OPINI MASYARAKAT SURABAYA DALAM MENONTON PROGRAM ACARA REALITY SHOW “UYA KUYA” DI SCTV.
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh Gelar Sarjana pada FISIP Universitas Pembangunan Nasional “VETERAN” Jawa Timur
Oleh :
Brahma Putra Marhaendra NPM. 0443010330
Kepada
YAYASAN KESEJAHTERAAN, PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
SURABAYA 2010
(2)
”UYA EMANG KUYA” DI SCTV Oleh :
Brahma Putra Marhaendra 0443010330
Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh tim penguji skripsi program studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Pada tanggal 9 Juni 2010
PEMBIMBING TIM PENGUJI
1. KETUA
Drs. Kusnarto Msi Juwito, S.Sos. Msi NIP. 19580801 198402 1001 NIP. 3670 49500 361
2. SEKRETARIS
Drs. Kusnarto, Msi NIP. 19580801 198402 1001 3. ANGGOTA
Dr. Catur Suratnoaji, Msi NIP. 368049400281
Mengetahui, DEKAN
Dra. Ec. Hj. Suparwati, M.si NIP. 19550718 198302 2001
(3)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatNya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Opini masyarakat kota Surabaya terhadap acara reality show “Uya emang Kuya” di SCTV”. Penulisan skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat wajib tugas akhir program S1 Ilmu Komunikasi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Drs, Kusnarto, Msi sebagai dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk memberikan petunjuk dan pengarahan serta dorongan sejak awal hingga akhir penyusunan skripsi ini.
Penyusunan skripsi ini juga tidak lepas dari bantuan berbagai pihak sehingga dapat terselesaikan dengan baik. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Allah S.W.T., atas rahmat dan hidayah-Nya.
2. Dra, Ec, Hj. Suparwati, Msi, dekan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Bapak Juwito, S.Sos, M.Si, ketua program studi Ilmu Komunikasi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
4. Bapak Drs. Syaifuddin Zuhri, M.Si, sekertaris jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
(4)
6. Bapak dan Ibu dosen jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
7. Kedua orang tua dan keluarga penulis yang selalu memberikan dukungan moril dan materiil.
8. Vianty Setia Wardhani, terima kasih atas dukungan dan do’nya. 9. Sibro Mulis, Ista Dikdana dan Yudho Prasetyo atas bantuannya.
10. Teman-teman Mak Pecel, Soelastri People, Wildan Muchlisin dan Putri terima kasih atas dukungan dan do’anya.
11. Teman-teman angkatan 2004 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih do’a dan dukungannya selama ini.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun sehingga terjadi kesempurnaan dalam penulisan skripsi ini.
Surabaya, Maret 2010
(5)
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN SKRIPSI….……… ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR TABEL ……… ix
DAFTAR LAMPIRAN ……… xi
ABSTRAKSI ……… xii
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang Masalah ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 16
1.3. Tujuan Penelitian ... 17
1.4. Kegunaan Penelitian ... 17
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 18
2.1. Landasan Teori ... 18
2.1.1. Televisi sebagai media komunikasi massa ... 18
2.1.2. Pemirsa Televisi sebagai Khalayak Media………....……... 21
2.1.3. Opini ………... 22
2.1.4. Program Televisi ... 26
(6)
BAB III METODE PENELITIAN ... 35
3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 35
3.1.1.Opini... 35
3.1.2. Pengukuran Variabel ... 39
3.2. Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel ... 41
3.2.1. Populasi ... 41
3.2.2. Sampel dan Teknik Penarikan Sampel ... 42
3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 46
3.4. Metode Analisis Data ... 47
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 48
4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian dan Penyajian Data ………… 48
4.1.1. Masyarakat Surabaya ... 48
4.1.2. Program acara reality show “Uya emang Kuya” di SCTV 50 4.2. Penyajian Data dan Analisis Data ... 51
4.2.1. Identitas Responden ... 52
4.2.2. Penggunaan media……….... 60
4.2.3. Opini masyarakat terhadap Program acara reality show “Uya emang Kuya” di SCTV ... 62
4.3. Arah opini masyarakat………... 78
(7)
(8)
Tabel 2 Jenis Kelamin ... 51
Tabel 3 Pendidikan terakhir ... 52
Tabel 4 Jenis pekerjaan ... 53
Tabel 5 Frekuensi menonton ... 55
Tabel 6 Frekuensi durasi menonton ... 56
Tabel 7 Opini tentang segmen hipnotis pada acara reality show “Uya emang Kuya” di SCTV lebih menarik dari pada segmen lainnya.. 57
Tabel 8 Opini tentang Reality show “Uya emang Kuya” di SCTV menjadi acara favorit daripada acara reality show lainnya ……… 58
Tabel 9 Opini tentang Dapat terhibur ketika melihat acara reality show “Uya emang Kuya” di SCTV ……… 59
Tabel 10 Opini tentang Reality show “Uya emang Kuya” di SCTV dapat menarik minat pemirsa untuk melihat lagi tayangan di lain waktu 60
Tabel 11 Opini tentang Pada segmen hipnotis acara reality show “Uya emang Kuya” di SCTV mengandung unsur hiburan dengan membuka aib seseorang ... 62
Tabel 12 Opini tentang Acara reality show “Uya emang Kuya” di SCTV tentang mengumbar latar belakang dan masalah pribadi seseorang layak menjadi inti hiburan ... 63
(9)
Tabel 14 Opini tentang Seorang korban hipnotis pada segmen hipnotis pada acara reality show “Uya emang Kuya” di SCTV
layak dipertontonkan di depan umum ketika dihipnotis ... 66 Tabel 15 Opini tentang Pada acara reality show “Uya emang Kuya”
di SCTV menjadi lucu karena terdapat celetukan-celetukan sebagai bentuk respon terhadap presenter atau orang yang
dihipnotis yang dinilai kasar dan merendahkan pribadi ... 67 Tabel 16 Opini tentang Presenter acara Uya Kuya menjadi presenter
favorit karena mempermainkan dan menjebak calon korban
hipnotis ... 68 Tabel 17 Opini tentang Team acara reality show “Uya emang Kuya”
di SCTV hadir di Surabaya ... 69 Tabel 18 Bahwa KPI telah memberi peringatan yang tegas terhadap Acara
reality show “Uya emang Kuya” di SCTV karena terus mempertahankan jenis hiburan membuka aib, mengumbar
masalah dan latar belakang seseorang ... 71 Tabel 19 Arah Opini ... 73
(10)
(11)
(12)
“UYA KUYA” DI SCTV.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana opini masyarakat Surabaya terhadap reality show “Uya emang Kuya” di SCTV.
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teori S-O-R (Stimulus-Organism-Respon) yang merupakan reaksi khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Penerapan teori pada penelitian ini adalah Stimulus (program acara Reality Show “Uya emang Kuya” di SCTV ) – Organism (masyarakat berusia 18-30 tahun yang pernah menonton acara reality show ”Uya emang Kuya” di SCTV dan bertempat tinggal di Surabaya) – Respon ( opini positif, opini netral atau opini negatif)
Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan tabel frekuensi data dari hasil kuesioner kemudian diolah yang terdiri dari: mengedit, mengkode, dan memasukkan data tersebut dalam tabulasi data untuk selanjutnya dianalisis secara deskriptif setiap pertanyaan yang diajukan. Populasi yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah masyarakat berusia 18-30 tahun yang pernah menonton acara reality show ”Uya emang Kuya” di SCTV dan bertempat tinggal di Surabaya . Teknik penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Tehnik non probability yaitu tehnik quota sampling. pengambilan sampel yang tidak menggunakan teori probabilitas, artinya bahwa tidak semua unit populasi memiliki kesempatan untuk dijadikan sampel penelitian, sedangkan quota sampling adalah tehnik pengambilan sampel dengan cara memilih sampel yang mempunyai ciri-ciri tertentu dalam jumlah atau kuota yang di inginkan. Adapun kelompok yang dipilih dalam penelitian ini selain berdasarkan karakteristik-karakteristik diatas, ditentukan pula berdasarkan tempat tinggal responden atau pembagian wilayah di kota Surabaya. Dengan asumsi lingkungan sekitar atau tempat tinggal individu cukup besar pengaruhnya terhadap pandangan hidup seseorang (frame of refference).
Berdasarkan hasil analisis data menunjukkan bahwa responden memiliki opini yang mengarah ke netral ( ragu-ragu ) mengenai program Reality Show “Uya emang Kuya” di SCTV karena masyarakat menganggap biasa jenis hiburan seperti itu dijaman sekarang ini.
Kesimpulan yang dapat diambil bahwa sebagian besar masyarakat karena menganggap acara reality show “Uya emang Kuya” di SCTV mempunyai sisi baik dan buruk sehingga merasa biasa saja terhadap konsep hiburan yang disajikan. Meskipun hal itu berlawanan dengan kebudayaan dan norma di Indonesia, mereka tidak mempermasalahkannya. Maka penulis menyarankan agar masyarakat yang berperan sebagai pemirsa tayangan yang diberikan oleh media sebaiknya dapat berfikir kritis dalam menyeleksi jenis hiburan yang ada pada saat ini.
(13)
1.1. Latar Belakang Masalah
Televisi sebagai salah satu media elektronik. Dalam komunikasi massa dianggap telah berhasil dalam menjalankan fungsinya untuk memberikan siaran informatif, hiburan dan pendidikan kepada masyarakat luas. Bila dibandingkan dengan radio yang hanya didengar (audibel), televisi jelas mempunyai pengaruh yang lebih kuat dalam kapasitasnya tersebut, karena selain siaran dapat didengar (audibel) dan dapat dilihat (visibel). Siaran televisi juga memiliki sifat-sifat langsung, simultan, intim dan nyata (Mulyana, 1997:169)
Perkembangan televisi di Indonesia, didahului oleh kuatnya posisi tayangan televisi sebagai media hiburan. Karena tuntutan publik, terjadi reposisi siaran televisi di negeri ini, bukan hanya sebagai media hiburan, tetapi juga media informasi, media pembentuk dan penyalur opini publik, media pendidikan dan media bisnis (Prayudha, 2003, p.56).
Komunikasi dalam penyampaiannya dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya dengan media massa. Media massa dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan sumber daya manusia, serta kesejahteraan masyarakat, sesuai dengan bagaimana penyampaian pesan-pesan melalui media massa tersebut. Media massa merupakan suatu sarana untuk menghadapi perubahan-perubahan dalam kehidupan masyarakat. Sehingga
(14)
dengan demikian diharapkan masyarakat dapat termotivasi untuk berperan serta dalam mensukseskan program-program pemerintah. Menurut Effendy (1994 :23) pesan yang disampaikan dalam media massa bersifat umum karena ditujukan kepada kepentingan umum.
Salah satu yang memberikan informasi adalah media televisi sebagai salah satu pioneer dalam penyebaran informasi dengan menggunakan perangkat satelit, kini menjadi informasi yang terus berkembang pesat dan juga munculnya globalisasi informasi dimanapun bisa disaksikan lewat siaran jaringan televisi dengan membawa dampak yang begitu besar, baik dalam bidang sosial, budaya, ekonomi, politik dan lainnya.
Media televisi pada hakekatnya adalah movie atau motion picture in the home (Effendy, 1994:177) yang membuat pemirsanya tidak perlu keluar rumah untuk menontonnya. Hal tersebut merupakan salah satu keunggulan yang dimiliki televisi adalah perpaduan antara radio dan film. Ini menjadi daya tarik kuat televisi. Selain mempunyai unsur visual berupa gambar hidup yang mampu menimbulkan kesan yang mendalam pada pemirsa hingga seolah-olah khalayak berada ditempat peristiwa yang disiarkan oleh pemancar televisi itu.
