Program Uya Emang Kuya Sikap

Dalam penyajiannya acara reality show ini terbagi menjadi 3 jenis yaitu: 1. Docusoap dokumenter dan soap opera yaitu gabungan dari rekaman asli dan plot. Di sini penonton dan kamera menjadi pengamat pasif dalam mengikuti orang-orang yang sedang menjalani kegiatan sehari-hari mereka, baik yang professional maupun pribadi. Dalam hal ini produser menciptakan plot sehingga enak ditonton oleh pemirsa. Para kru dalam proses editing menggabungkan setiap kejadian sesuai dengan yang mereka inginkan sehingga akhirnya terbentuk cerita berdurasi 30 menit tiap episode. 2. Hidden Camera yaitu sebuah kamera tersembunyi merekam orang-orang dalam situasi yang sudah di-set. 3. Reality Game Show yaitu sejumlah kontestan yang direkam secara intensif dalam suatu lingkungan khusus guna bersaing memperebutkan hadiah. Fokus dari acara ini para kontestan menjalani kontes dengan penuh tipu muslihat, sampai reaksi yang menang dan kalah.

2.1.7 Program Uya Emang Kuya

Tayangan program acara Uya Emang Kuya, yang menampilkan orang yang dihipnotis dan berbicara tentang unek-uneknya di bawah alam sadar mereka. Dalam ilmu hipnotis modern, muncul teknik menggunakan kekuatan psikologi dan eksplorasi kemampuan diri manusia. Teknik termodern inilah yang dipakai Uya. Secara teknik hipnotis yang dipakai, Uya menggunakan kekuatan psikologis. isi dari acara Uya Emang Kuya yang mungkin menghibur, namun dengan cara yang mengumbar aib orang lain di televisi. Namun, tayangan yang muncul setiap hari di televisi swasta ini. tayangan ‘Uya Emang Kuya’ sangat menekankan sisi Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. hiburan. Sayangnya, di dalam proses menghibur ini, orang yang dihipnotis selalu mengungkap aib seseorang atau aib diri sendiri. Nah, mengungkap aib orang dengan tujuan menghibur. Dalam kaitan mengungkapkan aib diri sendiri dan orang lain, Seseorang yang sepakat dihipnotis oleh Uya, berarti sepakat untuk mengungkap aib diri atau orang lain. Apalagi aib itu kemudian disebarluaskan lewat tayangan televisi http:ruanghati.com20110325acara-tv-hipnotis-uya- kuya-haram-ditonton-karena-mengumbar-aib.

