Flowchart Penelitian Utama Flowchart Analisis pH Flowchart Analisis Intensitas Warna Flowchart Analisis Konsentrasi Antosianin Pengujian Antosianin

24 Diekstraksi dengan interval waktu dan suhu tertentu

3.6.2 Flowchart Penelitian Utama

Gambar 3.3 Flowchart Penelitian Utama

3.6.3 Flowchart Analisis pH

Gambar 3.4 Flowchart Analisis pH Kulit rambutan dipotong 0,5 cm x 0,5 cm Dimasukkan ke dalam labu leher tiga 1000 ml Ekstrak disaring dengan kertas Whatman No. 1 Ampas Dilakukan analisa Filtrat yang diperoleh diukur pH-nya Analisis pH dimana antosianin pada pH 1-3 berwarna merah Ditambahkan metanol yang diasamkan dengan HCl 1 dengan perbandingan 1 : 10 Kulit rambutan diblender Mulai Selesai Selesai Mulai Universitas Sumatera Utara 25

3.6.4 Flowchart Analisis Intensitas Warna

Gambar 3.5 Flowchart Analisis Intensitas Warna

3.6.5 Flowchart Analisis Konsentrasi Antosianin

Disediakan filtrat yang diperoleh Diukur absorbansi maksimumnya pada spektrofotometer Ditambahkan potassium klorida pada pH 1 Dicatat hasil absorbansi maksimal yang diperoleh Pada tabung reaksi I ditambahkan larutan buffer potassium klorida dengan pH 1 sebanyak 10 ml Pada tabung reaksi II ditambahkan larutan buffer sodium asetat dengan pH 4,5 sebanyak 10 ml Pengaturan pH ditambahkan HCl pekat Filtrat sebanyak 10 ml masing-masing dimasukkan ke dalam 2 tabung reaksi A Selesai Mulai Mulai Universitas Sumatera Utara 26 Gambar 3.6 Flowchart Analisa Konsentrasi Antosianin

3.6.6 Flowchart Analisis Rendemen Antosianin

Gambar 3.7 Flowchart Analisis Rendemen Antosianin Didiamkan selama 15 menit Diukur absorbansi dari kedua perlakuan pH dengan spektrofotometer pada panjang gelombang maksimum dan 700 nm Dilakukan perhitungan Diukur konsentrasi antosianin Ditimbang berat kulit buah rambutan Dilakukan perhitungan dengan membagi konsentrasi antosianin dengan berat kulit buah rambutan A Selesai Selesai Mulai Universitas Sumatera Utara 27 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dibagi menjadi dua bagian yaitu penelitian pendahuluan dan penelitian utama. Pada penelitian pendahuluan dilakukan preparasi bahan baku kulit rambutan yang akan digunakan untuk penelitian utama dan pada penelitian utama dilakukan ekstraksi antosianin dari kulit rambutan dan kemudian dianalisa.

