bergantung pada frekuensi permintaan yang datang dari user. Beberapa teknik penjadwalan lainnya yang digunakan pada WiMAX yaitu Earliest Deadline First
EDF yang bekerja berdasarkan permintaan yang datang dari user dengan tenggat waktu terpendek dan juga Weighted Fair Queuing WFQ yang menggunakan
modifikasi FIFO untuk memproses permintaan berdasarkan kapasitas antrian user. Teknik penjadwalan seperti EDF dan WFQ tidak sesuai untuk aplikasi dengan
trafik seragam seperti aplikasi Video on demand [3]. Banyak teknik penjadwalan yang didesain untuk berbagai aplikasi
menggunakan jaringan WiMAX. Contohnya pada [8], teknik yang diajukan adalah untuk aplikasi voice over internet protocol VoIP. Sedangkan pada [9]
teknik penjadwalan didesain untuk aplikasi internet protocol based television IPTV. Untuk layanan aplikasi video, jenis paket menjadi penting disebabkan
oleh video codec membangkitkan frame dengan prioritas yang berbeda. Teknik penjadwalan yang didesain untuk aplikasi video diajukan pada [10], yaitu teknik
penjadwalan berbasis frame Frame Based.
2.4 Sistem Video on Demand
Video on demand adalah sistem video interaktif berbasis pada jaringan internet yang memberi kebebasan kepada user untuk mengontrol atau memilih
sendiri pilihan video yang ingin ditonton [1]. Secara umum sistem video on demand diperlihatkan pada Gambar 2.5.
Video on demand merupakan sebuah istilah penyajian video yang bisa diakses secara online melalui jaringan. Video bisa disajikan langsung secara
streaming atau di download. Fungsi video on demand layaknya seperti video rental, di mana pelanggan dapat memilih program dan tontonan yang ingin
Universitas Sumatera Utara
ditayangkan [11]. Salah satu hal yang ingin dicapai dari industri komunikasi video on demand adalah memberikan kontrol penuh terhadap para penggunanya.
Gambar 2.5 Sistem Video on demand [10]
2.5 Parameter Pengukuran Kinerja
Parameter pengukuran kinerja untuk teknik penjadwalan yang digunakan pada Tugas Akhir ini yaitu Peak Signal to Noise Ratio PSNR, Packet Loss, dan
Network utility.
2.5.1 Peak Signal to Noise Ratio
Peak Signal to Noise Ratio PSNR adalah perbandingan antara nilai maksimum dari sinyal yang diukur terhadap besarnya derau yang mempengaruhi
sinyal tersebut. Nilai PSNR biasanya diukur dalam satuan decibel dB. Untuk menentukan PSNR, terlebih dahulu ditentukan nilai Mean Square Error MSE,
diamana MSE adalah nilai error kuadrat rata-rata antara gambar asli dan gambar penyisipan dalam kasus video [12].
Peak Signal to Noise Ratio merupakan parameter untuk mengukur kualitas hasil kompresi. Nilai PSNR membandingkan perubahan bentuk pada video hasil
Universitas Sumatera Utara
kompresi dengan video aslinya. Nilai PSNR ditentukan oleh besar atau kecilnya perubahan yang terjadi pada video [12].
Dalam data video yang terdiri dari beberapa gambar, suatu pengembangan dan pelaksanaan rekonstruksi gambar diperlukan perbandingan antara gambar
hasil rekonstruksi dengan gambar asli. Nilai PSNR yang lebih tinggi mengindikasikan kemiripan yang lebih erat antara hasil rekonstruksi dan gambar
asli. Besaran PSNR didefinisikan sebagai berikut [12]. 1
MSE didefinisikan sebagai berikut [11]. ∑
∑ 2
Dimana x dan y adalah koordinat dari gambar, sedangkan M dan N adalah dimensi dari gambar. S
xy
menyatakan gambar asli dan C
xy
menyatakan gambar yang disisipkan. C
2
Max merupakan jumlah banyaknya gambar hasil kompresi dibanding dengan gambar asli. Semakin besar nilai PSNR yang dihasilkan maka
semakin baik pula kualitas dari video tersebut. Sebaliknya, semakin kecil nilai PSNR maka semakin buruk pula kualitas dari video tersebut.
2.5.2 Packet Loss
Packet loss merupakan suatu parameter yang menunjukkan jumlah total paket yang hilang, dapat terjadi karena tabrakan antar paket collision dan
penuhnya trafik congestion pada jaringan [13]. Packet loss merupakan jumlah total paket data yang hilang pada saat pentransmisian. Untuk trafik video yang
digunakan pada Tugas Akhir ini, data paket video dikirim oleh server dengan format User Datagram Protocol UDP. Data paket video kemudian diubah
Universitas Sumatera Utara
menjadi segmen-segmen UDP, selanjutnya segmen tersebut akan dienkapsulasi ke dalam format datagram IP untuk membuat jalur pengiriman menuju ke penerima.
Ketika datagram IP melewati jaringan, buffer dan antrian yang terdapat pada BS kemungkinan terdapat dalam kondisi penuh sehingga akan menolak datagram IP
yang masuk kedalamnya. Dalam hal ini datagram IP tersebut akan dibuang dan menjadi paket yang hilang [14].
Paket yang hilang sangat mempengaruhi kualitas video yang dihasilkan. Paket yang dibangkitkan pada trafik video adalah berupa jenis-jenis frame yang
berbeda frame I dan frame P. Frame I adalah gambar asli dari video sedangkan frame P merupakan gambar sisipan yang berkolerasi dari frame I. Dengan
demikian, packet loss yang terjadi pada frame I akan sangat mempengaruhi kualitas video yang dihasilkan bila dibandingkan dengan packet loss yang terjadi
pada frame P [14].
2.6 Perangkat Lunak yang Digunakan