2.1.8 Sikap

Dalam ilmu psikologi sosial, sikap banyak sekali diteliti, mulai dari teori, konstruksi, konsep hingga pengukurannya. Berikut ini adalah beberapa definisi mengenai sikap : a. Menurut Sutisna, Sikap adalah mempelajari kecenderungan memberikan tanggapan pada suatu obyek atau kelompok obyek baik disenangi atau tidak disenangi secara konsisten Sutisna, 2003:99. b. Menurut Sheriff, Sikap mempunyai daya pendorong atau motivasi. Sikap bukan sekedar rekanan masa lalu, tetapi menentukan apakah orang harus setuju atau tidak setuju terhadap sesuatu, menentukan apa yang disukai, diharapkan dan diinginkan mengesampingkan apa yang tidak diinginkan, apa yang harus dihindari Rakhmat, 1999 : 40. c. Menurut Berkowitz, Sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap seseorang terhadap suatu obyek adalah perasaan mendukung favorable maupun perasaan tidak mendukung atau memihak unfavorable pada obyek tersebut Azwar, 2007:4. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. d. Menurut Rakhmat, Sikap adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi. Berpikir, dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi atau nilai. Sikap bukan perilaku tetapi merupakan kecenderungan untuk berperilaku dengan cara-cara tertentu terhadap objek sikap Rakhmat, 1999 : 39 – 40. Dari definisi diatas dapat terlihat bahwa manifestasi sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi harus terlebih dahulu ditafsirkan sebagai tingkah laku yang masih tertutup. Selain itu pengertian sikap juga menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap kategori stimulus tertentu dan dalam penggunaan praktis, sikap seringkali diharapkan dengan rangsang sosial dan reaksi yang bersifat emosional. Jadi, sikap adalah rangkuman evaluasi terhadap objek sikap kita. Evaluasi rangkuman rasa suka atau tidak suka terhadap objek adalah inti dari sikap. Sikap dapat terbentuk dari pengalaman, melalui proses belajar. Pandangan ini mempunyai dampak terapan, yaitu bahwa berdasarkan pendapat ini, bisa disusun berbagai upaya pendidikan, pelatihan, komunikasi,penerangan dan sebagainya untuk mengubah sikap seseorang. Sobur, 2004: 62. Artinya melalui media komunikasi dapat dilakukan perubahan sikap seseorang. Orang-orang yang berusaha membujuk orang lain perlu memerhatikan dasar sikap yang dipegang itu apabila mereka berusaha mengubahnya. Bagi sejumlah orang komponen kognitif rasional dari sikap mungkin adalah yang paling kuat. Sedangkan bagi orang lain, yang paling kuat adalah komponen afektif emosional sikap. Sikap dan perilaku adalah suatu hal yang berbeda. Perilaku behavior adalah berbagai tanggapan atau reaksi suatu individu yang tidak hanya meliputi Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. reaksi dan gerakan tubuh saja, melainkan juga pernyataan-pernyataan verbal dan pengalaman subjektif Bungin, 2005 : 27-27. Dengan demikian perilaku tersebut dapat diketahui dengan tindakan-tindakan yang nyata dan juga ucapan atau pikiran-pikiran. Mar’at dalam Dayakisni 2003 : 96 menjelaskan bahwa pada hakekatnya sikap adalah merupakan suatu interaksi dari berbagai komponen, dimana komponen-komponen tersebut ada tiga, yaitu: 1. Komponen Kognitif Yaitu komponen yang tersusun atas dasar pengetahuan atau informasi yang dimiliki seseorang tentang obyek sikapnya. Dari pengetahuan ini kemudian akan terbentuk suatu keyakinan tertentu tentang obyek sikap tertentu. 2. Komponen Afektif Yaitu yang berhubungan dengan rasa senang dan tidak senang. Jadi sifatnya evaluatif yang berhubungan erat dengan nilai-nilai kebudayaan atau system nilai yang dimilikinya. 3. Komponen Konatif Yaitu merupakan kesiapan seseorang untuk bertingkah laku yang berhubungan dengan obyek sikapnya. Efek kognitif adalah yang timbul pada komunikan yang menyebabkan dia menjadi tahu atau meningkat intelektualnya. Disini pesan yang disampaikan komunikator ditujukan kepada pikiran si komunikan. Dengan perkataan lain, tujuan komunikator hanyalah berkisar pada upaya mengubah pikiran diri komunikan. Efek afektif lebih tinggi kadarnya daripada efek kognitif. Disini tujuan komunikator bukan hanya sekedar supaya komunikan tahu, tetapi tergerak hatinya, menimbulkan perasaan tertentu, misalnya perasaan iba, terharu, sedih, Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. takut, cemas, gembira, marah, dan sebagainya. Yang paling tinggi kadarnya adalah efek behavioral, yaitu yang timbul pada komunikan dalam bentuk perilaku, tindakan, atau kegiatan. Adapun pengaruh media massa tidak harus langsung terlihat, namun terpaan yang berulang-ulang pada akhirnya dapat mempengaruhi sikap dan tindakan masyarakat. Mulyana, 1999: 143 Sedangkan tolak ukur terjadinya pengaruh terhadap sikap seseorang, dapat diketahui melalui respon atau tanggapan yang dapat dibagi dalam tiga jenis, yaitu: a respon positif, jika seseorang menyatakan setuju, b respon negatif, jika seseorang menyatakan tidak setuju, c respon netral, jika seseorang tidak memberikan pendapatnya tentang suatu obyeknya. Dari uraian di atas dapat dijelaskan bahwa adanya efek komunikasi tersebut, maka terjadi perubahan sikap komunikan setelah mereka diterpa pesan yang disampaikan oleh komunikator, sehingga dasar landasan teori yang dipakai bukan pada adanya pengaruh efek, dampak komunikan, tetapi pada bentuk sikap komunikan terhadap pemberitaan salah satu media. Jadi jika komunikasi yang di lakukan antara komunikator dengan komunikan mempunyai efek, maka terjadi perubahan sikap komunikan, sebaliknya jika komunikasi yang dilakukan antara komunikator dan komunikan “gagal”, maka tidak terjadi perubahan sikap pada komunikan. Dengan demikian dapat dipertegas bahwa untuk mengetahui sikap komunikan dapat diketahui melalui efek komunikasi. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2.1.9 Pemirsa Sebagai Audience

Dokumen yang terkait

Tayangan Variety Show Cinta Juga Kuya Dan Minat Menonton (Studi Korelasional Pengaruh Tayangan Variety Show Cinta Juga Kuya di SCTV terhadap Minat Menonton di Kalangan Mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU)

0 38 116

Media Literacy Dan Tayangan Reality Show (Studi Korelasional Tentang Pengaruh Media Lietracy Terhadap Pemilihan Tayangan Termehek-Mehek Di Trans TV Pada Siswa SMP Santo Thomas 1 Medan)

5 93 144

PENGARUH DAYA TARIK ACARA "UYA EMANG KUYA" TERHADAP TINDAKAN (Studi pada Masyarakat Kelurahan Bareng Tengah Malang) MENONTON MASYARAKAT

0 10 37

MOTIF PELAJAR SMA DALAM MENONTON TAYANGAN UYA EMANG KUYA (Studi pada pelajar SMA kelas XI SMA Negeri 5 Kediri)

1 6 41

OPINI MASYARAKAT SURABAYA DALAM MENONTON PROGRAM ACARA REALITY SHOW “UYA KUYA” DI SCTV.

0 1 96

OPINI MASYARAKAT SURABAYA TERHADAP TAYANGAN REALITY SHOW “MASIH DUNIA LAIN” DI TRANS 7(Studi Deskriptif Opini Masyarakat Surabaya Terhadap Tayangan Reality Show “ Masih Dunia Lain: di Trans 7).

0 4 88

OPINI MASYARAKAT SURABAYA DALAM MENONTON PROGRAM ACARA REALITY SHOW “UYA KUYA” DI SCTV.

0 0 29

OPINI MASYARAKAT SURABAYA TERHADAP TAYANGAN REALITY SHOW “MASIH DUNIA LAIN” DI TRANS 7(Studi Deskriptif Opini Masyarakat Surabaya Terhadap Tayangan Reality Show “ Masih Dunia Lain: di Trans 7)

0 0 20

SIKAP MASYARAKAT SURABAYA TERHADAP TAYANGAN ACARA REALITY SHOW “UYA EMANG KUYA” (Study Deskriptif Sikap Masyarakat Surabaya Terhadap Tayangan Acara Reality Show “Uya Emang Kuya” di SCTV)

0 0 19

1 KAJIAN RETORIKA DISKUSI UYA KUYA DALAM ACARA TALK SHOW RUMAH UYA DI TRANS7 BULAN FEBRUARI 2016 - repository perpustakaan

0 0 15