dalam sel yang berpindah-pindah dan berubah-ubah bentuknya. Hal ini tidak saja bagi sel yang bergerak bebas seperti amoeba, tetapi juga bagi
kebanyakan sel hewan selama pembentukan embrio. Endositosis pada membran sel juga bergantung pada daya kontraktil mikrofilamen.
2. Filamen intermediat adalah serat sitoplasmik yang panjang,
berdiameter sekitar 10 nm. Disebut intermediat karena diameternya lebih besar dari diameter mikrofilamen 6 nm dan lebih kecil dari diameter
mikrotubula 25 nm dan filamen “tebal” 15 nm pada serat otot kerangka.
Telah dibedakan lima macam filamen intermediat. Masing-masing dibangun oleh satu atau lebih protein yang amat khas bagi tipe filamen
tersebut. Walau kimianya beragam, tetapi semua filamen intermediat memainkan peranan yang sama dalam sel, yaitu untuk mengadakan
kerangka penunjang di dalam sel. Sebagai contoh, nukleus sel epitelium misanya sel kulit tetap letaknya karena jaring berbentuk keranjang dari
filamen intermediat dibuat dari keratin. Filamen intermediat terdapat dalam semua tipe sel otot yang
fungsinya mengikat bagian –bagian kontraktil sel pada tempat yang tetap. Sel saraf mempunyai sambungan yang panjang, dinamakan akson, yang
menjadi jalan bagi impuls saraf. Akson beberapa sel saraf berjuta-juta kali lebih panjang dari diameternya. Walau bentuknya yang lemah ini,
akson tidak mudah dicabik-cabik, karena kekuatan yang diberikan oleh filamen intermediat yang memadat di dalam sitoplasmanya.
3. Mikrotubula adalah silinder protein yang terdapat pada kebanyakan
sel hewan dan tumbuhan. Diameter luarnya sekitar 25 nm; diameter lumennya sekitar 15 nm. Panjangnya bervariasi, tetapi tidak jarang
adanya mikrotubul yang panjangnya 1000 kali tebalnya yaitu 25 m
panjangnya.
Protein yang membentuk mikrotubula disebut tubulin. Ada dua macam, -tubulin dan –tubulin. Keduanya mempunyai ukuran yang hampir
sama, masing-masing dengan berat molekul sekitar 55.000 dalton. Dua molekul, satu dari tipe masing-masing, bergabung secara nonkovalen
untuk membentuk dimer. Dimer ini suatu contoh struktur kuarterner protein adalah blok bangunan untuk mendirikan mikrotubula. Ternyata
dimer itu secara satu demi satu membentuk dinding silinder dalam bentuk heliks pilinan. Penambahan 13 dimer lengkap satu putaran
penuh. Jadi, pada irisan melintang tampak dinding mikrotubula itu rakitan dari 13 “protofilamen”.
Mikrotubula ternyata bersifat kaku, dan diduga menyebabkan kekakuan pada bagian-bagian sel tempat terdapat struktur tersebut. Jadi
mikrotubula bersama-sama filamen intermediat menentukan bentuk struktur pada sitoplasma. Bila seluruh isi suatu sel dibuang kecuali tiga
kategori serat tadi, maka bentuk dasar sel tersebut tetap ada. Jelaslah bahwa sitoplasma sel bukan hanya setetes fluida melainkan suatu sistem
yang sangat terorganisasi dari mikrofilamen, filamen intermediat dan mikrotubula yang saling berhubungan.
Mikrotubula juga memainkan peranan yang sangat penting dalam pembelahan sel. Pembelahan sel yang berhasil memerlukan distribusi
tepat kromosomnya ke setiap sel anak. Setiap kromosom bergerak ke tujuannya terakhir yang terikat pada seikat mikrotubula. Seluruh barisan
mikrotubula yang berperan serta dalam proses itu disebut gelendong.
Mikrotubula juga digunakan dalam pembentukkan sentriol, benda basal dan flagela.
Gambar 3. Struktur berbagai sitoskeleton
13. Sentriol