3. Tidak mengganggu perekonomian syarat ekonomis pemungutan
tidak boleh menganggu kelancaran kegiatan produksi maupun perdagangan sehingga tidak menimbulkan kelesuan perekonomian
masyarakat. 4.
Pemungutan biaya harus efisien syarat financial sesuai dengan fungsi budgetair, biaya pemungutan pajak harus dapat ditekan
sehingga lebih rendah dari hasil pemungutannya. 5.
Sistem pemungutan pajak harus sederhana. Sistem yang sederhana akan memudahkan dan mendorong masyarakat dalam memenuhi
kewajiban perpajakan.
2.2.1. Pendapatan Asli Daerah
Dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah, maka diperlukan sumber- sumber Penerimaan Daerah agar Pemerintah Daerah dapat
menyelenggarakan Pemerintahan dan Pembangunan dengan kemampuan daerahnya sendiri. Menurut Halim 2001: 110,
Pendapatan Asli Daerah PAD adalah penerimaan yang diperoleh Daerah dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut
berdasarkan Peraturan Daerah sesuai dengan Peraturan Perundang- Undangan yang berlaku .
Menurut Siahaan 2005: 15-16 dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang
Nomor33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah menetapkan bahwa penerimaan daerah dalam pelaksanaan desentralisasi terdiri atas
pendapatan daerah dan pembiayaan pinjaman daerah. Sumber- sumber Pendapatan Asli Daerah dalam pelaksanaan Otonomi Daerah
terdiri dari: a.
Hasil Pajak Daerah 1.
Pajak Hotel 2.
Pajak Restoran 3.
Pajak Hiburan 4.
Pajak Reklame 5.
Pajak Penerangan Jalan 6.
Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C. 7.
Pajak Parkir b.
Hasil Retribusi Daerah 1.
Retribusi pelayanan kesehatan 2.
Retribusi pelayanan persampahan 3.
Retribusi pelayanan pasar 4.
Retribusi pelayanan pemakaman dan pengabuan mayat 5.
Retribusi pelayanan parkir di tepi jalan umum 6.
Retribusi penggantian biaya cetak KTP dan akte catatan sipil 7.
Retribusi pemakaian kekayaan daerah 8.
Retribusi pasar grosir atau pertokoan 9.
Retribusi terminal
10. Retribusi rumah potong hewan
11. Izin peruntukan penggunaan tanah
12. Retribusi mendirikan bangunan
13. Retribusi izin gangguan
14. Retribusi izin trayek
c. Hasil Perusahaan milik Daerah
1. Bank Pembangunan Daerah
2. PDAM
3. PD Jasa Yasa
d. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah PAD yang Sah.
1. Hasil penjualan barang milik daerah
2. Jasa Giro
3. Sumbagan pihak ke-3
4. Setoran kelebihan penyerahan pada pihak ke-3
5. Bea balik nama bedak pasar dan kendaraan tak bermotor
6. pendapatan lain-lain
2.2.2. Pajak Daerah
Menurut Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah pasal 1 angka 6 adalah iuran wajib pajak
yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada Daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk
membiayai penyelenggaraan Pemerintahan Daerah dan Pembangunan Daerah.
Menurut Yani 2002: 45, Pajak Daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan
langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk
membiayai penyelenggaraan Pemerintahan Daerah dan Pembangunan Daerah.
Menurut Rahayu 2010: 46, Pajak Daerah adalah pungutan wajib atas orang pribadi atau badan yang dilakuan oleh pemerintah daerah
tanpa kontraprestasi secara langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku,
yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan Pemerintahan Daerah dan Pembangunan Daerah.
Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 Pajak Daerah pasal 2 dibagi menjadi 2 yaitu:
1. Pajak Provinsi terdiri dari :
a. Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air PKB b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas
Air BBNKB c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor PBBKB
d. Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah tanah dan Air Permukaan
2. Pajak Kabupaten Kota terdiri dari : a. Pajak Hotel
b. Pajak Restoran c. Pajak
Hiburan d. Pajak
Reklame e. Pajak Penerangan Jalan
f. Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C. g. Pajak Parkir
Pajak Daerah dan pajak nasional merupakan suatu sistem perpajakan Indonesia, yang pada dasarnya merupakan beban
masyarakat sehingga perlu dijaga agar kebijakan tersebut dapat memberikan beban yang adil. Pembinaan Pajak Daerah dilakukan
secara terpadu dan terus-menerus, terutama mengenai objek dan tarif pajak sehingga antara Pajak Pusat dan Pajak Daerah saling
melengkapi.
2.2.2.1 Pengelompokan dan Tarif Pajak Daerah
Berdasarkan Undang – Undang Nomor 34 tahun 2000 Pajak Daerah pasal 3 tarif jenis pajak sebagai berikut :
Golongan Jenis Pajak Tarif
Pajak
Pajak Daerah
Tingkat Pajak Kendaraan Bermotor dan
Kendaraan di Atas Air Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan
Kendaraan di Atas Air Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
Pajak Penggalian dan Pemanfaatan Air Bawah tanah dan Air Permukaan
5 10
5 20
Pajak Daerah
Tingkat II Pajak Hotel
Pajak Restoran Pajak Hiburan
Pajak Reklame
Pajak Penerangan Jalan Pajak Pengambilan Bahan Galian
Golongan C. Pajak Parkir
10 10
35 25
10 20
20
2.2.3. Pajak Reklame 2.2.3.1.
Dasar Hukum
1. Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 8 Tahun 2006 tentang Penyelenggaraan Reklame dan Pajak Reklame .
2. Peraturan Walikota Surabaya nomor 14 Tahun 2009 tentang Penetapan Nilai Jual Objek Pajak Reklame NJOPR, Nilai
Startegis Penyelenggaraan Reklame dan Perhitungan Pajak Reklame.
2.2.3.2 Pengertian Pajak Reklame
Reklame adalah benda, alat, perbuatan atau media yang menurut
bentuk dan corak ragamnya untuk tujuan komersial, digunakan untuk memperkenalkan, menganjurkan atau memujikan suatu
barang, jasa atau orang, ataupun untuk menarik perhatian umum kepada suatu barang, jasa atau orang yang ditempatkan atau
yang dapat dilihat, dibaca danatau didengar dari suatu tempat oleh umum, kecuali yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat
danatau Pemerintah Daerah Yani, 2002: 48 Pajak Reklame
adalah orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan atau melakukan pemasangan reklame
Rahayu, 2010: 41.
2.2.3.3. Obyek, Subyek dan Wajib Pajak
Menurut Siahaan 2005: 325-327 penyelenggaraan reklame yang ditetapkan menjadi obyek, subyek dan wajib pajak adalah
sebagai berikut :
1. Objek Pajak adalah semua penyelenggaraan reklame Objek Pajak dimaksud adalah :
a. Reklame Papan Billboard : reklame yang terbuat dari papan, kayu, termasuk seng atau bahan lain sejenis,
dipasang atau digantungkan atau dibuat pada bangunan, tembok, dinding, pagar, pohon, tiang dan sebagainya baik
bersinar maupun yang disinari.
b.Reklame MegatronvideotronLarge Electronic Display LED : reklame yang menggunakan layar monitor besar
berupa program reklame atau iklan bersinar dengan gambar dan atau tulisan berwarna yang dapat berubah-ubah,
terprogram, dan difungsikan dengan tenaga listrik. c.
Reklame kain : reklame yang diselenggarakan dengan menggunakan bahan kain termasuk kertas, plastic, karet,
atau bahan lain yang sejenis dengan itu. d.Reklame Melekat Stiker : reklame yang berbentuk
lembaran lepas, diselenggarakan dengan cara disebarkan, dipasang, digantungkan pada suatuu benda dengan
ketentuan luasnya tidak lebih dari 200 cm ² per lembar. e. Reklame Baliho : reklame yang terbuat dari papan, kayu,
atau bahan lain dan dipasang pada konstruksi yang tidak permanent dan tujuan materinya mempromosikan suatu
event atau kegiatan yang bersifat isidentil f. Reklame Selebaran : reklame yang berbentuk lembaran
lepas, diselenggarakan dengan cara disebarkan, diberikan atau dapat diminta dengan ketentuan tidak untuk
ditempelkan, dilekatkan, dipasang, atau digntung pada suatu benda lain, termasuk didalamnya adalah brosur,
leaflet , dan reklame dalam undangan.
