Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Memahami berbagai perkembangan wanita, banyak fenomena yang menarik untuk dibahas, salah satunya adalah pada wanita usia dewasa tengah. Pada masa ini wanita akan menghadapi menopause dalam rentang usia 40-55 tahun. Masa menopause dianggap sebagai peristiwa yang sangat berarti bagi kehidupan wanita. Menopause merupakan fase normal dan alamiah dalam kehidupan wanita yang menandai berakhirnya masa subur. Menopause sendiri merupakan masa berhentinya menstruasi dan tidak lagi dapat hamil Papalia, Olds, dan Feldman, 2008. Pada tahap normal kehidupan dimana wanita akan melaluinya sekitar umur 40 sampai 55 tahun. Kebanyakan wanita memasuki premenopause tiga sampai lima tahun lebih awal dari menopause seharusnya. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik BPS dengan proyeksi penduduk pada 2014 bahwa 23,74 juta wanita Indonesia pada usia 40 sampai 55 tahun memasuki masa menopause per tahunnya. Depkes RI 2005, memperkirakan penduduk Indonesia pada tahun 2020 akan mencapai 262,6 juta jiwa dengan jumlah wanita yang hidup dalam usia menopause sekitar 30,3 juta jiwa. Sebanyak 68 diantaranya menderita gejala menopause dan 32 dari penderita yang mengabaikan gejala tersebut Bisnis News, 2009. 2 Gejala menopause terdiri atas beberapa hal, yaitu kecemasan yang ditandai sebagai bentuk rasa khawatir, gelisah dan perasaan-perasaan lainnya yang kurang menyenangkan. Gejala kecemasan yang muncul pada wanita menopause dihubungkan dengan adanya kekhawatiran dalam menghadapi suatu situasi yang sebelumnya tidak pernah dialami. Menurut Kartono 2002 kecemasan adalah suatu kegelisahan, kekhawatiran, dan ketakutan terhadap sesuatu yang tidak jelas. Kecemasan juga merupakan ketegangan, rasa tidak aman dan kekhawatiran yang muncul karena dirasakan akan terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan, tetapi tidak diketahui sumber yang jelas Maramis, 1994. Kecemasan akan menimbulkan hambatan bagi wanita dalam menjalankan fungsi sosialnya. Faktor yang mempengaruhi kecemasan wanita dalam menghadapi menopause yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal, yaitu faktor dalam diri wanita sendiri seperti kesiapan mental, status pekerjaan, kesehatan dan sebagainya. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar seperti mitos seputar menopause, budaya dan tidak ada dukungan dari lingkungan sosialnya yang menimbulkan kurang percaya diri, merasa tidak diperhatikan, cemas, mudah merasa sedih dan rasa hampa Maspaitella, 2006. Kecemasan yang dialami wanita yang menghadapi menopause juga lebih pada ketakutan kehilangan cinta suami. Pada masa menopause wanita merasa takut dan merasa tidak lagi mampu melayani kebutuhan biologis suami. Keadaan ini mengakibatkan gangguan psikologis, seperti cepat marah, merasa khawatir, merasa tidak percaya diri, depresi dan lain-lain Aprillia, 2007. 3 Wanita juga sangat senisitif terhadap pengaruh emosional dari fluktuasi hormon. Beberapa wanita yang tidak mampu menerima kenyataan tersebut dengan baik akan mengalami kecemasan yang berlebihan dalam menghadapi masa menopause. Hal ini dapat mengakibatkan gangguan psikologis dan berdampak pada relasinya dengan suami Kusumadewi, 1998. Pada wanita yang menghadapi menopause, kecemasan terutama berhubungan dengan rasa takut tidak dapat menjalankan fungsi kewanitaannya dikarenakan berakhirnya era reproduksi dan menurunnya fungsi seksual, seperti melahirkan dan melayani suami dalam berhubungan seksual. Menurut Kartono 2002, faktor penyebab kecemasan terhadap menopause juga dapat disebebabkan oleh dorongan-dorongan seksual yang tidak mendapatkan kepuasan dan terhambat penyalurannya dikarenakan terjadi penurunan fungsi seksual. Penurunan kualitas seksual ini sejalan dengan menurunnya hormon estrogen Kasdu, 2002. Sebagai akibat penurunan kadar hormon estrogen akan memberikan keluhan ketidaknyamanan yang bermanifestasi pada berbagai organ tubuh. Gangguan tersebut dibagi menjadi gangguan jangka pendek dan jangka panjang. Gangguan jangka pendek meliputi gejala vasomatorik, yaitu hot flushes, jantung berdebar, kepala sakit, gejala psikologis yaitu gelisah, mudah marah, perubahan perilaku, depresi, gangguan libido, gejala urogenital yaitu vagina kering, keputihan, gatal pada vagina, iritasi pada vagina, inkontinensia urine, gejala pada kulit yaitu kering, keriput; gejala metabolisme yaitu, kolestrol tinggi, HDL turun, LDL naik, termasuk ketidaknyamanan dalam aspek seksualitas. Gangguan jangka panjang meliputi osteoporosis, penyakit jantung coroner, ateroklerosis, stroke sampai kanker usus Pakasi, 2002 Baziad, 4 2003. Apabila gangguan ini tidak dikendalikan dengan baik, tentu mempengaruhi hubungan pada pasangan yang dapat mengakibatkan ketidakpuasan pernikahan. Menurut Nusya 2003 kepuasan pernikahan dipengaruhi oleh faktor dari dalam suami maupun istri, berupa kemampuan suami atau istri berinteraksi, kemampuan memenuhi harapan dan keinginan bagi pasangannya serta komitmen tentang tujuan yang ingin dicapai dalam pernikahan. Faktor seksualitas merupakan yang paling sulit dalam pernikahan dan sering menjadi pemicu dari ketidakpuasan pernikahan. Apabila tidak tercapainya keselarasan hubungan seksual suami dan istri maka membuat salah satu pasangan atau keduanya merasakan ketidakpuasan dalam pernikahan dan tidak harmonisnya rumah tangga Sadarjoen, 2005. Seksualitas merupakan bagian terpenting dalam kesehatan perempuan dan kualitas hidup perempuan Rosen Barsky, 2006. Seksualitas sendiri adalah suatu keinginan untuk menjalin hubungan, kehangatan, atau cinta dan perasaan diri secara menyeluruh pada individu, meliputi memandang dan berbicara, berpegangan tangan, berciuman, atau memuaskan diri sendiri dan sama-sama menimbulkan kepuasaan orgasme Stuart, 2006. Kepuasan seksual adalah suatu bentuk kedekatan seksual yang dirasakan oleh pasangan suami atau istri dalam wilayah interpersonal, yaitu dalam kualitas komunikasi seksual, penyingkapan hubungan seksual dan keseimbangan hubungan seksual. Kepuasaan seksual juga merupakan suatu bentuk perasaan pasangan atas kualitas hubungan seksual mereka yang dapat berupa sentuhan fisik dan psikis Byers Demmon, 1999. 5 Aspek seksualitas pada perempuan menopause merupakan salah satu bagian dari kebutuhan dasar manusia yang memiliki porsi yang sama dengan pemenuhan kebutuhan dasar lainnya. Hasil penelitian Renaud, Byers, Pan 1997 menunjukkan bahwa ketidakpuasan seksual atau kepuasan seksual yang rendah mengakibatkan kecemasan yang tinggi dan munculnya masalah perilaku seksual seperti kehilangan nafsu seksual, kehilangan kemampuan koitus, dan takut akan kehilangan rasa cinta sang suami yang dapat mengakibatkan pencarian cinta yang baru. Seiring dengan adanya berbagai perubahan pada wanita yang menghadapi masa menopause menyebabkan berbagai masalah yang di akibatkan tuntutan pemenuhan kebutuhan dan kepuasan seksualnya Palupi, 2010. Kenyataan yang terjadi saat ini, kita mengetahui banyak kasus perselingkuhan