f. Kepala Daerah berwenang untuk membongkar reklame
yang tidak memiliki izin. g.
Pembongkaran reklame karena telah dicabut izinnya atau karena masa izinnya berakhir dilakukan oleh
Kepala Daerah dengan menekankan Biaya Jaminan Bongkar.
h. Apabila batas watu telah terlampaui, maka reklame
tersebut menjadi milik Pemerintah Daerah.
2.2.4. Pajak Hiburan 2.2.4.1. Pengertian Pajak Hiburan
Pajak Hiburan adalah pajak atas penyelenggaraan hiburan. Hiburan adalah semua jenis pertunjukan, permainan, permainan
ketangkasan, danatau keramaian dengan nama dan bentuk apapun, yang ditonton atau dinikmati oleh setiap orang dengan dipungut
bayaran, tidak termasuk penggunaan fasilitas untuk berolah raga Halim, 2001: 99.
Pajak Hiburan adalah pajak atas penyelenggaraan hiburan yang meliputi semua jenis pertunjukkan, permainan,
permainan ketangkasan, dan atau keramaian dengan nama dan bentuk apapun, yang ditonton atau dinikmati oleh setiap orang
dengan dipungut bayaran, tidak termasuk penggunaan fasilitas untuk berolah raga Yani, 2002: 48.
Pajak Hiburan adalah pajak atas penyelenggaraan hiburan yaitu semua jenis pertunjukkan permainan, ketangkasan dan atau
keramaian dengan nama dan bentuk apapun, yang ditonton atau dinikmati oleh setiap orang dengan dipungut bayaran, tidak
termasuk penggunaan fasilitas untuk berolahraga Siahaan, 2005: 298
2.2.4.2. Dasar Hukum Pajak Hiburan
1.
Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
Pajak Daerah dan retribusi daerah merupakan salah satu Sumber Pendapatan Asli Daerah y a n g
p e n t i n g g u n a me m b i a y a i p e n y e l e n g g a r a n p e me r i n t a h a n D a e r a h d a n p e mb a n g u n a n
D a e r a h u n t u k menetapkan Otonomi Daerah yang, nyata, dan bertanggung jawab. Oleh sebab itu pajak
daerah harus dikelola secara professional dan transparan dalam rangka optimalisasi dan usaha
meningkatkan kontribusinya terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Selanjutnya dalam
pasal 2 ayat 2 UndangUndang tersebut, mengatur tentang jenis-jenis Pajak Daerah dimana
Pajak Hiburan merupakan salah satu Pajak Kabupaten Kota.
2.
Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
3.
Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 9 Tahun 2002 tentang Pajak Hiburan.
2.2.4.3. Obyek, Subyek dan Wajib Pajak Hiburan
Menurut Siahaan 2005: 300-302 penyelenggaraan hiburan yang ditetapkan menjadi obyek, subyek dan wajib
pajak adalah sebagai berikut :
1. Obyek pajak hiburan adalah penyelenggaraan hiburan dengan dipungut bayaran.
Objek pajak dimaksud adalah: a.
pertunjukan film, bioskop, persewaan video kaset, laser disc, compact disc
b. pertunjukan kesenian
c. pertunjukan pagelaran
d. semua jenis hiburan hotel, restoran, café, plaza,
diskotik, karaoke, klab malam, ruang musik, pub e.
permainan ketangkasan, permainan anak, bilyard, bowling, rekreasi air, termasuk mesin keping, ice
skating, golf dan squash. f.
panti pijat, mandi uap, sauna dan spa, senam kebugaran, fitness.
g. pertandingan olahraga
h. pertunjukan musik, tari, pertunjukan sirkus dan
keramaian umum lainnya i.
balai pertemuan 2.
Obyek pajak hiburan dikecualikan terhadap penyelenggaraan hiburan yang tidak dipungut bayaran
seperti hiburan yang diselenggarakan dalam rangka pernikahan, upacara adat, atau kegiatan keagamaan
3. Subyek pajak hiburan adalah orang pribadi atau badan yang menonton dan atau menikmati hiburan.
4. Wajib Pajak hiburan adalah orang pribadi atau badan yang menyelenggrakan hiburan.
2.2.4.4. Dasar Pengenaan dan tarif Pajak Hiburan
Berdasarkan Peraturan Daerah dasar pengenaan dan tarif hiburan untuk setiap jenis hiburan sebagai berikut:
1. Dasar pengenaan pajak hiburan yaitu jumlah pembayaran atau yang seharusnya dibayar untuk menonton
dan atau menikmati hiburan. 2. Tarif pajak hiburan paling tinggi yaitu sebesar 35, yang
ditetapkan dalam peraturan daerah 3. Tarif yang menggunakan Harga Tiket Masuk
HTM : a. 10 dikenakan pertunjukan film, bioskop,
pameran seni, kecantikan, pertunjukan musik,
tari, kesenian tradisional b. 15 dikenakan pertandingan olah raga, taman
satwa, pemandian alam dan taman rekreasi c. 30 dikenakan semua jenis hiburan yang
diselenggarakan di hotel, restoran bar, plaza, cafe dan sejenisnya.