g.Reklame Berjalan Kendaraan : reklame yang ditempatkan atau ditempelkan pada kendaraan atau benda yang bersifat
bergerak, yang diselenggarakan daenganmenggunakan kendaraan atau dengan cara dibawadi dorong ditarik oleh
orang. Termasuk didalamnya reklame pada gerobak rombong, kendaraan baik bermotor ataupun tidak.
h. Reklame Film atau Slide : reklame ang diselenggarakan dengan cara menggunakan klise berupa celluloide beupa
kaca atau film, ataupun bahan-bahan lain yang sejenis, sebagai alat untuk diproyeksikan danatau dipancarkan
i. Reklame Udara : reklame yang diselenggrakan di udara dengan menggunakan balon, gas, laser, pesawat atau alat
lain yang sejenis j.Reklame Suara : reklame yang diselenggarakan dengan
menggunakan kata-kata yang diucapkan tau dengan suara yang ditimbulkan dari atau oleh perantaraan alat.
k. Reklame Peragaan : reklame yang diselenggarakan dengan cara memperagakan suatu barang dengan cara atau tana
disertai suara. 2. Dikecualikan dari Objek Pajak adalah :
a. Penyelenggaraan reklame oleh pemerintah pusat dan atau
pemerintah daerah
b.Penyelenggaraan reklame melalui internet, televisi, radio, warta harian, warta mingguan, warta bulanan dan sejenisnya.
c. Penyelenggaraan reklame yang diadakan untuk kegiatan
sosial, pendidikan, keagamaan. 3. Subjek Pajak adalah orang pribadi atau Badan yang
menyelenggarakan reklame atau melakukan pemesanan reklame.
4. Wajib Pajak adalah orang pribadi atau Badan yang menyelenggarakan reklame.
2.2.3.4. Nilai Sewa Reklame
Sesuai dengan
Peraturan Walikota nomor 14 tahun 2009 tentang penetapan nilai jual objek pajak reklame NJOPR, nilai
strategis penyelenggaraan reklame dan perhitungan pajak reklame sebagai berikut :
a. Nilai sewa reklame dihitung berdasarkan penjumlahan Nilai
jual objek pajak reklame dan Nilai strategis penyelenggaraan Reklame.
b. Komponen Nilai Jual Objek Pajak Reklame terdiri dari:
a. Nilai perolehan hargabiaya pembuatan reklame
b. Biaya pemasangan reklame
c. Biaya pemeliharaan reklame
c. Komponen Nilai strategis penyelenggaraan Reklame: a.
Guna lahan
b. Ukuran reklame
c. Sudut pandang
d. Kelas jalan
e. Harga titiklokasi pemasangan reklame
d. Untuk materi rokok, besarnya nilai Sewa reklame ditambah 25 dua puluh lima persen
e. Setiap penambahan ketinggian reklame sampai 15 m lima belas meter pertama, besarnya Nilai sewa reklame ditambah
20 dua puluh persen f. Nilai strategis pemasangan reklame untuk jenis reklame selain
reklame megatron atau videotron dan reklame papan atau bilboard, besarnya dihitung dan ditetapkan 70 tujuh puluh
persen dari skor tertinggi nilai strategis jenis reklame megatron atau videotron.
