terbang, jidur, biola dan beberapa alat musik dari gamelan. Rebana sebagai perkusi, dan biola sebagai melodi dengan pola melodi yang sama dengan yang digunakan waranggana. 70 Menurut keterangan Bapak Kiswanto wawancara 10 Maret 2013, alat musik yang digunakan sebagai iringan musik dalam Kesenian Opak Abang adalah rebana terbang yang lebih tepatnya terbang genjring yang dahulunya berjumlah 3 sekarang disempurnakan menjadi 4 pemain, ketipung, biola, gemung, saron, bonang, dan waranggana. Penggunaan alat musik biola disebabkan oleh keterbatasan yang ada pada daerah tersebut, pada saat itu, yang ada di daerah pasigitan adalah seorang violis tradisional, sehingga biola jadi salah satu alat yang berperan sebagai melodi dalam iringan musik yang terdapat dalam Kesenian Opak Abang. Menurut keterangan Bapak Aris Salamun wawancara 8 Maret 2013, alat musik yang digunakan sebagai iringan musik dalam Kesenian Opak Abang adalah rebana terbang, ketipung, jidur, biola, dan waranggana. Berdasarkan video pertunjukan Kesenian Opak Abang yang berjudul Pandansari Pahlawan Kalpataru di Anjungan Jawa Tengah TMII Jakarta pada tanggal 6 Juni 2004, musik iringan yang dipakai dalam Kesenian Opak Abang adalah 4 rebana, 1 ketipung, 1 jidur, 1 biola, 1 organ keyboard, 3 orang waranggana, dan 2 orang wira swara. Berdasarkan data dari narasumber dan dokumentasi yang terkumpul, menyimpulkan bahwa alat musik yang dipakai sebagai iringan dalam Kesenian Opak Abang adalah rebana terbang, ketipung, biola, jidur, dan waranggana. Sedangkan beberapa alat musik seperti saron, keyboard, dan saxophone lebih cenderung bersifat sebagai 71 pelengkap dan pendukung komposisi musik asli Kesenian Opak Abang. Jumlah musik pengiring ataupun formasi musik pengiring yang dipakai dalam Kesenian Opak Abang tergolong conditional, tergantung situasi dan kondisi pada saat pertunjukan. Walaupun ada beberapa perbedaan mengenai jumlah pemain musik pengiring antara pertunjukan Kesenian Opak Abang yang satu dengan yang lain, akan tetapi pemain alat musik rebana selalu mendominasi baik secara jumlah ataupun dinamik dalam memainkannya.

4.3.2.1 Rebana terbang

Rebana terbang adalah alat musik yang mirip gendang berbentuk bundar dan pipih, berbentuk bingkai lingkaran dari kayu yang dibubut, dengan salah satu sisi untuk ditepuk berlapis kulit kambing. Alat musik terbang hampir serupa dengan bedug dan gendang, jika bedug bagian badannya cenderung lebih besar dan panjang, gendang bagian badannya cenderung kecil dan sedikit panjang, sedangkan terbang bagian badannya sedang dan pendek. Terbang genjring mempunyai tiga pasang logam besi putih pada bagian pinggirnya, yang oleh masyarakat umum biasa disebut dengan kecrek atau genjring atau kencer, sehingga apabila terbang tersebut dimainkan, tidak hanya mengeluarkan suara yang berasal dari kulit, akan tetapi juga mengeluarkan suara gemerincing yang berasal dari gesekan antar logam dari genjring tersebut. 72 Gambar 4.8 Terbang Genjring Foto: Rezali Canggih Sukma, 9 Maret 2013

4.3.2.2 Biola

Biola adalah sebuah alat musik dawai yang dimainkan dengan cara digesek. Biola memiliki empat senar G-D-A-E yang disetel berada satu sama lain dengan interval sempurna kelima. Nada yang paling rendah adalah G. Dalam keluarga biola, yaitu viola, cello dan double bass atau kontra bass, biola memiliki nada yang tertinggi. Kertas para nada yang dipakai untuk alat musik biola hampir selalu menggunakan atau ditulis pada kunci G. Sebuah nama yang lazim yang dipakai untuk biola adalah fiddle, dan biola seringkali disebut fiddle jika digunakan untuk memainkan lagu-lagu tradisional. Pemain biola biasa disebut dengan violist atau violinist. 73 Gambar 4.9 Biola Foto: Rezali Canggih Sukma, 9 Maret 2013

