Pembahasan HASIL DAN PEMBAHASAN

Candida kefyr 0,0 0,0 1 100,0 Dari tabel 4.12 . Dapat dilihat bentuk lesi pseudomembran sembuh semuanya pada 10 sampel 100,0 , pada identifikasi spesies Candida dijumpai Candida albicans pada 2 sampel 10,0 , Candida tropicalis 0 0,0 , Candida krusei 0 0,0 , Candida lusitaniae 0 0,0 dan Candida kefyr 0 0,0 . Pada bentuk lesi eritemaatrofi disertai kheilosis dijumpai 5 sampel 19,2 yang sembuh 2 sampel 40,0 , pada identifikasi spesies Candida, dimana Candida albicans tidak dijumpai 0,0 , Candida tropicalis dijumpai 1 sampel 20,0 , Candida krusei dijumpai 1 sampel 100,0 , Candida lusitaniae dijumpai 1 sampel 100,0 dan Candida kefyr 0 0,0 . Pada bentuk lesi hiperplastik dijumpai pada 11 sampel 42,3 dimana bentuk lesi sembuh dijumpai 0 0,0 , pada identifikasi spesies Candida, dimana Candida albicans tidak dijumpai 0,0 pada Candida tropicalis dijumpai pada 1 sampel 20,0 , Candida krusei dijumpai 0 0,0 , Candida lusitaniae dijumpai 0 0,0 dan Candida kefyr pada 1 sampel 100,0 .

4.2. Pembahasan

Dari 26 sampel yang diambil selama masa penelitian ini distribusi menurut jenis kelamin terhadap penderita HIVAIDS dengan kandidiasis oral yang terbanyak adalah laki- laki 84,6 dibanding perempuan 15,4 Tabel 4.1. Hal ini kemungkinan berhubungan dengan faktor resiko perilaku sex heterosex 73,1 dan pemakai narkoba jarum suntik IDU 27,0 pada laki-laki lebih banyak dijumpa VCT- Pusyansus RSUP. HAM Medan, 2010. Menurut data statistik kasus HIVAIDS di Indonesia tahun 2009 sampai Maret 2010 Universitas Sumatera Utara mencapai 20.564 kasus dimana laki –laki 15.166 orang 74,0 , perempuan 5.306 orang 26,0 Depkes RI Ditjen PPPL, 2010. Distribusi menurut pendidikan terhadap penderita HIVAIDS dengan kandidiasis oral yang terbanyak adalah pada tingkat pendidikan SLTA 46,2 diikuti dengan pendidikan SLTP 30,8 Tabel 4. 2. Data ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rajesh R, et al yang menemukan 82 penderita pada tingkat pendidikan menengah sedangkan berpendidikan tinggi 9 dan sisanya berpendidikan rendah. Tingginya angka penderita pada tingkat pendidikan SLTA dan SLTP kemungkinan berhubungan dengan faktor kejiwaan yang masih labil dan rentan dengan pengaruh lingkungan. Namun pada penelitian ini tidak didapatkan data mengenai faktor kejiwaan dan lingkungan dari data sekunder yang dipakai pada penelitian ini. Distribusi menurut pekerjaan yang terbanyak adalah pada pekerja buruh 34,7 Tabel 4. 3 kemungkinan berhubungan dengan pekerjaan buruh yang sering berpindah-pindah tempat dimana harus meninggalkan keluarga. Menurut penelitian Rajesh R. Subramaniam K. Padmavathy BK. Vasanthi S di India 2006 sebagian besar penderita memiliki pekerjaan yang tidak memerlukan keahlian, petani dan supir. Pada kalangan perempuan kebanyakan ibu rumah tangga Rajesh R, 2006. Distribusi menurut umur, rerata umur adalah 33,96 tahun dengan umur termuda 26 tahun dan umur tertua 57 tahun. Menurut penelitian Komisi penanggulangan HIVAIDS tertinggi dari golongan umur 20-29 tahun 54,77 dan bila digabung dengan golongan sampai umur 49 tahun maka angka kejadian mencapai 89,37 Komisi Penanggulangan AIDS 2007. Pada tabel 4.5 dapat dilihat rerata kadar CD4 : 28,08 selμL dengan kadar CD4 terendah 1 selμL dan tertinggi 123 selμL. Menurut WHO kadar CD4 200 selμL sudah Universitas Sumatera Utara termasuk AIDS. Pada pasien HIVAIDS dengan lesi dirongga mulut oral berkaitan dengan kadar CD4 yang rendah, menurut penelitian Bravo IM et al pasien dengan lesi dirongga mulut oral memiliki kadar CD4 200 selµL sekitar 57,1 Bravo IM. et al, 2006. Distribusi lokasi lesiefloresensi pada penderita HIVAIDS dengan kandidiasis oral, lokasi lesi terbanyak dijumpai pada lidah 100 dan palatum 100 pada Tabel 4. Hasil penelitian ini berbeda dengan lokasi lesi yang dilakukan di Rumah Sakit Eduardo Belo Horizonte Brazil dimana lokasi lesi pada lidah 55,5, palatum 26,3 Gabler IG, 2008. Distribusi identifikasi spesies pada tabel 4. 