2.2.3.5. Cara Perhitungan dan Penetapan Pajak
Wajib pajak memenuhi kewajiban pajak dengan cara dibayar sendiri, sesuai dengan Peraturan Daerah nomor 8 tahun 2006
tentang penyelenggaraan pajak reklame, cara perhitungan dan penetapan pajak adalah sebagai berikut :
1 Wajib pajak yang membayar sendiri, memenuhi kewajiban
pajaknya dengan menggunakan SPTPD dan atau SKPBKBT
2 SPTPD harus diisi dengan jelas, benar dan lengkap serta
ditandatangani oleh wajib pajak. 3
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengisian dan penyampaian SPTPD dan tata cara penerbitan SKPDKB
dan SKPDKBT. 4
Wajib pajak yang dipungut berdasarkan penetapan memenuhi kewajiban pajaknya dengan menggunakan
SKPD. 5
Apabila SKPD tidak atau kurang dibayar setelah jatuh tempo pembayaran terlampui, dikenakan sanksi
administrasi berupa bunga sebesar 2 sebulan dan ditagih dengan menerbitkan STPD.
6 Terhadap wajib pajak dapat diterbitkan STPD, surat
keputusan pembetulan, surat keputusan keberatan dan putusan banding sebagai dasar pemenuhan kewajiban
pajaknya .
7 Dalam jangka waktu 5 lima tahun sesudah saat
terutangnya pajak menerbitkan : a. SKPDKB
b. SKPDKBT c. SKPDN.
8 SKPDKB
diterbitkan :
a Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan
lain pajak yang terutang tidak atau kurang dibayar dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2
dua persen sebulan dihitung dari pajak yang kurang atau terlambat dibayar untuk jangka waktu paling lama
24 dua puluh empat bulan dihitung sejak saat terutangnya pajak
b Apabila jumlah pajak yang terutang dalam SKPDKB
dikenakan sanksi administrasi sebesar 25 dua puluh lima persen dari pokok pajak ditambah sanksi
administrasi berupa bunga sebesar 2 dua persen sebulan dihitung dari pajak yang kurang atau terlambat
dibayar untuk jangka waktu paling lama 24 dua puluh empat bulan dihitung sejak saat terutangnya pajak.
c Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam
SKPDKBT dikenakan sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 100 seratus persen dari jumlah
kekurangan pajak tersebut
2.2.3.6. Penyelenggaraan Reklame
Penyelenggaraan reklame yang Sesuai dengan Peraturan Daerah nomor 8 tahun 2006 tentang penyelenggaraan pajak
reklame sebagai berikut :
1 Penyelenggaraan Reklame wajib :
a. memasang plat izin atau stempel masa berlaku izin dan
ukuran bidang reklame yang dapat terlihat jelas oleh umum
b. memasang nama dan nomor telepon biro reklame yang
dapat dilihat jelas oleh umum, bagi reklame terbatas c.
memelihara benda-benda dan alat-alat yang dipergunakan untuk reklame agar selalu dapat berfungsi
dalam kondisi baik d.
menyelesaikan pembongkaran reklame paling lambat dalam waktu 7 tujuh hari setelah izin berakhir
e. menanggung segala akibat jika penyelenggaraan
reklame yang bersangkutan menimbulkan kerugian pada pihak lain
f. membayar biaya jaminan bongkar.
2 Penyelenggaraan reklame harus memenuhi ketentuan
sebagai berikut : a. diselenggarakan dengan tidak menutup pandangan
rambu, lampu pengatur dan kamera lalu lintas b. konstruksi reklame dapat dipertanggungjawabkan
menurut persyaratan teknis sesuai ketentuan berlaku.
c. menggunakan du atau lebih tiang konstruksi bagi reklame dengan luas bidang paling sedikit 30 m2 tiga
puluh meter persegi d. lampu reklame yang dipasang diarahkan ke bidang
reklame sehingga tidak menyilaukan pandangan pemakai jalan.