4.1 PENELITIAN PENDAHULUAN

Penelitian pendahuluan dilakukan untuk menentukan ukuran optimum kulit rambutan dalam ekstraksi antosianin dari kulit rambutan. Variasi ukuran kulit rambutan adalah dengan mengggunakan variasi ayakan 50, 70, 100 dan 140 mesh. Sebelum diekstraksi, terlebih dahulu dilakukan persiapan bahan baku. Kulit rambutan yang sudah dicuci dipotong kecil-kecil lalu dikeringkan dalam oven dan juga di bawah sinar matahari. Setelah itu dimasukkan ke dalam ball mill untuk dihancurkan dan menjadi bubuk, kemudian diayak dengan variasi ukuran ayakan 50, 70, 100 dan 140 mesh. Namun, pre-treatment ini tidak menghasilkan larutan yang mengandung antosianin. Indikasi kegagalan ditinjau dari warna larutan hasil ekstraksi yang berwarna coklat, pH nya 4,5-7 dan panjang gelombangnya tidak berada dalam rentang panjang gelombang antosianin yaitu 490-550 nm. Kegagalan ini diduga karena adanya pemanasan dan paparan sinar matahari terhadap kulit rambutan yang menyebabkan struktur antosianin terdegradasi. Hee-Ock [28] menyatakan bahwa temperatur yang tinggi mempunyai pengaruh yang negatif pada jumlah antosianin dan paparan sinar matahari juga dapat menyebabkan terjadinya kerusakan struktur antosianin yang menyebabkan jumlahnya menjadi berkurang. Pelarut yang digunakan adalah metanol. Hal ini disebabkan karena metanol merupakan pelarut polar dan pigmen antosianin juga bersifat polar. Kelarutan antosianin dalam pelarut metanol disebabkan adanya senyawa fenol yang umum yaitu jenis flavonoid. Senyawa flavonoid memiliki sifat yang sangat larut dalam pelarut alkohol sehingga dengan terikatnya unsur ini pada molekul antosianin menyebabkan sifat kepolaran antosianin semakin bertambah [4]. Universitas Sumatera Utara 28 Antosianin pada umumnya diekstraksi dalam media yang bersifat asam. Di antara banyak metode yang telah dilakukan untuk mengekstraksi antosianin dari berbagai sumber alam, ditemukan bahwa penggunaan metanol yang diasamkan dengan 1 asam sebagai pelarut menghasilkan perolehan antosianin yang besar. Efisiensi ekstraksi dalam kondisi asam ditujukan pada pH rendah yang dicapai pada sistem ini sekitar 1-1,3 sehingga kelarutan antosianin lebih tinggi dalam metanol dan juga penggunaan sampel yang dihancurkan dapat meningkatkan kontak permukaan dari partikel-partikel di dalam pelarut [29]. Penambahan larutan HCl menyebabkan perolehan antosianin meningkat. Larutan HCl berfungsi untuk memecah dinding sel pada kulit rambutan supaya antosianin dapat terekstrak [4]. Variasi ukuran selanjutnya adalah menggunakan bahan baku berupa kulit rambutan yang dipotong kecil-kecil dengan ukuran 0,5 x 0,5 cm dan kulit rambutan yang dihancurkan dengan menggunakan blender. Ekstraksi dilakukan dengan menggunakan pelarut metanol yang diasamkan dengan 1 HCl, dengan perbandingan bubuk kulit rambutan dan pelarut 1 : 6 dan diekstraksi pada temperatur 50 o C selama 4 jam. Hasil penelitian pendahuluan dapat dilihat pada Gambar 4.1 Gambar 4.1 Perbandingan Nilai Absorbansi dari Kulit Rambutan yang Dipotong Kecil-kecil dan Kulit Rambutan yang Diblender 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 A b sor b an si Variasi Perlakuan Dipotong kecil Diblender Universitas Sumatera Utara 29 Dari Gambar 4.1, terlihat jelas bahwa nilai absorbansi dari kulit rambutan yang diblender lebih tinggi dibandingkan dengan nilai absorbansi dari kulit rambutan yang dipotong kecil-kecil. Kulit rambutan yang diblender menghasilkan nilai absorbansi yang tertinggi yaitu 1,0775 dengan perolehan rendemen sebesar 0,19 . Sedangkan kulit rambutan yang dipotong dengan ukuran 0,5 x 0,5 cm hanya menghasilkan nilai absorbansi sebesar 0,8078 dengan perolehan rendemen sebesar 0,0706 . Umpan kulit rambutan yang diblender mampu menghasilkan absorbansi dan rendemen yang besar karena mempunyai luas kontak yang lebih besar dibandingkan dengan kulit rambutan yang diblender. Luas kontak yang besar dengan pelarut menyebabkan lebih banyak terjadinya tumbukan dengan pelarut yang mengakibatkan pigmen antosianin lebih banyak berdifusi sehingga rendemen antosianin menjadi lebih besar [4].

4.2 PENELITIAN UTAMA

Penelitian utama meliputi ekstraksi dan analisis. Pada penelitian ini, ekstraksi dilakukan dengan memvariasikan waktu dan temperatur ekstraksi untuk mendapatkan kondisi yang optimum dalam perolehan antosianin dari kulit rambutan. Selanjutnya akan dianalisis absorbansi dari antosianin yang dihasilkan dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis, lalu dihitung konsentrasi dan rendemen antosianin yang diperoleh.

4.2.1 Pengujian Antosianin

Dilakukan uji secara fisik untuk memastikan bahwa filtrat hasil ekstraksi kulit rambutan benar mengandung antosianin. Pengukuran pH terhadap filtrat yang mengandung antosianin ditunjukkan pada Gambar 4.2. Berdasarkan pengamatan visual yang dilakukan, filtrat dari hasil ekstraksi kulit rambutan menunjukkan warna merah. Kemudian dilakukan analisa pH untuk menunjukkan keberadaan antosianin. Dari analisa yang dilakukan, pH filtrat tersebut adalah 1. Berdasarkan Kobkiat [30], antosianin berada dalam bentuk ion flavilium stabil yang berwarna merah pada pH di bawah 3. Biasanya, nilai pH secara fisiologi dalam tanaman adalah sekitar 3 dengan warna merah yang disebabkan oleh antosianin. Asep [2] juga menyatakan bahwa semakin rendah Universitas Sumatera Utara 30 nilai pH maka warna konsentrat makin merah dan stabil atau jika pH semakin mendekati satu maka warna semakin stabil. Gambar 4.2 Pengukuran pH terhadap Filtrat yang Mengandung Antosianin Pada filtrat dimungkinkan mengandung pigmen antosianin karena dilakukan uji kualitatif sederhana dengan menggunakan asam klorida HCl dan natrium hidroksida NaOH. Perlakuannya ialah dilakukan penambahan NaOH terhadap filtrat, maka kemudian larutan filtrat berubah menjadi coklat kekuningan. Selanjutnya dilakukan penambahan HCl pada filtrat, larutan tersebut kemudian berubah warna menjadi warna merah lagi. Hal ini sesuai dengan pendapat Lydia [31] yang menjelaskan bahwa sifat kimia antosianin sangat dipengaruh oleh pH, bila ekstrak antosianin ditambahkan alkali, pigmennya akan berubah warna menjadi hijau yang seringkali berakhir dengan warna kuning, tetapi bila ekstrak antosianin direaksikan dengan senyawa yang bersifat asam maka ekstrak akan berubah warna menjadi merah lagi. Terjadinya perubahan warna tersebut disebabkan perubahan struktur antosianin akibat pengaruh ion H + dan OH - . Penambahan ion H + membuat pH semakin turun sehingga larutan semakin asam, namun sebaliknya penambahan ion OH - dapat membuat pH menjadi meningkat sehingga larutan menjadi semakin basa. Pada kondisi lingkungan yang asam dan konsentrasi [ H + ] yang tinggi, molekul antosianin akan memberikan ion OH - yang kemudian berkombinasi dengan H + membentuk air, sebagai hidroksil Universitas Sumatera Utara 31 yang hilang, dan antosianin akan berada dalam bentuk kation flavium dimana larutannya berwarna merah [32]. Selanjutnya, filtrat hasil ekstraksi kulit rambutan kemudian dianalisa dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis untuk memastikan keberadaan pigmen tersebut dalam filtrat yang dihasilkan. Hasil spektrofotometer UV-Vis yaitu berupa panjang gelombang antosianin ditunjukkan pada Gambar 4.3. Gambar 4.3 Panjang Gelombang Antosianin Berdasarkan hasil analisa, filtrat tersebut memiliki panjang gelombang 507,5 nm. Elfi [15] menyatakan bahwa absorbansi maksimal peak yang dicapai antosianin adalah pada panjang gelombang 490 – 550 nm. Ciri-ciri di atas sangat sesuai dengan ciri-ciri pigmen antosianin yang memiliki penampakan warna merah, panjang gelombang 490 – 550 nm dan sangat baik pada suasana asam pH 1-4. Maka dapat dikatakan bahwa filtrat yang dihasilkan dari ekstraksi kulit rambutan mengandung antosianin.

4.2.2 Intensitas Warna