Dengan pekembangannya ilmu pengetahuan dan teknologi informasi dewasa ini akan membawa dampak yang sangat besar pada perkembangan pertelevisian saat ini. Suatu siaran televisi dituntut untuk dapat memberikan informasi yang tidak hanya akurat tetapi juga dapat memberikan pengetahuan, pengalaman, bahkan sampai membuat para pemirsa peka terhadap masalah sosial yang ada. Sedangkan menurut pendapat lain,
(15)
media televisi mempunyai daya tarik lebih tinggi sebagai media elektronik, dibandingkan radio yang bersifat auditif (hanya didengar). Sedangkan televisi sifatnya audiovisual, selain dapat didengar juga dapat dilihat dan segala sesuatunya berlangsung hidup seolah-olah khalayak berdada di tempat peristiwa yang disiarkan oleh pemancar televisi tersebut. (Effendy, 1994:94).
Pada tahun 1990 lahirlah RCTI sebagai stasiun televisi swasta pertama di Indonesia, televisi menjadi popular di mata khalayak. Kemudian disusul dengan lahirnya stasiun televisi swasta yang lain seperti SCTV, TPI pada tahun 1991, dan AN-TEVE dan INDOSIAR di tahun 1993. Tidak lama kemudian tahun 2000 hadir kembali stasiun baru seperti TRANS TV, TV One, GLOBAL dan TRANS 7 dan METRO TV. Semakin lengkapnya industri pertelevisian di Indonesia tentu bertambah dan sangat berpengaruh dalam kehidupan masyarakat. Apalagi ketika hadir Undang-Undang Penyiaran No. 32 Tahun 2002 tentang penyiaran yang memungkinkan TV lokal berdiri, hal ini semakin bertambah deret angka stasiun televisi di Indonesia, seperti misalnya di Jawa Timur memiliki JTV di Surabaya yang memiliki jaringan di Malang, Kediri, Jember, kemudian di Batu ada A TV, dan di Malang ada Malang TV, serta Space Toon TV Anak di Surabaya.
Fenomena yang terjadi sekarang pada industri pertelevisian membawa konsekuensi pada pengelolaan stasiun televisi bersaing dengan ketat dalam menyuguhkan program-programnya yang membidik penonton dengan berbagai segmen. Para praktisi penyiaran televisi berlomba menayangkan program menarik mulai dari format hiburan : musik, drama, sinetron, film, lawak, quiz, kesenian tradisional, dan
(16)
lain-lain. Serta format informasi seperti : berita (kriminal, gosip), diskusi, (dialok, seminar), wawancara (wawancara dengan terpidana, presiden), dan olah raga (sepakbola, tinju). Kreatifitas format program tersebut terus dikembangkan oleh para praktisi penyiaran televisi sesuai keinginan dan kebutuhan khalayak yaitu diproduksi dengan berbagai format yang menarik seperti misalnya reality show.
Tayangan reality show pertama kali diproduksi oleh stasiun televisi Amerika Serikat yang kemudian diadaptasi dalam berbagai tema oleh berbagai stasiun-stasiun televisi dari berbagai negara, termasuk Indonesia. Tayangan reality show memiliki ciri khas yang berbeda dari jenis tayangan-tayangan lain yaitu dibintangi oleh orang-orang yang bukan aktor dan aktris, tetapi walaupun demikian program acara tersebut masih diatur oleh skenario yang ditulis oleh produser (Vivian, 2005, p.203).
Maksudnya adalah tim produksi menciptakan kondisi tertentu dan realita yang ditampilkan adalah tanggapan atau ekspresi dari objek yang ditayangkan. Tentu saja hal ini membuat tayangan reality show tidak dapat disamakan dengan program berita yang benar-benar menayangkan fakta atau kejadian yang sebenarnya dan mempunyai tujuan untuk memberikan informasi bagi pemirsanya. Tayangan reality show sendiri memiliki tujuan utama untuk menghibur pemirsanya dan karena itulah tayangan ini digemari oleh pemirsanya.
Fenomena diatas tentu saja tidak dibiarkan oleh para stasiun televisi swasta yang memang memiliki orientasi untuk menghasilkan laba. Stasiun-stasiun televisi swasta di Indonesia pun berlomba-lomba untuk menayangkan tayangan reality show, entah diproduksi sendiri atau membelinya dari rumah-rumah produksi. Tayangan reality show
(17)
dengan cepat menyebar nyaris pada semua stasiun televisi. Berbagai tema pun diambil untuk dijadikan tayangan rality show. Mulai dari tema kehidupan asmara anak muda, kehidupan selebriti, sulap, kemiskinan, sampai pada tema humor. Contohnya “Ups Salah” di TRANS 7, “Bule Gila” di AN TV, “Master Hipnotis” di RCTI, dan “Uya emang Kuya” di SCTV.
Seperti halnya tayangan-tayangan televisi yang lain, yang tidak lepas dari pemirsa baik sebagai individu, kelompok atau komunitas dan lainnya. Begitu pula pada acara “Uya emang Kuya” di SCTV. Acara ini menayangkan reality show yang mengangkat trik dan intrik serta komedi dari atraksi sulap. Reality show ini dipandu oleh Uya Kuya yang ditayangkan setiap hari senin, rabu, jum’at dan minggu pada pukul 17.00 WIB. Dalam tayangan ini mempunyai segmen-segmen seputar sulap. Diantaranya adalah Stupid magic, segmen ini menggambarkan tentang suatu trik sulap akan tetapi pada akhirnya trik itu akan dibuka di hadapan penonton dengan akhir yang sangat menggelikan. Street magic, segmen ini menggambarkan tentang suatu trik sulap dimana kita langsung puncak atraksi kepada audience. Ilusi, segmen ini mengangkat tentang trik sulap yang sangat membutuhkan ilusi ketidak mungkinan. Hypnotis, segmen ini menggambarkan tentang trik dimana para audience di hipnotis dengan cara komedi ataupun serius sesuai dengan kondisi. Segmen ini adalah segmen yang full komedi. Host menampilkan segmen komedi kepada pemirsa dengan cara dan media hipnotis atau media lainnya.
Hipnotis kini menjadi tontonan komedi di TV. Caranya dengan membuat korban tidak sadar tapi masih mampu berkomunikasi dengan baik. Kemudian diberikan
(18)
pertanyaan oleh Uya Kuya tentang hal yang menyangkut rahasia pribadi. Orang pun terbahak-bahak melihat kekonyolan. Menu hipnotis dilakukan oleh presenter Uya Kuya yang juga lihai menghipnotis dan main sulap. Uya Kuya yang juga ahli main kartu dengan hipnotis mengungkap kejujuran orang. Syutingnya juga di tempat umum seperti pasar, plasa, terminal, sekolah, atau pinggir jalan. Tontonan menjadi lucu saat orang yang dihipnotis mengeluarkan pernyataan tidak terduga yang berbeda dengan pernyataannya saat sadar.
Dalam pandangan masyarakat secara umum acara “Uya memang Kuya” memang menampilkan hiburan yang sangat seru, dapat tertawa bahkan sampai tepuk tangan. Sehingga tayangan ini berhasil menarik rating share pemirsa di SCTV sebanyak 15-16 persen. Jumlah itu cerminan tayangan yang progressnya bagus dari jumlah presentase pemirsa televisi pada hari dan jam saat acara itu ditayangkan, ujar Uki Hastana, Publik Relation SCTV (www.SurabayaPost.co.id) diakses pada 18 Feb 2010 - pkl. 16.00 WIB
Tapi di sisi lain acara ini menampilkan tayangan yang membuka aib seseorang di depan umum. Dengan cara menghipnotis korban supaya tidak sadar, kemudian di beri pertanyaan yang dapat memancing korban membuka aibnya. Aib seseorang itu tidak selayaknya dibuka di depan umum, karena hal tersebut bukanlah merupakan konsumsi umum. Sesuatu yang dirahasiakan oleh seseorang itu mungkin untuk menjaga perasaan atau untuk mencegah perasaan tidak enak terhadap sesuatu. Selain itu atau memang menurut seseorang itu untuk konsumsi pribadi saja.
(19)
Meskipun di akhir acara si korban diberi pertanyaan apakah acara tersebut bersedia atau tidak untuk ditayangkan, hal itu sudah percuma karena sewaktu di hipnotis dan diberi pertanyaan yang dapat membuka aib, hal itu sudah dilakukan di depan umum, bahkan dilakukan di depan orang-orang yang bersangkutan dengan rahasia atau aib korban, beda lagi jika hal tersebut dilakukan di ruangan yang tertutup.
Dengan membuka aib tersebut dapat menimbulkan konflik, tuntutan hukum, dan pencemaran nama baik. Konflik dengan pacar, orang tua, teman, atasan adalah resiko yang harus ditanggung jika sudah dihipnotis oleh Uya Kuya.
Dampak dari acara reality show “Uya memang Kuya” ini adalah menjadikan sebagian masyarakat untuk mengundang kelucuan hanya dengan menjadikan orang lain sebagai korban kelucuan. Acara ini tidak mengekspos keadaan dimana para korban yang tidak bersedia untuk ditayangkan disaat korban sedang dihipnotis. Sehingga sebagian masyarakat tersebut menganggap baik-baik saja tanpa merasa tindakannya adalah sebuah kesalahan. Karena sifatnya yang acak terhadap publik, dalam hal ini yang menjadi korban acara “Uya memang Kuya” tentu saja tanpa disertai pengamatan mendalam atau survey terlebih dahulu terhadap korban penghipnotisan dengan tujuan untuk mengetahui apakah korban mempunyai latar belakang ataupun rahasia yang layak dikonsumsi untuk publik atau tidak.
Uya Kuya mengungkapkan kalau memang apa yang dilakukan itu seringkali memancing orang marah. Bahkan, pernah didatangi segerombolan orang satu truk untuk komplain kepadanya. Sudah ada sekitar lima orang yang mengajukan komplain kepada
(20)
dirinya. Beberapa di antaranya ada yang mendatanginya di rumah dan ada yang langsung datang ke lokasi. Itu belum termasuk yang komplain di email khusus acara Uya Kuya ini. Saat dikomplain, Uya Kuya menjelaskan bahwa semua ini hanya menjalankan tugas sebagai seorang presenter. “Kalau ada salah, saya minta maaf. Semuanya menjadi teman saya dan ini hanya pekerjaan saya. Bagi saya sendiri, itu sebuah risiko yang harus saya jalankan,” papar Uya Kuya.
Dalam aksinya di acara ”Uya emang Kuya”, Uya selalu memiliki prinsip dan batasan-batasan. Di situ sebelum acara berlangsung, Uya selalu minta persetujuan terlebih dulu pada yang bersangkutan. Bahkan sebelum menayangkannya, Uya meminta kepada si korban untuk menandatangani surat pernyataan tentang kesediaannya untuk ditayangkan atau tidak.
(http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=2ce4ce1679d8da497d83ffb 9f9b66526&jenis=c4ca4238a0b923820dcc509a6f75849b&PHPSESSID=eb2d9fb58f57a fe93542901339e71516) diakses pada 18 Feb 2010 - pkl. 16.00 WIB
Sebagai contoh adegan di salah satu tayangannya, korban penghipnotisan adalah seorang perempuan yang sedang jalan-jalan di mall, kemudian dia ditawarin untuk dihipnotis. Di luar dugaan perempuan tersebut membocorkan beberapa rahasia yang dipendamnya selama ini. Seperti menjalin hubungan yang lebih dengan mantan pacar, hal itu didasari karena perempuan itu merasa kesepian ditinggal suami bekerja di luar negeri.Tak hanya itu, ada pemuda yang masih Anak Baru Gede (ABG) yang
(21)
mengungkap kalau dirinya pernah pergi ke dukun gara-gara cinta pertamanya ditolak oleh gadis satu kelasnya di sekolah.
Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Daerah Sumatra Selatan menegur tayangan reality show “Uya emang Kuya” di SCTV yang tayang pada hari minggu 6 Desember 2009. Pelanggaran yang ditemukan berdasarkan pemantauan ini dinilai tidak etis karena membuka aib orang secara vulgar saat anak-anak banyak menonton televisi. Selain itu terdapat celetukan-celetukan sebagai bentuk respon terhadap pembawa acara atau orang yang dihipnotis dinilai kasar dan merendahkan pribadi. Hal ini bertentangan dengan UU No 32 Tahun 2002 tentang penyiaran terutama pasal 36 ayat (6), pasal 36 ayat (1), dan pasal 36 ayat (3) serta peraturan KPI No 3 Tahun 2007 tentang standar program siaran khususnya 13 point 1 dan pasal 51. (http://www.kpid-sumutprov.go.id/home/167) diakses pada 18 Feb 2010 - pkl. 21.00 WIB
Perbuatan membuka aib karena untuk keperluan atau kondisi darurat seperti pada kasus persidangan atau dalam hal mencari kebenaran masih diperkenankan. tetapi kalau tujuan utamanya hanya untuk menjelek-jelekan dan menjatuhkan seseorang maka haram hukumnya. Tayangan televisi apabila yang ditayangkan adalah aib seseorang maka hukumnya haram, demikian juga pengelolanya maka mereka akan mendapat dosa, sedangkan penontonnya apabila dengan sengaja menonton infotainment yang menayangkan aib seseorang maka juga berdosa. Mengingat di Negara Indonesia sebagian besar penduduknya beragama islam maka dengan mengingat pada firman Allah:
(22)
“Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang amat keji itu tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka azab yang pedih di dunia dan di akhirat”. (QS: An Nuur: 19)
dengan ini acara reality show “Uya emang Kuya” yang menampilkan aib seseorang tidak sejalan dengan hukum islam, selain itu dapat menambah dosa para pemirsa yang melihat tayangan reality show tersebut.
Ketua MUI Kabupaten Bogor KH Mukri Aji menegaskan, yang diharamkan dalam penayangan infotainment yaitu yang banyak mengandung unsur menyakiti seseorang dengan membuka aib di depan umum, sehingga tak sependapat dengan penayangan infotainment.
Dalam Al-quran juga telah diisyaratkan bahwa kita tak boleh menghina golongan ke golongan lain. Jangan menggunjing dan infotainment lebih pada hal-hal negatif dalam menyiarkan informasinya. Meski demikian hal positifnya ada. KH Mukri Aji mengingatkan, fatwa haram itu untuk mengantisipasi perbuatan dan ucapan yang cenderung menggosip. Meski tak dilibatkan dan belum melihat secara tekstual fatwa haram tersebut, Mukri menegaskan MUI Kabupaten Bogor mendukung sepenuhnya.
KH Mukri Aji mengutarakan dalam menggunjing dan membuka aib seseorang sangat dilarang dalam hukum Islam. “Jangankan yang masih hidup, yang sudah mati pun tak boleh dibuka aibnya. Janji Allah, bila seseorang mampu menyembunyikan aib
(23)
seorang lainnya, maka Allah akan menutupi aibnya nanti di akhirat, Kecuali jaksa, mereka itu membuka aib untuk membuktikan kebenaran”.
KH Mukri Aji melihat perlakuan serupa tak hanya dilakukan melalui tayangan infotainment, tapi juga di luar media massa. Ia menghimbau kepada masyarakat agar tak menggunjing dan membuka aib setiap orang. Ia meminta tulisan-tulisan di media massa cetak, aksi demontrasi dan lainnya dilakukan dengan menggunakan bahasa dan cara yang baik. (http://www.radar-bogor.co.id/?ar_id=NDI4NDQ=&click=MTk=) diakses pada 19 Feb 2010 - pkl. 14.00 WIB
Apabila suatu tayangan telah memiliki nilai tersendiri bagi pemirsanya dan berjalan hingga memasuki tahun kedua maka opini pemirsa dapat menjadi suatu tolak ukur berhasil atau tidaknya tayangan tersebut (Sunarjo, 1997, p.95). Mengingat segmen dari tayangan adalah bebas, maka akan sangat menarik apabila mengetahui opini dari orang-orang yang berbeda pula. Sebagai contoh apabila kita menanyakan opini acara reality show ”Uya emang Kuya” terhadap orang tua. Orang tua yang bertindak sebagai responden pasti akan memberikan opini mereka sebatas apa yang mereka ketahui. Opini harus kita terima berdasar pengetahuan mereka. Akan tetapi apabila kita menanyakan opini terhadap anak muda, maka kita akan memperoleh hasil yang akurat. Karena pergaulan, gaya hidup yang dianut tepat dengan tayangan yang disaksikan. (Effendy, 2000, p.87). Ini berarti program reality show “Uya emang Kuya” tersebut telah berfungsi sebagai ujung tombak stasiun televisi dalam menembus pasar yang semakin ketat.
(24)
Meskipun program acara reality show “Uya emang Kuya” menjadi program pilihan yang menarik bagi stasiun penyiaran SCTV, judul program acara bukanlah satu-satunya elemen penentu yang mampu meningkatkan perhatian masyarakat karenanya program realit show harus dirancang sedemikian rupa dengan pertimbangan yang matang agar tujuan yang hendak dicapai melalui acara tersebut dapat efektif (Prayudha, 2003, p.102). Agar tayangan program reality show menjadi efektif proses pengiriman pesan program harus berhubungan dengan penerimaan pemirsa, untuk itu komunikator harus merancang pesan yang menarik perhatian sasarannya.
Acara reality show “Uya emang Kuya” ini mampu menarik perhatian banyak kalangan baik dari segi usia maupun status sosial. Namun, dibalik rating yang tinggi itu, reality show ini cukup mengundang polemik di tengah-tengah masyarakat antara pro dan kontra terhadap format acaranya. Seperti dua sisi mata uang, acara yang ratingnya terus meningkat itu bagi sebagian pemirsa lebih merupakan sebuah bentuk pembongkaran aib atau privacy seseorang.
Melihat tayangan demikian akhirnya timbul pro dan kontra terhadap tayangan reality show “Uya emang Kuya di SCTV. Salah satu yang berpendapat pro adalah :
Fadli Saldi mengatakan pada tanggal 15 Oktober 2009 dalam artikelnya yang berjudul “Apakah Penyidik KPK Memakai Hipnotis Ala Uya emang Kuya”, “ siapa yang tidak kenal dengan Uya Kuya mantan personel group penyanyi Tofu. Dan siapa pula yang tidak kenal acara Uya emang Kuya yang ditayangkan setiap hari senin, rabu, jum’at, minggu pukul 17.30 sampai 18.00 WIB di SCTV. Acara ini menyajikan atraksi sulap yang dihiasi dengan unsur
(25)
komedi. Pada segmen hipnotis Uya Kuya dengan mudah menghipnotis seseorang dan kemudian menanyakan sesuatu tentang diri orang yang dihipnotis maka dengan tidak sadar orang itu menjawab dengan jujur. Mungkin beberapa dari Anda tidak setuju dengan segmen ini karena masalah privacy seseorang yang menjadi korban, tapi sejauh Uya tidak menanyakan masalah yang begitu urgent dan dengan niat untuk menghibur bagi saya tidak menjadi masalah.
Kenapa saya membuat judul “Apakah Penyidik KPK memakai Hipnotis ala Uya emang Kuya”. Karena saya begitu sedihnya melihat negeri ini betapa banyak para penjajah menjajah negerinya sendiri dengan cara mengambil uang Negara untuk kepentingan dirinya sendiri. Bagaiman cara terbaik untuk KPK dalam memberantas para koruptor di negeri ini, dengan cara penyadapan atau dengan cara penyelidikan lain. Apakah KPK tidak menggunakan jurus jitu dalam interogasi ala Uya emang Kuya, yaitu menghipnotis para tersngka atau saksi. Memang cara ini bertentangan dengan hokum negeri ini karena dalam melakukan interogasi tersangka atau saksi tidak boleh dalam keadaan tidak sadar. Tetapi dalam kepentingan mencari informasi maka saya rasa hal tersebut boleh dilakukan, mungkin saja ketika di interogasi tersangka atau saksi dapat memberikan informasi memberikan informasi yang banyak dan semua koruptor lainnya takut melakukan lagi. Bagaimana menurut anda?”
(http://wartawarga.gunadarma.ac.id//2009/10/apakah-penyidik-kpk-memakai-hipnotis-ala-uya-emang-kuya/) diakses pada 20 Feb 2010 - pkl. 20.30 WIB Sedangkan yang berpendapat kontra adalah
1. Harry, Jawa Barat. ” Menambahkan komentar dari beberapa komentar tentang acara UYA KUYA (Hipnotis), secara umum acara tersebut mengibur, tetapi ada yang kurang berkenan pada saat acara hipnotis, dimana Uya sebagai artisnya membongkar hal-hal yang privacy, yang rasanya kurang etis, ada baiknya jika
(26)
tayangan tersebut masih mau diteruskan (Hipnotis) pertanyaan-pertanyaan yang ditanyakan adalah pertanyaan yang tidak mengumbar privacy orang lain, karena akan membawa dampak buruk yang tidak kita harapkan.
2. Menurut Aby Zaidan, jawa barat. “ Mohon dilihat acaranya Uya emang Kuya di SCTV. Acaranya memang cukup menarik, memadukan unsur sulap dan humor, tapi yang disayangkan waktu bagian hipnotis yang kesannya seperti memperlihatkan aib atau rahasia seseorang sehingga menjadi bahan tertawaan orang yang menontonnya. Memang acara tersebut sebelum menayangkannya, korban menandatangani surat pernyataan tentang kesediaannya untuk ditayangkan atau tidak, tetapi diluar itu nantinya mungkin akan menimbulkan konflik yang baru lagi yang akan dihadapi korban hipnotis di kemudian hari. Jika dibandingkan dengan hipnotis Romy Rafael, lebih menarik dalam mengemas cara hipnotis dan terbukti penonton pun terhibur, itu saja yang dapat saya sampaikan.
3. komentar Sarbini, DKI Jakarta. “ Mohon perhatiannya pada hari sabtu 19 Desember 2009 pukul 17.30 WIB saya menyaksikan acara Uya emang Kuya di salah satu stasiun televisi. Acara tersebut saya rasa kurang pantas untuk ditayangkan, karena hipnotis yang mengusik kehidupan orang lain. Yang lebih parah lagi kedua peserta hipnotis berkelahi akibat telah dihipnotis dan dibongkar aib atau rahasianya oleh Uya Kuya. Hancurlah kehidupan orang dikorek oleh si Uya Kuya, dan terlebih lagi di saksikan oleh jutaan pemirsa di Indonesia.
4. Mantan menteri kesehatan (ibu Siti Fadilla) komplain (detiknews tgl 09 Desember 2009) tentang acara ini. Terutama pada bagian hipnotisnya yang mengorek privacy orang. Mohon dengan sangat, KPI dapat memonitor dan mungkin menindaklanjuti ha ini tidak berlarut dan menimbulkan efek yang kurang baik lainnya bagi kita semua.
(www.kpi.go.id/index.php?etats=pengaduan&nid=7688) diakses pada 18 Feb 2010 - pkl. 21.00 WIB
(27)
Televisi tidak mengenal jarak dan rintangan. Peristiwa di suatu kota di Negara yang satu dapat ditonton dengan baik di Negara lain, tanpa mengenal rintangan berupa laut ataupun jurang. Kehadiran televisi dapat menembus ruang dan jarak geografis pemirsa. (Effendy, 2000, 177)
Penelitian ini dilakukan di Surabaya karena pada tahun 1993 SCTV berbekal SK Menteri Penerangan No 111/1992 melakukan siaran nasional ke seluruh Indonesia melalui 47 stasiun transmisi, SCTV mampu menjangkau 240 kota dan menggapai sekitar lebih dari 175 juta potensial pemirsa, sehingga Surabaya merupakan salah satu kota jangkauan siaran SCTV dan mempunyai dua juta lebih penduduk yang berpotensial menjadi pemirsa SCTV.