e. instalasi listrik yang dipasang harus memenuhi persyaratan teknis sehingga tidak membahayakan
keselamatan umum. 3
Penyelenggarsan reklame, di Lokasi Bukan Persil harus memenuhi ketentuan pasal 19 sebagai berikut:
a. mendapat persetujuan tertulis dari pemilik atau yang menguasai lahan
b. mendapat persetujuan tertulis pemilik persil, apabila bidang reklame masuk ke dalamdi atas persil
c. luas bidang reklame paling besar 50 m2 lima puluh meter persegi;
d. tidak menutup mengganggu pandangan perlintasan terhadap sebidang kereta api;
e. jarak dari as rel kereta api sampai bidangkonstruksi reklame terdekat harus mendapat rekomendasi dari
PT.KAI
f. jarak jaringan kabel listrik tegangan menengah keatas harus medapat rekomendasi dari PT. PLN
g. tidak mengganggu fungsi atau merusak saran dan prasarana kota serta tidak mengganggu
pemeliharaannya; h. kaki konstruksi tidak boleti berada di saluran air, sungai
atau badan jalan; 4
Penyelenggaraan reklame di trotoar harus memenuhi ketentuan:
a. lebar trotoar paling sedikit 1,5 m satu setengah meter b.di bawah trotoar tidak terdapat saluran tepi yang lebarnya
sama atau lebih besar dari lebar trotoar, c. diameter tiang reklame paling besar 10 sepuluh
persen dari lebar trotoar. 5
Penyelenggaraan reklame insidentil jenis Kain harus memenuhi ketentuan pasal 23:
a. tidak boleh diselenggarakan pada tiang lampu pengatur lalu lintas, tiang kamera lalu lintas, tiang listrik, tiang
telepon, pohon dan pager. b. tidak boleh diselenggarakan pada bidang atau
konstruksi reklame jenis Megatron dan jenis Papan c. tidak boleh diselenggarakan melintang di atas jalan.
d. materi reklame bersifat jangka pendek atau
mempromosikan suatu kegiatan yang bersifat insidentil. 6
Penyelenggaraan reklame insidentil jenis Melekat tidak diperbolehkan ditempelkan pada rambu lalu lintas, tiang
listrik, tiang Penerangan Jalan Umum PJU, tiang telepon atau saran dan prasarana kota lainnya.
7 Penyelenggaraan reklame insidentil jenis Baliho harus
memenuhi ketentuan: a. luas bidang reklame paling besar 24 m2 dua puluh
empat meter persegi; b. materi reklame yang mempromosikan suatu kegiatan
atau event yang bersifat insidentil. 8 Penyelenggaraan reklame insidentil Balon Udara, titik
jatuhnya tidak boleh berada pada Ruang Milik Jalan. 9 Penyelenggaraan
reklame pada kendaraan bermotor harus
sesuai dengan desain dan konstruksi rumah-rumah pada kendaraan bermotor dimaksud.
2.2.3.7. Ketentuan Perizinan
Sesuai dengan Peraturan Daerah nomor 8 tahun 2006 pasal 2 tentang penyelenggaraan pajak reklame, Ketentuan Perizinan
sebagai berikut :
1. Setiap orang pribadi atau badan yang akan
menyelenggarakan reklame di Daerah wajib memperoleh izin tertulis atau pengesahan dari Kepala
Daerah. 2.
Untuk memperoleh izin yang bersangkutan harus mengajukan permohonan secara tertulis kepada Kepala
Daerah melalui Kepala Dinas Tata Kota dan Permukiman atau Kepala Dinas Pajak.
3. Permohonan dilakukan dengan mengisi Surat
Permohonan Izin Penyelenggaraan Reklame dan SPTPD dengan melampirkan:
a reklame yang memerlukan pertimbangan Tim
Reklame: 1. fotokopi KTP dengan menunjukkan aslinya;
2. fotokopi NPWPD dengan menunjukkan aslinya; 3. surat kuasa bermaterai cukup dari pemohon bila
pengajuan permohonan dikuasakan kepada orang lain;
4. sketsa titik lokasi penyelenggaraan reklame 5. desain dan tipologi reklame;
6. foto terbaru rencana lokasi penyelenggarasn reklame berukuran 4R
7. gambar rencana konstruksi kecuali untuk reklame menempel atau reklame tiang dengan luas bidang
reklame dibawah 8 delapan m2 8. perhitungan konstruksi yang ditanda tangani oleh
penanggung jawab struktur konstruksi; 9. fotokopi semua izin tahun periode sebelumnya
dengan menunjukkan aslinya untuk perpanjangan izin
10.surat persetujuan dari pemilik persil dan dilampiri bukti kepemilikanpengusaan hak atas tanah yang
sah 11.bagi reklame di atas bangunan harus
melampirkan IMB dan gambar IMB bangunan tempat reklame diselenggarakan.
