Pengembangan Karakter di Sekolah

c. Pendidikan Kewirausahaan

Pendidikan kewirausahaan akan mendorong peserta didik agar mulai mengenali dan membuka usaha atau berwirausaha. Pendidikan kewirausahaan akan memberikan peluang untuk tumbuh dan berkembangnya daya kreativitas anak. Lebih lanjut Munandar 2009: 5 menyatakan bahwa tujuan Pendidikan Kewirausahaan, antara lain: 1 menumbuhkan kewirausahaan pada jiwa manusia muda yang pembelajar agar memiliki keberanian untuk mandiri dan professional, 2 menyadarkan masyarakat bahwa kewirausahaan tidak sekedar usaha partikelir atau swasta saja, tetapi lebih jauh lagi adalah kemampuan untuk mandiri dengan mengedepankan jiwa-jiwa yang luhur, 3 upaya untuk meningkatkan kemajuan dan kesejahteraan masyarakat, 4 membudayakan semangat, sikap, perilaku, dan kemampuan kewirausahaan di kalangan masyarakat.

2. Pengembangan Karakter di Sekolah

Karakter dapat dikembangkan melalui tahap pengetahuan knowing, pelaksanaan acting, dan kebiasaan habit Direktorat Pembinaan SMP, 2010. Karakter tidak hanya terbatas pada pengetahuan saja. seseorang yang mempunyai pengetahuan yang baik belum tentu dapat bertindak sesuai dengan pengetahuannya apabila tidak dilatih menjadi kebiasaan untuk melakukan kebaikan. Sekolah dianggap merupakan lembaga yang memiliki fokus pada pengembangan intelektual dan moral bagi siswanya. Pengembangan karakter di sekolah tidak dapat mengesampingkan dua tugas ini. Koesoema 2010: 115-116 menyatakan sebagai berikut. Pendidikan karakter di dalam sekolah memiliki sifat bidireksional, yaitu pengembangan kemampuan intelektual dan kemampuan moral. Dua arah pengembangan ini diharapkan menjadi semacam idealisme bagi para siswa agar mereka semakin mampu mengembangkan katajaman intelektual dan integritas diri sebagai pribadi yang memiliki karakter kuat. Pendidikan karakter yang diterapkan dalam lembaga pendidikan bisa menjadi salah satu sarana pembudayaan dan pemanusiaan. Pendidikan karakter merupakan bagian dari kinerja sebuah lembaga pendidikan yang di dalamnya terdapat berbagai macam keterlibatan individu dan aturan kelembagaan. Menurut Koesoema 2010: 124-125 pendidikan karakter di sekolah dapat dipahami melalui cara sebagai berikut. a. Memandang pendidikan karakter dalam cakupan pemahaman moral yang sifatnya lebih sempit narrow scope to moral education. Pendidikan karakter lebih berkaitan dengan bagaimana menanamkan nilai-nilai tertentu dalam diri anak didik di sekolah. b. Memandang pendidikan karakter dari sudut pandang pemahaman isu-isu moral yang lebih luas, terutama melihat keseluruhan dalam peristiwa pendidikan itu sendiri educational happenings. Paradigma ini membahas secara khusus bagaimana nilai kebebasan itu tampil dalam kerangka keputusan yang sifatnya tidak saja personal, melainkan juga kelembagaan, dalam relasinya dengan unsur-unsur pendidikan dalam lingkungan sekolah, dan dalam kaitannya dengan lemabaga lain, yaitu keluarga, instansi pemerintah,dan masyarakat. Penyelenggaraan pendidikan karakter di sekolah dapat dilakukan secara terpadu melalui kegiatan sekolah. Menurut Supriyadi 2009: 4-5 dua jalur utama dalam menyelenggarakan pendidikan karakter di sekolah adalah sebagai berikut. a. Terpadu melalui kegiatan pembelajaran. Pendidikan karakter secara terpadu di dalam pembelajaran adalah pengenalan nilai-nilai, fasilitasi diperolehnya kesadaran akan pentingnya nilai-nilai, dan penginternalisasian nilai-nilai ke dalam tingkah laku peserta didik sehari-hari melalui proses pembelajaran, baik yang berlangsung di dalam maupun di luar kelas pada semua mata pelajaran. b. Terpadu melalui kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan ekstrakurikuler dilaksanakan di dalam sekolah danatau di luar sekolah dalam rangka memperluas pengetahuan, meningkatkan ketrampilan, dan menginternalisasi nilai-nilai dan aturan-aturan agama serta norma-norma sosial baik lokal, nasional, maupun global untuk membentuk insan yang paripurna.

3. Pengembangan Pendidikan Kewirausahaan di Sekolah