(http://www.sctv.co.id/company/pages.php?id=1)/ diakses pada 21 Feb 2010 - pkl. 15.30 WIB
Opini masyarakat Surabaya mengenai tayangan reality show “Uya emang Kuya” menarik untuk diteliti mengingat tayangan reality show ”Uya emang Kuya” adalah tayangan yang tidak mengenal batasan umur untuk disaksikan. Opini yang diharapkan dilihat berdasarkan indikator yang berupa perception, attitude, dan believes. Dimana indicator perception (persepsi) terdiri atas latar belakang budaya, pengalaman masa lalu, dan nilai yang dianut. Sedangkan indicator attitude (apa yang dirasakan) terdiri atas cognitive, affective, behavior. Sehingga akan membentuk opini masyarakat Surabaya baik positif maupun negatif. Tetapi program acara reality show ”Uya emang Kuya”memiliki segmentasi remaja sampai ibu rumah tangga. Sedangkan target audience
(28)
peneliti adalah individu yang berusia 18-30 tahun, karena usia 18-30 tahun dianggap dapat memberikan keputusan tersendiri, dalam hal ini adalah menjawab kuisioner yang diberikan oleh peneliti.
Individu yang berusia 18-30 tahun layak dijadikan sebagai populasi dalam penelitian karena usia tersebut sebagai awal tahap kedewasaan, yaitu periode perkembangan dan masa pembentukan kemandirian pribadi dan ekonomi, masa perkembangan karier dan memiliki rasa ingin tahu yang besar tentang suatu hal.(Santrock, 2002;23)
Peneliti berlandaskan pada teori S-O-R yang nantinya berguna untuk memberikan gambaran efek media, dimana teori tersebut menunjukkan bagaimana opini dari audience selaku komunikan dalam menanggapi stimulus berupa program acara reality show “Uya emang Kuya” di SCTV. Uraian di atas merupakan yang melatar belakangi ketertarikan peneliti untuk meneliti opini masyarakat Surabaya terhadap program acara reality show “Uya emang Kuya” di SCTV.
1.2. Perumusan Masalah
Dari uraian latar belakang masalah diatas maka peneliti menetapkan suatu perumusan masalah, yaitu : “Bagaimana opini masyarakat kota Surabaya terhadap acara reality show “Uya emang Kuya” di SCTV?”
(29)
1.3. Tujuan Penelitian
Dari latar belakang permasalahan dan perumusan masalah diatas, tujuan penelitian ini adalah untuk mengentahui opini masyarakat di kota Surabaya terhadap acara reality show “Uya emang Kuya” di SCTV
1.4. Kegunaan Penelitian 1. Kegunaan Teoritis
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi andil dalam upaya memperkaya sumber ilmu pengetahuan pada umumnya dan pada khususnya penyiaran program reality show televisi.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan wawasan pada perkembangan dan pendalaman ilmu komunikasi terutama dalam bidang komunikasi massa dan lebih memahami teori-teori komunikasi massa, selain itu penelitian ini juga dapat dijadikan masukan bagi mahasiswa yang mengadakan penelitian serupa di masa mendatang.
2. Kegunaan Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi SCTV untuk melihat opini masyarakat Surabaya terhadap format acara ”Uya emang Kuya”, sehingga SCTV dapat mengetahui sejauh mana format acara “Uya emang Kuya” telah direspon oleh masyarakat Surabaya pada khususnya dan publik pemirsa pada umumnya.
(30)
18 2.1. Landasan Teori
2.1.1. Televisi sebagai Media Komunikasi Massa
Komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa modern (surat kabar, film, radio, dan televisi). Komunikasi massa terutama dipengaruhi oleh kemampuan media massa untuk membuat produksi missal dan untuk menjangkau khalayak dalam jumlah besar (McQuail, 1989;31). Jadi, yang diartikan dengan komunikasi massa adalah penyebaran pesan dengan menggunakan media yang ditujukan kepada massa yang abstrak, yakni sejumlah orang yang tidak tampak oleh penyampai pesan (Effendy, 2002;50)
Setiap media massa memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Adapaun televisi, sesuai namanya, tele berarti jauh, vision berarti pandangan. Televisi berarti bias dipandang dari tempat yang jauh dari studio TV. Maka kekuatan televise terletak pada paduan gambar dan suara dalam satu waktu penayangan. Publik pemirsa yang sekaligus juga publik pendengar, bisa menikmati kombinasi antara gambar hidup (bergerak) dan suara seperti berhadapan langsung dengan obyek yang ditayangkan. Dengan demikian, karakter televisi yang paling utama ialah bahwa medium komunikasi massa ini mengutamakan bahasa gambar.
Komunikasi massa media televisi ialah proses komunikasi antara komunikator dengan komunikan (massa) melalui sebuah sarana, yaitu televisi. Dalam komunikasi massa media televisi, lembaga penyelenggara komunikasi bukan secara
(31)
perorangan, melainkan melibatkan banyak orang dengan organisasi yang kompleks serta pembiayaan yang besar. Dikaitkan dengan paradigma Lasswell, secara tegas komunikasi massa media televisi memperlihatkan bahwa setiap pesan yang disampaikan televisi memperlihatkan bahwa setiap pesan yang disampaikan televisi mempunyai tujuan khalayak serta akan mengakibatkan efek dan umpan balik, baik secara langsung maupun tidak langsung. Tujuan akhir dari penyampaian pesan media televisi, bisa menghibur, mendidik, kontrol sosial, menghubungkan atau sebagai bahan informasi (Kuswandi, 1996;17)
Keberhasilan komunikasi massa akan bergantung dengan kemampuan media massa tersebut dalam mengemas pesannya untuk disampaikan pada khalayak sasaran. Setiap pesan yang disampaikan oleh stasiun televisi akan selalu menghasilkan umpan balik, baik itu secara langsung maupun tidak langsung. Di mana dari umpan balik yang didapat, stasiun televisi tersebut dapat mengukur keberhasilannya dalam penyampaian pesan. Pada intinya televisi memiliki tiga fungsi utama (Effendy, 1993, 23-30) yaitu :
1. Menyiarkan informasi (to inform)
Masyarakat menaruh perhatian beesar kepada televisi karena dianggap sebagai media yang mampu menyiarkan informasi yang sangat memuaskan. Hal ini dikarenakan dua factor yang terdapat pada media massa audio visual tersebut, yaitu faktor immediacy dan realism. Faktor immediacy mencakup pengertian langsung dan dekat. Peristiwa yang disiarkan oleh stasiun televise dapat dilihat dan didengar oleh pemirsa pada saat stasiun televisi dapat dilihat dan didengar oleh pemirsa pada saat peristiwa berlangsung, seolah-olah pemirsa berada di tempat peristiwa terjadi. Faktor realism mengandung makna kenyataan. Ini
(32)
berarti bahwa televisi menyiarkan informasinya secara audio dan visual dengan perantara mikrofon dan kamera apa adanya sesuai dengan kenyataannya. Jadi pemirsa melihat dan mendengar sendiri.
2. Mendidik (to educate)
Sesuai makna pendidikan, yaitu meningkatkan pengetahuan dan penalaran masyarakat, televisi menyiarkan acara-acara tertentu secara teratur, misalnya pelajaran bahasa, matematika, dan lain-lain. Selain acara pendidikan yang dilakukan secara berkesinambungan, televisi juga menyiarkan berbagai acara yang secara implicit mengandung pendidikan.
3. Menghibur (to entertain)
Di kebanyakan Negara terutama masyarakat agraris, fungsi hiburan yang melekat pada televisi tampaknya dominan. Sebagian besar dari alokasi waktu masa siaran diisi oleh acara-acara hiburan. Hal ini dapat mengerti, oleh karena pada layar televisi dapat ditampilkan gembar hidup beserta suara bagaikan kenyataan, dan dapat dinikmati di rumah oleh keluarga, serta dapat dinikmati oleh khalayak yang tidak mengerti bahasa asing, bahkan tuna aksara.
Berdasarkan Undang-undang no.3 tahun 2002 pasal 36 menjelaskan bahwa isi siaran wajib mengandung informasi, pendidikan, hiburan, dan manfaat untuk pembentukan intelektualitas, watak, moral, kemajuan, kekuatan bangsa, menjaga persatuan dan kesatuan, serta mengamalkan nilai-nilai agama dan budaya Indonesia. Jadi, setiap stasiun televisi mempunyai tanggung jawab bukan hanya untuk meraih rating yang tinggi pada setiap programnya tetapi juga untuk menjalankan fungsinya dan memberi keuntungan pada publik.
(33)
2.1.2. Pemirsa Televisi sebagai Khalayak Media
Setiap proses komunikasi selalu ditujukan pada pihak tertentu sebagai penerima pesan yang disampaikan oleh komunikator. Pemirsa adalah orang-orang yang menjadi sasaran media komunikasi massa, dalam hal ini istilah pemirsa merujuk ke arah penonton televisi. Audiens yang pertama dan terbesar adalah populasi yang tersedia untuk menerima “tawaran” komunikasi tertentu. Dengan demikian, semua yang memiliki pesawat televisi adalah audiens televisi dalam artian tertentu (McQuail, 1989;203). Dalam isitlah lainnya, audience juga bisa diartikan sebagai khalayak. Audience memiliki karakteristik tersendiri. Dengan sifat-sifatnya sebagai berikut :
1. Heterogen
Artinya pendengar adalah massa, yaitu sejumlah orang yang sangat banyak, dengan sifatnya yang heterogen dan terpencar di berbagai tempat yang berbeda, disamping itu perbedaan pendengar juga meliputi jenis kelamin, tingkat pendidikan, frame of reference, dan field of experience.
2. Pribadi
Karena pendengar berada dalam keadaan heterogen, maka isi pesan akan diterima dan dimengerti bila sifatnya pribadi sesuai dengan situasi dimana pendengar itu berada.
3. Aktif
Pendengar televisi aktif, terutama menemui sesuatu yang menarik dari sebuah stasiun televisi, mereka akan berpikir dalam melakukan interpretasi.
(34)
Pendengar dapat dengan leluasa memilih program dan channel televisi yang diminati. Begitu banyak stasiun radio siaran dengan jenis acara siarannya yang masing-masing berlomba untuk memikat perhatian pendengar. Isi siaran yang tidak memenuhi selera pendengar, sudah tentu akan sia-sia.
2.1.3. Opini
Opini adalah tanggapan aktif terhadap rangsangan, tanggapan yang disusun melalui interpretasi personal yang diturunkandan turut membentuk citra. Setiap opini merefleksikan organisasi yang kompleks dan terdiri atas tiga komponen. Kepercayaan, nilai dan penghargaan. (Rahmat, 2006:10)
Menurut Kasali (2003, p.19) opini dapat dinyatakan secara aktif maupun pasif. Opini dapat dinyatakan secara verbal, terbuka dengan kata-kata yang dapat ditakdirkan secara jelas, ataupun melalui pilihan-pilihan kata yang sangat halus dan tidak secara langsung dapat diartikan (konotatif). Opini dapat pula dinyatakan melalui perilaku, bahasa tubuh, raut muka, simbol-simbol tertulis, pakaian yang dikenakan, dan oleh tanda-tanda lain yang tidak terbilang jumlahnya, melalui referensi, nilai-nilai, pandangan, sikap, dan kesetiaan.
Opini menggabungkan kepercayaan, nilai dan pengharapan, biasanya tanggapan terhadap suatu objek tersendiri. Tanggapan demikian umumnya bukan reaksi acak terhadap segala sesuatu yang diperhitungkan, melainkan tertanam dalam sistem koheren kepercayaan, nilai dan pengharapan yang pantas (Rahmat, 2006:16) Asal mula opini tentang kebanyakan masalah terletak dalam perselisihan atau perbantahan yang memiliki potensi untuk berkembang menjadi isu yang akan menangkap perhatian banyak orang.
(35)
Opini adalah cara individu menginterpretasikan informasi yang diperoleh berdasarkan pada pemahaman individu itu sendiri sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan, individu menyadari adanya kehadiran suatu stimulus, namun individu itu menginterpretasikan stimulus tersebut, dalam definisi ini mengandung makna yaitu :
1. Opini itu tergantung pada sensasi-sensasi yang didasarkan pada informasi sensori dasar. Yang dimaksud dengan informasi dasar adalah informasi yang sesungguhnya terjadi sampai pada alat indra kita. Untuk membuat sesuatu agar lebih bermakna diperlukan adanaya keterlibatan aktif dan aktifitas indrawi yang berhubungan pengamatan interpretasi
2. Sensori-sensori itu membutuhkan interpretasi agar persepsi dapat terjadi. Menurut Deddy Mulyana dalam bukunya Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar (2001:171), pada dasarnya opini atau cara pandang atau opini manusia terbagi menjadi dua, yaitu :
1. Opini terhadap objek
Opini tiap orang dalam menilai suatu objek atau lingkungan fisik tidak selalu sama. Terkadang dalam mengopinikan lingkungan fisik, seseorang dapat melakukan kekeliruan, sebab terkadang indra seseorang menipu diri orang tersebut, hal tersebut disebabkan karena
a. Kondisi yang mempengaruhi pandangan seseorang, seperti keadaan cuaca yang membuat orang melihat fatamorgana, pembiasan cahaya seperti dalam peristiwa ketika seseorang melihat bahwa tongkat yang dimasukkan kedalam air terlihat bengkok padahal sebenarnya tongkat tersebut lurus. Hal inilah yang disebut dengan ilusi.
(36)
b. Latar belakang pengalaman yang berbeda antara seseorang dengan orang lain
c. Budaya yang berbeda
d. Suasana psikologis yang berbeda juga membuat perbedaan persepsi seseorang dengan orang lain dalam mempersepsi suatu objek.
2. Opini terhadap manusia atau persepsi sosial.
Opini sosial adalah proses menangkap arti objek-objek sosial dan kejadian-kejadian yang dialami seseorang dalam lingkungan orang tersebut. Menurut Brehm dan Kassin opini sosial adalah penilaian-penilaian yang terjadi dalam upaya manusia memahami orang lain. Opini sosial merupakan sumber penting dalam pola interaksi antar manusia, karena opini sosial seseorang menentukan hubungan seseorang dengan orang lain.
Opini itu sendiri tidak mempunyai tingkatan atau strata, namun mempunyai arah, yaitu seperti dibawah ini:
1. Arah positif, jika responden memberikan pernyataan setuju.
2. Netral, jika responden memberikan pernyataan antara positif dengan negatif atau tidak memberikan pernyataan.
3. Arah negatif, jika responden memberikan pernyataan tidak setuju.
(Effendi, 1993:85)
Pengukuran opini dalam penelitian ini yaitu dengan mengetahui jawaban atas pertanyaan-pertanyaan mengenai objek penelitian. Dalam pengukuran opini ini, respon diminta untuk menyatakan kesetujuan atau tidaknya terhadap reality show
(37)
“Uya emang Kuya”. Penelitian ini menggunakan variable opini yang mempunyai unsur sebagai molekul opini yaitu:
1. Attitude (apa yang sebenarnya dirasakan seseorang)
Sesuatu predisposisi (keadaan yang mudah terpengaruh) terhadap seseorang, ide atau obyek yang berisi komponen-komponen
a. Affective (perasaan atau emosi) : kesenangan, perasaan tertarik, dan
terhibur terhadap format acara “Uya emang Kuya”
b. Cognitive (pengertian) : pengetahuan dan pengertian terhadap format
acara “Uya emang Kuya”
c. Conative (perilaku) : kecenderungan berperilaku berkaitan dengan acara “Uya emang Kuya”
2. Perception (persepsi)
Suatu proses yang didahului oleh penginderaan. Penginderaan merupakan suatu proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indra. Adapun persepsi itu sendiri ditentukan oleh faktor-faktor seperti :
a. Latar belakang budaya.
Latar belakang budaya yang digunakan dalam peneletian ini meliputi jenis kelamin, usia dan pendidikan terakhir.
(38)
Meliputi persamaan pada hal-hal tertentu yang terjadi di waktu yang lalu pada diri responden.
c. Nilai-nilai yang dianut.
Nilai-nilai adalah pemikiran tentang apa yang baik, benar dan indah yang didasari oleh budaya dan mendorong masyarakat dalam menghasilkan respon terhadap lingkungan fisik dan sosial.
d. Berita-berita yang berkembang.
Berita-berita yang berkembang di tengah-tengah masyarakat merupakan salah satu faktor yang membentuk persepsi individu atau persepsi tiap anggota kelompok.
2.1.4. Program Televisi
Stasiun televisi setiap harinya menyediakan berbagai jenis program yang jumlahnya sangat banyak dan jenisnya beragam. Pada dasarnya apa saja bisa dijadikan program untuk ditayangkan di televisi selama program itu menarik dan disukai audience, dan tidak bertentangan dengan kesusilaan, hukum dan peraturan yang berlaku. Pengelola stasiun penyiaran dituntut untuk memiliki kreatifitas seluas mungkin untuk menghasilkan program yang menarik. Berbagai jenis program itu dapat dikelompokkan menjadi dua bagian besar berdasarkan jenisnya yaitu :
1. Program Informasi (berita)
Program berita dibagi menjadi dua jenis, yaitu berita keras (hard news) yang merupakan laporan berita terkini yang harus segera disiarkan dan berita lunak (soft news) yang merupakan kombinasi fakta, gossip, dan
(39)
opini. Soft news juga dapat berbentuk perbincangan (talk show). Talk show adalah sebuah pertunjukan yang dipusatkan pada wawancara-wawancara, dan yang lainnya diselingi dengan penampilan penyanyi atau pelawak. Namun wawancara tetap menjadi sentral dalam talk show dengan segala tipenya. (Pane, 2004:90)
2. Program Hiburan (entertainment)
Program hiburan dibagi menjadi tiga kelompok besar yaitu musik, drama, permainan (game show), sinetron dan pertunjukan (Morissan, 2005:100). Program hiburan adalah segala bentuk siaran yang bertujuan untuk menghibur audience dalam bentuk musik, cerita, dan permainan (game) (Morissan, 2005:100-101). Dalam penelitian ini tayangan “Uya emang Kuya” termasuk dalam program hiburan dengan kategori reality show atau pertunjukan.
2.1.5. Reality Show
Belakangan ini layar televisi kita semakin marak dengan tayangan reality show. Menurut kamus lengkap E-1 (Wasito, 1980), reality berarti keadaan yang sebenarnya, sesuatu yang nyata, kehidupan yang benar-benar ada, realita. Sedangkan show berarti memperlihatkan, menunjukkan, menjelaskan.
Grace Swestin mendefinisikan bahwa reality show adalah suatu acara televisi menyangkut kondisi yang terjadi di masyarakat. Saat ini dikemas dengan format yang sedikit berbeda dan lebih canggih karena dipoles dengan kemajuan teknologi.
Saat ini reality show sedang menjamur di Indonesia. Tayangan reality show pada umumnya memang menarik, penuh aspek human interest, dan mampu menyedot emosi pemirsa serta mengikat mereka untuk terus menontonnya.
(40)
2.1.6. “Uya emang Kuya”
Acara ini menayangkan reality show yang mengangkat trik dan intrik serta komedi dari atraksi sulap. Reality show ini dipandu oleh Uya Kuya yang ditayangkan setiap hari senin, rabu, jum’at dan minggu pada pukul 17.00 WIB. Dalam tayangan ini mempunyai segmen-segmen seputar sulap. Diantaranya adalah Stupid magic, segmen ini menggambarkan tentang suatu trik sulap akan tetapi pada akhirnya trik itu akan dibuka di hadapan penonton dengan akhir yang sangat menggelikan. Street magic, segmen ini menggambarkan tentang suatu trik sulap dimana kita langsung puncak atraksi kepada audience. Ilusi, segmen ini mengangkat tentang trik sulap yang sangat membutuhkan ilusi ketidak mungkinan. Hypnotis, segmen ini menggambarkan tentang trik dimana para audience di hipnotis dengan cara komedi ataupun serius sesuai dengan kondisi. Segmen ini adalah segmen yang full komedi. Host menampilkan segmen komedi kepada pemirsa dengan cara dan media hipnotis atau media lainnya.
Hipnotis kini menjadi tontonan komedi di TV. Caranya dengan membuat korban tidak sadar tapi masih mampu berkomunikasi dengan baik. Kemudian diberikan pertanyaan oleh Uya Kuya tentang hal yang menyangkut rahasia pribadi. Orang pun terbahak-bahak melihat kekonyolan. Menu hipnotis dilakukan oleh presenter Uya Kuya yang juga lihai menghipnotis dan main sulap. Uya Kuya yang juga ahli main kartu dengan hipnotis mengungkap kejujuran orang. Syutingnya juga di tempat umum seperti pasar, plasa, terminal, sekolah, atau pinggir jalan. Tontonan menjadi lucu saat orang yang dihipnotis mengeluarkan pernyataan tidak terduga yang berbeda dengan pernyataannya saat sadar.
(41)
2.1.7. Teori S-O-R
Teori S-O-R sebagai singkatan dari Stimulus-Organism-Response ini berasal dari kajian psikologi. Tidak mengherankan apabila kemudian menjadi salah satu teori komunikasi sebab obyek material dari psikologi dan ilmu komunikasi adalah nama, yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen-komponen sikap opini, perilaku, kognisi dan konasi (Effendy, 2003:115). Menurut teori ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Selain itu, teori ini menjelaskan tentang pengaruh yang terjadi pada pihak penerima sebagai akibat dari komunikan. Dampak atau pengaruh yang terjadi merupakan suatu reaksi tertentu dari rangsangan tertentu (Sendjaja, 1999:71). Dengan demikian besar kecilnya pengaruh serta dalam bentuk apa pengaruh tersebut terjadi, tergantung pada isi dan penyajian stimulus. Unsur-unsur dalam model ini adalah :
a. Pesan (Stimulus), merupakan pesan yang disampaikan komunikator kepada komunikan. Pesan yang disampaikan tersebut dapat berupa tanda dan lambang.
b. Komunikan (Organism), merupakan keadaan komunikan di saat menerima pesan. Pesan yang disampaikan oleh komunikator di terima sebagai informasi, dan komunikan akan memeperhatikan informasi yang disampaikan komunikator. Perhatian disini diartikan bahwa komunikan akan memperhatikan setiap pesan yang disampaikan melalui tanda dan lambing. Selanjutnya, komunikan mencoba untuk mengartikan dan memahami setiap pesan yang disampaikan oleh komunikator.
(42)
c. Efek (Response), merupakan dampak dari pada komunikasi. Efek dari komunikasi adalah perubahan sikap, yaitu : sikap afektif (perasaan/emosional), kognitif (kepercayaan), dan konatif (perilaku). Efek kognitif merupakan efek yang ditimbulkan setelah adanya komunikasi. Efek kognitif berarti bahwa setiap informasi menjadi bahan pengetahuan bagi komunikan (Effendy, 2003:118)
Suatu stimulus dalam situasi tertentu dapat berupa objek dalam lingkungan, suatu pola penginderaan atau pengalaman atau kombinasi dari ketiganya. Sifat khas stimulus adalah konsep yang komplek, yang berbeda dari satu situasi dengan situasi yang lain dan akan mempengaruhi pemahaman kita tentang fenomena yang dijelaskan. Sedangkan organism yang menjadi perantara stimulus dan respon merupakan konsep kotak hitam yang hanya diamati dalam artian perilaku yang dihasilkan. Karena itu kita hanya mengamati perilaku eksternal dan menganggapnya sebagai manifestasi dari keadaan internal organism tersebut. Sedangkan R merupakan response tertentu terhadap peristiwa atau stimulus. Menurut Stimusus-Response ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan.Untuk lebih jelasnya dapat dilihat melalui gambar sebagai berikut :
Gambar 1. Model teori S-O-R (Effendy, 2003:255) Organisme :
Perhatian, Pengertian, Penerimaan
(43)
Menurut gambar dan model di atas menunjukkan bahwa stimulus atau pesan yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan mungkin diterima atau mungkin saja terjadi penolakan. Dalam tahapan berikutnya bila komunikan menerima stimulus atau pesan yang disampaikan maka akan memperhatikan. Proses selanjutnya komunikan tersebut mengerti dari pesan yang telah disampaikan. Dan proses terakhir adalah kesediaan diri komunikan untuk mengubah sikap yang menandakan keberhasilan dalam proses komunikasi (Effendy, 2003:56)
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan muncul dari adanya proses berfikir dan pemahaman individu terhadap obyek, dengan adanya proses tersebut maka menimbulkan kesadaran individu terhadap obyek. Proses berfikir tersebut menunjuk pada kegiatan yang melibatkan penggunaan konsep dan lambang, sebagai pengganti obyek dan peristiwa (Rakhmat, 1999:68). Pada tahap ini individu akan membuka memorynya sesuai dengan pengalamannya terhadap obyek. Lalu iaa member makna pada menara tersebut dengan nama Eifel Tower. Pada tahap ini, ia sadar terhadap obyek yang dihadapinya tersebut. Dan pada tahap akhir, ia menyimpan kedalam ingatannya dan dijadikan pengetahuan. Proses selanjutnya timbulah perasaan suka atau tidak suka terhadap obyek. Individu akan menyeleksi atau memilih, dan dari pilihan tersebut diyakininya. Setelah itu ia akan membeli atau menggunakan sebagai hasil dari keputusannya (Effendy, 1993:256)
Demikian pula dengan informasi dalam reality show “Uya emang Kuya” di SCTV. Setelah menerima stimulus atau pesan yang berupa informasi atau pesan tersebut maka dengan perhatian, pengertian, dan penerimaan dari berlangsungnya proses komunikasi, komunikan memberikan efek yang terakhir dari informasi yang disampaikan. Kemampuan komunikan dalam memahami informasi dalam reality
(44)
show “Uya emang Kuya” di SCTV akan dapat membawa perubahan kepada diri komunikan.
Di dalam penelitiannya ini yang dikaji adalah perubahan pada efek kognitifnya saja. Karena media massa lebih besar membawa pengaruh pada efek kognitif (McQuail, 1999:281). Efek kognitif yang terjadi berkaitan dengan pentransmisian pengetahuan, kepercayaan, keterampilan maupun informasi. Yaitu kemampuan untuk mengetahui informasi yang diterima dari komunikator tentang reality show “Uya emang Kuya” di SCTV.
2.2. Kerangka Berfikir
Televisi adalah salah satu diantara sekian banyak media massa yang tengah berkembang. Meskipun demikian, perkembangannya terus-menerus dan cepat. Hal ini terbukti dari makin banyaknya stasiun televisi swasta bermunculan. Hal ini dikarenakan media televisi memiliki keunggulan tersendiri dibandingkan media lain yang lahir pada saat itu (Kuswandi, 1998:8). Banyaknya stasiun televisi yang hadir di Indonesia menjadikan persaingan dalam menyuguhkan program acara kepada pemirsa televisi menjadi sangat ketat.
Televisi merupakan sarana atau media yang disukai di masyarakat. TV memperkenalkan kepada masyarakat mengenai seluruh aktivitas dunia yang begitu luas dan transparan. Dari berbagai program acara yang ada, program acara reality show akhir-akhir ini begitu popular di kalangan masyarakat Indonesia. Dari tayangan reality show “Uya emang Kuya” di SCTV diharapkan masyarakat dapat mengambil hikmah hiburan di setiap episodenya. Karena reality show “Uya emang Kuya” di SCTV dalam setiap episodenya berisi hiburan yang sarat dengan hal-hal yang menjebak orang.
(45)
Proses komunikasi dengan menggunakan media televisi dapat dijelaskan dengan model komunikasi SMCR yang terdiri dari source, message, channel, dan receiver. Menurut Azwar (2002:34) dalam proses pembentukan dan perubahan sikap, peranan media massa tidaklah kecil. Bila sikap pemirsa televisi terhadap tayangan reality show “Uya emang Kuya” di SCTV bagus, maka program tersebut akan semakin eksis tayang di televisi. Seperti dikemukakan oleh Cangara (2003:151) khalayak adalah salah satu faktor dari proses komunikasi, karena itu unsur khalayak tidak boleh diabaikan. Khalayak dalam penelitian ini adalah pemirsa televisi Surabaya.
Dalam penelitian ini, peneliti berusaha mengetahui opini individu yang telah berusia 18-30 tahun dengan asumsi karena usia tersebut sebagai awal tahap kedewasaan, yaitu periode perkembangan dan masa pembentukan kemandirian pribadi dan ekonomi, masa perkembangan karier dan memiliki rasa ingin tahu yang besar tentang suatu hal (Santrock, 2002;23), khususnya berkaitan dengan permasalahan pada jenis-jenis tayangan di televisi. Peneliti berusaha mengetahui hal tersebut diatas melalui seseorang terhadap objek yang disebabkan karena kondisi yang mempengaruhi terhadap objek yang disebabkan karena kondisi yang mempengaruhi pandangan seseorang. Latar belakang pengetahuan (frame of reference) yang berbeda, budaya dan psikologi individu yang berbeda. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan berikut ini :
(46)
Komunikan (pemirsa yang menonton reality
show “Uya emang Kuya” di SCTV.)
Opini Netral
Usia 18-30 tahun dengan berbeda jenis
kelamin, pendidikan terakhir, dan jenis
pekerjaan.
Negatif Reality show “Uya
emang Kuya” di SCTV.
Gambar 2 : Bagan Kerangka Berfikir Peneletian Opini Masyarakat Surabaya terhadap reality show “Uya emang Kuya” di SCTV.
(47)
35
3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Yang dimaksud dengan definisi operasional disini adalah suatu pembatasan
atau perincian prosedur yang memungkinkan penegasan ada atau tidaknya realitas
tertentu sebagaimana digambarkan menurut konsepnya. Opini disini diwujudkan
sebagai suatu proses internal yang memungkinkan kita untuk memilih,
mengorganisasikan dan menafsirkan rangsangan dari lingkungan kita, yaitu dengan
diukur dari beberapa faktor attitude yaitu affective (perasaan atau emosi), cognitive
(pengertian), conative (perilaku), dan faktor perception yaitu latar belakang budaya,
pengalaman masa lalu, nilai-nilai yang dianut, dan berita-berita yang berkembang.
Penelitian ini hanya difokuskan pada opini individu yang berusia 18-30 tahun
terhadap tayangan reality show “Uya emang Kuya” di SCTV. Tipe penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah tipe penelitian deskriptif dengan menggunakan
analisis kuantitatif.
3.1.1. Opini
Opini adalah suatu interaksi dan pemikiran manusia tentang suatu hal yang
kemudian dinyatakan atau diekspresikan. Dalam kaitannya dengan proses
komunikasi terdapat efek dan salah satunya ialah opini atau pendapat. Opini juga
(48)
digolongkan menjadi pendapat positif (pernyataan yang mendukung), netral, dan
pendapat negatif (pernyataan yang tidak mendukung).
Opini dalam penelitian ini adalah salah satu hasil interaksi opini masyarakat
khususnya berusia 18-30 tahun yang mengemukakan pendapatnya dalam bentuk
respon mengenai reality show “Uya emang Kuya” di SCTV.
Yang dimaksud dengan opini dalam penelitian ini adalah suatu tanggapan
atau jawaban terhadap suatu persoalan yaitu pembukaan aib seseorang dalam acara
reality show “Uya emang Kuya” di SCTV. Secara operasional, opini dikategorikan
menjadi tiga yaitu yaitu :
a. Opini positif, adalah opini yang setuju terhadap acara reality show “Uya
emang Kuya” di SCTV.
b. Opini netral, adalah opini yang ragu-ragu terhadap acara reality show
“Uya emang Kuya” di SCTV.
c. Opini negatif, adalah opini yang tidak setuju terhadap acara reality show
“Uya emang Kuya” di SCTV.
Menurut teori S-O-R, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap
stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan
kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Selain itu, teori ini menjelaskan
tentang pengaruh yang terjadi pada pihak penerima sebagai akibat dari komunikan.
Dampak atau pengaruh yang terjadi merupakan suatu reaksi tertentu dari rangsangan
(49)
Obyek penelitian ini adalah reality show “Uya emang Kuya” di SCTV,
Indikator yang digunakan untuk mengukur opini masyarakat terhadap reality show
“Uya emang Kuya” di SCTV antara lain melalui pertanyaan-pertanyaan yang ada
dalam daftar kuisioner. Hal ini berkaitan dengan variable opini yang mempunyai
unsur sebagai molekul opini yaitu Attitude (apa yang sebenarnya dirasakan
seseorang) dan berkaitan dengan teori S-O-R(Stimulus-Organism-Respon). Karena
penelitian ini ingin mengetahui opini pemirsa dalam hal ini yang berperan sebagai
organism, maka pertanyaan akan menyangkut tentang perhatian, pengertian, dan
penerimaan. Rangkuman pertanyaan kuisioner yaitu :
1. Perhatian pemirsa terhadap acara reality show “Uya emang Kuya” di
SCTV yaitu dengan asumsi bahwa acara tersebut mendapat perhatian
khusus atau tidak dari pemirsa, yaitu dengan melalui pertanyaan sebagai
berikut :
a. Segmen hipnotis pada acara reality show “Uya emang Kuya” di
SCTV lebih menarik dari pada segmen lainnya.
b. Reality show “Uya emang Kuya” di SCTV menjadi acara favorit
daripada acara reality show lainnya.
c. Dapat terhibur ketika melihat acara reality show “Uya emang Kuya”
di SCTV
d. Reality show “Uya emang Kuya” di SCTV dapat menarik minat
pemirsa untuk melihat lagi tayangan di lain waktu.
2. Pengertian atau pemahaman pemirsa terhadap acara reality show “Uya
(50)
hiburan tentang hal-hal yang tidak sewajarnya ditayangkan, yaitu dengan
presenter terkesan mempermainkan calon korban hipnotis, membuka aib
dan mempermalukan seseorang di depan umum pada segmen hipnotis.
Yaitu dengan melalui pertanyaan sebagai berikut :
a. Pada segmen hipnotis acara reality show “Uya emang Kuya” di SCTV
mengandung unsur hiburan dengan membuka aib seseorang.
b. Acara reality show “Uya emang Kuya” di SCTV tentang mengumbar
latar belakang dan masalah pribadi seseorang layak menjadi inti
hiburan.
c. Acara reality show “Uya emang Kuya” di SCTV pada segmen
hipnotis dapat menyelesaikan masalah korban hipnotis.
d. Seorang korban hipnotis pada segmen hipnotis pada acara reality
show “Uya emang Kuya” di SCTV layak dipertontonkan di depan
umum ketika dihipnotis.
e. Pada acara reality show “Uya emang Kuya” di SCTV menjadi lucu
karena terdapat celetukan-celetukan sebagai bentuk respon terhadap
presenter atau orang yang dihipnotis yang dinilai kasar dan
merendahkan pribadi.
f. Presenter acara Uya Kuya menjadi presenter favorit karena pandai
mempermainkan dan menjebak calon korban hipnotis.
3. Penerimaan pemirsa terhadap acara reality show “Uya emang Kuya” di
SCTV yang isi acaranya membuka aib dan mempermalukan seseorang di
(51)
acara tersebut dalam penyiarannya di televisi. Yaitu dengan melalui
pertanyaan sebagai berikut :
a. Alur cerita hiburan cukup jelas pada program acara reality show “Uya
emang Kuya” di SCTV.
b. Bahwa KPI telah memberi peringatan yang tegas terhadap Acara reality
show “Uya emang Kuya” di SCTV karena terus mempertahankan jenis
hiburan membuka aib, mengumbar masalah dan latar belakang seseorang.
3.1.2. Pengukuran Variabel
Pengukuran opini dalam penelitian ini yaitu dengan mengetahui jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan mengenai obyek penelitian. Dalam pengukuran opini ini,
responden diminta untuk menyatakan kesetujuan atau tidaknya terhadap acara reality
show “Uya emang Kuya” di SCTV. Jenis ukuran yang digunakan dalam penelitian
ini adalah Skala Likert.
Skala likert ialah suatu cara yang lebih sistemastis untuk memberi skor pada
indeks. Skala Likert ini digunakan untuk mengukur pendapat seseorang atau
kelompok tentang kejadian atau gejala sosial (Ridwan, 2003; 12). Isi pertanyaan
untuk menyatakan persetujuannya tersebut terbagi dalam empat macam kategori
jawaban, yaitu “Sangat Setuju(SS)”, “Setuju (S)”, “Tidak Setuju(TS)”, Sangat Tidak
Setuju (STS) yang akan diukur dengan menggunakan skala nominal. Skala nominal
adalah skala yang menunjukkan bahwa variasi nilai dari variabel yang diukur tidak
menunjukkan jarak (interval) maupun tingkatan (rangking) antara kategori-kategori
(52)
kategori hanyalah sekedar label, tidak merefleksikan urutan kedudukan
masing-masing kategori (Kriyantono, 2007:9). Berdasarkan hal tersebut maka pengukuran
variabel dalam penelitian ini adalah:
1. Sangat Setuju skor 4
2. Setuju skor 3
3. Tidak setuju skor 2
4. Sangat Tidak Setuju skor 1
Dalam kategorisasi ini, jawaban “Ragu-ragu atau Netral” ditiadakan dengan
alasan:
a. Ketegori ini memiliki arti ganda, bisa diartikan belum dapat memberikan
jawaban, netral dan ragu-ragu. Kategori jawaban yang memiliki arti
ganda ini tidak diharapkan dalam instrument.
b. Tersedianya jawaban di tengah menimbulkan kecenderungan untuk
menjawab ke tengah, terutama bagi mereka yang ragu-ragu akan
kecenderungan jawabannya.
c. Disediakan jawaban di tengah akan menghilangkan banyaknya data
penelitian, sehingga mengurangi banyaknya informasi yang dapat dijaring
dari responden (Hadi, 2000; 20)
Kemudian hasil dari pengkodingan ditampilkan dalam bentuk tabel frekuensi
yang selanjutnya dianalisis sehingga memberikan gambaran yang jelas mengenai
opini masyarakat Surabaya terhadap acara reality show “Uya emang Kuya” di SCTV
ditinjau dari format acaranya.
Untuk mengetahui pengkategorian jawaban responden maka diberikan
(53)
yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), sangat tidak setuju (STS)
dengan menggunakan rumus :
skor tertinggi – skor terendah Interval =
Jenjang yang diinginkan
Untuk indikator materi atau isi acara. Dengan demikian pengkategorian
jawaban responden untuk keseluruhan pertanyaan adalah sebagai berikut :
Skor tertinggi : 12 x 4 = 48
Skor terendah : 12 x 1 = 12
Interval = (12 x 4) – (12 x 1) = 48 – 12 = 12
3 3
Jadi batasan skor dalam lebar interval di asumsikan pada penilaian positif,
netral, dan negatif yaitu :
Kategori penilaian negatif bila jumlah skor rendah antara 12 – 23
Kategori penilaian netral bila jumlah skor sedang antara 24 – 35
Kategori penilaian positif bila jumlah skor tinggi antara 36 – 47
3.2. Populasi, Sampel dan Tehnik Penarikan Sampel 2.2.1. Populasi
Populasi dari penelitian ini adalah pemirsa dalam hal ini masyarakat yang
berusia 18-30 tahun keatas. Hal ini karena pemirsa yang berumur 18-30 tahun
tertarik dengan fenomena-fenomena sosial dan dianggap sudah dapat menganalisa
fenomena-fenomena tersebut. Usia 18-30 tahun layak dijadikan sebagai populasi
dalam penelitian karena usia tersebut sebagai awal tahap kedewasaan, yaitu periode
(54)
perkembangan karier dan memiliki rasa ingin tahu yang besar tentang suatu
hal.(Santrock, 2002;23)
Televisi tidak mengenal jarak dan rintangan pada tahun 1993 SCTV
melakukan siaran nasional ke seluruh Indonesia melalui 47 stasiun transmisi dan
Surabaya merupakan salah satu kota jangkauan siaran SCTV dan mempunyai
penduduk yang berjumlah 2.720.156 jiwa (BPS 2009) dan berpotensial menjadi
pemirsa. Dari jumlah total masyarakat Surabaya, masyarakat yang berusia antara
18-30 tahun dengan jumlah 318-30.351 jiwa (BPS 2009) berpotensial menjadi pemirsa
tetap tayangan reality show “Uya emang Kuya” di SCTV dari awal sampai akhir
acara ditayangkan sehingga dapat dijadikan sebagai populasi pada penelitian ini.
2.2.2. Sampel dan Tehnik Penarikan Sampel
Lokasi dari penelitian ini adalah kota Surabaya, sebagai salah satu kota
metropolis di Indonesia sehingga masyarakat di Surabaya merupakan masyarakat
yang heterogen dengan berbagai karakteristik yang dapat mewakili kajian dalam
penelitian
Dalam penelitian ini tehnik yang digunakan untuk menentukan sampel adalah
menggunakan tehnik non probability sampling yaitu quota sampling. Non
probability sampling adalah tehnik pengambilan sampel yang tidak menggunakan
teori probabilitas, artinya bahwa tidak semua unit populasi memiliki kesempatan
untuk dijadikan sampel penelitian, sedangkan quota sampling adalah tehnik
pengambilan sampel dengan cara memilih sampel yang mempunyai ciri-ciri tertentu
(55)
Adapun kelompok yang dipilih dalam penelitian ini selain berdasarkan
karakteristik-karakteristik diatas, ditentukan pula berdasarkan tempat tinggal
responden atau pembagian wilayah. Dengan asumsi lingkungan sekitar atau tempat
tinggal individu cukup besar pengaruhnya terhadap pandangan hidup seseorang
(frame of refference). (rakmat, 2007;58)
Pembagian wilayah di Surabaya berdasarkan wilayah Surabaya pusat,
Surabaya barat, Surabaya timur, Surabaya utara, Surabaya selatan dengan rincian
jumlah penduduk yang berusia 18-30 tahun menurut masing-masing wilayah sebagai
berikut:
Surabaya pusat : 90.625 jiwa
Surabaya barat : 26.095 jiwa
Surabaya timur : 72.217 jiwa
Surabaya utara : 51.204 jiwa
Surabaya selatan : 90.210 jiwa +
Jumlah : 330.351 jiwa
(Surabaya dalam angka, bps 2009)
Untuk mengetahui besarnya sampel, dicari dengan menggunakan rumus
Yamane (Rahmat, 2001;82) yaitu :
N n = N d2+1
Keterangan
(56)
n = Ukuran Sampel
d = Presisi (derajat ketelitian)
dengan menentukan presisi (d) + 10% dengan tingkat kepercayaan 90%
(Rakhmat, 2006:160)
330351 n =
330351. (0.1)2+1
330351 n = 3304.51
n = 99.96 = 100 orang responden.
Untuk lebih rincinya, jumlah masyarakat yang akan diteliti tiap-tiap wilayah
keseluruhan ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut
N1
n1 = x n (Nazir, 1985:361) N
Keterangan:
n = Jumlah sampel masyarakat berusia 18-30 tahun dari beberapa wilayah
Surabaya.
N1 = Ukuran stratum ke- 1
N = Jumlah masyarakat berusia 18-30 tahun dari seluruh wilayah Surabaya
yang dijadikan populasi.
(57)
Maka :
1. Surabaya Pusat
N1
n1 = x n N
90625 n1 = x 100
330351
n1 = 27.43 ≈ 27 orang 2. Surabaya Barat
N1 n1 = x n
N
26095
n1 = x 100 330351
n1 = 7,889 ≈ 8 orang 3. Surabaya Timur
N1 n1 = x n
N
72217
n1 = x 100 330351
(58)
4. Surabaya Utara N1
n1 = x n N
51204
n1 = x 100 330351
n1 = 15.49 ≈ 16 orang 5. Surabaya Selatan
N1 n1 = x n
N
90210
n1 = x 100 330351
n1 = 27.30 ≈ 27 orang
2.3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian adalah menggunakan kuisioner
sebagai sumber data primer. Responden diminta memberikan jawaban terhadap
pertanyaan-pertanyaan yang terdapat dalam kuisioner. Peneliti akan mendampingi
responden selama melakukan pengisian kuisioner. Hal ini dilakukan untuk
mengantisipasi dari kemungkinan munculnya pertanyaan dari responden yang tidak
memahami dengan kata-kata, arti dan maksud dari pertanyaan dalam kuisioner. Dan
sumber data sekunder adalah data yang diperoleh dari buku-buku penunjang, internet
(59)
2.4. Metode Analisis Data
Untuk mengetahui opini penonton terhadap acara reality show “Uya emang
Kuya” di SCTV, maka peneliti akan menggunakan tabel frekuensi untuk
menggambarkan data yang di peroleh dari hasil penyebaran kuisioner yang diisi oleh
responden. Selanjutnya, data yang diperoleh dari hasil kuisioner akan diolah untuk
dideskripsikan. Adapun langkah-langkah dalam pengolahan terdiri dari : mengedit,
mengkode dan memasukkan data tersebut dalam tabulasi data untuk selanjutnya
dianalisis secara deskriptif setiap pertanyaan yang diajukan. Data yang telah
diklasifikasikan dihitung untuk ditampilkan dalam presentase, presentasi dari
masing-masing data yang ada. Terakhir data diinterpretasikan agar bisa memberikan
suatu kesimpulan dari data yang sudah diperoleh.
F
P = x 100% N
Keterangan :
P : Presentase responden F : Frekuensi responden N : Jumlah populasi
Dengan menggunakan rumus tersebut maka akan diperoleh presentase yang
diinginkan dengan kategori tertentu. Hasil perhitungan selanjutnya akan disajikan
(60)
4.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian 4.1.1. Masyarakat Surabaya.
Penelitian ini dilakukan di Surabaya yang merupakan ibukota dari propinsi
Jawa Timur dengan cirri khas penduduk yang heterogen dan majemuk. Selain itu
Surabaya bisa disebut sebagai kota kosmopolitan karena ada beberapa ciri yang
melekat pada masyarakatnya yaitu individualistis, suka pada transparansi, dan
dekat dengan media massa.
Kota Surabaya secara geografis berada di 7° 9’ – 7° 21’ Lintang Selatan dan
112° 36’ – 112° 57’ Bujur Timur, sebagian besar wilayah Kota Surabaya
merupakan dataran rendah dengan ketinggian 3 – 6 meter diatas permukaan laut,
sebagian lagi pada sebelah Selatan merupakan kondisi berbukit-bukit dengan
ketinggian 25 - 50 meter diatas permukaan laut.