b Reklame yang tidak memerlukan pertimbangan Tim Reklame untuk jenis reklame pagan dan megatron:
1. fotokopi KTP dengan menunjukkan aslinya; 2. fotokopi NPWPD dengan menunjukkan aslinya;
3. surat kuasa bermaterai cukup dari pemohon bila pengajuan permohonan dikuasakan pada orang
lain; 4. sketsa titik lokasi penyelenggaraan reklame;
5. desain dan tipologi reklame;
6. foto terbaru rencana lokasi penyelenggaraan reklame berukuran 4R dengan ketentuan:
a dibuat paling lama 7 tujuh hari sebelum tanggal perrnohonan;
b pemotretan diambil dari tiga arah dengan jarak 10 sepuluh meter yang menjelasken kondisi
atau gambaran tempat peletakan reklame yang dimohon
c dilengkapi dengan foto lingkungan sekitamya yang diambil dari dua arah yang berbeda.
7. fotokopi SIPR tahun periode sebelumnya untuk perpanjangan;
8. surat persetujuan dan pemilikyang menguasai persil yang bersangkutan;
c. Reklame yang tidak memerlukan pertimbangan Tim Reklame untuk jenis reklame baliho, kain,
selebaran, melekat, Film, udara, suara, peragaan: 1. fotokopi KTP dengan menunjukkan aslinya;
2. fotokopi NPWPD dengan menunjukkan aslinya 3. surat kuasa bermaterai cukup dari pemohon bila
pengajuan permohonan dikuasakan pada orang lain
4. kewajiban memperoleh izin tidak berlaku bagi penyelenggaran reklame pasal 3 :
a. melalui internet, televisi, radio, warta harian, warta mingguan, warta bulanan dan sejenisnya
b. hanya memuat pemilikan peruntukan tanah dengan ketentuan luas bidang reklame tidak melebihi 14
m2 seperempat meter persegi dan diselenggarakan di atas tanah bangunan yang bersangkutan;
c. hanya memuat nama atau pekerjaan orangbadan dengan ketentuan luas bidang reklame tidak
melebihi 1 m2 satu meter persegi dan diselenggarakan di atas tanah bangunan yang
bersangkutan; d. hanya mernuat nama lembaga yang bergerak di
bidang pendidikan dan kesehatan dengan ketentuan luas bidang reklame tidak melebihi 4 m2 empat
meter persegi dan diselenggarakan di atas tanah bangunan yang bersangkutan.
5. Reklame yang harus memiliki IMB adalah jenis Megatron dan jenis Papan dengan luas bidang reklame
lebih dari 8 m2 delapan meter persegi yang menggunakan konstruksi tiang atau di atas bangunan.
6. Penyelenggaraan reklame harus terlebih dahulu memiliki Pemetaan Lokasi sebelum IMB diterbitkan.
7. Jangka waktu berlakunya IMB sama dengan jangka waktu berlakunya Izin Penyelenggaraan Reklame yang
bersangkutan. 8. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara permohonan
IMB dan tata cara permohonan Pemetaan Lokasi diatur dengan Peraturan Kepala Daerah.
6. Izin Pemakaian tempat-tempat yang dikussai oleh Pemerintah Daerah untuk penyelenggaraan reklame,
dikenakan retribusi sesuai ketentuan yang berlaku. 7. Izin untuk menyelenggrakan reklame dapat diterbitkan
apabila pajak terutang dan retribusi terutang telah dilunasi oleh Penyelenggara Reklame.
8. lzin Penyelenggaraan Reklame dibedakan menjadi lzin Penyelenggaraan Reklame Permanen, lzin
Penyelenggaraan Reklame Terbatas dan Izin Penyelenggaraan Reklame Insidentil.