7 yang ikut pengobatan sampai 14 hari ditemukan bahwa spesies Candida albicans 77,0 , Candida tropicalis 19,2 , Candida krusei 3,8 . Hasil penelitian ini spesies Candida yang terbanyak dijumpai pada Candida albicans dan Candida tropicalis, sesuai dengan penelitian Menon T et al, 2001 di India Department of microbiology, dijumpai Candida albicans 73,9 , Candida tropicalis 21,7 , Candida krusei2,8 , dan Candida guillermondii 2,8 , sedangkan pada penelitian di Afrika Selatan Institutionalized South African Paediatric pada pasien dewasa, dijumpai spesies Candida albicans 91,5 , Candida krusei 5,1 , Candida tropicalis 1,2 , Candida parapsilosis 0,9 , Candida glabrata 0,6 dan Candida dubliniensis 0,6 Blignaut E, 2007. Gambaran Efektifitas Obat Flukonazol Distribusi efektifitas obat flukonazol Tabel 4. 8 pada 26 sampel yang ikut pengobatan sampai 14 hari, efektifitasnya 73,2 terhadap spesies Candida. Pada Candida albicans Universitas Sumatera Utara efektifitasnya 80,0 , Candida tropicalis efektifitasnya 60,0 , Candida krusei efektifitasnya 0,0 , Candida lusitaniae efektifitasnya 0,0 dan Candida kefyr efektifitasnya 0,0 . Dari hasil penelitian ini obat flukonazol masih efektif terhadap beberapa spesies Candida, kecuali pada Candida krusei, Candida kefyr dan Candida lusitiniae. Hal ini sesuai dengan penelitian ARTEMISK DISK, efektifitas obat flukonazol pada Candida albicans 97,9 , Candida tropicalis 90,4 , Candida parapsilosis 93,3 , dan Candida krusei 9,2 . Pada penelitian di India yang dikutip dari Ilmu Penyakit dalam, efektifitas flukonazol pada Candida albicans 87,8 dan yang bukan Candia albicans 68,9 Sudjana P, 2009. Distribusi efloresensibentuk lesi pada 26 sampel tabel 4.9, lesi pseudomembran 38,5 , lesi atrofieritema disertai kheilosis 19,2 dan hiperplastik 42,3 . Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan pada Rumah Sakit Eduardo di Brazil pada 67 pasien dimana lesi hiperplastik tidak dijumpai sedangkan untuk lesi bentuk pseudomembran dijumpai 23 kasus 34,3 , lesi atrofieritema dijumpai 11 kasus 16,4 dan lesi kheilosis 6 kasus 8,9 Gabler IG, 2008. Menurut penelitian Katiraee F et al, 2010, lesi yang paling banyak dijumpai pseudomembran 38, 0 , kheilitis 20,0 , atrofieritema 4,7 dan hiperplastik 1,1 . Dari hasil penelitian pada 26 sampel setelah mengikuti pengobatan sampai 14 hari bentuk lesi pseudomembran sembuh 100 , lesi atrofieritema dan kheilosis sembuh 40,0 dan lesi hiperplastik tidak sembuh 100,0 Tabel 4.10. Dalam hal ini flukonazol efektif pada penyembuhan lesi terutama pada lesi pseudomembran sedangkan pada bentuk lesi atrofieritema kurang efektif dan pada lesi hiperplastik tidak efektif. Menurut penelitian Koks C H W et al, 2002, pemberian flukonazol 200 mghari selama 2 minggu pada pasien dengan lesi pseudomembran secara klinis dijumpai sembuh 100 . Universitas Sumatera Utara Bila dihubungkan spesies Candida dengan bentuk lesi klinis yang dijumpai, spesies Candida albicans 40,0 pada bentuk lesi pseudomembran, sama dengan pada lesi hiperplastik 40,0 , sedangkan pada lesi atrofieritema disertai kheilosis Candida albicans dijumpai 20,0 . Setelah mendapat pengobatan selama 14 hari dijumpai Candida albicanas 10,0 pada lesi pseudomembran. Pada lesi atrofieritema disertai kheilosis dijumpai, Candida tropicalis 20,0 , Candida krusei 100,0 dan