yang dilakukan wanita berkisar usia 40-55 tahun yang menghadapi masa menopause yang memiliki pria idaman lain. Pada wanita, usia 40 tahun adalah usia rawan selingkuh. Pada masa menopause, beberapa wanita menikmati masa-masa ini sebagai masa kebebasannya, bebas menjaga anak dan bebas dari kehamilan. Hasil survei di Inggris, secara global mengungkap sebanyak 45 wanita menjalin hubungan dengan pria lain saat usianya 40-55 tahun Detik News, 2012. Mereka berselingkuh sebagai upaya pencarian cinta yang baru tetapi, tidak selalu menginginkan perceraian, melainkan lebih mencari adrenalin dari sensasi bercinta. Hal ini senada dengan hasil survei yang dilakukan pada 10.245 wanita Inggris yang menemukan sebanyak 79,2 wanita peselingkuh mengukapkan seks sebagai alasannya Daily Mail, 2013. Menurut Doherty, kondisi wanita yang mencari kepuasan seks dengan orang lain bukan didasari 6 keinginan bercerai melainkan lebih kepada hasrat ingin kembali merasa seksi, berjiwa muda, dan mampu menarik perhatian lawan jenis selain suami mereka Kompas 2014. Hal inilah salah satu yang terjadi secara nyata pada wanita yang menghadapi masa menopause dengan perubahan fisik maupun psikologis. Perubahan fisik tersebut meliputi ketidakteraturan haid, penyempitan pembuluh darah, keluhan pada vagina, dan perubahan bentuk tubuh. Sedangkan, perubahan psikologis yang terjadi meliputi kecemasan, depresi, mudah tersingggung, dan mudah curiga Kartono, 2002. Wanita yang tidak siap menerima perubahan yang terjadi, akan mengalami kecemasan yang akan mempengaruhi hubungan seksual dengan pasangannya Melaniani, 2007. Penelitian mengenai menopause telah banyak dilakukan terutama dari aspek fisik atau biologis, diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Sulianti 2007 menunjukkan bahwa perubahan seksualitas yang terjadi pada masa menopause cukup menjadi kendala bagi wanita di kota Bandung dalam memenuhi kebutuhan intim pasangannya. Banyak pula wanita diliputi rasa kecemasan menjelang menopause. Mereka takut akan kehilangan kewanitaannya, kehilangan nafsu dan kemampuan koitus, kehilangan rasa cinta sang suami. Telah diketahui pula hubungan seksual tidak sekedar ditunjukkan untuk reproduksi melainkan juga untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia yang bersifat psikologis yang jika terpenuhi manusia akan merasa puas, bahagia, nyaman, tentram, dan mengalirkan energi baru pada tubuh Prawirohardjo, 2009. Hasil penelitian Zasri 2012 menemukan bahwa kecemasan menjelang menopause yang dihadapi wanita mengakibatkan terjadinya perubahan fisik dan 7 emosional. Akibat dari perubahan tersebut wanita menganggap dirinya tidak menarik lagi, tidak cantik, tidak dapat memberikan kepuasan seksual pada suaminya dan ada juga beranggapan setelah menopause tidak perlu melakukan hubungan seksual karena akan mengakibatkan munculnya penyakit sehingga menimbulkan kecemasan pada wanita yang akan mengalami menopause. Selain itu, wanita yang tidak siap menghadapi menopause akan mengalami gejala kecemasan berlebihan yang dapat mengakibatkan gangguan psikologis dan berdampak pada keharmonisan rumah tangga Takdare, 2009. Laporan riset tahun 2006 menyebutkan hampir 40 wanita di AS mengalami masalah seksual, dan hanya 12 yang merasa tertekan dengan gangguan tersebut. Berdasarkan hasil penelitian terhadap 1.350 wanita menghadapi menopause di Indonesia, didapatkan 63 wanita menopause mengalami penurunan nafsu berhubungan seksual BisnisNews,2009. Berbeda dengan penelitian