Luas wilayah Kota Surabaya + 52.087 Ha, dengan 63,45 persen atau 33.048
Ha dari luas total wilayah merupakan daratan dan selebihnya sekitar 36,55 persen
atau 19.039 Ha merupakan wilayah laut yang dikelola oleh Pemerintah Kota
Surabaya. Secara administratif wilayah Kota Surabaya terbagi menjadi 31
Kecamatan dan 163 Kelurahan.
Jumlah penduduk Kota Surabaya yang terdaftar di Kartu Keluarga adalah
2.861.928 jiwa atau sebanyak 755.914 Kepala Keluarga. Komposisi penduduk
(61)
penduduk laki-laki (50,23 persen) dan 1.424.246 (49,77 persen) jiwa penduduk
perempuan. Komposisi penduduk Kota Surabaya berdasarkan kelompok umur
atau struktur usia dapat dijelaskan sebagai berikut, proporsi terbanyak adalah pada
kelompok usia 26-35 Tahun (557.865 jiwa), selanjutnya adalah pada kelompok
usia 36-45 Tahun (524.829 jiwa) dan 46-59 Tahun (464.205 jiwa). Komposisi
penduduk kota Surabaya berdasarkan profesi dapat dijelaskan bahwa terbanyak
adalah pegawai swasta sejumlah 684.581 jiwa, selanjutnya adalah sebagai ibu
rumah tangga sejumlah 527.343 jiwa dan sebagai pelajar sebanyak 448.511 jiwa
(www.surabaya.go.id/pdf/ILPPD/ILPPD%25202007. )
Kotamadya Surabaya memiliki batas wilayah sebagai berikut :
Sebelah Utara : Selat Madura
Sebelah Timur : Selat Madura
Sebelah Selatan : Kabupaten Sidoarjo
Sebelah Barat : Kabupaten Gresik
Kotamadya Surabaya terbagi dalam lima wilayah, dengan luas wilayah
sebagai berikut :
Surabaya Pusat : 14,78 km
Surabaya Utara : 38,32 km
Surabaya Timur : 91,19 km
(62)
Surabaya Barat : 118,01 km
Sedangkan jumlah penduduknya meliputi :
Surabaya Pusat : 352.522 Orang
Surabaya Utara : 480.245 Orang
Surabaya Timur : 783.438 Orang
Surabaya Selatan : 676.902 Orang
Surabaya Barat : 394.839 Orang
Karakteristik masyarakat Surabaya yang menjadi responden pada penelitian
ini adalah para pemirsa televisi yang berusia antara usia 18 sampai 30 tahun dan
pernah menonton acara reality show ”Uya emang Kuya” di SCTV.
4.1.2. Program Acara Reality Show “Uya emang Kuya”
Acara ini menayangkan reality show yang mengangkat trik dan intrik serta
komedi dari atraksi sulap. Reality show ini dipandu oleh Uya Kuya yang
ditayangkan setiap hari senin, rabu, jum’at dan minggu pada pukul 17.00 WIB.
Dalam tayangan ini mempunyai segmen-segmen seputar sulap. Diantaranya
adalah Stupid magic, segmen ini menggambarkan tentang suatu trik sulap akan
tetapi pada akhirnya trik itu akan dibuka di hadapan penonton dengan akhir yang
sangat menggelikan. Street magic, segmen ini menggambarkan tentang suatu trik
sulap dimana kita langsung puncak atraksi kepada audience. Ilusi, segmen ini
mengangkat tentang trik sulap yang sangat membutuhkan ilusi ketidak
mungkinan. Hypnotis, segmen ini menggambarkan tentang trik dimana para
(63)
Segmen ini adalah segmen yang full komedi. Host menampilkan segmen komedi
kepada pemirsa dengan cara dan media hipnotis atau media lainnya.
Hipnotis kini menjadi tontonan komedi di TV. Caranya dengan membuat
korban tidak sadar tapi masih mampu berkomunikasi dengan baik. Kemudian
diberikan pertanyaan oleh Uya Kuya tentang hal yang menyangkut rahasia
pribadi. Orang pun terbahak-bahak melihat kekonyolan. Menu hipnotis dilakukan
oleh presenter Uya Kuya yang juga lihai menghipnotis dan main sulap. Uya Kuya
yang juga ahli main kartu dengan hipnotis mengungkap kejujuran orang.
Syutingnya juga di tempat umum seperti pasar, plasa, terminal, sekolah, atau
pinggir jalan. Tontonan menjadi lucu saat orang yang dihipnotis mengeluarkan
pernyataan tidak terduga yang berbeda dengan pernyataannya saat sadar.
Acara ini termasuk acara yang disukai karena memiliki tempat tersendiri
dimata pemirsa, terbukti berhasil menarik rating share pemirsa di SCTV
sebanyak 15-16 persen. Jumlah itu cerminan tayangan yang progressnya bagus
dari jumlah presentase pemirsa televisi pada hari dan jam saat acara itu
ditayangkan, ujar Uki Hastana, Publik Relation SCTV (www.surabayapost.co.id)
4.2. Penyajian dan Analisis Data
Sebagaimana yang telah ditetapkan bahwa sampel penelitian ini adalah
sebanyak 100 orang responden yang betempat tinggal di Surabaya dengan
(1)
Tabel 19 Arah Opini
n=100
No Kategori opini F %
1 POSITIF 7 7
2 NETRAL 60 60
3 NEGATIF 33 33
∑ 100 100
Sumber : lampiran tabulasi
Dari data tabel diatas menunjukkan tentang opini masyarakat terhadap program acara reality show “Uya emang Kuya” di SCTV. Dari hasil pengolahan melalui tabulasi sehingga dapat diketahui bahwa jumlah responden yang memberikan opini netral tentang program acara reality show “Uya emang Kuya” di SCTV ini sebesar 60 orang responden atau sebesar 60 % dari total responden. Jawaban dari responden dikatakan netral karena menurut masyarakat bahwa jenis hiburan seperti itu sudah merupakan hal yang biasa dan bagaimana individu masing-masing menyikapinya. Mereka tetap menonton tayangan ini karena menganggap acara reality show “Uya emang Kuya” di SCTV mempunyai sisi baik dan buruk sehingga merasa biasa saja terhadap konsep hiburan yang disajikan. Meskipun hal itu berlawanan dengan kebudayaan dan norma agama dan budaya di Indonesia, mereka tidak mempermasalahkannya.
Kemudian hasil opini negatif diberikan oleh 33 responden atau sebesar 33 % dari total responden, opini negatif ini ditunjukkan oleh sebagian masyarakat, karena mereka banyak mengetahui media elektronik
(2)
78
maupun cetak yang menurut mereka bertindak semaunya, sehingga sekarang ini banyak hiburan di televisi yang sudah banyak mendapat peringatan maupun pencekalan dari pihak KPI (Komisi Penyiaran Indonesia).
Opini positif diberikan oleh 7 orang responden atau sebesar 7 % dari total responden. Dengan demikian opini positif masyarakat terhadap program acara reality show “Uya emang Kuya” di SCTV karena masyarakat menganggap acara ini mempunyai unsur hiburan.
(3)
5.1. KESIMPULAN
Berdasarkan penarikan, pengumpulan, pengolahan dan analisis data yang yang telah dilakukan dalam penelitian ini, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa masyarakat Surabaya memiliki opini netral terhadap program acara reality show “Uya emang Kuya” di SCTV. Jawaban netral atau ragu-ragu dapat dihasilkan karena masyarakat tidak mempermasalahkan jenis tayangan karena memandang dari sudut positif dan negatif, sehingga dari kedua sudut pandang itu menggambarkan pemikirian terhadap program acara reality show “Uya emang Kuya” di SCTV tersebut di jaman sekarang ini sudah merupakan jenis hiburan yang biasa, meskipun dari pihak KPI (Komisi Penyiaran Indonesia) sudah mengeluarkan peringatan kepada acara ini, itu tidak mempengaruhi opini masyarakat Surabaya.
5.2. SARAN
Saran yang dapat penulis berikan yang berkaitan dengan hasil penelitian ini adalah Segi hiburan dalam sebuah tayangan di televisi yaitu unsur yang penting dalam sebuah penayangan di sebuah media, perlu kiranya bagi para team kreatif, khususnya team kreatif yang memproduksi acara reality show “Uya emang Kuya” di SCTV untuk dapat lebih selektif dalam memilih jenis dan konsep tayangan yang akan disajikan dalam
(4)
80
berbagai acara hiburan yang akan ditayangkan di televisi. Tidak dengan sengaja memberikan jenis hiburan yang baru tapi melupakan norma-norma kebudayaan yang ada di Indonesia. Hendaknya masyarakat yang berperan sebagai pemirsa tayangan yang diberikan oleh media sebaiknya dapat berfikir kritis dalam menyeleksi jenis hiburan yang ada pada saat ini.
(5)
83
Azwar, Syaifuddin, 2002, Sikap Manusia, Yogyakarta : Pustaka Belajar
Cangara, Hafied, 2004, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta ; PT. Raja Grafindo Effendi, Onong, Uchjana, 2003, Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi, PT. Citra
Aditya Bakti, Bandung.
Hadi, Sutrisno, 2000, Statistik, Andi, Yogyakarta
Rakhmat, Jalaludin, 2007, Psikologi Komunikasi edisi revisi,Bandung, 2007 : PT. Remaja Rosdakarya.
Kasali, Rhenald, 1992, Manajemen Periklanan Konsep dan Aplikasinya di Indonesia, Jakarta : Pustaka Utama Grafiti.
Kuswandi, Wawan, 1996, Komunikasi Massa Sebuah Analisa Media Televisi, Jakarta : Rineka Cipta
Kriyantono, Rahmat, 2007, Tehnik Praktis Riset Komunikasi, Jakarta ; Prenada Media Group
McQuail, Dennys, 1989, Teori Komunikasi Massa suatu pengantar, Jakarta : Erlangga
Morissan, 2005, Media Penyiaran : Strategi mengelola Radio dan Televisi, Tangerang, Ramadhina Prakasa
Mulyana, Deddy, 1997, Bercinta Dengan TV, Ilusi, Lapresi, Sebuah Kotak Ajaib, Bandung, PT. Remaja Rosda Karya
Nazir, Muhammad, 1985, Metode Penelitian, Bandung ; Ghalia Indonesia
Pane, Teddy Resmiari, 2003, Speak Out – Panduan praktis dan jitu memasuki dunia broadcasting dan Publik Speaking
Rahmat, Jallaludin, 2003, Metode Penelitian Komunikasi, Bandung : PT Remaja Rosdakarya
Santrock, Jhon, 2002, livestan development, Jakarta : Erlangga
(6)
84
Non buku
(http://72.14.235.132/custom?q=cache:8i_uHKjFUO4J:www.surabaya.go.id/pdf/ILP PD/ILPPD%25202007.pdf+tingkat+pendidikan+rata+rata+penduduk+suraba ya&cd=2&hl=en&ct=clnk&gl=id&client=pub-5519045392680622/21.40PM) (www.kpi.go.id/index.php?etats=pengaduan&nid=7688)
(http://www.radar-bogor.co.id/?ar_id=NDI4NDQ=&click=MTk) (http://www.sctv.co.id/company/pages.php?id=1)/)
(http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=2ce4ce1679d8da497d83 ffb9f9b66526&jenis=c4ca4238a0b923820dcc509a6f75849b&PHPSESSID=e b2d9fb58f57afe93542901339e71516)
(http://wartawarga.gunadarma.ac.id//2009/10/apakah-penyidik-kpk-memakai-hipnotis-ala-uya-emang-kuya/)