4.3.2.3 Ketipung

Kendang merupakan instrumen alat musik dalam gamelan Jawa Tengah yang salah satu fungsi utamanya adalah mengatur irama. Kendang dimainkan dengan tangan tanpa alat bantu apapun. Ketipung merupakan salah satu alat musik dari keluarga kendang, ketipung merupakan keluarga kendang yang mempunyai ukuran paling kecil. Kendang yang baik, terbuat dari kayu nangka, kelapa atau cempedak. Kulit kerbau sering digunakan untuk bam permukaan bagian yang memancarkan ketukan benda rendah, sedangkan kulit kambing digunakan untuk chang permukaan luar yang memancarkan ketukan bernada tinggi. 74 Gambar 4.10 Ketipung Foto: Rezali Canggih Sukma, 9 Maret 2013

4.3.2.4 Jidur

Jidur merupakan salah satu alat musik dari keluarga bedug yang mempunyai ukuran lebih kecil dibandingkan bedug pada umumnya, jidur juga lebih mudah dibawa daripada bedug yang mempunyai ukuran yang lebih besar. Bedug mempunyai fungsi sebagai alat komunikasi, baik dalam acara ritual keagamaan ataupun politik. Bedug terbuat dari sepotong batang kayu besar yang mempunyai panjang sekitar satu meter atau lebih. Bagian tengah berbentuk tabung besar, ujung batang ditutup dengan kulit binatang yang berfungsi sebagai selaput gendang. Bila ditabuh, menimbulkan suara berat, bernada khas, rendah, tetapi dapat terdengar sampai jarak yang cukup jauh. 75 Gambar 4.11 Jidur Foto: Rezali Canggih Sukma, 9 Maret 2013

4.3.2.5 Waranggana

Pesinden merupakan sebutan bagi wanita yang bernyanyi mengiringi orkestra gamelan. Pesinden yang baik harus mempunyai kemampuan komunikasi yang luas dan keahlian vokal yang baik serta kemampuan untuk menyanyikan tembang. Pesinden juga biasa disebut dengan sebutan waranggana, wara yang berarti seseorang berjenis kelamin wanita, dan anggana berarti sendiri. Pada zaman dahulu, waranggana adalah satu-satunya wanita dalam panggung pergelaran wayang ataupun pentas klenengan, pada zaman sekarang, waranggana tidak hanya tampil secara solo, tetapi bisa tampil mencapai 10 orang bahkan lebih. 76 Gambar 4.12 Waranggana Sumber: Video Pertunjukan Kesenian Opak Abang di TMII, 6 Juni 2004 Gambar 4.13 Data Pemain Musik dalam Kesenian Opak Abang Sumber: Video Pertunjukan Kesenian Opak Abang di TMII, 6 Juni 2004 77 Gambar 4.14 Sebagian Alat Musik dalam Kesenian Opak Abang Foto: Rezali Canggih Sukma, 9 Maret 2013

4.3.3 Syair

Menurut Bapak Itos Budi Santoso wawancara 8 Maret 2013, menerangkan bahwa syair musik iringan yang digunakan dalam Kesenian Opak Abang berbentuk sederhana dan merupakan campuran dari bahasa Indonesia, Jawa, dan Islami. Menurut Bapak Kiswanto wawancara 10 Maret 2013, menerangkan bahwa syair musik iringan yang digunakan dalam Kesenian Opak Abang masih sederhana dan merupakan campuran dari bahasa Arab, Jawa dan Indonesia, dan menggunakan syair yang mudah dipahami kata-katanya, sehingga lebih mudah untuk diterima oleh para pendengar penikmatnya. 78 Menurut Bapak Aris Salamun wawancara 8 Maret 2013, menerangkan bahwa syair musik iringan yang digunakan dalam Kesenian Opak Abang menggunakan bahasa Indonesia dan Jawa, sedangkan penambahan nuansa Islami mulai diberikan ketika Kesenian Opak Abang mulai dipimpin oleh Bapak Aris Salamun. Berikut ini adalah contoh syair lagu dalam Kesenian Opak Abang yang berjudul Opak-Opak: Opak-Opak Opak-opak, onde-onde. Gelung papak sing ayu dewe. Aduh sayang, aduh sayang. Satu kali, terbayang-bayang. Aduh sayang, aduh sayang. Satu kali, terbayang-bayang. Pring ori nggo sulingan. Cegat mburi metu iringan. Aduh sayang, aduh sayang. Satu kali, terbayang-bayang. Aduh sayang, aduh sayang. Satu kali, terbayang-bayang. Pring ampel nggo cagak pogo. Ndepepel koyo wong lola. Aduh sayang, aduh sayang. Satu kali, terbayang-bayang. Aduh sayang, aduh sayang. Satu kali, terbayang-bayang. 79

4.3.4 Irama Ritme