tersebut, Rachmawati 2006 mengungkap bahwa tidak semua wanita yang menghadapi menopause mengalami penurunan nafsu saat berhubungan seksual. Hal ini dikarenakan adanya dukungan sosial dan kesiapan dalam menghadapi masa menopause. Wanita yang menghadapi menopause akan muncul perasaan-perasaan disertai dengan rasa kurang percaya diri, merasa rendah diri, dan tidak mampu menghadapi suatu masalah Hurlock, 1990. Berdasarkan hasil penelitian Kurniati 2009, mengungkap wanita yang menghadapi menopause menjadi lebih sensitif, muncul rasa kurang percaya diri, dan mengalami kecemasaan. Saat menghadapi menopause seorang wanita juga mengalami perubahan emosi dan kurang bergairah dalam hubungan 8 seksual. Padahal kenyataannya beberapa wanita yang menghadapi menopause menunjukkan peningkatan hasrat seksual dari sensasi bercinta. Hal ini yang akhirnya akan berpengaruh pada kualitas hubungan pasangan yang berkaitan dengan kepuasan seksual. Penelitian ini lebih memfokuskan pada hubungan kepuasan seksual dengan kecemasan terhadap menopause pada wanita dewasa tengah dalam rentang usia 40-55 tahun yang akan diukur menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu dengan metode skala, sehingga penelitian ini akan berbeda dengan penelitian sebelumnya, yaitu penelitian Sulianti 2007. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui gambaran persepsi dan sikap, wanita menopause di kota Bandung, menilik sejauh mana menopause menurunkan ketertarikan seks dan aktivitas seksual wanita, dan mengetahui kendala- kendala yang dialami wanita menopause di kota Bandung. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah dengan metode deskriptif eksploratori melalui pengisian angket kepada 40 wanita menopause di kota Bandung. Hasil penelitian ini juga mengungkap pada masa menopause terjadi perubahan seksualitas dan rasa tidak nyaman yang cukup menjadi kendala bagi wanita. Penelitian yang dilakukan Zasri 2012 bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap terhadap kecemasan menghadapi menopause pada ibu usia 45-50 tahun di Kemukiman Bebesen Kecematan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2012. Penelitian ini juga menggunakan metode penelitian survei analitik dengan pendekatan cross sectional dengan subjek 86 orang ibu menopause. Hasil penelitian ini menunjukkan pengetahuan dan sikap terhadap kecemasan menghadapi menopause membuat wanita menggangap 9 dirinya tidak menarik dan memilih menolak melakukan hubungan seksual karena timbul rasa tidak nyaman. Berdasarkan studi-studi tersebut permasalahan seputar kepuasan seksual tidak dijadikan fokus pada penelitian dengan kecemasan terhadap menopause, sehingga permasalahan ini menjadi sesuatu yang belum banyak diteliti untuk wanita di Indonesia yang mengalaminya. Kepuasan seksual menjadi salah satu aspek yang berkaitan erat dengan menopause yang merupakan salah satu bagian dari kebutuhan dasar manusia yang memiliki porsi yang sama dengan kebutuhan lainnya, dimana apabila tidak terpenuhinya kepuasan seksual akan menimbulkan ketidaknyamanan sehingga muncul rasa cemas terkait peran wanita melayani suami, kebosanan, kesenjangan perkawinan yang mengakibatkan tidak tercapainya keselarasan hubungan suami dan istri yang dapat menyebabkan perselingkuhan. Berdasarkan kenyataan yang terjadi dan terdapat kesenjangan teori dan hasil-hasil penelitian membuat peneliti tertarik untuk meneliti hubungan kepuasan seksual dengan kecemasan terhadap menopause pada wanita. 10

B. Rumusan Masalah