9. Izin Penyelenggaraan Reklame Permanen diterbitkan atas penyelenggaraan reklame sebagai berikut:
a. Jenis Megatron dan jenis Papan dengan luas bidang 8 m2 delapan meter persegi ke bawah yang
diselenggarakan di persil.
b. Jenis berjalan. 10.
Izin Penyelenggaraan Reklame Permanen diberikan dengan jangka waktu tidak terbatas atau sampai dengan
adanya pencabutan atau atas permintaan penyelenggara reklame.
11. Izin Penyelenggaraan Reklame Terbatas diterbitkan atas penyelenggaraan reklame sebagai berikut:
a. Jenis Megatron dan jenis Papan dengan luas bidang lebih dari 8 m2 delapan meter persegi, yang
diselenggarakan di lokasi persil b.
Jenis Megatron dan jenis Papan yang diselenggarakan di lokasi bukan persil.
12. lzin Penyelenggaraan Reklame Terbatas diberikan
untuk penyelenggaraan reklame dengan jangka waktu 1 satu tahun dan dapat diperpanjang paling banyak 2
dua kali. 13. Penyelenggaraan Reklame Terbatas harus dilaksanakan
oleh Biro Reklame yang terdaftar pada Dinas Tata Kota dan Permukiman.
14. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pendaftaran Biro Reklame diatur dengan Peraturan Kepala Daerah.
15. Perpanjangan lzin Penyelenggaraan Reklame Terbatas, harus diajukan paling lambat 30 tiga puluh hari
sebelum berakhimya masa bedakunya izin. 16. Apabila sampai batas waktu tidak dipenuhi, maka Biro
Reklame yang bersangkutan dianggap tidak berminat untuk memperpanjang izin dan titik yang bersangkutan
dapat diberikan kepada Biro Reklame lain sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
17. Penyelenggara Reklame Terbatas wajib
mengasuransikan reklame untuk memberikan jaminan penggantian kerugian yang diderita oleh pihak ketiga.
2.2.3.8. Pembayaran dan Penagihan Pajak Reklame
Sesuai dengan Peraturan Daerah nomor 8 tahun 2006 tentang penyelenggaraan pajak reklame, cara Pembayaran dan
Penagihan Pajak Reklame adalah sebagai berikut : a. Tata Cara Pembayaran pasal 48 dan pasal 49 sebagai
berikut : 1
Tanggal jatuh tempo pembayaran SKPD, SKPDKB, SKPDKBT, STPD, Surat Keputusan Pembetulan, Surat
Keputusan Keberatan dan Putusan Banding ditetapkan 30 tiga puluh hari sejak tanggal diterbitkan.
2 Bagi penyelenggaraan reklame insidentil, pembayaran
dilakukan pads saat proses pengajuan izin. 3
Pembayaran pajak dilakukan di Kas Daerah atau tempat lain, yang ditunjuk oleh Kepala Daerah, sesuai
waktu yang ditentukan dalarn SKPD, SPTPD, SKPDKB, SKPDKBT, STPD, Surat Keputusan
Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan dan Putusan Banding.
4 Apabila pembayaran pajak dilakukan di tempat lain
yang ditunjuk hasil penerimaan pajak harus disetor ke Kas Daerah paling lambat 1 x 24 satu kali dua puluh
empat jam. 5
Pembayaran pajak dilakukan dengan menggunakan SSPD.
6 Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran pajak jatuh
pada hari libur maka pembayaran pajak dapat dilakukan pada hari kerja berikutnya.
7 Pembayaran pajak harus dilakukan sekaligus atau
lunas. 8
Kepala Daerah dapat memberikan persetujuan kepada Wajib Pajak untuk mengangsur pajak terutang dalam
kurun waktu tertentu, setelah memenuhi persyaratan yang ditentukan.
9 Angsuran pembayaran pajak harus dilakukan secara,
teratur dan berturut-turut dengan dikenakan bunga sebesar 2 dua persen sebulan dari jumlah pajak
yang belum atau kurang dibayar. 10
Kepala Daerah dapat memberikan persetujuan kepada Wajib Pokok untuk menunda pembayaran pajak sampai
batas waktu yang ditentukan setelah memenuhi persyaratan yang ditentukan dengan dikenakan bunga
2 dua persen sebulan dari jumlah pajak yang belum atau kurang dibayar.
