Penyebaran air payau intrusi air laut Banjir dan Rob

Buku Ajar Pendidikan Lingkungan Hidup 33 Kerusakan hutan bakau yang utama adalah alih fungsi hutan bakau tersebut menjadi daerah tambak Kep. Karimunjawa, Cilacap, daerah pemukiman Tanah Mas Semarang, perluasan objek wisata atau rekreasi. Belum lagi penebangan hutan bakau sebagai kayu bakar atau bahan bangunan. Polusi minyak juga mengancam juga tumbuhnya hutan bakau. UNNES Menaman Mangrove di Pantai Tirang Civitas akademika Fakultas Ilmu Sosial FIS UNNES mengadakan penanaman mangrove di Pantai Tirang, Tugurejo Kecamatan Tugu Semarang, Sabtu 256. Sebanyak 1.200 pohon ditanam dalam kegiatan itu. Kegiatan ini merupakan kali kedua dilakukan FIS. Sebelumnya kegiatan serupa dilaksanakan Mei lalu untuk memperingati Hari Lingkungan Hidup. Melalui penanaman ini, FIS ingin meneguhkan semangat konservasi yang telah ditegaskan oleh Unnes. Unnes sebagai universitas konservasi merupakan cita-cita luhur yang peduli terhadap masa depan bumi dan manusia, sehingga harus didukung oleh seluruh civitas akademika, sesuai dengan bidang aktivitasnya masing-masing, termasuk penanaman mangrove. Penanaman Mangrove merupakan bagian dari rangkaian kegiatan Semarak FIS SMART 2011, yang mengangkat tema “Hidup Selaras dengan Alam, Harmoni dalam Hubungan Sosial”. Selain menanam, civitas akademika FIS Unnes juga memantau dan merawat mangrove yang telah ditanam. Sumber: www.unnes.ac.id , Senin, 27 Juni 2011 | 14:08 4. Masalah Lingkungan Secara Lokal Kota Semarang Kota Semarang yang merupakan ibukota Propinsi Jawa Tengah dapat digolongkan sebagai kota metropolitan. Secara administratif, Kota Semarang terbagi atas 16 kecamatan dan 177 kelurahan. Luas wilayah kota Semarang 373, 70 km 2 dengan jumlah penduduk pada tahun 2008 adalah sebesar 1.481.640 jiwa. Secara umum masalah lingkungan yang terjadi di Kota Semarang antara lain penyebaran air payau intrusi air laut, longsor dan limbah cair, banjir dan rob.

a. Penyebaran air payau intrusi air laut

Penyebaran air payau di Kota Semarang semakin luas dan kadar garam semakin tinggi. Pemanfaatan air tanah di kawasan pantai yang dilakukan berlebihan tanpa perhitungan akan menyebabkan air laut begitu mudah meresap ke darat. Kondisi menyolok terjadi di sekitar Tawangsari, Tambaklorog, Genuksari, Wonosari, Tambaksari, dan Bedono. Pada daerah-daerah tersebut, sampai kedalaman 40 meter air tanah sudah payau. Air tanah segar baru didapat pada kedalaman lebih dari 60 meter. Hampir semua air tanah dangkal di kawasan Semarang, terutama sumur gali dengan kedalaman sampai 10 meter memiliki salinitas tinggi. Penurunan kualitas air tanah bukan hanya karena kandungan garam, tetapi juga dari jumlah koloid yang ikut, sehingga air berwarna merah kecoklatan. Akibatnya beberapa sumur pompa dan bahkan sumur bor menjadi tidak layak untuk minum, hanya untuk MCK. Air tanah dangkal di kawasan Kalisari, Tapak, Beji dan kompleks Pertamina mengandung unsur CaCO 3 522 mgl, Mg 177,7 mgl dan Fe 11,7 mgl. Kekeruhan Buku Ajar Pendidikan Lingkungan Hidup 34 tersebut melebihi ambang batas yang dipersyaratkan. Kekeruhan dan kelebihan unsur- unsurnya begitu jelas sehingga air berwarna kecoklatan dan terasa asin.

b. Banjir dan Rob

Banjir yang terjadi di Kota Semarang pada umumnya disebabkan karena tidak terkendalinya aliran sungai, akibat kenaikan debit, pendangkalan dasar badan sungai dan penyempitan sungai karena sedimentasi, adanya kerusakan lingkungan pada daerah hulu wilayah atas kota Semarang atau daerah tangkapan air recharge area serta diakibatkan pula oleh ketidakseimbangan input – output pada saluran drainase kota. Cakupan banjir saat ini telah meluas di beberapa kawasan di Kota Semarang, yang mencakup sekitar muara Kali Plumbon, Kali Siangker sekitar Bandara Achmad Yani, Karangayu, Krobokan, Bandarharjo, sepanjang jalan di Mangkang, kawasan Tugu Muda – Simpang Lima sampai Kali Semarang, di Genuk dari Kaligawe sampai perbatasan Demak. Persoalan yang juga sering muncul adalah terjadi air pasang laut rob di beberapa bagian di wilayah perencanaan yang menjadi langganan genangan akibat rob. Saluran drainase yang mestinya menjadi saluran pembuangan air ke laut berfungsi sebaliknya terjadi backwater, sehingga sistem drainase yang ada tidak dapat berjalan dengan semestinya. Hal ini menjadi lebih parah bila terjadi hujan pada daerah tangkapan dari saluran-saluran drainase yang ada. Sehingga terjadi luas genangan yang semakin besar dan semakin tinggi.

c. Longsor