d. 35 dikenakan diskotik, karaoke, klab malam, klab eksekutif, ruang musik
4. Tarif yang tidak menggunakan Harga Tiket Masuk HTM :
a. 10 dikenakan permainan anak, kolam pancing, wisata tirta, senam kebugaran,
fitness, balai pertemuan. b. 15 dikenakan persewaan video kaset, laser
disc, compact disc, ice skating c.
25 bowling
d. 30 permainan ketangkasan e. 35 dikenakan bilyard, golf dan squash, panti
pijat, mandi uap, sauna dan spa, karaoke, bar, cafe, klab malam.
2.2.4.5. Tata Cara Pembayaran Dan Penetapan Pajak
Sesuai dengan Peraturan Daerah nomor 9 tahun 2002 pasal 7 tentang pajak hiburan sebagai berikut :
1 Bagi wajib pajak atau penanggung pajak dengan cara
menghitung pajak sendiri MPS, wajib mengisi, menandatangani dan menyampaikan SPTPD setiap
bulan, paling lambat limabelas hari setelah berakhirnya masa pajak dan penyetoran pajak dilakukan setiap
bulan. 2
Bagi wajib pajak atau penanggung pajak dengan cara taksasi non MPS, penyetoran pajak dilakukan satu
bulan, paling lambat lima belas hari setelah berakhirnya masa pajak pada Bendaharawan Khusus Penerima
BKP, berdasarkan SKPD. 3
Setiap berakhrirnya masa pajak, diadakan pemeriksaan kepada wajib pajak atau penanggung pajak, cara
Menghitung Pajak Sendiri MPS oleh tim pemerikasa, guna memeriksa dan meneliti kebenaran atas
pembukuan dan pembayaran masa pajak bulan sebelumnya.
4 Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan
lain diketemukan kekurangan pajak yang seharusnya dibayar, maka diterbitkan SKPDKB ditambah sanksi
administrasi berupa bunga sebesar 2 dua persen dari pokok pajak setiap bulan, dihitung dari pajak yang
kurang bayar atau terlambat bayar.
5 Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan jumlah
penyetoran pajak sama besarnya dengan hasil pemeriksaan, maka diterbitkan SKPDN.
6 Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan jumlah
penyetorn pajak lebih besar dari hasil pemeriksaan diterbitkan SKPDLB.
7 Apabila setelah diperiksa diketemukan tambahan pajak
data baru atau data yang belum terungkap uang menyebabkan penambahan jumlah pajak yang terutang,
maka akan dikenakan sanksi berupa kenaikan sebesar 100 dari jumlah kekurangan pajak tersebut,
dengan menerbitkan SKPDKBT.
2.2.4.6. Jatuh Tempo Pajak Terutang
Sesuai dengan Peraturan Daerah nomor 9 tahun 2002 pasal 9 tentang pajak hiburan sebagai berikut :
1 Bagi wajib pajak atau penanggung pajak dengan cara
menghitung pajak sendiri MPS, jatuh tempo pajak terutang adalah 30 hari setelah diterimanya SKPDKB
atau SKPDKBT oleh wajib pajak atau penanggung pajak.
2 Apabila ketentuan tidak dipenuhi paling lambat 30 tiga
puluh hari sejak diterima SKPDKB atau SKPDKBT
oleh wajib pajak atau penanggung pajak, maka dikenakan sanksi administrasi berupa bunga 2 dua
persen dari pokok pajak setiap bulan, dihitung dari kurang bayar atau terlambat dibayar dan ditagih dengan
menerbitkan STPD. 3
Bagi wajib pajak atau penanggung pajak dengan cara taksasi jatuh tempo pajak terutang adalah 15 lima
belas hari setelah masa pajak berakhir. 4
Apabila ketetuan tidak dipenuhi, maka dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2 dua
persen dari pokok pajak setiap bulan, dihitung dari pajak yang kurang bayar atau terlambat dibayar dan
ditagih dengan menerbitkan STPD.
2.2.5. Pengaruh Pajak Reklame dan Pajak Hiburan terhadap Pendapatan Asli Daerah