11 Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan untuk
dapat mengangsur dan menunda pembayaran serta tata cara, pembayaran angsuran dan menunda pembayaran
pajak diatur dengan Peraturan Kepala Daerah. b. Tata Cara Penagihan Pajak, pasal 50, 51, 52, 53, 54 dan
pasal 55 sebagai berikut : 1
Surat Teguran atau Surat Peringatan atau surat lain yang sejenis, sebagai awal tindakan pelaksanaan penagihan
pajak dikenakan 7 tujuh hari sejak jatuh tempo pembayaran.
2 Dalam jangka waktu 7 tujuh hari setelah tanggal Surat
Teguran atau Surat Peringatan atau surat lain yang sejenis Wajib harus harus melunasi pajak yang terutang.
3 Surat Teguran atau Surat Peringatan atau surat lain yang
sejenis dikeluarkan oleh Kepala Daerah. 4
Apabila jumlah pajak yang masih harus dibayar tidak dilunasi dalam jangka waktu sebagaimana ditentukan
dalam Surat Teguran atau Surat Peringatan atau surat lain yang sejenis, wajib pajak yang harus dibayar
ditagih dengan Surat Paksa. 5
Pejabat menerbitkan Surat Paksa segera setelah lewat 21 dua puluh satu hari sejak tangal Surat Teguran atau
Surat Peringatan atau surat lain yang sejenis. 6
Apabila pajak yang harus dibayar tidak dilunasi dalam jangka waktu 2 dua kali 24 dua puluh empat jam
sesudah tanggal penerbitan Surat Paksa, segera menerbitkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan.
7 Setelah lewat 10 sepuluh hari sejak tanggal
pelaksanaan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan Wajib Pajak belum juga melunasi utang pajaknya,
Kepala Daerah mengajukan permintaan penetapan tanggal pelelangan kepada Kantor Lelang Negara.
8 Setelah Kantor Lelang Negara menetapkan hari,
tanggal, jam dan tempat pelaksanaan lelang, Juru Sita Pajak memberitahukan dengan secara tertulis kepada
Wajib Pajak.
2.2.3.9. Sanksi Atas Pelanggaran Pajak Reklame
Sesuai dengan Peraturan Daerah Nomor 8 tahun 2006 pasal 31 tentang penyelenggaraan reklame dan pajak reklame, Sanksi
administrasi atas Pelanggaran Reklame adalah sebagai berikut: 1 izin Penyelenggaraan Reklame dicabut dan dinyatakan
tidak berlaku lagi apabila: a.
pada reklame tersebut terdapat perubahan jenis, ukuran, ketinggian, titik dan konstruksi sehingga tidak sesuai
dengan izin yang diberikan b.
penyelenggara reklame tidak mengasuransikan reklame 3 tiga bulan setelah izin diterbitkan
c. sebelum pencabutan izin kepala daerah terlebih dahulu
menerbitkan Surat Peringatan kepada penyelenggara reklame.
d. Reklame yang telah dicabut izinnya atau yang telah
berakhir masa izinnya harus sudah dibongkar oleh penyelenggara dalam jangka waktu 7 tujuh hari
setelah izin dicabut atau setelah masa izinnya berakhir. e.
Dalam hal penyelenggara reklame tidak melaksanakan pembongkaran maka Kepala Daerah berwenang untuk
melakukan pembongkaran dimaksud.
f. Kepala Daerah berwenang untuk membongkar reklame
yang tidak memiliki izin. g.
Pembongkaran reklame karena telah dicabut izinnya atau karena masa izinnya berakhir dilakukan oleh
Kepala Daerah dengan menekankan Biaya Jaminan Bongkar.
h. Apabila batas watu telah terlampaui, maka reklame
tersebut menjadi milik Pemerintah Daerah.
2.2.4. Pajak Hiburan 2.2.4.1. Pengertian Pajak Hiburan