Candida lusitaniae 100,0 ,. Pada lesi hiperplastik dijumpai Candida tropicalis 20,0 dan Candida kefyr 100,0 Tabel 4.12. Dari hasil penelitian ini dapat dilihat ada tiga 3 spesies Candida yang dijumpai sebelum pengobatan yaitu: Candida albicans, Candida tropicalis, Candida krusei. Setelah pengobatan dijumpai lima 5 spesies Candida seperti: Candida albicans, Candida tropicalis, Candida krusei, Candida kefyr dan Candida lusitaniae. Secara intrinsik bahwa efektifitas obat flukonazol terhadap Candida albicans dan Candida tropicalis adalah jauh lebih tinggi dibandingkan terhadap spesies Candida krusei, Candida kefyr dan Candida lusitaniae Koks CHW et al, 2002. Namun bila dilihat dari hasil penelitian ini pada delapan belas 18 spesies Candida albicans yang tidak dijumpai setelah pemberian obat flukonazol mempunyai kadar CD4: 2,2,6,7,8,9,9,10,13,19,24,25,28,33,37,55,92,12 3 selμL. Dapat dilihat dengan kadar CD4 yang sangat rendah angka kesembuhan lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak sembuh dengan kadar CD4: 1dan 23 selμL. Dalam hal ini efektifitas obat flukonazol masih sangat tinggi terhadap spesies Candida albicans Koks CHW et al, 2002 namun bila dibandingkan dengan penelitian Barchiesi F et al, 2008 di Italia, pemberian flukonazol 100mghari selama 10 hari dengan kadar CD4: 28 selμL pada pasien AIDS dengan kandidiasis oral, spesies Universitas Sumatera Utara Candida albicans masih dijumpai. Pada lima 5 spesies Candida tropicalis yang tidak dijumpai setelah pemberian obat flukonazol masing-masing kadar CD4: 12,22,25,25,114 selμL dan yang masih dijumpai setelah pengobatan kadar CD4: 12,13 selμL. Pada spesies Candida krusei masih di jumpai setelah pengobatan dengan kadar CD4: 26 selμL. Menurut Koks CHW et al, 2002 Candida krusei secara intrinsik resisten terhadap flukonazol. Pada spesies Candida lusitaniae dan kefyr sebelum pengobatan tidak dijumpai tetapi setelah pengobatan dijumpai dengan kadar CD4 masing- masing 33 dan 22 selμL. Menurut Hunter KD et al, 1998 munculnya spesies Candida yang bukan Candida albicans setelah pemberian flukonazol berkaitan dengan kadar CD4 yang rendah yaitu lebih kecil dari 200selμL. Pada bentuk lesi efloresensi bila dihubungkan dengan kadar CD4, bentuk lesi pseudomembran pada sepuluh 10 sampel masing-masing kadar CD4: 1,2,6,10,9,9,23,25,25,37 selμL sembuh semua setelah pemberian obat flukonazol. Bila dibandingkan dengan penelitian Koks CHW et al, 2002 di Rumah Sakit Slotervaart Amsterdam pemberian flukonazol 200mghari selama dua 2 minggu bentuk lesi pseudomembran sembuh semua tanpa memandang kadar CD4. Pada dua 2 sampel bentuk lesi atrofieritema dengan kadar CD4: 7 dan 8 selμL lesi sembuh dimana spesies Candida tidak dijumpai sedangkan pada tiga 3 sampel kadar CD4: 13,26 dan 33 selμL lesi tidak sembuh dan spesies Candida dijumpai Candida tropicalis, krusei dan lusitaniae. Pada sebelas 11 sampel bentuk lesi hiperplastik lesi tidak ada sembuh setelah pengobatan dengan kadar CD4: 2,12,19,22,24,25,28,55,92,114,123 selμL. Untuk spesies Candida yang dijumpai setelah pengobatan yaitu satu 1 Candida tropicalis dengan kadar CD4: 12 selμL dan satu 1 Candida kefyr dengan kadar CD4: 22 selμL. Dapat dilihat tidak ada hubungan CD4 dengan kesembuhan lesi hiperplastik, terbentuknya lesi hiperplastik bukan sepenuhnya disebabkan Universitas Sumatera Utara spesies Candida yang dijumpai tetapi bisa disebabkan oleh faktor-faktor lain seperti rokok, alkohol, infeksi Epstein-Barr Virus EBV dan keganasan yang tidak diteliti dalam penelitian ini Gayford JJ et al, 1993 Universitas Sumatera Utara

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN