- Mengurangi dan mengobati faktor predisposisi, bila karena pemakaian protese perlu melepas protese setiap hari, terutama pada malam hari saat tidur dan mencuci dengan
antiseptik seperti khlorheksidin. - Selama pengobatan tidak dianjurkan merokok, karena akan menghambat reaksi adekuat
terhadap pengobatan Unandar BK et al, 2004 .
2.7.2. Topikal
1. Nistatin suspensi oral: -
Dosis: 4-6 ml 400.000-600.000μ, 4 x hari sesudah makan -
Harus ditahan di mulut beberapa menit sebelum ditelan -
Dosis untuk bayi 2 ml 200.000μ, 4 x hari -
Perlu 10 – 14 hari untuk kasus akut atau beberapa bulan untuk yang kronis Blignaut E, 2007; Unandar BK et al, 2004.
2. Amfoterisin B: Bekerja melalui pengikatan pada sterol dalam membran sel jamur dan mengubah
permeabilitas membran sel, tidak diserap pada saluran pencernaan sehingga dianjurkan pemberian secara topikal. Sediaan :
- Suspensi oral 100 mg ml
- Salep 3
- Lozenge 10 mg Akpan A, 2008; Unandar BK et al, 2004.
3. Mikonazol.
Universitas Sumatera Utara
Ini sejenis Imidazole dapat digunakan sebagai aplikasi lokal dalam mulut, akan tetapi pemakaian dengan cara ini terbatas karena efek samping seperti muntah dan diare. Obat lain
yang termasuk kelompok ini klotrimazol dan ketokonazol. Sediaan: Gel oral 25mgml, krem 2, tablet 250 mg. Pengobatan diteruskan sampai 2 hari
sesudah gejala tidak tampak. 4. Solusio gentian violet 1 – 2 :
Masih sangat berguna, tetapi memberi warna biru yang tidak menarik. Dapat dipertimbangkan untuk kasus sulit dan kekambuhan. Dioleskan 2 x hari selama 3 hari
Akpan A, 2008; Michael A O Lewis, 1998; Unandar BK, et al. 2004 .
2.7.3. Sistemik
1. Ketokonazol 200mg – 400 mg hari selama 2 – 4 minggu, untuk infeksi kronis perlu 3
– 5 minggu 2.
Itrakonazol 100 – 200 mg hari selama 4 minggu 3.
Flukonazol 50 – 200 mg hari selama 1- 2 minggu 4.
Vorikonazol Adalah triazole yang memiliki struktur kimia seperti flukonazol, menjadi salah satu pilihan bila kurang sensitive terhadap flukonazol
Kwon Chung KJ,1992; Unandar BK, et al. 2004; Depkes RI Dirjen Pengendalian PPPL, 2009; Dismukes WE et al, 2003.
Universitas Sumatera Utara
2.7.4. Flukonazol
Adalah antifungal bis-triazole fluorinated bistriazole yang sering dipakai dalam pengobatan kandidiasis Bekerja sebagai penghambat enzim sitokrom P450CYP3A4 dan
CYP2C9 C-14 alfa demetilase yang berperan dalam sintesis ergosterol yang merupakan bagian penting membrane sel jamur. Flukonazol diserap secara sempurna melalui saluran
cerna tanpa dipengaruhi adanya makanan atau keasaman lambung. Sembilan puluh persen obat dieliminasi lewat ginjal dan waktu paruhnya antara 25-30 jam. Efek samping yang terjadi
seperti : mual, muntah, sakit kepala, ruam kulit, nyeri perut, diare, sedikit peningkatan transaminase serum dan hipokalemi. Flukonazol efektif terhadap banyak spesies Candida,
terutama Candida albicans, Candida tropicalis, Candida parapsilosis dan beberapa spesies yang bukan albicans, tetapi kurang efektif terhadap Candida glabrata dan Candida krusei.
Penelitian artemisk disk menunjukkan bahwa flukonazol masih efektif pada Candida albicans sekitar 97,9, Candida tropicalis 90,4, Candida parapsilosis 93,3, namun
hanya 9,2 pada Candida krusei. Penelitian di India melaporkan 87,8 Flukonazol efektif pada Candida albicans, dan sekitar 68,9 pada Candida yang bukan albicans efektif
terhadap flukonazol. Kandidiasis oro-faringeal pada penderita HIV yang disebabkan oleh Candida albicans 84,5, Candida glabrata 6,8, Candida krusei3,4, dimana 84,7
dari isolasi efektif terhadap flukonazol serta ada 9,7 yang susceptible dose dependent SDD. Ketiga penelitian tersebut memberi bahwa flukonazol masih menjadi pilihan utama
dalam upaya mengobati kandidiasis. Dosis yang dianjurkan: 100-200mg p.o , 200mg 1x hari dilanjutkan dengan 100mg
selama 5-10 hari. Hasil suatu penelitian cara pemberian flukonazol 750mg dosis tunggal
Universitas Sumatera Utara
sama efektifnya dengan pemberian 150mghari selama 2 minggu pada penderita kandidiasis oro-faringeal, flukonazol adalah pilihan utama pada penderita HIV dengan kandidiasis oral
Akpan A, 2008; Blignaut E, 2007; Sudjana P, 2009; Barchiesi F et al, 2008; Dismukes WE et al, 2003.
Universitas Sumatera Utara
BAB III BAHAN DAN CARA PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Departemen Mikrobiologi Klinik Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan dan Departemen Mikrobiologi USU, yang dimulai dari bulan Februari
2010 sampai Oktober 2010. Sampel yang digunakan untuk penelitian berasal dari VCT - Pusyansus Ruang Rawat Inap Penderita HIVAIDS di RSUP H. Adam Malik Medan.
3.2. Rancangan Penelitian
Penelitian dilakukan dengan metode Uji klinis Clinical Trial dimana penelitian ini dilakukan secara eksperimental yaitu pemberian obat, yang ingin dilihat adalah pengaruh
akibat pemberian obat.
3.3. Subjek Penelitian
Penderita HIVAIDS dengan kandidiasis oral yang dirawat inap dan berobat jalan di RSUP H. Adam Malik Medan.
3.4. Kriteria Inklusi
1. Pasien dewasa umur 15 tahun
Universitas Sumatera Utara