27
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini dibagi menjadi dua bagian yaitu penelitian pendahuluan dan penelitian utama. Pada penelitian pendahuluan dilakukan preparasi bahan baku
kulit rambutan yang akan digunakan untuk penelitian utama dan pada penelitian utama dilakukan ekstraksi antosianin dari kulit rambutan dan kemudian dianalisa.
4.1 PENELITIAN PENDAHULUAN
Penelitian pendahuluan dilakukan untuk menentukan ukuran optimum kulit rambutan dalam ekstraksi antosianin dari kulit rambutan. Variasi ukuran
kulit rambutan adalah dengan mengggunakan variasi ayakan 50, 70, 100 dan 140 mesh. Sebelum diekstraksi, terlebih dahulu dilakukan persiapan bahan baku. Kulit
rambutan yang sudah dicuci dipotong kecil-kecil lalu dikeringkan dalam oven dan juga di bawah sinar matahari. Setelah itu dimasukkan ke dalam ball mill
untuk dihancurkan dan menjadi bubuk, kemudian diayak dengan variasi ukuran ayakan 50, 70, 100 dan 140 mesh. Namun, pre-treatment ini tidak menghasilkan
larutan yang mengandung antosianin. Indikasi kegagalan ditinjau dari warna larutan hasil ekstraksi yang berwarna coklat, pH nya 4,5-7 dan panjang
gelombangnya tidak berada dalam rentang panjang gelombang antosianin yaitu 490-550 nm. Kegagalan ini diduga karena adanya pemanasan dan paparan sinar
matahari terhadap kulit rambutan yang menyebabkan struktur antosianin terdegradasi. Hee-Ock [28] menyatakan bahwa temperatur yang tinggi
mempunyai pengaruh yang negatif pada jumlah antosianin dan paparan sinar matahari juga dapat menyebabkan terjadinya kerusakan struktur antosianin yang
menyebabkan jumlahnya menjadi berkurang. Pelarut yang digunakan adalah metanol. Hal ini disebabkan karena
metanol merupakan pelarut polar dan pigmen antosianin juga bersifat polar. Kelarutan antosianin dalam pelarut metanol disebabkan adanya senyawa fenol
yang umum yaitu jenis flavonoid. Senyawa flavonoid memiliki sifat yang sangat larut dalam pelarut alkohol sehingga dengan terikatnya unsur ini pada molekul
antosianin menyebabkan sifat kepolaran antosianin semakin bertambah [4].
Universitas Sumatera Utara
28 Antosianin pada umumnya diekstraksi dalam media yang bersifat asam. Di
antara banyak metode yang telah dilakukan untuk mengekstraksi antosianin dari berbagai sumber alam, ditemukan bahwa penggunaan metanol yang diasamkan
dengan 1 asam sebagai pelarut menghasilkan perolehan antosianin yang besar. Efisiensi ekstraksi dalam kondisi asam ditujukan pada pH rendah yang dicapai
pada sistem ini sekitar 1-1,3 sehingga kelarutan antosianin lebih tinggi dalam metanol dan juga penggunaan sampel yang dihancurkan dapat meningkatkan
kontak permukaan dari partikel-partikel di dalam pelarut [29]. Penambahan larutan HCl menyebabkan perolehan antosianin meningkat. Larutan HCl
berfungsi untuk memecah dinding sel pada kulit rambutan supaya antosianin dapat terekstrak [4].
Variasi ukuran selanjutnya adalah menggunakan bahan baku berupa kulit rambutan yang dipotong kecil-kecil dengan ukuran 0,5 x 0,5 cm dan kulit
rambutan yang dihancurkan dengan menggunakan blender. Ekstraksi dilakukan dengan menggunakan pelarut metanol yang diasamkan dengan 1 HCl, dengan
perbandingan bubuk kulit rambutan dan pelarut 1 : 6 dan diekstraksi pada temperatur 50
o
C selama 4 jam. Hasil penelitian pendahuluan dapat dilihat pada Gambar 4.1
Gambar 4.1 Perbandingan Nilai Absorbansi dari Kulit Rambutan yang Dipotong Kecil-kecil dan Kulit Rambutan yang Diblender
0.2 0.4
0.6 0.8
1 1.2
A b
sor b
an si
Variasi Perlakuan
Dipotong kecil Diblender
Universitas Sumatera Utara
29 Dari Gambar 4.1, terlihat jelas bahwa nilai absorbansi dari kulit rambutan
yang diblender lebih tinggi dibandingkan dengan nilai absorbansi dari kulit rambutan yang dipotong kecil-kecil. Kulit rambutan yang diblender menghasilkan
nilai absorbansi yang tertinggi yaitu 1,0775 dengan perolehan rendemen sebesar 0,19 . Sedangkan kulit rambutan yang dipotong dengan ukuran 0,5 x 0,5 cm
hanya menghasilkan nilai absorbansi sebesar 0,8078 dengan perolehan rendemen sebesar 0,0706 . Umpan kulit rambutan yang diblender mampu menghasilkan
absorbansi dan rendemen yang besar karena mempunyai luas kontak yang lebih besar dibandingkan dengan kulit rambutan yang diblender. Luas kontak yang
besar dengan pelarut menyebabkan lebih banyak terjadinya tumbukan dengan pelarut yang mengakibatkan pigmen antosianin lebih banyak berdifusi sehingga
rendemen antosianin menjadi lebih besar [4].
4.2 PENELITIAN UTAMA